Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan

pembangunan dalam industri kimia, salah satunya adalah industri cat. Dimana

perkembangan industri cat di indonesia dalam beberapa tahun terakhir

memperlihatkan pertumbuhan positif. Namun sebagian besar industri cat di

Indonesia masih menggunakan pelarut yang mengandung VOC (Voleatile

Organic Compound) dimana VOC adalah bahan berbahaya yang dapat

mengakibatkan menipisnya lapisan ozon. Untuk mengatasi hal tersebut

diperlukan pelarut yang ramah lingkungan atau rendahnya tingkat VOC. Salah

satu pelarut yang memiliki tingkat VOC rendah yaitu metil asetat.

Metil asetat adalah senyawa organik dengan rumus kimia (CH3COOCH3).

Nama lain metil asetat adalah methyl etanoat atau acetic acid methyl ester.

Metil asetat banyak digunakan dalam industri cat cepat kering, lak, resin,

thinner, parfum dan penghapus cat kuku. Metil asetat memiliki bau yang

ringan, bebas VOC, HAP (Hydrocarbon Aerosol Propellant), ODS (Ozone

Depleting Subtances) serta memiliki tingkat viskositas lebih kecil dari aseton

tetapi lebih tinggi dari etil asetat. Dengan demikian metil asetat merupakan

pelarut yang ramah lingkungan untuk cat berbasis pelarut.

Indonesia selama ini mengimpor Acetic acid esters sebanyak 3% dari

kebutuhan impor dunia (oec.world). Maka perlu didirikan pabrik metil asetat
yang dapat diharapkan bisa memenuhi kebutuhan dalam negri dan mengurangi

ketergantungan impor Indonesia.

1.2 Kegunaan Produk

Kegunaan metil asetat adalah sebagai pelarut dalam cat cepat kering, lak,

resin, thinner, parfum dan penghapus cat kuku. Berikut adalah daftar pabrik

yang menggunakan metil asetat:

Tabel 1.1 Pabrik Indonesia yang menggunakan metil asetat

No. Daftar Pabrik


1. PT. ICI Paints Indonesia, Dulux
2. PT. Axalta Coating Indonesia
3. PT. Sari Sarana Kimiatama

1.3. Kapasitas Rancangan Produksi

Kebutuhan metil asetat di indonesia masih dalam skala besar, dimana

kebutuhan ini menjadi peluang ekonomi dalam mendirikan industri metil

asetat untuk memenuhi permintaan pasar. Penentuan kapasitas produksi dapat

ditentukan dari besarnya nilai impor yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik (BPS). Berikut adalah data impor metil asetat pada 5 tahun terakhir:
Tabel 1.2 Impor Metil Asetat di Indonesia 2014-2018

Tahun Volume (Ton)


2014 17502,82
2015 17495,65
2016 20638,59
2017 26199,26
2018 29045,3
Sumber : (BPS, 2019)

Berdasarkan data Tabel 1.1 diperoleh persamaan regresi linier seperti

gambar berikut:

35000
30000
25000
Impor (Ton)

20000
15000
10000 y = 3178,9x + 12640
R² = 0,923
5000
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

Gambar 1.1 Grafik data impor metil asetat Indonesia

Berdasarkan Gambar 1.1 diatas didapatkan persamaan Y untuk

memperkirakan kebutuhan impor metil asetat pada tahun 2023 di indonesia

sebesar 44.429 ton/tahun, sehingga direncanakan kapasitas pabrik metil asetat

yaitu sebesar 45.000 ton/tahun.

Berikut adalah daftar pabrik internasional yang memproduksi Metil asetat:

Tabel 1.3 Pabrik Produksi Metil Asetat


No Nama Pabrik Kapasitas Pabrik Lokasi Pabrik
1. Taizhou Ruibai 70.000 ton/tahun Jiangsu, China
Chemical Co., Ltd
2. Shanghai Worldyang 3.000 ton/tahun Shanghai, China
Chemical Co.
3. XiangCang Hongrum 6.000 ton/tahun China
Trade Co., Ltd
4. Hubei Sanli Fengxiang 20.000 ton/tahun China
Technology Co., Ltd.

5. Eastmen Chemical 255.000 ton/tahun Kingsport,


Company Tennessee

1.4 Tempat dan Lokasi Pabrik

Pemilihan lokasi pabrik akan menentukan kemajuan serta kelangsungan

pabrik tersebut. Pemilihan lokasi ini ditentukan berdasarkan ketersediaan

bahan baku, sarana transportasi, dan beberapa faktor penunjang lainnya.

Berikut persentase berdasarkan pertimbangan pemilihan lokasi pabrik:

Tabel 1.4 Persentase perbandingan Lokasi Pabrik

Lokasi Harga Jarak Jarak Intensitas Sumber


Lahan Bahan Bencana Daya Persentase
Pasar
Baku Alam Manusia
(Km)
(Rp) (Km) (%)
Bobot 20 25 25 15 15 100
Bobot x Nilai
Lippo
14 16 25 13 12 80
Cikarang
Cilegon 14,5 15 18 7 9 63,5
Karawang 16 16 22,5 10 11,25 75,75
Bontang 20 16 11 7 10,5 64,5

Tabel 1.4 merupakan tabel pesentase pertimbangan berdasarkan harga lahan

per m2, jarak bahan baku dan pasar per km, intensitas terjadinya bencana

alam, serta jumlah sumber daya manusia siap kerja. Berdasarkan beberapa

faktor tersebut maka dipilih lokasi pabrik metil asetat di Kawasan Industri

Lippo Cikarang dikarenakan memiliki persentase paling tinggi.

a. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku utama yaitu Metanol diperoleh dari PT. Kaltim Methanol

Industri Kalimantan Timur yang berkapasitas 660.000 ton/tahun. Asam Asetat

diperoleh dari PT. Indo Acidatama Tbk, Jawa Tengah yang berkapasitas 36.600

ton/tahun. Asam sulfat diperoleh dari PT. Indonesian Acids Industri, Jakarta

Timur yang berkapasitas 82.500 ton/tahun dan natrium hidroksida (NaOH) dari

PT. Asahimas Chemical dengan kapasitas produksi 200.000 ton/tahun yang

berlokasi di Cilegon, Banten.


b. Pemasaran

Pemasaran produk diharapkan mencukupi kebutuhan impor dalam negri

dengan prioritas utama pemasaran metil asetat sebagai bahan pelarut pada

cat serta bisa memenuhi kebutuhan industri lainnya seperti industri, lak,

resin, thinner, parfum dan penghapus cat kuku.

c. Transportasi

Lippo Cikarang merupakan kawasan industri, dimana kawasan ini

memiliki akses yang memadai seperti pintu tol, dermaga dan jalan raya

yang dapat digunakan sebagai sarana pengiriman ke dalam negri maupun

luar negri.

d. Utilitas

Lippo Cikarang merupakan kawasan industri yang berdekatan dengan

sungai Cibeet, maka sungai ini dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan air pada unit utilitas pabrik metil asetat.

e. Tenaga kerja

Menurut data Badan Pusat Statstik 2019, Bekasi memiliki total

pengangguran 10,97% dari total usia siap kerja. Dengan jumlah angkatan

kerja 1.572.155 jiwa. Tingginya jumlah pengangguran memungkinkan

untuk memperoleh tenaga kerja yang mencukupi. Dengan memanfaatkan

masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja maka dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat didaerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai