Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERANCANGAN ALAT INDUSTRI KIMIA

“K3 BEJANA BERTEKANAN”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 8
1. Nur Ismi Nilasari (17031010004)
2. Intan Shafira Widyananda (17031010010)
3. Mayo Alsufi (17031010032)
4. Virgin Citra Perdana (17031010041)
PARALEL A

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR
SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Bejana bertekanan merupakan peralatan yang mempunya resiko sangat
tinggi apabila tidak dilakukan pemeliharaan dan pemeriksaan secara teratur sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.  Pemerintah telah menetapkan
syarat-syarat keselamatan kerja terhadap pengunaan ketel uap dan pesawat uap
serta bejana tekan. Oleh sebab itu perusahaan harus mentaati peraturan
atau persyaratan yang sudah ditetapkan dan memperhatikan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam penggunaan ketel uap dan bejana tekan tersebut. Belum
optimalnya pengawasan terhadap bejana tekanan. Banyaknya bejana tekanan yang
didatangkan dari luar negeri dan di pasang di Indonesia. Mengingat bahwa sumber
bahaya dan potensi yang ditimbulkan akibat penggunaan dan pengoperasian
bejana tekan dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan (peledakan) dan
penyakit akibat kerja. Maka guna pencegahan harus dilakukan pengendalian,
pembinaan dan pengawasan atas pemenuhan ketentuan dan syarat-syarat
keselamatan kerja bejana tekan, sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan keselamatan kerja.

I.2. Tujuan
Untuk dapat memahami pengawasan terhadap penerapan persyaratan K3
bejana tekan

I.3 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan dari
kurangnya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada perancangan dan
pemeliharaan bejana tekan.

1.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Bejana Bertekanan


Bejana tekan merupakan suatu wadah tertutup sebagai penampungan fluida
bertekanan, di mana fluida yang disimpan dapat mengalami perubahan fase saat
berada di dalam bejana tekan. Di mana fluida yang disimpan dapat mengalami
perubahan fase saat berada di dalam bejana tekan. Tekananan dalam bejana tekan
biasanya lebih tinggi daripada tekanan luar. Penggunaan bejana tekan biasa
digunakan untuk menggabungkan antara tekanan tinggi dan suhu tinggi, fluida
yang mudah terbakar, atau material dengan tingkat radio aktif tinggi. Berdasarkan
dimensi dinding, bejana tekan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Bejana tekan dinding tebal, memiliki ketebalan dinding (sheel) lebih dari 1/20
diameter shell.
2. Bejana tekan dinding tipis, memiliki ketebalan dinding (sheel) kurang dari
1/20 diameter shell.

Yang termasuk bejana tekan antara lain :


1. Bejana penyimpanan gas, campuran gas
2. Bejana penyimpanan bahan bakar gas yang digunakan sebagai bahan bakar
untuk kendaraan
3. Bejana transport yang digunakan untuk penyimpanan atau pengangkutan;
4. Bejana proses
5. Pesawat pendingin

II.2. Potensi Bahaya Pada Bejana Tekan


Bejana tekan merupakan salah satu sumber bahaya yang dapat menimpa
tenaga kerja dan kerusakan yang fatal bagi lingkungan.

Jenis bahaya tersebut adalah :


A. Bahaya terhadap kebakaran

2
B. Bahaya terhadap keracunan
C. Bahaya terhadap pernapasan tercekik/aspisia
D. Bahaya terhadap peledakan
E. Bahaya terhadap cairan sangat dingin/cryogenic

A. Bahaya terhadap kebakaran


Gas yang mudah terbakar yang dikemas dalam bejana tekan bila
tercampur dengan oksigen atau udara normal serta sumber panas dapat
menimbulkan kebakaran atau ledakan misalnya acetylene, hydrogen, elpiji, carbon
monoxide, methane dsb. Disamping itu juga terdapat gas-gas yang reaktif yang
bila bertemu dengan zat tertentu akan menimbulkan reaksi dan panas yang
menimbulkan kebakaran atau ledakan.
Contoh gas-gas yang reaktif adalah Chlorine yang dapat bereaksi dan
terbakar dengan zat-zat organic pada udara normal. Gas Oksigen dapat
menimbulkan reaksi isothermis dan menimbulkan api maupun ledakan bila
tercampur dengan bahan bakar, minyak atau pelumas maupun gemuk.

B. Bahaya terhadap keracunan dan iritasi


Beberapa jenis gas mempunyai sifat yang sangat berbahaya bagi
makhluk hidup karena dapat meracuni darah dalam tubuh melalui system
pernapasan atau merusak paru-paru maupun jaringan tubuh lainnya seperti kulit,
mata, system syaraf dan lain-lain. Terdapat beberapa jenis gas beracun yang jika
terhitup dapat mengakibatkan kematian, antara lain gas Chlorine, Sulfur Dioxide,
Hydrogen Cydrogen Sulfide, Carbon Monoxide Ammoniak dan lain sebagainya.

C. Bahaya terhadap pernapasan tercekik (Asphyxsia)


Beberapa jenis gas tertentu yang nampak tidak berbahaya karena tidak
tidak mudah terbakar sebenarnya dapat mengakibatkan kematian apabila gas
tersebut telah memenuhi ruangan tertutup sehingga Oxiygen dalam ruang tersebut
tidak cukup lagi memenuhi kebutuhan pernapasan. Gas-gas tersebut disebut juga
gas inert.

3
Gas-gas inert ini bila terhirup dapat mengakibatkan orang menjadi lemas
tanpa sadar dan bila tidak ada pertolongan secepatnya dapat menimbulkan
kematian. Memasuki ruangan-ruangan tertentu seperti ruang pengawasan, tangki
penyimpanan, gudang, lubang dalam tanah dan sebagainya harus mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh demi menjaga keselamatan bagi pekerja.

D. Bahaya terhadap ledakan


Semua jenis gas bertekanan yang tersimpan didalam botol baja maupun
tangki gas mempunyai bahaya meledak karena ketidakmampuan kemasan dalam
menahan tekanan gas yang ada didalamnya. Tekanan gas yang ada didalam botol
baja akan naik karena gas berekspansi (mengembang) bila menerima sumber
panas dari luar tabung maupun dari dalam tabung itu sendiri ataupaun karena
adanya cacat botol baja yang pada akhirnya tidak mampu menahan tekanan karena
pecah meledak atau karena system pengaman botol seperti safety valve atau
bursting disk dan lain-lain tidak bekerja dengan baik atau spesifikasinya tidak
sesuai dengan standar sebagaimana mestinya.
Disamping itu gas bertekanan dapat meledak disebabkan karena
menurunnya kekuatan tabung akibat korosi maupun benturan-benturan pada
bejana yang melampaui batas-batas toleransi, sehingga tabung gas dalam tekanan
penyimpanan yang normal dapat meledak secara tiba-tiba.

E. Bahaya terkena cairan sangat dingin (Cryogenic)


Untuk kebutuhan industri dan penghematan ruang penyimpanan, maka gas
disimpan dalam bentuk cairan dengan suhu yang sangat dingin antara -103 0C
sampai dengan -2680C pada tekanan sekitar 15 kg/cm2. Apabila terkena dengan
cairan yang sangat dingin, maka cairan tersebut seketika akan menyerap panas
tubuh yang terkena sehingga mengakibatkan luka seperti terkena luka bakar dan
merusak jaringan tubuh, luka yang parah dapat mengakibatkan kematian bila tidak
mendapatkan pertolongan segera.

II.3. Dasar Hukum K3 Bejana Tekanan

4
Dasar hukum pengawasan  penerapan K3 bejana tekanan  di Indonesia
sebagai berikut ;
1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.01/Men/1982 tentang bejana
tekanan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.02/Men/1982 tentang kwalifikasi
juru las.
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun

 II.4. Pemeriksaan Wajib Bejana Tekan


Pemeriksaan awal, berkala dan khusus berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku adalah wewenang Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap
& Bejana Tekan DEPNAKER/DISNAKER  dan atau AK3U spesialis Pesawat
Uap & Bejana Tekan dari  PJK3 yang ber SKP dari Menteri Tenaga Kerja.
1. Pemeriksaan pada fabrikasi
Pada saat mulai proses pembuatan Bejana Tekan di Indonesia, seharusnya
dilakukan pengawasannya secara continue oleh Pengawas Ketenagakerjaan
spesialis Pesawat Uap & Bejana tekan atau Ahli K3 spesialis pesawat uap &
bejana tekan yang memiliki SKP dari Menteri Tenaga Kerja.   Pengujian non
destructine test ( NDT) dengan metode radiogaphy test atau ultrasonic test
hanya boleh dilaksanakan oleh pihak ketiga yang memiliki SKP yang syah 
dari  Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi R.I. 
2. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan ini wajib dilaksanakan sesuai standar pemeriksaan yang berlaku 
sebelum sesuatu Bejana Tekan diterbitkan Pengesahan pemakaiannya  oleh
instansi yang berwenang (Depnakertrans / Disnakertrans). Pada pemeriksaan
pertama ini, kegiatan yang dilaksanakan oleh  petugas pemeriksa/penguji 
tersebut meliputi:
a. Pemeriksaan kelengkapan berkas permohonan.
b. Pemeriksaan visual konstruksi dan alat pengamannya.

5
c. Recalculation perhitungan kekuatan konstruksi dengan menggunakan
formula yang diakui.
d. NDT kembali jika dianggap perlu dengan bantuan pihak ketiga.
e. Hydrostatic test.
f. Pengujian katup penutup / tingkap pengaman.
3. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkala  untuk Bejana Tekan  wajib dilaksanakan sekali setiap
lima tahun, untuk Bejana Tekan penampung Chlorine atau senyawa chlorine
minimal sekali setiap dua tahun.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus ini wajib dilaksanakan apabila:
a. Terdapat kerusakan
b. Modifikasi
c. Terjadi peledakan pada  bejana tekan

II.5. Persyaratan K3 dan Ketentuan Teknis Pada Bejana Tekanan


1. Persyaratan Keselamatan Kerja yang harus dipatuhi
bagi suatu bejana tekan dan ketentuan teknis pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan dan pengujian serta penertiban Pengesahan Pemakaian Bejana
Tekan harus mentaati ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam Undang-
Undang No.1 tahun 1970, Peraturan Menteri No. 01/Men/1982 dan
Peraturan-Peraturan pelaksanaanya serta standar teknis pendukungnya.
2. Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud pada
poin 1, meliputi :
(a) Ketentuan tentang kualitas konstruksi bejana tekan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
bagian kedua
Pasal 9 ayat (1):
(1) Setiap Bejana Tekanan diberikan tanda pengenal meliputi:
a. nama pemilik

6
b. nama dan nomor urut pabrik pembuat
c. nama gas atau bahan yang diisikan beserta simbol kimia
d. berat kosong tanpa keran dan tutup
e. tekanan pengisian (Po) yang diijinkan kg/cm2
f. berat maksimum dari isinya untuk bejana berisi gas yang dikempa
menjadi cair
g. volume air untuk bejana berisi gas yang dikempa
h. nama bahan pengisi porous mass khusus untuk bejana penyimpanan
gas yang berisi larutan asetilen
i. bulan dan tahun pengujian hidrostatik pertama dan berikutnya.
Pasal 12 ayat (1) dan (2) :
(1) Bahan Bejana Tekanan yang dibuat dari baja karbon harus mempunyai
kuat tarik tidak kurang 35 kg/mm2 (tiga puluh lima kilogram per milimeter
persegi) dan tidak lebih dari 56 kg/mm2 (lima puluh enam kilogram per mili
meter persegi).
(2) Dalam hal bahan Bejana Tekanan mempunyai kuat tarik lebih dari 56
kg/mm2 (lima puluh enam kilogram per mili meter persegi) maka perkalian
kuat tarik dengan angka regang hingga putus harus menghasilkan nilai paling
sedikit 1200 (seribu dua ratus) kecuali Bejana Tekanan tersebut tidak
mempunyai sambungan kuat tarik paling tinggi 75 kg/mm2 (tujuh puluh lima
kilogram per mili meter persegi).
(b) Ketentuan tentang kualitas dan kuantitas alat perlengkapan dan alat
pengaman.
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
bagian kedua
Pasal 14 :
(1) Bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan/atau bejana transport harus
dilengkapi dengan katup penutup.
(2) Bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan/atau bejana transport yang
dipasang secara paralel dapat menggunakan satu katup penutup.

7
(3) Ulir penghubung pada bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan/atau
bejana transport dengan pipa pengisi yang dipergunakan untuk gas yang
mudah terbakar harus ke kiri sedangkan untuk gas lainnya harus mempunyai
ulir kanan, kecuali untuk bejana penyimpanan gas asetilen dan bejana
penyimpanan gas untuk bahan bakar gas harus mempunyai ulir kanan.
(4) Katup penutup untuk bejana penyimpanan gas asetilen atau amoniak
harus seluruhnya dari baja, sedangkan katup penutup bejana penyimpanan
gas gas lainnya harus seluruhnya dari logam yang berbahan dasar tembaga
atau logam lain selain baja yang cukup baik.
(5) Konstruksi mur paking dari batang katup penutup harus mempunyai
pengaman apabila batang katup diputar, kecuali apabila mur paking dapat
dibuka maka batang katup tidak boleh terlepas dan gas dalam bejana
penyimpanan gas tidak dapat keluar.
(6) Katup penutup pada bejana penyimpanan gas yang berisi asetilen terlarut
dalam aseton harus aman agar tidak terjadi kebocoran gas pada setiap
kedudukan katup.
Pasal 15 :
(1) Katup penutup pada bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan/atau
bejana transport harus diberi pelindung katup yang aman dan kuat.
(2) Pelindung katup harus memberikan ruang bebas antara dinding bagian
dalam dengan bagian-bagian katup penutup paling sedikit 3 mm (tiga
milimeter).
(3) Pelindung katup diberi lubang dengan garis tengah paling sedikit 6,5 mm
(enam koma lima milimeter) dan apabila diberi dua lubang atau lebih maka
garis tengahnya paling sedikit 5 mm (lima milimeter) serta tutup pelindung
harus selalu terpasang.
(4) Lubang pengeluaran gas dari katup penutup harus dilengkapi dengan mur-
mur penutup atau sumbat penutup berulir.

Pasal 16 :

8
(1) Bejana Tekanan berisi gas atau gas campuran yang dapat menimbulkan
tekanan melebihi dari yang diperbolehkan, harus diberi tingkap pengaman
atau alat pengaman sejenis yang dapat bekerja dengan baik.
(2) Bejana Tekanan yang berisi gas atau gas campuran yang dikempa menjadi
cair melarut atau menjadi padat dan gas yang dipanasi sampai melebihi 50 0C
(lima puluh derajat celcius), termasuk juga bagian dari pesawat pendingin
yang dipanasi harus diberi tingkap pengaman, kecuali apabila telah terdapat
pelat pengaman.
(3) Tingkap pengaman tersebut harus bekerja apabila terjadi tekanan lebih
besar dari tekanan kerja yang diperbolehkan.
(4) Bejana Tekanan yang berisi gas atau campuran dalam keadaan cair
terlarut atau padat akan dipakai sesuai dengan tekanan pengisian yang
diperbolehkan harus lebih rendah dari tekanan desain.
(5) Dalam hal sifat gas atau keadaan lain yang bersifat khusus menyebabkan
tingkap pengaman tidak dapat dipergunakan, maka bejana yang bersangkutan
harus diberi pelat pengaman yang dapat pecah apabila tekanan meningkat
sampai dengan 5/4 (lima per empat) kali yang diperbolehkan.
(6) Alat-alat pengaman yang dihubungkan dengan pipa pembuang yang tidak
dapat tertutup harus disalurkan langsung dengan pipa pembuang di atas atap
bangunan. (7) Pipa pembuang sebagaimana dimaksud pada ayat (6) harus
lebih tinggi 1 m (satu meter) dari atap dan ujungnya harus dilengkungkan ke
bawah.
Pasal 17 :
(1) Bejana Tekanan yang berisi gas atau gas campuran yang dipadatkan
menjadi gas cair yang tidak dilengkapi dengan alat pengaman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) harus dilengkapi
dengan alat untuk menentukan berat gas atau gas campuran.
(2) Bejana Tekanan yang berisi gas dalam keadaan beku harus dilengkapi
dengan alat yang dapat menunjukan berat gas dalam kilogram dengan nilai
tidak melebihi hasil bagi volume Bejana Tekanan dalam satuan liter dengan

9
nilai volume jenis (V) Tabel yang tercantum dalam Lampiran dan merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Bagian bawah dari Bejana Tekanan yang berisi gas yang dipadatkan harus
diberi alat pembuang gas yang baik.
Pasal 18 :
(1) Bejana penyimpanan gas dan bejana transport harus diberi alat anti
guling.
(2) Alat anti guling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
terhubung dengan tutup pelindung.
Pasal 19 :
(1) Regulator penurun tekanan pada bejana penyimpanan gas untuk zat asam
atau oksigen harus dipasang secara vertikal.
(2) Regulator penurun tekanan bejana penyimpanan gas untuk zat air harus
dipasang secara vertikal sehingga pada waktu regulator dibuka tidak terjadi
semburan gas.
(3) Petunjuk tekanan dari regulator penurun tekanan harus terpasang, mudah
dibaca, dan terhindar dari benturan.
(4) Untuk gas yang mudah beroksidasi, pemakaian katup penutup maupun
regulator penurun tekanan harus dibuat aman dan kuat untuk menghindari
terjadinya kejutan tekanan dalam regulator penurun tekanan.
(5) Semua alat perlengkapan termasuk regulator penurun tekanan dari bejana
penyimpanan gas untuk zat asam atau oksigen dan gas lain yang mudah
beroksidasi dilarang menggunakan gemuk dan bahan-bahan pelumas yang
mengandung minyak dan paking yang mudah terbakar.

II.6. Prinsip Pewarnaan Pada Bejana Penyimpanan Gas


Prinsip pewarnaan (Color Coding) bejana penyimpanan gas harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau standar yang berlaku.
1. Jenis-jenis warna dasar diusahakan seminimal mungkin, agar orang awam
dapat mudah mengenal dan mengingat potensi bahaya dari bejana
penyimpanan tersebut

10
2. Gas-gas yang berbeda jenisnya, tetapi mempunyai kesamaan potensi bahaya
yang hendak ditonjolkan, diberi warna dasar yang sama, namun dibedakan
dengan penandaan khusus di tempat tertentu pada bagian badan atau leher.
Penandaan tersebut dapat berbentukn tulisan nama gas yang disablonkan
secara menyolok sepanjang badan Bejana penyimpanan gas atau berupa
labelling tanda peringatan khusus yang ditempelkan pada bagian leher.

Berikut lampiran pewarnaan Bejana Penyimpanan Gas berdasarkan Peraturan


Menteri Ketenagakerjaan Tahun 2016.

11
12
13
BAB III
STUDI KASUS

Pada insiden tahun 1996, 3 pekerja mati dan beberapa terluka saat bejana
bertekanan tinggi yang mengandung udara dan air pecah. Bejana yang pecah
didesign dengan tekanan operasi 1740 psi, tetapi telah beroperasi antara 2000 –

14
3000 psi. Setelah beberapa tahun diperbaiki, bejana tersebut menghasilkan pin-
hole leak (lubang kecil). Lubang tersebut diperbaiki tetapi tidak mematuhi kode
bejana. Sebulan kemudian, bejana mengalami kegagalan pada area las. Bejana
robek dan meluncur melewati atap. Potongan besar pecahan bejana seberat 1000 –
5000 lb. Sebagian pecahan terlempar setengah mil. Beruntungnya, penduduk
disekitar jalan besar dan sekitar rel kreta api commuter nyaris terluka. Ledakan
pabrik berdampak sangat luas dan sebagian wilayah kehilangan elektronik servis
selama berjam – jam.

Hazard
Kejadian ini mendemonstrasikan potensi bahaya dari bejana bertekanan,
jika tidak didesign, dibuat, dioperasikan, dicek, dites atau diperbaiki dengan baik.
Semakin besar tekanan operasi dan ukuran bejana, semakin banyak energi yang
akan dilepaskan. Seharusnya lebih ditegaskan lagi mengenai bahaya yang ada
meskipun bejana mengandung bahan yang tidak mudah terbakar, reaktif atau
meledak. Permasalahan ini, bejana hanya mengandung air dan udara pecah
sehinggaa melepaskan energi yang hebat. Bayangkan jika mengandung bahan
yang mudah terbakar atau beracun, mungkin konsekuensinya akan lebih besar.

Faktor terjadinya ledakan


1. Pengoperasian melebihi tekanan maximum yang diijinkan.
2. Pengaturan ukuran atau tekanan yang kurang tepat pada instrument
3. Pengoperasian instrument yang tidak tepat karena kesalahan maintenance
dan kegagalan dalam pengujian.
4. Kegagalan bejana karena umur pakai yang sudah lama, ibarat orang
kelelahan karena penambahan tekanan yang berulang – ulang, penipisan
akibat korosi, ataupun lubang dan kebocoran.
5. Kurang sering mengecek bejana
6. Kurang baik dalam memperbaiki lubang atau cacat lainnya yang
berhubungan dengan pengelasan.Bahaya yang ditimbulkan sebuah bejana
bisa lebih buruk jika memperbaiki pengelasan tanpa mematikan bejana.

15
Jika bejana bertekanan diperbaiki tanpa mengambil air terlebih dahulu,
efek pendinginan air akan memikat besi

PENANGANAN
1. Terus menerus melakukan pengecekan terhadap bejana bertekanan
meliputi korosi, kecacatan, ataupun kerja alat instrument
2. Memberikan training kepada pengoperasi bejana bertekanan.
3. Membuat SOP dan menerapkannya agar meminimalisir kesalahan teknis
dari pengoperasi
4. Menyertakan Code pembuatan bejana bertekanan agar tidak terjadi
kesalahan dalam perhitungan spesifikasi.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
Untuk menjaga keselamatan dalam oprasional bejana bertekanan, perlu
diadakan perawatan dan pengawasan secara berkala. Dilaksanakanya pengujian
pada bejana bertekanan bertujuan untuk memastikan bejana masih berjalan

16
dengan aman serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam teknik
pengoperasian bejana bertekanan secara aman dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3) yang berlaku.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. “K3 Bejana Tekan”. (http://ahlik3umum1.blogspot.com/2016


/05/k3-bejana-tekan.html). Diakses pada tanggal 16 Maret 2020 pukul
08.17 WIB.

EPA. 1997. “Rupture Hazard Of Pressure Vessels”. EPA CEPP. Hal. 1-4

Larasati. 2013. “Keselamatan Pesawat Uap Dan Bejana Dengan Bahaya


Peledakan”. (http://varina-larasati.blogspot.com/2013/04/makalah-teknik-
keselamatan-dan.html). Diakses pada tanggal 16 Maret 2020 pukul 16.40
WIB.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tahun 2016 tentang Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun

18
19

Anda mungkin juga menyukai