Anda di halaman 1dari 24

PERPINDAHAN PANAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Heat transfer adalah ilmu yang mempelajari tentang kecepatan perpindahan
panas dari sumber panas (heat body) ke penerima panas (cold body). Manfaat ilmu ini
adalah untuk membantu merancang alat yang berhubungan dengan panas atau
preheater, misalnya cooler, condenser, reboiler, dan evaporator.
Pada Industri setelah alat preheater dirancang kemudian dibutuhkan parameter-
parameter seperti faktor kekotoran yang mengindikasikan layak atau tidak suatu alat
penukar panas ( Heat Exchanger) digunakan dan kapan alat tersebut perlu dibersihkan
(cleaning).
Dengan diketahuinya masih layak atau tidak suatu alat perpindahan panas yang
dapat diketahui dari perhitungan suhu fluida panas masuk (Thi), suhu fluida panas
keluar (Tho), suhu fluida dingin masuk (Thi),dan suhu fluida dingin keluar (Tho)
berdasarkan pengamatan maka dengan perhitungan neraca panas dapat mendesain alat
penukar panas (Heat Exchanger).

1.2. Rumusan Masalah


Dalam heat exchanger terdapat parameter-parameter yang mempengaruhi nilai
perpindahan panas seperti Ui, Uo, Uc, Ud, dan Rd. Oleh karena itu, pada praktikum
ini perlu dikaji pengaruh flowrate terhadap nilai Ui, Uo, Uc, Ud, dan Rd, pada aliran
co-current dan counter current. Dengan demikian dapat diketahui layak tidaknya heat
exchanger untuk beroperasi , kapan alat perlu dibersihkan, dan bagaimana perawatan
untuk heat exchanger.

1.3. Tujuan Percobaan


1. Mampu merangkai dengan benar hubungan rangkaian searah maupun lawan arah.
2. Dapat menghitung luas perpindahan panas (Ao dan Ai) berdasarkan data ukuran
pipa.
3. Mampu menghitung nilai Uo dan Ui berdasarkan neraca panas.
4. Mampu menghitung Uc dan Ud.
5. Mampu menggambar grafik hubungan flowrate vs U (Uc, Ud, Uo, Ui).

1
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

6. Mampu mencari koefisien α, p, q, dan hubungan persamaan perpindahan panas


yang digunakan dengan bilangan Nusselt, Reynold, dan Prandtl berdasarkan
rumus:
ℎ𝐷 𝐷𝑣𝜌 𝑝 𝑐𝑝µ 𝑞
=𝛼[ ] [ ]
𝑘 µ 𝑘
7. Mampu memberikan rekomendasi terhadap heat exchanger yang digunakan
berdasar nilai Rd yang didapat.

1.4. Manfaat Percobaan


Manfaat percobaan ini adalah untuk membantu memahami dasar perancangan
alat-alat yang berhubungan dengan panas, misalnya cooler, condenser, reboiler, dan
evaporator.

2
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Perpindahan Panas


Perpindahan panas adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kecepatan
perpindahan panas diantara sumber panas (hot body) dan penerima panas (cold body).
Salah satu hubungan ini adalah untuk membantu kita dalam perancangan alat yang
berhubungan dengan panas, misalnya cooler, heater, condenser, reboiler, dan
evaporator.
Percobaan yang dilaksanakan dengan alat Heat Transfer Bench T.D. 36 yang
merupakan alat penukar panas Shell and Tubes dimana alat tersebut terdiri dari 1 shell
dan 5 tubes yang dapat dioperasikan secara searah maupun lawan arah baik fluida
panas dan fluida dingin dilewatkan shell maupun tube.
Sebagai fluida panas, sebelumnya dioperasikan maka dibuat dahulu melalui hot
tank dengan pemanas listrik. Sebagai fluida dingin sebelum dioperasikan dibuat
dahulu melalui tangki yang merupakan refrigerator.
Prinsip percobaan tersebut adalah akan mencari besarnya overall heat transfer
coefficient (U) pada alat tersebut dengan berbagai variasi kecepatan fluida panas
maupun fluida dingin yang dialirkan pada heat exchanger tersebut.
Besarnya panas yang ditransfer dapat dihitung dengan mengetahui perubaahan
suhu dari fluida masuk dan keluar pada kecepatan tertentu. Sedangkan pada suhu rata-
rata logaritma dapat dihitung dari perubahan suhu masuk dan keluar, baik dari fluida
panas maupun dingin.
Dengan persamaan: q = U.A.ΔTLMTD (Logaritmic Mean Temperature
Difference) dapat dihitung harga U dimana besarnya A dihitung dari ukuran alat
penukar panas tersebut. Dari berbagai variasi perubahan kecepatan aliran dapatlah
dibuat/dibaca adanya perubahan harga U terhadap perubahan kecepatan aliran.
Untuk mengetahui jumlah panas yang dipindahkan dipakai heat exchanger
(HE). Ada beberapa jenis heat exchanger, yaitu :
1. Shell and tube heat exchanger
Alat penukar panas shell and tube terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida
yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan.
3
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel.
Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas
cangkang dan buluh dipasang sekat (buffle). Ini bertujuan untuk membuat
turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time), namun
pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban
kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.

Gambar 2.1.1. Alat penukar panas jenis shell and tube heat exchanger
2. Double pipe heat exchanger
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda (double pipe).
Dalam jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah
aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruang
annular dan cairan lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat.
Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di
dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis
ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang
tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis
selongsong dan buluh (shell and tube heat exchanger).

Gambar 2.1.2. Alat penukar panas jenis pipa rangkap (double pipe heat exchanger)
4
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

3. Plate and frame heat exchanger


Alat penukar panas pelat dan bingkai (plate and frame) terdiri dari paket
pelat-pelat tegak lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak
lurus dipasang penyekat lunak (biasanya terbuat dari karet). Pelat-pelat dan sekat
disatukan oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10
(kebanyakan segi empat) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang
ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang
lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.

Gambar 2.1.3. Alat penukar panas jenis pelat dan bingkai (plate and frame heat
exchanger)
4. Air cooled heat exchanger
Air cooled heat exchanger umumnya digunakan untuk fluida gas, liquid dan
kondensasi. Air cooled heat exchanger cenderung menjadi tidak ekonomis jika
temperatur outlet kurang dari 20 sampai 30OC di atas temperatur ambien. Tube dan
header dapat difabrikasi dengan menggunakan material umum. Fin biasanya
menggunakan material aluminium, kadang-kadang material steel galvanised
digunakan dalam kondisi korosif, tapi mempunyai loss efficiency yang cukup besar.
Alat ini mempunyai fouling factor yang tinggi, yang perlu dipertimbangkan adalah
desain header box untuk memudahkan akses mechanical cleaning pada tube side.
Pada fin aluminium memungkinkan terjadinya korosi. Masalah utama adalah
cleaning di sekitar air side dan fan drives.

Gambar 2.1.4. Alat penukar panas jenis air cooled


5
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

Yang umum dipakai adalah shell and tube heat exchanger karena:
1. Memiliki luas permukaan perpindahan panas per satuan volume yang besar
2. Untuk area yang kecil cukup dengan double pipe
3. Aliran fluida dapat diatur dengan co-current maupun counter current
4. Terjadi perpindahan panas secara konveksi (antara shell dan fluida) dan konduksi
(antara dinding-dinding shell).
Perpindahan panas yang terjadi di heat exchanger akan didahului dengan panas
yang terjadi di masing-masing pipa dan tergantung pada sifat bahan dan diameter pipa.
Makin besar diameter pipa makin besar perpindahan panasnya. Biasanya panas yang
melewati dinding secara keseluruhan ditentukan oleh koefisien luas maupun dalam.
Untuk konduksi ditentukan oleh tebal pipa dan bahan pipa. Hantaran panas heat
exchanger ditentukan oleh koefisien perpindahan panas secara menyeluruh (U).

2.2. Jenis-Jenis Perpindahan Panas


Menurut cara penghantar dayanya, perpindahan panas dibedakan menjadi :
1. Konduksi
Merupakan perpindahan panas yang terjadi karena molekul-molekul dalam zat
bersinggungan, dimana besarnya kecepatan perpindahan panas :
ΔT
Q = k. A. Δx

dengan Q = kecepatan perpindahan panas secara konduksi (Btu/jam)


A = luas perpindahan panas (ft2)
K = konduktivitas (Btu/ft.hr.oF)
ΔT = beda suhu antara permukaan panas dan dingin (oF)
Δx = tebal bahan yang dilalui panas (ft)
Berdasarkan hukum Fourier, besarnya Q tergantung pada :
- besar kecilnya konduktivitas (k)
- berbanding lurus dengan beda suhu (ΔT)
2. Konveksi
Merupakan perpindahan panas disebabkan adanya gerakan atom/molekul suatu
gas/cairan yang bersinggungan dengan permukaan.
Persamaannya : Qc = h. A. (Ts − Tv)
dengan Qc = laju perpindahan panas konveksi (Btu/hr)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (Btu/hr.ft2.oF)

6
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

A = luas perpindahan panas (ft2)


Ts = suhu permukaan batang (oF)
Tv = suhu solubility (oF)
3. Radiasi
Merupakan gelombang perpindahan panas karena adanya perbedaan suhu dan
berlangsung secara gelombang elektromagnetik tanpa perantara.
Persamaannya : Qr = C.F.A (T14-T24)
dengan Qr = energi perpindahan panas reaksi (Btu/jam)
c = konstanta Stefan Boltzman
F = faktor panas (emitifitas bahan)
A = luas bidang (ft2)
T1 = suhu mutlak
T2 = suhu mutlak

2.3. Azas Black


Azas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan oleh
Joseph Black. Azas ini menjabarkan :
- Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang panas
memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama
- Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas
benda panas
- Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang diserap
bila dipanaskan
Bunyi Azas Black adalah sebagai berikut :
“Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhunya lebih
tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang suhunya lebih rendah.”
Dirumuskan : Qh = Wh.Cph (Th1-Th2)
Qc = Wc.Cpc (Tc2-Tc1)

2.4. Overall Coefficient Heat Transfer (U)


Hal yang sangat penting untuk menganalisa alat penukar panas adalah koefisien
perpindahan panas menyeluruh (U). Koefisien ini merupakan ukuran dari alat penukar
panas dalam hal memindahkan panas. Untuk harga U yang besar maka kecepatan

7
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

perpindahan panas akan besar, namun sebaliknya jika U kecil maka kecepatan
perpindahan panas harganya kecil.

Hot fluid Cold fluid

Gambar 2.1.5. Penggambaran Sisi Aliran Panas dan Aliran Dingin pada Heat
Exchanger
Bila dalam alat penukar panas kedua fluida dalam alat penukar panas dipisahkan
dalam bidang datar maka U dapat dinyatakan dalam bentuk :
1
U= 1 𝑥 1
( )+( )+( )
ℎ𝑖 𝑘 ℎ𝑜

hi = koefisien perpindahan panas konveksi pada sisi kiri


ho = koefisien perpindahan panas konveksi pada sisi kanan
x = tebal dinding
k = konduktivitas panas bahan dinding
Harga U tergantung pada :
1. Tebal dinding, semakin tebal dinding harga U semakin kecil dan panas yang
ditransfer juga semakin kecil
2. Daya hantar panas
3. Beda suhu, semakin besar beda suhu maka U semakin besar
4. Luas bidang permukaan panas.

2.5. Pengertian Ui, Uo, Ud, Uc


Bila kedua fluida dibatasi oleh dinding pipa yang jari-jari di dalamnya ri dan
jari-jari luarnya ro maka U dapat dituliskan dalam bentuk :
1
Uo = 1 𝑟0 𝑟0 𝑟0 1
( )+( )𝑙𝑛( )+( )( )
ℎ0 𝑘 𝑟𝑖 𝑟𝑖 ℎ0

1
Ui = 1 𝑟𝑖 𝑟0 𝑟𝑖 1
( )+( )𝑙𝑛( )+( )( )
ℎ0 𝑘 𝑟𝑖 𝑟0 ℎ𝑖

Uo dan Ui masing-masing adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh


berdasarkan luas permukaan pipa bagian luar dan bagian dalam. Rumus Uo dan Ui di
atas hanya berlaku hanya untuk pipa atau permukaan yang bersih (clean surface).

8
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

• Scaling
Scaling adalah endapan yang terbentuk pada permukaan pipa/tube yang kontak
dengan air. Scale atau kerak ini disebabkan oleh air yang memiliki kesadahan tinggi.
Komponen utama pembentukkan scale adalah kalsium karbonat, kalsium sulfat, dan
juga senyawa magnesium hidroksida.
• Fouling factor (Rd)
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di
permukaan heat exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan
heat transfer. Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi
dan proses biologi. Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas
pada heat exchanger. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir,
juga disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari
jenis fluida yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh
pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau
memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan atau
mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut.
Penyebab terjadinya fouling :
- Adanya pengotor berat yaitu kerak yang berasal dari hasil korosi atau cake.
- Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak
keras.
Akibat fouling :
- Mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan biaya, baik
investasi, operasi maupun perawatan.
- Ukuran heat exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat, waktu
shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.
Faktor pengotoran (fouling factor) dapat dicari persamaan :
𝑈𝑐−𝑈𝑑
Rd =
𝑈𝑐 . 𝑈𝑑
ℎ𝑖𝑜 .ℎ𝑜 𝑄
dengan Uc = dan Ud =
ℎ𝑖𝑜+ℎ𝑜 𝐴 ΔT
dimana Uc = koefisien perpindahan panas menyeluruh bersih
Ud = koefisien perpindahan panas menyeluruh (design)
hio = koefisien perpindahan panas pada permukaan luar tube
ho = koefisien perpindahan panas fluida diluar tube

9
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

2.6. Pemilihan Fluida pada Shell dan Tube


- Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam tube karena tube standar cukup kuat
menahan tekanan yang tinggi.
- Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam tube agar pembersihan lebih mudah
dilakukan.
- Fluida korosif dialirkan di dalam tube karena pengaliran di dalam shell
membutuhkan bahan konstruksi yang mahal yang lebih banyak.
- Fluida bertemperatur tinggi dan diinginkan untuk memanfaatkan panasnya
dialirkan di dalam tube karena dengan ini kehilangan panas dapat dihindarkan.
- Fluida dengan viskositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube karena
pengaliran fluida dengan viskositas tinggi di dalam penampang alir yang kecil
membutuhkan energi yang lebih besar.
- Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat digunakan baffle
untuk menambah laju perpindahan.
- Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube yang kecil
menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup tinggi, sehingga
menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.

2.7. Penjabaran Rumus ΔTLMTD


Untuk mendesain alat penukar panas dan memperkirakan kemampuan alat
penukar panas maka harus ditampilkan hubungan antara total panas yang dipindahkan
dengan besaran yang lain misalnya suhu masuk dan suhu keluar dari kedua fluida,
harga koefisien perpindahan panas menyeluruh U dan luas perpindahan panas dari alat
penukar panas tersebut.
Panas yang dilepas oleh fluida panas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan :
Q = mh.Cph (Thi - Tho)
Panas tersebut secara keseluruhan diterima oleh fluida dingin yang dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan :
Q = mc.Cpc (Tco - Tci)
Panas yang dilepas oleh fluida panas dan diterima oleh fluida dingin dapat terjadi
karena adanya beda suhu ΔT = Th - Tc yang disebut beda suhu lokal antara fluida
panas dan fluida dingin pada suatu titik atau lokal tertentu, dimana dari ujung
pemasukan sampai ujung pengeluaran harga ΔT selalu berubah. Dengan menggunakan
neraca energi, dapat dirumuskan sebagai berikut.
10
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

dq = - mh.Cph.dTh = - Ch.dTh dimana mh.Cph = Ch


dq = mc.Cpc.dTc = Cc.dTc dimana mc.Cpc = Cc
Perpindahan panas melalui luasan dA dapat dinyatakan sebagai :
dq = U. T . dA
dimana ΔT = Th - Tc
d(ΔT) = dTh - dTc
𝑑𝑞
dq = -Ch . dTh dTh = − 𝑐ℎ
𝑑𝑞
dq = Cc . dTc dTc =
𝑐𝑐
1 1
dijumlahkan maka didapat: dTh + dTc = −dq ( − )
𝑐ℎ 𝑐𝑐
1 1
d(ΔT) = −dq ( − )
𝑐ℎ 𝑐𝑐
Substitusi dq = U . ΔT . dA, maka akan diperoleh :
1 1
d(ΔT) = U . ΔT . dA ( − )
𝑐ℎ 𝑐𝑐
(ΔT) 1 1
− =−U( + ) . dA
ΔT 𝑐ℎ 𝑐𝑐
Diintegralkan sepanjang alat penukar panas didapatkan :
2 (ΔT) 1 1 2
∫1 =−U( + ) . ∫1 𝑑𝐴
ΔT 𝑐ℎ 𝑐𝑐
(ΔT2) 1 1
ln = − U.A ( + )
(ΔT1) 𝑐ℎ 𝑐𝑐
𝑞 𝑞
Substitusi ch = dan cc =
𝑇ℎ𝑖−𝑇ℎ𝑜 𝑇𝑐𝑜−𝑇𝑐𝑖
(ΔT2) 𝑇ℎ𝑖−𝑇ℎ𝑜 𝑇𝑐𝑜−𝑇𝑐𝑖
ln = − U.A ( + )
(ΔT1) 𝑞 𝑞
(ΔT2) 𝑈.𝐴
ln =− [(Thi-Tci) – (Tho-Tco)]
(ΔT1) 𝑞

dimana T1 = Thi - Tci dan T2 = Tho - Tco


ΔT2− ΔT1
Maka didapat q = U . A
ln (ΔT2⁄
ΔT1)
ΔT2− ΔT1 ΔT1− ΔT2
Sehingga ΔTm = ΔTLMTD = ΔT2 = ΔT1
ln ( ⁄
ΔT1) ln ( ⁄
ΔT2)
Perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin tergantung pada beda suhu
rata-rata logaritma (LMTD), luas permukaan perpindahan panas (A), dan overall heat
transfer coefficient (U).
q = U . A .ΔTLMTD

11
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

persamaan ini hanya berlaku untuk keadaan:


1. Cairan dalam keadaan steady state dan kecepatan aliran konstan
2. U dan A konstan
3. Cp konstan walau suhu berubah
4. Panas yang hilang di sekeliling di abaikan
5. Berlaku untuk co-current dan counter current
6. Tidak berlaku untuk aliran silang
7. Dalam sistem tidak ada perbedaan fase.

2.8. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Co-Current dan Counter Current


1. Co-Current
• Kelebihan
- biasa dipakai dalam 1 fasa di multifase heat exchanger
- dapat membatasi suhu maksimal fluida dingin
- dapat mengubah salah satu fluida dengan cepat
• Kekurangan
- panas yang dihasilkan lebih kecil dibanding counter current
- jarang dipakai dalam single pass heat exchanger
- tidak mungkin didapat salah satu fluida yang keluar mendekati suhu masuk
fluida lain
2. Counter Current
• Kelebihan
- panas yang dihasilkan cukup besar dibandingkan co-current
- suhu keluar dari salah satu fluida dapat mendekati suhu masuk fluida lain
- bahan konstruksi lebih awet karena thermal stress-nya kecil
• Kekurangan
- tidak dapat dipakai untuk mengubah suhu fluida dengan cepat
- kurang efisien jika dipakai untuk menaikkan suhu fluida dingin untuk batas
tertentu

12
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Bahan dan Alat


A. Alat yang Digunakan
1. Shell and tube heat exchanger
2. Thermometer
3. Thermostat
4. Selang
B. Bahan yang Digunakan
1. Air

3.2. Penetapan Variabel Percobaan


A. Variabel tetap
1. Skala cold fluid :
B. Variabel berubah
1. Skala hot fluid : 2, 4, 6, 8, dan 10
2. Jenis Aliran : Co-current dan Counter current
3. Suhu awal hot fluid : 50OC

3.3. Gambar Alat Utama

Cold Hot

Fluid Fluid

Gambar 3.3.1. Gambar rangkaian alat utama praktikum perpindahan panas.


Keterangan :
1. Header 6. O-ring seal
2. Fixed tube plate 7. Floating tube plate
3. Shell 8. Header
4. Baffle 9. Drain socket
5. Tube
13
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

3.4. Respon
Perbedaan suhu fluida panas masuk dan keluar.
Perbedaan suhu fluida dingin masuk dan keluar.

3.5. Data Percobaan yang Dibutuhkan


1. Jenis aliran : Co-current dan Counter current
2. Flowrate hot fluid : 2, 4, 6, 8, 10
3. Suhu awal hot fluid : 50OC
4. Perubahan suhu pada flowrate tertentu, baik hot atau cold fluid tiap 1 menit
selama 10 menit (Thi, Tho, Tci, Tco)
5. Hitung besarnya ΔTLMTD, Ui, Uo, Ud, Uc, dan Rd berdasarkan data diatas lalu
buatlah grafik hubungan dengan suhu awal dan flowrate hot fluid.

3.6. Prosedur Percobaan


1. Nyalakan heater dan unit refrigerasi pada hot dan cold tank. Atur knop thermostat
sesuai suhu yang ingin dicapai pada hot tank.
2. Pasang thermometer pada aliran masuk dan keluar HE untuk cold dan hot fluid.
3. Pompa dalam keadaan mati, hubungkan keempat flexible hose dengan socket yang
ada di atas bench. Periksa sekali lagi apakah aliran hot/cold fluid sudah sesuai
variabel percobaan. Jaga jangan sampai aliran hot fluid dihubungkan silang
dengan cold fluid karena akan merusak alat.
4. Setelah semua terpasang, cek kebocoran dengan cara menyalakan hot dan cold
pump. Jika terjadi kebocoran, matikan hot dan cold pump dan ulangi langkah
nomor 3 hingga tidak terjadi kebocoran.
5. Setelah tidak terjadi kebocoran tunggu suhu pada hot dan cold tank tercapai,
kemudian nyalakan hot dan cold pump.
6. Dengan valve pengatur flowrate, aturlah aliran hot dan cold fluid yang masuk.
7. Setelah flowrate sesuai, operasi mulai dijalankan dan catat data perubahan suhu
setiap 1 menit selama 10 menit.
8. Variabel yang di variasikan dalam percobaan ini adalah:
a. Jenis aliran : Co-current dan Counter current
b. Flowrate hot fluid: 2, 4, 6, 8, 10
9. Bila percobaan telah selesai, matikan kedua pompa, heater dan unit refrigerasi.
Lepaskan flexible hose dan thermometer.
14
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4. 1. Hasil Percobaan
Tabel 4.1.1. Data Skala, Flowrate, Suhu, ΔTLMTD Aliran Co-Current
Flowrate Thi Tho Tci Tco ΔTLMTD
Skala
L/menit m3/detik (OC) (OC) (OC) (OC) (OC)
2 7 1,167 . 10-4 46,7 45,3 30,5 31,2 15,126
4 10 1,667 . 10-4 47,2 45,6 32,5 33,7 13,251
6 13 2,167 . 10-4 46,6 45,4 32,7 33,9 12,662
8 16 2,667 . 10-4 46,36 44,45 33,0 34,36 11,649
10 19 3,167 . 10-4 45,55 43,73 33,55 34,55 10,527

Tabel 4.1.2. Data Skala, Flowrate, Suhu, ΔTLMTD Aliran Counter Current
Flowrate Thi Tho Tci Tco ΔTLMTD
Skala
L/menit m3/detik (OC) (OC) (OC) (OC) (OC)
2 7 1,167 . 10-4 46,36 43,45 31,27 33,64 12,448
4 10 1,667 . 10-4 46,27 43,36 30,91 33,09 12,812
6 13 2,167 . 10-4 46,18 43,82 30,55 32,27 13,587
8 16 2,667 . 10-4 46,18 43,36 30,73 31,91 13,433
10 19 3,167 . 10-4 46,27 45,09 30,36 31,09 14,954

Tabel 4.1.3. Data Skala, Qh, Qc, Ui, Uo, Ud, Uc Aliran Co-Current
Ui Uo Ud Uc
Skala Qh (J/s) Qc (J/s)
(J/m .s. C) (J/m .s. C) (W/m. C) (W/m.OC)
3 O 3 O O

2 682,76 1.193,52 237,57 218,06 227,81 621,55


4 1.114,62 2.046,04 442,71 406,36 424,54 807,99
6 1.086,71 2.046,04 451,71 414,61 433,16 950,31
8 2.128,77 2.318,84 961,81 882,81 922,31 1497,88
10 2.408,75 1.705,03 1.204,30 1.105,40 1.154,85 1971,91

Tabel 4.1.4. Data Skala, Qh, Qc, Ui, Uo, Ud, Uc Aliran Counter Current
Ui Uo Ud Uc
Skala Qh (J/s) Qc (J/s)
(J/m3.s.OC) (J/m3.s.OC) (W/m.OC) (W/m.OC)
2 1.419,18 4.040,93 600,05 550,77 575,41 823,844
4 2.027,22 3.716,97 832,78 764,39 798,58 932,586
6 2.137,19 2.932,66 827,88 759,89 793,88 986,737
8 3.143,00 2.011,94 1.231,45 1.130,32 1.180,89 1994,019
10 1.561,72 1.244,67 549,66 504,52 527,09 847,971

15
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

4. 2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Flowrate terhadap Nilai Ui dan Uo

1400

1200

1000
U (J/m3.s.OC)

800

600

400
Ui Co-current
Uo Co-Current
200 Ui Counter-Current
Uo Counter-Current
0
0.0001167 0.0001667 0.0002167 0.0002667 0.0003167
Flowrate Hot Fluid (m3/detik)
Gambar 4.2.1. Grafik Hubungan Flowrate terhadap Ui dan Uo

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa nilai Ui (koefisien perpindahan


panas overall pada pipa bagian dalam) lebih besar daripada nilai Uo (koefisien
perpindahan panas overall pada pipa bagian luar) baik pada aliran co-current
maupun counter current untuk flowrate hot fluid yang sama. Hal ini dipengaruhi
oleh luas perpindahan panas, dimana luas permukaan (A) berbanding terbalik
dengan U sehingga semakin besar A, maka harga U yang diperoleh akan semakin
kecil, dengan Ai < Ao maka Ui > Uo.
Ai = 5 π Di L dan Ao = 5 π Do L
ρ .vh .cph .ΔTh ρ .vh .cph .ΔTh
Ui = dan Uo =
𝐴𝑖 . ΔTLMTD 𝐴𝑜 . ΔTLMTD

Pada percobaan ditunjukkan pula bahwa semakin besar flowrate hot fluid
maka harga Ui dan Uo baik pada aliran co-current maupun counter current
memiliki kecenderungan untuk semakin meningkat. Hal ini terjadi karena Ui dan
Uo berbanding lurus dengan flowrate, seperti yang dijelaskan pada persamaan
berikut:
ρ .vh .cph .ΔTh ρ .vh .cph .ΔTh
Ui = dan Uo =
𝐴𝑖 . ΔTLMTD 𝐴𝑜 . ΔTLMTD

Pada laju alir hot fluid 1,167 x 10-4 m3/s, 1,667 x 10-4 m3/s, dan 2,167 x 10-4
m3/s, nilai Ui pada aliran counter current lebih besar dibandingkan aliran co-
current. Hal ini terjadi karena perbedaan suhu rata-rata setiap bagian heat

16
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

exchanger (ΔTLMTD) untuk aliran counter current lebih besar dibandingkan aliran
co-current. Selain itu, nilai Uo pada aliran counter current juga lebih besar
dibandingkan aliran co-current. Hal ini terjadi karena perbedaan suhu rata-rata
setiap bagian heat exchanger (ΔTLMTD) untuk aliran counter current lebih besar
dibandingkan aliran co-current. Sehingga dengan nilai (ΔTLMTD) yang lebih kecil
nilai, Ui dan Uo pada co-current menjadi lebih besar, dan perpindahan panas dari
fluida panas ke fluida dingin menjadi lebih mudah.

4.2.2. Pengaruh Flowrate terhadap Nilai Uc dan Ud

2500
Ud Co-current
Uc Co-Current
2000
Ud Counter-Current
Uc Counter-Current
U (J/m3.s.OC)

1500

1000

500

0
0.0001167 0.0001667 0.0002167 0.0002667 0.0003167
Flowrate Hot Fluid (m3/detik)
Gambar 4.2.2. Grafik Hubungan Flowrate terhadap Uc dan Ud

Pada grafik diketahui bahwa nilai Uc dan Ud cenderung meningkat seiring


dengan peningkatan laju alir fluida panas. Hal ini disebabkan karena dengan
meningkatnya laju alir, maka transfer panas dari fluida panas ke fluida dingin
menjadi lebih cepat. Sesuai dengan persamaan :
U . A . ΔTLMTD= ρ .vh .cph .ΔTh
Dimana, U = koefisien perpindahan panas
vh = laju alir fluida panas
ΔT = perubahan suhu
ΔTLMTD = beda suhu rata-rata logaritma (OC)
ρ = densitas
Cph = kalor jenis

17
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin nilai koefisien


perpindahan panas (U) berbanding lurus dengan laju alir fluida (vh), sehingga
semakin besar laju alir hot fluid dalam heat exchanger maka semakin besar pula
nilai U yang diperoleh. Selain itu, dari grafik juga diketahui bahwa nilai Uc selalu
lebih besar daripada nilai Ud. Hal ini disebabkan karena adanya proses fouling
yang terjadi dalam heat exchanger yang dapat memperlambat laju alir sehingga
harga Ud (koefisien perpindahan panas overall kalor) yang diperoleh lebih kecil
daripada Uc (koefisien perpindahan panas overall bersih). Fouling merupakan
peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di permukaan heat
exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer.
Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi.
Namun, dalam percobaan ini aliran counter current pada laju alir fluida panas
3,167 x 10-4 m3/s mengalami penurunan karena diakibatkan oleh adanya kerak yang
terakumulasi dalam heat exchanger dan memperlambat laju alir sehingga proses
perpindahan panas terganggu sehingga nilai Ui dan Uo pada laju alir hot fluid 3,167
x 10-4 m3/s lebih rendah dibandingkan aliran co-current.

4.2.3. Nilai Rd dan Rekomendasi Perawatan Heat Exchanger

0.0035

0.003

0.0025
Rd Co-current
0.002
Rd

Rd Counter-
0.0015 Current
Rd toleransi
0.001

0.0005

0
0.0001167 0.0001667 0.0002167 0.0002667 0.0003167
Flowrate Hot Fluid (m3/detik)
Gambar 4.2.3. Grafik Hubungan Flowrate terhadap nilai Rd

Berdasarkan grafik diatas, faktor pengotoran (Rd) cenderung menurun seiring


dengan bertambahnya laju alir. Hal ini disebabkan karena semakin cepat laju alir

18
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

fluida, maka waktu tinggal fluida makin kecil sehingga kemungkinan terbentuknya
kerak semakin kecil.
Pada aliran co-current, nilai Rd-nya lebih kecil daripada aliran counter-
current. Hal ini disebabkan karena nilai Uc pada aliran counter-current lebih besar
dari Uc aliran co-current, dan nilai Ud aliran counter-current lebih kecil dari Ud
aliran co-current. Hal ini dapat dijelaskan dari persamaan :
1 1 Uc − Ud
Rd = − =
Ud U c Uc . Ud

Namun pada flowrate hot fluid 3,167 x 10-4 m3/s co-current lebih besar
daripada counter current. Hal ini disebabkan oleh akumulasi kerak dalam heat
exchanger yang mempengaruhi oefisien perpindahan panas sehingga
mempengaruhi nilai faktor pengotoran. Dari data Rd yang didapat, baik itu aliran
co-current maupun counter-current, dapat disimpulkan bahwa heat exchanger ini
masih layak digunakan karena nilai Rd yang diperoleh belum melampaui batas
nilai Rd toleransi yang diperbolehkan, yaitu Rd = 0,003.
(Kern, Process Heat Transfer Page 108).
Adapun perawatan yang perlu dilakukan dalam penggunaan heat exchanger
antara lain :
a. Dilakukan pembersihan heat exchanger minimal 1 tahun sekali
b. Jika nilai Rd melampaui batas Rd toleransi, dilakukan penggantian tube dengan
diameter yang lebih besar
c. Mengatasi Pengotoran
 Memilih fluida yang akan dimasukkan kedalam alat penukar kalor.
 Melakukan pembersihan secara berkala untuk membuang kotoran-
kotoran yang ada di dalam selubung atau tabung alat penukar kalor.
 Mempergunakan bahan yang cocok agar kotoran yang terdapat pada alat
penukar kalor benar-benar bersih dan ketika membersihkan alat penukar
kalor tersebut tidak mengalami kerusakan pad dindingmya.
d. Mengatasi korosi
Korosi dapat dikendalikan atau diminimalisir dengan cara :
 Lapis lindung, yaitu dengan melapisi logam dengan bahan lain yang
lebih tahan karat, sehingga proses korosi dapat diperlambat,

19
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

 Reaksi katodik (perlindungan), yaitu dengan cara arus tanding dan


dengan anoda karbon
 Inhibitor adalah substansi kimia, bila ditambahkan dalam konsentrasi
yang relative sedikit ke lingkungan korotif, secara efektif dapat
menurunkan laju korosi logam.

4.2.4. Koefisien α, p, dan q pada Peristiwa Perpindahan Panas


Peristiwa perpindahan panas terjadi dengan cara gabungan konduksi dan
konveksi, tidak ada perubahan fase dan tidak ada radiasi yag signifikan.
Persamaan:
hD Dvρ p cpµ q
= α[ ] [ ]
k μ k
Merupakan rumus utama dari Bilangan Nusselt (Nu) yaitu rasio perpindahan
panas konveksi dan konduksi normal terhadap batas dalam kasus perpindahan
panas konveksi dan konduksi normal terhadap batas dalam kasus perpindahan
panas pada permukaan fluida. Nilai α, p dan q dapat dihitung dengan cara numerik.
Unuk mendapatkan nilai-nilai konstanta α, p dan q maka diperlukan 3
persamaan. Oleh karena itu, diambil nilai-nilai Bilangan Nusselt, Prandtl dan
Reynold dari 3 skala rotameter pada jenis aliran counter current.
Skala 2 :
hiDi Dvρ p cpµ q
= α[ ] [ ]
k μ k
30.095,94(W/m2 °C). 0,0209133 m
= α[21.363,39]p [4,1068]q
0,6377 (W/m 0 C)
992,597 = α[21.363,39]p [4,1068]q
Log 992,597 = log α + p ∙ log 21.363,39 + 𝑞 ∙ log 4,1068
2,9968 = log α + 4,3297 p + 0,6135 q ……… (1)

Skala 4 :
W
31.546,61 ( °C) . 0,0209133 m
m2 = α[22.838,63]p [4,2134]q
0,6375(W/m 0 C)
1.042,908 = α[22.838,63]p [4,2134]q
Log 1.042,908 = log α + p ∙ log 22.838,63 + 𝑞 ∙ log 4,2134
3,018 = log α + 4,3587 p + 0,6246 q …………. (2)
20
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

Skala 6 :
W
33.300,29 ( °C) . 0,0209133 m
m2 = α[24.812,78]p [4,3036]q
0,6382(W/m 0 C)
1.103,333 = α[24.812,78]p [4,3036]q
Log 1.103,333 = log α + p ∙ log 24.812,78 + 𝑞 ∙ log 4,3036
3,043 = log α + 4,3947 p + 0,6338 q …………. (3)

Eliminasi nilai log α dari persamaan (1) dan (2)


2,9968 = log α + 4,3297 p + 0,6135 q (× 2)
3,018 = log α + 4,3587 p + 0,6246 q (× 1,97)
_____________________________ _
5,9936 = log α + 8,6594 p + 1,227 q
5,9455 = log α + 8,5866 p + 1,227 q
_____________________________ _
0,0481 = 0,0,0946 p
Di dapatkan nilai p = 0,508

Eliminasi nilai log α dari persamaan (2) dan (3)


3,018 = log α + 4,3587 p + 0,6246 q
3,043 = log α + 4,3947 p + 0,6338 q
_____________________________ _
-0,025 = -0,036 p – 0,0092 q
-0,025 = -0,036 (0,508) – 0,0092 q
Didapatkan nilai q = 0,728

Substitusi nilai p dan q ke persamaan (1) sehingga didapatkan nilai 𝛂 = 𝟏, 𝟏𝟐


Pembuktian nilai α = 1,12 ; p = 0,508 ; q = 0,728 ke persamaan (1)

W
30.095,94 ( °C) . 0,0209133 m
m2 = 1,12[21.363,39]0,661 [4,1068]0,1413
W
0,6377 ( 0 )
m C
992,597 ≈ 994,988

21
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

Dari literature yang ada untuk aliran counter current, harga 𝛂 = 𝟎, 𝟑𝟔; p =
0,55; q = 0,33 yang dijelaskan melalui persamaan:

ho Dc Dc Gs 0,55 cpµ 0,33


= 0,36 [ ] [ ]
k μ k

(Kern, equation page 137)

Dari hasil percobaan yang didapatkan, dengan menghitung selisih antara nilai
Re dan Pr pada tiap nilai Gs, maka didapat % error :

Nu Model : Nu Percobaan :

ho Dc Dc Gs 0,55 cpµ 0,33 ho Dc Dc Gs 0,661 cpµ 0,1413


= 0,36 [ ] [ ] = 1,12 [ ] [ ]
k μ k k μ k

Tabel 4.2.1 Nilai % error antara Nu Percobaan dengan Nu Model


flowrate Nu Nu Error
Re Pr
liter/menit m3/s Model Percobaan (%)
7 1,167 .10-4 2487,649 5,81 138,930789 1.012,4571 86,28%
10 1,667 .10-4 2448,503 5,88 145,285478 1.060,5831 86,3%
13 2,167 .10-4 2621,574 5,89 152,283439 1.108,2670 86,26%
16 2,667 .10-4 2580,535 5,93 159,463921 1.159,6441 86,25%
19 3,167 .10-4 1894,436 5,04 164,188657 1.194,8043 86,26%

22
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Nilai Ui pada aliran counter current lebih besar dibandingkan aliran co-
current. Hal ini terjadi karena perbedaan suhu rata-rata setiap bagian heat
exchanger (ΔTLMTD) untuk aliran counter current lebih besar
dibandingkan aliran co-current.
2. Koefisien perpindahan panas bersih (Uc) lebih besar daripada koefisien
perpindahan panas kotor (Ud) baik pada aliran co-current maupun
counter current.
3. Semakin tinggi flowrate, maka nilai Uc dan Ud juga meningkat. Hal ini
dikarenakan nilai U berbanding lurus dengan nilai laju alir.
4. Nilai α, p, dan q yang diperoleh yaitu α = 1,12; p = 0,508; dan q = 0,728
5. Rd percobaan lebih kecil daripada Rd yang diijinkan yang berarti bahwa alat
belum saatnya dibersihkan dan masih layak digunakan.

5.2. Saran
1. Pemasangan selang harus benar-benar rapat dan kuat agar tidak terjadi
kebocoran
2. Pembacaan suhu harus cermat dan teliti.
3. Pembacaan skala flowrate harus cermat dan teliti.
4. Usahakan alat dalam keadaan kering agar tidak terjadi kontak dengan arus
listrik

23
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
PERPINDAHAN PANAS

DAFTAR PUSTAKA

Brown, G. G. 1976. Unit Operations, Moderns Asia Edition. John Willey and Sons Inc.
New York.
Holman,J.D.1997. “Perpindahan Kalor”,edisi ke-6, Jakarta: Erlangga.
http://www.southwestthermal.com/shell-tube-exchanger.html diakses pada tanggal 7
Desember 2014 pukul 21.09 WIB
http://iswahyudi8962.blogspot.com/2011/12/heat-exchanger.html diakses pada tanggal 7
Desember 2014 pukul 21.19 WIB
http://wbsakti.wordpress.com/2014/03/06/heat-exchanger-definisi-dan-type/ diakses pada
tanggal 7 Desember 2014 pukul 21.34 WIB
http://andysembiring.blogspot.com/2011/06/perawatan-mesin-pada-heat-exchanger.html
diakses pada tanggal 7 Desember 2014 pukul 20.52 WIB
Kern, D. G. 1980. Process Heat Transfer. McGraw Hill Book Co. Ltd. Kogakusha, Tokyo.
Marsoem, “Modul Alat Penukar Panas”, Jurusan Teknik Kimia UNDIP, hal 9 dan 17.
McAdam, William H. 1959. Heat Transmittion. McGraw Hill Book Co. Ltd. Kogakusha,
Tokyo.
Perry, R.H and Chilson, “Chemical Engineering Handbook”, 5th ed, Mc Graw Hill Book

24
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014

Anda mungkin juga menyukai