Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016/2017


MODUL

: LEACHING (Ekstraksi Padat-Cair)

PEMBIMBING

: Ir. Dwi Nirwantoro Nur, MT.

Tanggal Praktikum

: 18 Oktober 2016

Tanggal Penyerahan : 26 Oktober 2016


Oleh :
Kelompok

Nama

: Ingga Yudha P

Kelas

(141411042)

Irinda Fitri

(141411043)

Isty Fauziah

(141411044)

Mega Nurjannah A

(141411045)

M. Egi Ramadhan

(141411046)

: 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan kimia yang memisahkan atau menarik
suatu komponen-komponen kimia pada suatu sampel dan umumnya dapat larut dalam air.
Ekstraksi Padat Cair atau Leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan
inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen
terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi.
Ekstraksi dari bahan padatan dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam
solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut
dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, percobaan ini dilakukan untuk membuktikan teori dari
ektraksi padat cair. Umpan yang digunakan adalah kelapa parut yang mengandung pelarut air
(H2O).
1.2 Tujuan
1. Mengoperasikan peralatan ekstraksi padat-cair (Leaching) sesuai Standar Operasi
Prosedur (SOP) di Laboratorium Pilot Plant Politeknik Negeri Bandung
2. Menentukan densitas produk per satuan waktu
3. Mengetahui pengaruh waktu ekstraksi terhadap densitas produk

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau
lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven)
sebagai separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda
dari komponen-komponen dalam campuran.
2.2 Ekstraksi Padat-Cair (Leaching)
Leaching ialah ekstraksi padat-cair dengan perantara suatu zat pelarut. Proses
ini dimaksudkan untuk mengeluarkan zat terlarut dari suatu padatan atau untuk
memurnikan padatan dari cairan yang membuat padatan terkontaminasi, seperti
pigmen. Metode yang digunakan untuk ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya zat
yang larut, penyebarannya dalam padatan, sifat padatan dan besarnya partikel. Jika zat
terlarut menyebar merata di dalam padatan, material yang dekat permukaan akan
pertama kali larut terlebih dahulu. Pelarut, kemudian akan menangkap bagian pada
lapisan luar sebelum mencapai zat terlarut selanjutnya, dan proses akan menjadi lebih
sulit dan laju ekstraksi menjadi turun.
Ekstraksi Padat-Cair (Leaching) adalah proses pemisahan zat yang dapat
melarut (solut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (inert)
dengan menggunakan pelarut cair (solvent). Proses ini dilakukan untuk mendapatkan
bagian yang mudah terlarut karena berharga ataupun untuk menghilangkan bagian yang
kurang berharga. Pelarut akan lebih mudah melarutkan solute yang ada pada
permukaan padatan sebelum mencapai solute selanjutnya.
2.3 Metode Operasi Leaching
Dikenal 4 jenis metoda operasi ekstraksi padat-cair. Berikut ini disajikan uraian
singkat mengenai masing-masing metoda tersebut:

a.Operasi dengan Sistem Bertahap Tunggal

Dengan metoda ini, pengontakan antara padatan dan pelarut dilakukan sekaligus,
dan kemudian disusul dengan pemisahan larutan dari padatan sisa. Cara ini jarang
ditemukan dalam operasi industri karena perolehan solut yang rendah.
b.Operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar atau aliran silang.
Operasi ini dimulai dengan pencampuran umpan padatan dan pelarut dalam tahap
pertama; kemudian aliran bawah dari tahap ini dikontakkan dengan pelarut baru pada
tahap berikutnya, dan demikian seterusnya. Larutan yang diperoleh sebagai aliran atas
dapat dikumpulkan menjadi satu seperti yang terjadi pada sistem dengan aliran sejajar,
atau ditampung secara terpisah, seperti pada sistem dengan aliran silang.

Gambar 2.1 Sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar

Gambar 2.2 Sistem bertahap banyak dengan aliran silang


c.Operasi secara kontinu dengan aliran berlawanan
Dalam sistem ini, aliran bawah dan atas mengalir secara berlawanan. Operasi
dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan pekat yang merupakan aliran
atas tahap kedua, dan padatan baru. Operasi berakhir pada tahap ke-n (tahap terakhir),
dimana terjadi pencampuran antara pelarut baru dan padatan yang berasal dari tahap ken (n-1). Dapat dimengerti bahwa sistem ini memungkinkan didapatkannya perolehan
solut yang tinggi, sehingga banyak digunakan di dalam industri.

Gambar 2.3 Sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan


d. Operasi secara batch dengan sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan
Sistem ini terdiri dari beberapa unit pengontak batch yang disusun berderet atau
dalam lingkaran yang dikenal sebagai rangkaian ekstraksi (extraction battery). Didalam
sistem ini, padatan dibiarkan stationer dalam setiap tangki dan dikontakkan dengan
beberapa larutan yang konsentrasinya makin menurun. Padatan yang hamper tidak
mengandung solut meninggalkan rangkaian setelah dikontakkan dengan pelarut baru,
sedangkan larutan pekat sebelum keluar dari rangkaian terlebih dahulu dikontakkan
dengan padatan baru di dalam tangki yang lain.

Gambar 2.4 Operasi batch bertahap empat dengan aliran berlawanan

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
No

Nama Alat

Spesifikasi

Jumlah

Satuan

1
2
3
4
5
6

Ekstraktor Pada-Cair
Ember
Gelas Kimia
Neraca
Piknometer
Stopwatch

1000 mL
25 ml
-

1
2
1
1
1
1

Set
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah

3.1.2 Bahan
No
1
2

Nama Bahan
Kelapa parut
Air

Spesifika
si
-

Jumlah
1000
menyesuaik
an

Satua
n
Gram
L

Kelapa parut
dimasukkan
kedalam umpan
bucket

Memasukkan
air kedalam
tangki

Mengalirkan
air sampai
memenuhi
heater

Mengatur
bukaan valve
steam

Mengukur
densitas produk

Melakukan
pengambilan
sampel awal
setelah air agak
pekat terbentuk
dibawah feed
bucket

Pastikan valve
keluaran
umpan bucket
tertutup

Tunggu sampai
air pada heater
mendidih

Membuka valve
keluaran feed
bucket dan
selanjutnya
mensirkulasikan
keluaran feed
kedalam tangki
umpan air

Pengabilan
sampel setiap
30 menit (5
kali)

3.2 Skema Kerja

Menghitung
densitas pelarut

Menjalankan
proses sampai
hasil ekstraksi
menjadi bening

BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN HASIL PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Pengamatan

Sampel
1
2
3
4
5

Waktu

Berat Kosong

Berat

Volume

(menit)

Piknometer

Piknometer +

Piknometer

(g)
Sampel (g)
(mL)
33,03
58,06
25
33,24
57,89
25
33,20
57,88
25
33,13
0,994
25
33,16
58,00
25
Tabel 4.1 Data Pengamatan Leaching

30
60
90
120
150

Densitas
(g/mL)
1,0012
0,9860
0,9872
0,9940
0,9936

4.2 Hasil pengolahan data


Dari hasil praktikum, diperoleh kurva hubungan antara densitas produk dengan
waktu pengamatan

densitas produk vs waktu


1.01
1
1

Massa Jenis (gr/cm3)

Y-Values

0.99

Linear (Y-Values)

0.99
0.98
0.98
0

100
200

waktu (menit)

Kurva 1. Hubugan antara massa jenis terhadap waktu

BAB V
PEMBAHASAN
Kelompok 5
Instrument ektraksi yang terdapat pada laboratorium Pilot Plant terdiri dari enam komponen
utama, yaitu : Wadah umpan, Wadah solvent, Pemanas solvent, Packing Column, Kondenser
Valve dan Pipa aliran steam dan cooling water. Fluida kondenser yang digunakan pada peralatan
ektraksi ini berasal dari cooling tower sedangkan steam berasal dari boiler. Dalam menjalankan
peralatan ektraksi langkah pertama adalah memastikan sambungan-sambungan pada peralatan
ektraksi tersambung dengan benar sehingga tidak akan terjadi kebocoran yang dapat
memperkecil efisiensi dari proses ektraksi. Setelah itu dimasukkan padatan yang mengandung
solute ke dalam wadah umpan, dan solvent ke dalam wadah solvent. Setelah itu dibuka aliran
fluida pendingin ke kondenser, dan terakhir dibuka aliran fluida pemanas (steam). Setelah aliran
steam dibuka maka proses ektraksi mulai berlangsung. Pada saat proses ektraksi berlangsung,
solvent akan teruapkan oleh steam dan terkondensasi oleh kondenser kemudian mengalir menuju
wadah penampung umpan dengan bantuan noozle agar luas permukaan dari solvent menjadi
besar dan meningkatkan efisiensi perpindahan massa solute dari umpan ke solvent. Solute yang
terlarutkan di dalam solvent akan tertampung hingga mencapai ketinggian tertentu yang
menentukan 1 siklus dari proses ekstraksi. Pengambilan sample pada ekstrak dapat dilakukan
melalui valve sampling ekstrak, karena selanjutnya ekstrak akan mengalir kembali ke wadah
solvent. Pipa U yang menghubungkan penampung ekstrak dan wadah solvent dihubungkan
sehingga hasil ekstrak masuk kembali kedalam wadah solvent. Kemudian setelah proses ektraksi
selesai langkah untuk mematikan peralatan ektraksi dimulai dengan dihentikannya laju alir
steam, rafinat dikeluarkan dari wadah umpan, solvent dikeluarkan dari wadah solvent, dan
terakhir dihentikannya laju alir fluida pendingin pada condenser. Hal yang sangat perlu
diperhatikan pada saat mengoperasikan ekstraksi adalah suhu dan tekanan karena pada
instrument ekstraksi ini di dominasi oleh kaca/gelas yang pada umumnya tidak tahan terhadap
suhu dan tekanan tinggi.
Fenomena perpindahan massa (proses fisis ekstraksi tersebut)
Sesuai dengan tujuan dari ekstraksi padat-cair adalah untuk mengambil komponen dari
padatan dengan bantuan solvent. Pada praktikum kali ini padatan atau umpan yang digunakan
adalah kelapa yang telah diparut. Solvent yang digunakan adalah air. Pada proses ektraksi ini

perpindahan massa dipengaruhi oleh beberapa faktor :

Ukuran partikel padatan (umpan)


Semakin kecil ukuran partikel padatan (umpan) maka semakin besar luas
permukaannya. Semakin besar luas permukaan dari umpan maka perpindahan massa
solute dari umpan ke solvent menjadi lebih mudah.

Suhu
Semakin tinggi suhu operasi maka semakin mudah solute terlarut dalam solvent, hal
ini dikarenakan tegangan permukaan solute dan gaya tarik-menarik antar dan padatan
mengecil pada suhu yang tinggi.

Pelarut
Pemilihan jenis pelarut harus disesuaikan dengan jenis solute yang akan diekstrak.
Pelarut diusahakan tidak akan melarutkan komponen lain pada padatan selain solute
yang diinginkan. Pelarut yang digunakan haruslah encer agar mudah di sirkulasikan.

Pada praktikum kali ini ukuran dari partikel padatan tidak merata, terdapat berbagai
ukuran partikel sehingga efisiensi dari perpindahan massa solute ke solvent tidak merata. Pada
umpan yang memiliki ukuran partikel besar, solute lebih sulit terlarut pada solvent dikarenakan
memiliki jarak yang lebih jauh dari luar permukaan padatan.
Data yang diambil dari praktikum kali ini adalah nilai densitas. Dari data percobaan dapat
dilihat bahwa massa jenis dari santan yang dihasilkan fluktuatif. Berdasarkan literatur, semakin
tinggi suhu zat cair maka harga densitasnya akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan pada saat
suhu meningkat, molekul dalam zat cair menjadi merenggang dan massa jenis akan semakin
kecil. Namun, hasil percobaan ternyata tidak sesuai dengan literatur. Ketidaksesuaian ini
dikarenakan oleh faktor massa dan volume dalam perhitungan yang berbeda. Hal ini terjadi pada
saat penimbangan massa piknometer kosong dan massa piknometer yang berisi santan kurang
teliti, atau saat percobaan pelarut (air) yang digunakan terkontaminasi oleh kotoran-kotoran
karena alat yang kurang bersih. Penyimpangan juga dapat terjadi akibat kurang teliti dalam
pengaturan laju steam sehingga panas yang dihasilkan fluktuatif setiap waktunya.

Kelompok 6
Leaching merupakan suatu proses pengambilan padatan dalam suatu bahan dengan
menggunakan pelarut cair. Pada praktikum ini, dilakukan pengambilan kandungan ekstrak kelapa
dengan menggunakan pelarut air. Sampel kelapa sebelumnya mengalami perlakuan mekanik,
kelapa terlebih dahulu diparut sehingga mengalami reduksi ukuran sebelum dilakukan proses
leaching. Reduksi ukuran bahan tersebut dilakukan untuk mempercepat laju pelarutan padatan
(solute) ke dalam pelarut karena luas permukaan kontak antara pelarut dan solute menjadi lebih
besar.
Variabel yang berpengaruh pada proses ekstraksi padat cair (leaching) ini adalah
pelarut yang digunakan, suhu proses, dan waktu. Pelarut dalam proses ini hanya menggunakan
air keran. Air dimasukkan ke dalam labu reaktor yang dipanaskan dengan heater sehingga steam
yang dialirkan ke dalamnya akan memanaskan pelarut. Suhu pada reboiler diatur hingga 80oC95oC sehingga pelarut akan menguap. Uap yang dihasilkan akan masuk ke unit kondensor.
Cairan hasil kondensasi akan masuk ke dalam wadah penyimpanan bahan dan menyerap partikel
padatan dalam bahan dengan cara masuk ke dalam kapiler bahan tersebut.
Variabel waktu dapat dilihat pada konsentrasi larutan/warna larutan ketika awal sangat
pekat dan seiring bertambahnya waktu konsentrasi larutan/warna larutan semakin encer karena
kandungan dalam sampel telah terlarut sebelumnya dan semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat
juga pada waktu untuk run terakhir. Run terakhir relatif lebih cepat dibandingkan run
sebelumnya. Run sebelumnya dilakukan per 30 menit
membutuhkan waktu setitar 20 menitan saja.

sedangkan untuk run terakhir

densitas ekstrak vs waktu


1.01
1
1
Massa Jenis (gr/ml)

0.99

Y-Values

0.99

Linear (Y-Values)

0.98
0.98
0 50 100150200
waktu (menit)

Dari

hasil

praktikum ini didapat kurva antara masa jenis sampel yang diekstraksi terhadap waktu.
Kurva hubungan antara waktu (run ke-) dengan nilai massa jenis dari ekstrak
menunjukan bahwa semakin lama waktu operasi, maka massa jenis dari ekstrak semakin
rendah. Pada menit ke 90 densitas mengalami kenaikan kembali, namun setelah itu
terjadi penurunan hingga 0,9936 gr/ ml dirun terakhir . Dalam teori, seharusnya semakin
lama waktu berjalan maka densitas produk harus semakin rendah. Menurut analisa
praktikan, hal ini terjadi karena pada proses leaching ini tidak terjadi penambahan umpan
air, air kembali disirkulasi kan kedalam tangki produk dan pada saat air di bucket umpan
sudah sedikit menjernih dilakukan pembukaan valve agar air masuk kembali kedalam
tangki produk, hal ini menyebabkan densitas produk naik kembali. Kenaikan produk pada
menit ke 90 ini juga dapat terjadi akibat kurang telitinya p r a k t i k a n dalam pengukuran
densitas memakai piknometer.

BAB VI
KESIMPULAN
1. Praktikan telah melakukan praktikum ekstraksi padat-cair menggunakan sampel
kelapa parut di lab Teknik Kimia POLBAN dan telah mengetahui prinsip kerja dari
proses ekstraksi padat cair.
2. Densitas produk akhir pada praktikum adalah 0,9936 gr/ml
3. Terjadi penurunan nilai massa jenis pelarut pada beberapa kali run selama
pengambilan sampel, namun penurunan tidak berjalan signifikan.
4. Terjadinya kesalahan yang menyebabkan hasil kurva tidak sama dengan teori yang
ada, diantaranya ketidaktelitian perhitungan densitas memakai piknometer pada saat
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie.J, 1983, Transport Process and Unit Operation, Ally and Bacon,Inc,
United State of America
Mc CABE and Werren I Smith Julian C &Hariott., Unit Operations of Chemical Engineering,
3rd, New York.
Robert H Perry "Chemical Engineering Handbook" Mc Grow-hill Fourth Edition, USA 1998.
Tim dosen. Jobsheet Praktikum Pilot Plant. 2010. Leaching. Bandung : Jurusan Teknik Kimia
Polteknik Negeri Bandung.

LAMPIRAN I
Pembagian Kerja Praktikum
Waktu
07.15 07.20
07.20 07.35
07.35 07.40
07.40 07.45
07.45 07.50
07.50 07.55
07.55 08.10

Kegiatan
APD digunakan
Bahan dipersiapkan
Katup kondensat dibuka
Tutup wadah umpan dibuka
Bahan dimasukkan
Sudut sifone diukur
Air dingin dimasukkan ke

Penanggung Jawab
Semua Praktikan
Egi, Isty
Ingga, Irinda
Mega
Egi, Isty
Ingga, Irinda
Egi, Isty

08.10 08.20
08.20 08.35

wadah umpan
Sampel diambil
Labu utama diisi dengan

Mega, Ingga

08.35 08.40
08.40 - 09.20

pelarut
Katup kukus dibuka
Ekstrak diambil untuk analisa

Isty, Mega

09.20 09.50

siklus 1
Ekstrak diambil untuk analisa

09.50 10.20

siklus 2
Ekstrak diambil untuk analisa

10.20 10.50

siklus 3
Ekstrak diambil untuk analisa

10.50 11.30

siklus 4
Alat dibersihkan dan
dikembalikan

Irinda, Egi

Ingga, Irinda
Egi, Isty
Mega, Ingga
Egi, Irinda
Semua Praktikan

LAMPIRAN II
No
.

Gambar

Keterangan

Rangkaian alat ekstraksi


padat-cair (Leaching) di lab
Teknik Kimia Politeknik
Negeri Bandung

Proses Leaching. Kondisi


setelah run 2 berlangsung.
Warna pelarut dalam labu
pelarut berubah menjadi putih

Tangki berbentuk labu bulat


pada saat run terakhir. Warna
larutan terlihat putih

Anda mungkin juga menyukai