Oleh:
Kelompok : IX dan X
Nama : Nanda Hasri Dwirizky (171411087)
: Nisya Qonitta Zahra (171411088)
: Rianny Puspa Rismayani (171411089)
: Royfa Fenandita Finadzir (171411091)
: Awaludin Fitroh Rifa’i
Kelas : 3C-TK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
LANDASAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut Geankoplis (1997), evaporasi adalah proses untuk memekatkan suatu larutan
dengan menguapkan zat pelarutnya. Sedangkan evaporator adalah alat untuk menguapkan zat
pelarut pada suatu larutan. Sedangkan menurut Mc Cabe (1993), evaporasi atau penguapan
juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair mendidih.
Sedangkan menurut Abudaris (2011), Evaporator adalah suatu alat di mana bahan
pendingin menguap dari carir menjadi gas. Melalui perpindahan panas dari ruangan di
sekitarnya ke dalam sistem. Panas tersebut lalu dibawa ke kompresor dan dikeluarkan lagi oleh
kondensor. Evaporator sering juga disebut cooling coil, boiler dan lain-lain, tergantung dari
bentuknya.Karena keperluan dari evaporator berbeda-beda, maka evaporator dibuat dalam
bermacam-macam bentuk, ukuran dan perencanaan. Evaporator juga dapat dibagi ke dalam
beberapa golongan dilihat dari konstruksinya, cara kerjanya, aliran bahan pendingin, macam
pengontrolan bahan pendingin dan pemakaiannya.
a. Suhu umpan
Suhu umpan mempunyai pengaruh besar pada operasi evaporator. Apabila umpan yang
masuk dibawah suhu jenuhnya, maka diperlukan pemanasan awal pada umpan sebelum
terjadi penguapan sehingga diperlukan luas perpindahan panas untuk pemanasan awal.
Jika umpan yang masuk suhunya diatas suhu jenuh, akan terjadi penguapan secara
flash.
b. Tekanan operasi
Dalam beberapa hal diharapkan driving force perbedaan suhu yang besar, karena
semakin besar driving force perbedaan suhu, luas perpindahan panas dan biaya
penguapan semakin menurun. Biasanya digunakan unit penghampaan untuk
menurunkan tekanan operasi. Selain itu dapat juga dengan penghembusan uap-gas
untuk menurunkan tekanan parsial uap.
c. Suhu media pemanas
Semakin besar suhu media pemanas yang digunakan semakin besar perbedaan suhunya,
yang akan menyebabkan semakin kecil luas perpindahan panas. Sehingga ukuran dan
biaya evaporator menjadi kecil.
d. Waktu tinggal
Semakin lama waktu tinggal menyebabkan semakin banyak terjadi penguapan. Tetapi
untuk bahan yang sensitif terhadap panas, waktu tinggal yang terlalu lama harus
dihindari karena akan merusak larutan yang akan dipekatkan.
e. Turbulensi
Adanya turbulensi dapat menaikkan koefisien perpindahan panas karena adanya
konveksi.
f. Kerak
Kerak dan bahan konstruksi; beberapa bahan dapat mudah membentuk kerak pada
permukaan pemanas akibat dekomposisi ataupun penururnan kelarutan. Ini akan
menyebabkan penurunan koefisien perpindahan panas. Sedangkan bahan konstruksi
evaporator hendaknya dipilih yang tidak mudah terkorosi dan tahan secara mekanik
maupun panas.
g. Foaming
Pembusaan (foaming); beberapa bahan yang mengandung soda, lerutan susu dan asam
lemak dapat membentuk busa selama pendidihan. Hal ini akan menghambat
pembentukan dan pengeluaran uap sehingga terjadi tumpahan (entrainment).
2.5 Konsep Dasar Perhitungan Perpindahan Massa dan Panas Single Effect Evaporator
Menurut Geankoplis (1997), persamaan-persamaan ataupun rumus-rumus untuk
perhitungan kapasitas pada single effect evaporator diturunkan dari persamaan dan rumus dasar
perpindahan panas dan massa sebagai berikut :
Q = U. A. ΔT ........................................................(1)
Dimana :
Q : jumlah panas yang berpindah dalam evaporator (W atau btu/h)
U : koefisien perpindahan panas overall (W/m2 K atau btu/h.ft3.oF)
A : luas penampang perpindahan panas (m2 atau ft2)
ΔT : beda suhu antara steam jenuh dan cairan yang mendidih dalam
evaporator (K atau oC atau oF)
Untuk menyelesaikan persamaan diatas, dibuat neraca massa dan panas evaporator
yang digambarkan seperti pada flow diagram berikut :
Hs
Dari steam yang masuk dan kondensat yang keluar (isotermal), ini berarti panas yang
dipakai untuk penguapan hanya diambil dari panas laten (panas pengembunan) dari steam
tersebut yang berarti :
λ = Hs – hs ........................................................(2)
Suhu uap keluar dan suhu produk serta suhu liquid dalam evaporator adalah sama,
karena uap (V) dan liquid (L) berada dalam kesetimbangan. Neraca massa untuk proses diatas
(anggap steady state) dapat dituiskan :
F = L......................................................(4)
+V
F.xF = ....................................................(5)
L xL
Asumsi steady state maka akumulasi = 0, sehingga persamaan diatas dapat ditulis:
.
Total energi masuk = Total energi keluar ................................(7)
Dalam evaporator neraca energi dapat ditulis dengan persamaan dibawah ini:
.................................(8)
F. hF + S.Hs = L.hL + V.HV + S.hs
Pada persamaan-persamaan diatas, panas laten steam (λ) pada suhu steam jenuh Ts
mudah di dapat dari tabel. Tetapi entalpi dari feed dan produk sulit dicari karena memang sering
datanya tidak tersedia. Untuk itu maka kadang-kadang perlu dilakukan aproksimasi untuk
dapat menyelesaikan perhitungan diatas.
m1 = m2 + m3
dimana
m1 = laju umpan (feed) dalam kg/jam yang dihitung dari hasil kalibrasi
m2 = laju larutan pekat dalam kg/jam
m3 = laju uap pelarut dalam kg/jam yang dihitung dari laju kondensat pelarut
Neraca panas pada kalandria untuk sistem pemanasan uap air panas langsung adalah
sebagai berikut:
Q steam
U=
A𝜟𝑻𝒎 dimana A, luas perpindahan panas = 0,21 m2
Th1
Th2
∆T1 - ∆T2
ΔT2
ΔTm = ∆T1
ΔT1
ln
∆T2
Tc2
Tc1
Neraca panas pada kalandria untuk sistem pemanasan uap air panas tidak langsung
adalah sebagai berikut:
Q steam
U=
A𝜟𝑻𝒎 dimana A, luas perpindahan panas = 0,21 m2
Dan ΔTm, log mean temperature difference dihitung dengan rumus:
Th1
ΔT1 Th2
∆T1 - ∆T2
Tc2 ΔT2
ΔTm = ∆T1
ln
∆T2
Tc1
Proses pemanasan langsung dilakukan untuk bahan-bahan yang dipekatkan yang tahan
temperature tinggi sedangkan pemanasan tak langsung untuk bahan-bahan yg tidak tahan
dengan temperature tinggi (misal sari buah dan susu),kadang-kadang dbantu dengan tekanan
vakum untuk menjaga kualitas bahan yang dipekatkan.
Falling film evaporator memiliki waktu tertahan yang pendek, dan menggunakan gravitasi
untuk mengalirkan liquida yang melalui pipa. Pada saat sekarang ini falling film evaporator
sangat meningkat penggunaanya di dalam proses industri kimia untuk memekatkan fluida
terutama fluida yang sensitif panas (misal sari buah dan susu), karena waktu tertahan pendek,
cairan tidak mengalami pemanasan berlebih selama mengalir melalui evaporator.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
3.3.4 Proses Evaporasi
Lakukan pembukaan
dan penutupan katup
Nyalakan pompa P2
sesuai dengan Buka katup V12 dan
dengan menekan di
pemanasan steam V14
kontrol panel
langsung atau tidak
langsung
Selesai
BAB IV
P q Efisiensi U
SE
(bar) (L/h) (%) (kWatt/m2.K)
1 50 73,31148 19288,89 0.208092
1 75 102,8642 19281,17 0.388235
1 100 61,14869 30378,51 0.085502
P q Efisiensi U
SE
(bar) (L/h) (%) (kWatt/m2.K)
1 50 225,4658 1143,312 0.092593
1 75 259,0398 1031,975 0.028302
1 100 534,113 631,6053 0.047244
100
80
ɳ (%)
60
40
20
0
0 20 40 60 80 100 120
q (L/h)
Gambar 4.1.5.1 Grafik Hubungan Effisiensi terhadap Laju Alir Umpan pada
Pemanasan Uap Air Panas Langsung
b) Pemanasan Uap Air Panas Tidak Langsung
600
500
400
ɳ (%)
300
200
100
0
0 20 40 q (L/h)
60 80 100 120
Gambar 4.1.5.2 Grafik Hubungan Effisiensi terhadap Laju Alir Umpan pada
Pemanasan Uap Air Panas Tidak Langsung
30000
25000
U (W/m2.°C)
20000
15000
10000
5000
0
0 20 40 60 80 100 120
q (L/h)
1,200
1,000
U (W/m2.°C)
800
600
400
200
0
0 20 40 60 80 100 120
q (L/h)
Grafik SE vs q (L/h)
0.45
0.4
SE (kg uap / kg steam)
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 20 40 60 80 100 120
q (L/h)
Gambar 4.1.7.1 Grafik Hubungan Steam Ekonomi terhadap Laju Alir Umpan
pada Pemanasan Uap Air Panas Langsung
5 Pemanasan Uap Air Panas Tidak Langsung
Grafik SE vs q (L/h)
0.1
0.09
Gambar 4.1.7.2 Grafik Hubungan Steam Ekonomi terhadap Laju Alir Umpan
pada Pemanasan Uap Air Panas Tidak Langsung
4.2 Pembahasan
Oleh Nanda Hasri Dwirizky (171411087)
Falling film evaporator (FFE) merupakan proses pemekatan suatu larutan dimana
umpan dialirkan ke atas kolom kalandria dan jatuh ke dalam tube-tube sehingga membentuk
lapisan film dengan dialirkan pemanas. Pembentukan lapisan film ini bertujuan agar proses
penguapan lebih efektif. Pada saat umpan memasuki tube-tube dan membentuk lapisan tipis,
tekanan dari umpan akan meningkat dan penguapan akan terjadi pada suhu yang rendah.
Pemanasan yang dilakukan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Untuk pemanasan
langsung menggunakan aliran steam, sedangkan untuk pemanasan tidak langsung
menggunakan aliran air panas yang telah menyerap panas dari steam. Pemanasan
menggunakan steam, tipe aliran prosesnya yaitu co-current (searah), sedangkan pemanasan
dengan air panas tipe aliran prosesnya counter current (berlawanan arah). Hal ini menyebabkan
kontak umpan dengan air panas lebih lama, sehingga perpindahan kalor akan lebih efisiensi.
Pada praktikum ini tidak melakukan suatu proses pemekatan pada larutan, melainkan
pengamatan proses perpindahan panas yang terjadi di dalam kalandria antara pemanas dengan
umpan. Umpan yang digunakan yaitu air keran. Kondisi operasi yang digunakan yaitu tekanan
steam pada 1 bar, serta variasi laju alir umpan sebesar 50,75,100 L/h. Pertama dilakukan proses
FFE dengan pemanasan langsung. Pemanasan langsung ini dengan aliran steam. Berdasarkan
data pengamatan, efisiensi optimum terjadi pada laju alir umpan sebsar 75 L/h yaitu dengan
nilai efisiensi sebesar 102,86%. Hal ini menandakan bahwa umpan telah menyerap banyak
kalor yang diberikan oleh steam. Namun pada laju alir umpan 100 L/h, efisiensinya menurun
hingga 61,14%, hal ini karena laju alir umpan yang terlalu besar menyebabkan tidak
terbentuknya lapisan film pada tube, sehingga banyak umpan yang jatuh tanpa menyerap panas.
Pada proses pemanasan tidak langsung yaitu dengan air panas, dari data pengamatan
didapatkan bahwa semakin tinggi laju alir umpan maka semakin tinggi efisiensi perpindahan
panasnya. Hal ini karena tipe alirannya counter current, kontak antara air panas dengan lapisan
film di dalam tube lebih lama, sehingga umpan dapat menyerap kalor dengan efisien. Efisiensi
optimum terjadi pada laju alir umpan 100 L/h dengan efisiensi sebesar 534,1 %.
Steam ekonomi adalah perbandingan jumlah uap pelarut dengan kebutuhan steam. Nilai
steam ekonomi yang tinggi menggambarkan bahwa pemakaian steam yang sedikit dapat
memanaskan umpan yang lebih banyak. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai steam ekonomi
yang optimum terjadi pada proses pemanasan langsung dengan laju alir umpan sebesar 75 L/h
dengan nilai steam ekonomi sebesar 0,3882 kg uap pelarut/kg steam yang digunakan. Nilai
steam ekonomi yang rendah menandakan bahwa steam yang dibutuhkan lebih banyak untuk
menguapkan pelarut dalam umpan, dan hal itu terjadi pada proses pemanasan tidak langsung
dengan laju alir umpan 75 L/h dan nilai steam ekonominya sebesar 0,0283 kg uap pelarut/kg
steam yang digunakan. Hal ini karena steam tidak berkontak langsung dengan kolom kalandria
dan harus memanaskan air dingin yang nantinya akan menjadi air panas, sehingga
membutuhkan steam yang tinggi agar dapat memanaskan air dingin.
Maka berdasarkan hasil praktikum, perpindahan panas optimum pada FFE terjadi pada
pemanasan langsung dengan laju alir umpan sebesar 75 L/h, dengan efisiensi 102,86% dan
steam ekonomi sebesar 0,3882 kg uap pelarut/kg steam yang digunakan.
Proses pemekatan bisa dilakukan menggunakan alat falling film evaporator. Prinsip
kerja dari alat ini yaitu umpan dimasukkan dari atas dan akan masuk ke kolom kalandria.
Dengan penambahan pemanasan, pelarut yang ada di dalam umpan akan menguap dan
menyisakan larutan fasa uap pelarut dan larutan pekat.
Pada praktikum kali ini dilakukan proses percobaan dengan jenis media pemanas
langsung (steam) dan tidak langsung (air panas). Umpan yang dimasukkan berupa air yang
akan dipekatkan menjadi akuades. Kondisi operasi yang digunakan yaitu pada 1 bar dengan
variasi laju alir umpan sebesar 50, 75, dan 100 L/jam. Pada awal proses dilakukan kalibrasi
untuk mengukur kondisi sebenarnya dari laju alir umpan.
Pemanasan langsung berasal dari uap panas (steam) yang akan mengalir dari atas
sehingga pada proses ini terjadi kontak secara co-current. Sedangkan pemanasan tidak
langsung dengan media air panas akan berkontak dengan umpan secara counter-current
dikarenakan media ini berupa air yang jika dikontakkan dari atas akan memperkecil waktu
tinggal karena sifatnya yang mengalir. Sehingga pengaliran pemanas dilakukan dari bawah
agar waktu kotak anatara umpan dan pemanasa bisa berlangsung lebih lama. Berdasarkan data
pengolahan, dapat dihitung nilai SE, efisiensi proses, dan nilai overall heat transfer (U).
Perubahan laju alir umpan akan mempengaruhi nilai karakteristik tersebut. Pada
gambar 4.1.5.1, nilai efisiensi optimum berada pada saat laju alir umpan 75 L/h sebesar
102,8%. Dengan penambahan laju alir menjadi 100 L/h tidak bisa meningkatkan efisiensi
proses, hal ini bisa disebabkan karena jumlah umpan yang masuk terlalu besar sehingga
menyebabkan tidak terbentuk lapisan tipis pada kalandria tube. Sedangkan untuk pemanasan
tidak langsung dilihat dari gambar 4.1.5.2 semakin besar laju alir umpan maka efisiensi akan
semakin besar juga hal ini dikarenakan semakin banyak umpan yang berkontak dengan
pemanas dan waktu tinggal nya lebih lama sehingga umpan bisa menyerap kalor lebih efisien.
Nilai optimum efisiensi sebesar 534,1% pada saat laju alir umpan 100 L/h. Efisiensi yang
sangat besar ini disbebakan karena proses pemanasan tidak terkendali dari katup steam nya
yang tidak konstan pada tekanan 1 bar.
Nilai Steam Ekonomi (SE) menunjukkan kemampuan dari media pemanas untuk
menguapkan sejumlah massa pelarut dalam proses evaporasi. Dari gambar 4.1.7.1 dapat
dilihat bahwa nilai SE terbesar pada kondisi 75 L/h sebesar 0,3882 kg uap pelarut/kg steam
yang digunakan. Nilai SE terendah pada saat kondisi laju alir umpan 100 L/h yang berarti perlu
steam yang lebih banyak untuk menguapkan pelarut dalam umpan nya. Sedangkan pada
pemanasan tidak langsung (gambar 4.1.7.2), nilai SE terbesar pada kondisi 50 L/h sebesar
0,092593 kg uap pelarut/kg steam yang digunakan. Nilai SE pada pemanasan tidak langsung
lebih kecil dibandingkan pemanasan langsung. Hal ini dikarenakan steam yang digunakan tidak
berkontak langsung dengan kolom dan digunakan untuk memanaskan air dingin menjadi air
panas dalam heater.
Praktikum kali ini dilakukan proses pemekatan air dengan menggunakan alat Falling
Film Evaporator. Prinsip kerja dari alat ini adalah penguapan dengan cara menjatuhkanbahan
umpan beruapa larutan encer ke dalam kolom Calndria Shell and Tube dari atas ke bawah
yang akan membentuk lapisan tipis. Umpan akan turun secara gravitasi yang akan menyerap
panas dari kolom calandria sehinga akan membentuk 2 fasa dimana pelarut akan manjadi uap
dan terbentuk juga larutan pekat. Pemanasan pada proses ini dilakukan dengan 2 metode yaitu
pemanasan langsung maupun tidak langsung. Pemanasan langsung dengan media pemanas
berupa steam dan mengalir secara co current sedangkan media pemanas tidak lansgung
menggunakan air yang dipanaskan oleh steam menjadi air panas bertekanan dna dialirkan
secara counter current.
a. Pemanasan Langsung
Berdasarkan grafik , 4.1.5.1 bahwa Hubungan Effisiensi terhadap Laju Alir Umpan
bernilai fluktuatif hal ini mungkin dapat terjadi karena tekanan steam yang berubah-ubah ketika
proses. Adapun efisiensi optimumnya terjadi pada laju alir 75 L/h yaitu 102%. Ini menunjukan
bahwa semua panas steam diserap oleh air umpan. Namun ketika laju alir berubah naik menjadi
100 L/h efisiensi perpindahan panas justru menurun menjadi 61%. Hal ini mungkin dapat
terjadi karena umpan yang jatuh tidak menyerap panas steam dengan baik.
Media pemanas tidak lansgung menggunakan air yang dipanaskan oleh steam menjadi
air panas bertekanan dna dialirkan secara counter current.
Berdasarkan grafik , 4.1.5.2 bahwa Hubungan Effisiensi terhadap Laju Alir Umpan
cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar laju alir maka semakin besar
pula efisiensi yan diperoleh. Adapun efisiensi optimumnya terjadi pada laju alir 100 L/h yaitu
534%. Efisiensi yang diperoleh pda setiap laju alir nilainya melebihi 100%, Ini menunjukan
bahwa steam yang masuk tidak konstan sehingga suhu pemanasan tidak dapat dikendalikan .
Selanjutnya adalah steam ekonomi. Berdasarkan grafik 4.1.7.1 bahwa Hubungan Steam
Ekonomi terhadap Laju Alir Umpan bernilai fluktuatif. Hal ini dapat terjadi karena tekanan
steam yang masuk tidak konstan dan selalu berubah-rubah. Adapun nilai stema ekonomi
optimum yang diproleh yaitu pada laju alir 50 L/h sebesar 0.092593kg uap pelarut/kg steam
yang digunakan.
Dari pembahasan diatas dapat terlihat faktor yang sangat mempengaruhi proses
evaporasi adalah tekanan steam. Tekanan steam yang berubah-ubah membuat proses
pemanasan menjadi tidak optimal dan kurang baik.
Falling Film Evaporator merupakan salah satu alat evaporasi untuk memekatkan suatu
larutan dengan cara meguapkan pelarut yang ada dalam larutan tersebut. Dari evaporator akan
dihasilkan dua jenis produk yaitu larutan pekat yang sudah berkurang kandungan pelarutnya
dan distilat berupa kondensasi pelarut hasil penguapan.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan bagaimana pengaruh laju alir umpan dan
jenis pemanas terhadap koefisien perpindahan panas. Laju alir umpan sebesar 50 L/h, 75 L/h,
dan 100 L/h serta jenis pemanas yang digunakan ada dua yaitu pemanas langsung
menggunakan steam dan pemanas steam tidak langsung menggunakan air panas.
1. Pemanasan langsung
Pada pemanasan langsung menggunakan steam terjadi arah aliran co-current
antara pemanas dan umpan dalam kolom kalandria. Aliran umpan jatuh dari atas dan
aliran steam juga masuk dari atas kolom kalandria.
Dari data hasil perhitungan terlihat bahwa perpindahan panas yang terjadi tidak
stabil, pada Gambar 4.1.6.1 koefisien perpindahan panas pada laju alir 100 L/h
mengalami peningkatan daripada laju alir yang lainnya. Sedangkan pada laju alir 50
L/h dan 75 L/h koefisien perpindahan panas hanya berbeda sedikit sekali. Hal ini tidak
sesuai dengan penelitian Palen, dkk (1994) yang disebutkan dalam Budhikarjono
(2005) yang menyatakan bahwa semakin besar laju alir cairan maka semakin besar
koefisien perpindahan panas.
Bila dilihat dari efisiensi penggunaan steam pada Gambar 4.1.5.1, laju alir 75
L/h menghasilkan efisiensi 102% yang berarti semua panas yang dilepaskan steam
diserap oleh umpan dalam kolom kalandria. Laju alir yang lainnya tidak menyerap
seluruh panas yang dilepas oleh steam, dimana efisiensi pada laju alir 50 L/h hanya
mencapai 73% dan pada laju alir 100 L/h hanya 61%. Hal ini terjadi karena selama
praktikum, suplai steam dari boiler tidak stabil sehingga berpengaruh pada banyaknya
steam yang terpakai dalam kolom.
Aliran yang terjadi pada pemanasan tidak langsung menggunakan air panas
yaitu counter-current, di mana umpan jatuh dari atas dan air panas masuk dari bawah
kolom kalandria agar terjadi waktu kontak yang lebih lama dibanding steam langsung
karena suhu air panas tidak setinggi steam sehingga perpindahan panas dapat
dimaksimalkan.
Dari data hasil perhitungan serta Gambar 4.1.6.2 dapat dilihat bahwa koefisien
perpindahan panas berbanding terbalik dengan laju alir umpan, semakin tinggi laju alir
makan koefisien perpindahan panas semakin menurun. Hal ini terjadi karena waktu
kontak yang semakin sebentar ketika laju alir umpan meningkat. Hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian Palen, dkk (1994) yang disebutkan dalam Budhikarjono (2005) yang
menyatakan bahwa semakin besar laju alir cairan maka semakin besar koefisien
perpindahan panas.
Namun pada nilai efisiensi perpindahan panas yang dihasilkan, pada laju alir
100 L/h, efisiensi penggunaan steam mencapai 534% karena steam digunakan untuk
memanaskan pemanas air panas yang tidak perlu mencapai suhu setinggi steam,
sehingga kalor yang dilepaskan oleh steam tidak terlalu tinggi dan tidak membutuhkan
banyak steam. Dapat dilihat pada Gambar 4.1.5.2 bahwa nilai efisiensi penggunaan
steam meningkat seiring dengan meningkatnya laju alir umpan. Nilai-nilai efisiensi ini
jauh lebih besar bila dibandingkan dengan operasi yang menggunakan pemanas steam
langsung.
Steam ekonomi (SE) pada operasi pemanas steam tidak langsung berbanding
terbalik dengan nilai efisiensi dan juga menunjukan ketidakstabilan, hal ini dapat dilihat
pada Gambar 4.1.7.2, dimana nilai SE terbesar pada pemanas air panas hanya mencapai
0,09 yang terdapat pada laju alir 50 L/h. Hal ini terjadi karena waktu kontak antara
umpan dan pemanas dalam kolom lebih lama dibandingkan dengan laju alir yang
lainnya, sehingga lebih banyak pelarut yang menguap.
Bila dibandingkan antara pemanas langsung atau tidak langsung, dapat ditarik
kesimpulan bahwa laju alir 75 L/h pada pemanas steam langsung lebih baik dibandingkan
dengan laju alir 50 L/h karena terjadi perpindahan panas yang lebih besar serta penggunaan
steam yang lebih ekonomis. Suhu dalam kolom kalandria yang tercapai pada laju alir ini
sebesar 99⁰C.
Dari gambar iatas dapat dilihat untuk pemanasan langsung dengan steam, aliran steam
melalui V1 kemudian melalui V3 (V2, V6 dan V7 ditutup) dan masuk melalui bagian atas
kolom kalandria lalu turun kebawah melalui V10 (V5 ditutup) menjadi kondensat untuk
feednya masuk dari atas kolom kalandria melalui V14, lebih jelasnya lihat alur panah berwarna
merah. Untuk pemanasan tidak langsung (menggunakan air panas) aliran steam melalui V1
kemudian melalui V2 (V3 dan V4 ditutup) lalu masuk kedalam heater untuk memanaskan air
selanjutnya keluar dalam bentuk kondensat lebih jelasnya lihat alur panah warna biru,
sementara untuk aliran air, air masuk melalui V6 lalu menuju V7 (V8 ditutup) selanjutnya akan
dipompa P1 melewati V9 (V11 ditutup) menuju kedalam heater untuk dipanaskan dengan
steam dan menghasilkan air panas yang masuk kedalam kolom kalandria sehingga air panas
akan tersirkulasi secara terus-menerus, V6 ditutup ketika air sudah terisi dan feed masuk dari
atas kolom kalandria melalui V14, lebih jelasnya lihat alur panah warna hijau.
Dalam mengoprasikan Falling Film Evaporator tidak lepas dari pengaturan suhu dan
tekanan sebab hal ini dapat mempengaruhi produk yang dihasilkan. Hasil dari praktikum ini
tidak mendapatkan tekanan dan suhu yang optimum untuk umpan, umpan yang digunakan
hanya berupa air murni sehingga hasilnya juga tidak dapat merepresentasikan suatu produk
tertentu, produk tidak dapat diketahui persen kepekatannya seperti yang dijelaskan pada bab 2
(nerca massa dan panas).
Dalam proses pemanasan secara langsung atau tidak langsung diperoleh perbedaan
yang mencolok yaitu pada U (koefisien perpindahan panas), didapatkan hasil untuk U
pemanasan langsung dengan variable laju alir 50, 75, 100 L/jam secara berturut-turut sebesar
19288,89; 19281,17; 30378,51 kWatt/m2.K dan untuk pemanasan tidak langsung sebesar
1143,312; 1031,975; 631,6053 kWatt/m2.K. dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa U dengan
pemanasan langsung lebih besar dibandingkan dengan U pemanasan tidak langsung, hal ini
dikarenakan panas yang dipindahkan dari steam ke umpan lebih besar daripada pans yang
dipindahkan dari air panas ke umpan. Steam memiliki panas yang lebih besar sehingga panas
yang akan diterima umpan akan lebih besar juga. Berbeda jika steam digunakan untuk
memanaskan air, air panas hasil pemanasan steam akan memiliki kalor yang lebih kecil
sehingga panas yang diterima umpan juga lebih kecil.
Penggunaan steam dihitung menggunakan steam ekonomi, dari hasil praktikum ini
diperoleh steam ekonomi untuk pemanasan langsung dengan variable laju alir 50, 75, 100
L/jam secara berturut-turut sebesar 0,208; 0,388; 0,086 dan untuk pemanasan tidak langsung
sebesar 0,092; 0,028; 0,047. Dari hasil tersebut terlihat bahwa steam ekonomi pada pemanasan
langsung lebih besar daripada pemanasan tidak langsung, sehingga pada proses pemanasan
langsung membutuhkan panas yang lebih banyak dari pada proses pemanasan tidak langsung.
BAB V
KESIMPULAN
1. Laju alir dan tekanan yang dilakukan pada falling film evaporator
Laju Alir Umpan Rata – rata
(L/h) (kg/jam)
50 117
75 142.74
100 186.66
3. Efisiensi
a. Pemanasan Steam Langsung
2,25 75 259,0398
4. Steam Ekonomi
a. Pemanasan Steam Langsung
P Laju Alir
SE
(bar) (L/h)
1,6 50 0.208092
2 75 0.388235
2,6 100 0.085502
Abudaris, R dan Baheramsyah, A. 2011. Desain dan Performa Evaporator pada Sistem
Refrigrasi Absorpsi Untuk Kapal Perikanan. Surabaya: ITS
Budhikarjono, K. 2005. Perpindahan Panas dan Massa Penguapan Falling Film Campuran
Uap-Gas Metanol-Air Arah Berlawanan. E-jounal: Reaktor. Surabaya: ITS.
Fitri, Medya Ayunda; Dhaniswara, Trisna. 2012. Simulasi Proses Evaporasi Black Liquor
Aliran Udara Ditinjau dari Pengaruh Arah Aliran Udara. Surabaya: ITS
Fitri, Medya Ayunda. 2016. Studi Eksperimental Falling Film Evaporator Pada Evaporasi Nira
Kental. Journal of Research and Technologies. Sidoarjo: Universitas NU.
Geankoplis, C. J. 1997. Transport Processes and Unit Operations. New Delhi: Prentice Hall
of India.
Mc Cabe, W. L. 1993. Unit Operations of Chemical Engineering 5th Ed. New York: McGraw-
Hill.
LAMPIRAN
I. Pemanasan langsung
Mencari Q-Feed
𝑸𝒇𝒆𝒆𝒅 = 𝒎𝟏 𝒙 𝑪𝒑 𝒙 (𝑻𝟏𝟏 − 𝑻𝟕) + 𝒎𝟑 𝒙 (𝑯𝑽 − 𝑯𝑳)pada T11
Mencari Q-Steam
𝑸 𝒔𝒕𝒆𝒂𝒎 = 𝒎𝒔 𝒙 (𝑯𝑽 − 𝑯𝑳)pada (P.opr+1)bar
q(L/h) ms HV HL Qsteam
50 31,14 2706,3 504,7 68557,82
75 30,6 2706,3 504,7 67368,96
100 48,42 2706,3 504,7 106601,5
Mencari Efisiensi
𝑸𝒇𝒆𝒆𝒅
𝜼=
𝑸𝒔𝒕𝒆𝒂𝒎
Mencari 𝚫Tm
𝚫𝐓𝟏 − 𝚫𝐓𝟐
𝚫𝐓𝐦 =
𝚫𝐓𝟏
𝒍𝒏 (𝚫𝐓𝟐)
ln
ΔT1 ΔT2 ΔT1-ΔT2 ΔTm
(ΔT1/ΔT2)
103,2 30,7 72,5 4,283587 16,93
94,9 24 70,9 4,26127 16,64
91,3 20 71,3 4,266896 16,71
Mencari U
𝑸 𝒔𝒕𝒆𝒂𝒎
𝑼=
𝑨 𝚫𝐓𝐦
Mencari SE
𝒎𝟑
𝑺𝑬 =
𝒎 𝒔𝒕𝒆𝒂𝒎
q (L/h) m3 ms SE
50 6.48 31.14 0.208092
75 11.88 30.6 0.388235
100 4.14 48.42 0.085502
T8 T8
q(L/h) ms cp Qsteam
control panel termometer
50 38,88 4,527 198,8 90 19149,862
75 38,16 4,476 186,9 90 16550,923
100 22,86 4,491 190,3 90 10297,225
Mencari Efisiensi
𝑸𝒇𝒆𝒆𝒅
𝜼=
𝑸𝒔𝒕𝒆𝒂𝒎
Mencari 𝚫Tm
𝚫𝐓𝟏 − 𝚫𝐓𝟐
𝚫𝐓𝐦 =
𝚫𝐓𝟏
𝒍𝒏 (𝚫𝐓𝟐)
ln
T1 T2 T1-T2 (T1/T2) tm
99,8 62,6 37,2 0,466403 79,75937
91,9 62,7 29,2 0,38234 76,3719
95,3 62,3 33 0,425068 77,63457
Mencari U
𝑸 𝒂𝒊𝒓 𝒑𝒂𝒏𝒂𝒔
𝑼=
𝑨 𝚫𝐓𝐦
Mencari SE
𝒎𝟑
𝑺𝑬 =
𝒎 𝒂𝒊𝒓 𝒑𝒂𝒏𝒂𝒔
q (L/h) m3 ms SE
50 3.6 38.88 0.092593
75 1.08 38.16 0.028302
100 1.08 22.86 0.047244