PRAKTIKUM
1. Humidifikasi
2. Fluidisasi
3. Distilasi
4. Drying
Oleh :
Ana Suranti (1515041049)
Rizka Damayanti (1515041050)
Meidalisa (1515041051)
Cathoche Uniqua Supomo (1515041052)
Puji dan syukur praktikan panjatkan kepada Tuhan YME atas segala bantuan-Nya
sehingga laporan akhir praktikum Operasi Teknik Kimia II ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Tak lupa juga, praktikan mengucapkan terimakasih kepada para
dosen pembimbing modul yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
praktikan dalam pelaksanaan praktikum ini. Selain itu, terimakasih jga praktikan
ucapkan kepada para asisten atas kerjasamanya dalam membantu jalannya praktikum
dan pembuatan laporan praktikum ini. Laporan akhir ini dibuat dan disusun
berdasarkan pada praktikum Operasi Teknik Kimia II yang telah dilaksanakan oleh
praktikan.
Praktikan menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini tidak luput dari
kekurangan, baik dari segi materi, isi, ,maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu,
praktikan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk meningkatkan kualitas
dalam penulisan laporan praktikum berikutnya.
Praktikan
DAFTAR ISI
Halaman
COVER UTAMA i
KATA PENGANTAR ii
A. HUMIDIFIKASI
COVER i
ABSTRAK ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Percobaan 1
BAB V. KESIMPULAN 12
DAFTAR PUSTKA 13
LAMPIRAN
B. FLUIDISASI
COVER i
ABSTRAK ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Percobaan 2
BAB V. KESIMPULAN 17
DAFTAR PUSTKA 18
LAMPIRAN
C. DISTILASI
COVER i
ABSTRAK ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Percobaan 2
BAB V. KESIMPULAN 13
DAFTAR PUSTKA 14
LAMPIRAN
D. DRYING
COVER i
ABSTRAK ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Percobaan 1
BAB V. KESIMPULAN 13
DAFTAR PUSTKA 14
LAMPIRAN
Laporan Praktikum Instruksional II
HUMIDIFIKASI
Disusun Oleh:
Kelompok 12
Fakultas Teknik
Universitas Lampung
2017
ABSTRAK
(HUMIDIFIKASI)
Oleh
(Ana Suranti, Rizka Damayanti, Meidalisa, Cathoche Uniqua Supomo)
Humidifikasi adalah salah satu proses dalam Teknik kimia yang bertujuan untuk
meningkatkan kadar uap air atau humiditas dalam udara, pada praktikum ini kami
selaku praktikan melakukan pengontakan antara air dan udara dengan variasi laju alir
4 l/menit, 6 l/menit, dan didapatkan nilai Td out adalah 30 ℃ dan 31 ℃, Tw out
adalah 28℃ dan 29 ℃. Dari data tersebut didapatkan pula nilai persentase humiditas
sebagai berikut : 85,7% dan 88%. Maka semakin besar laju alir maka persentase
humiditas akan semakin besar.
Kata Kunci : Humifikasi, Laju Alir (Q), Td, Tw, dan Persentase Humidifikasi.
BAB I
PENDAHULUAN
Pada proses industry kimia terdapat operasi – operasi perpindahan massa yang terjadi
salah satu diantaranya adalah proses humidifikasi. Humidifikasi merupakan operasi
Teknik kimia (OTK) yang mengakibatkan bertambahnya kandungan uap air dlam
udara dan sebaliknya operasi teknik kimia (OTK) yang menyebabkan berkurangnya
uap air dalam udara disebut dengan dehumidifikasi.
Pada proses humidifikasi, merupakan suatu proses yang dapat menempahkan
kandungan uap air ke udara dengan melewatkan udara tersebut ke permukaan air,
dimana air tersebut diuapkan kedalam aliran udara. Dalam prosesnya ada dua cara
yaitu ddengan pemanasan dan tanpa pemanas, arah lairan kedua proses tersebut
berbeda tergantung bagaimana kita dapat mengatur buka tutup valve pada proses ini
udara dikontakkan dengan air yang berada didalam labu secara counter current
dimana air mengalir dari atas dan udara mengalir ke atas dari bawah dengan laju alir
sirkulasi tertentu.
Dalam proses humidifikasi terjadi perpindahan massa dan peprindahan panas. Proses
perpindahan massa dan perpindahan panas, proses perpindahan massa pada menara
pendinginan terjadi ketika sejumlah massa uap air berpindah ke dalam aliran udara
yang tidak jenuh. Proses perpindahan panas terjadi dari air ke udara akibatnya, udara
akan menjadi lebih jauh dengan uap air (kelembapan naik) pada saat meninggalkan
menara pendingin. Operasi humidifikasi dapat dilakukan dengan alat yang prinsipnya
mempertemukan udara dengan air sebaik mungkin.
Contoh – contoh proses humidifikasi adalah pada menara pendingin air panas
dialirkan berlawanan arah dengan media pendingin yaitu udara. Berikut ini
merupakan jenis alat untuk mempertemukan gas – cairan :
1. Kolom Piringan
Cairan dimasukkan dari bagian atas kolom kepingan teratas,kemudian cairan
turun kepiringan – piringan dibawahnya pada piringan terdapat lapisan cairan
yang akan ditembus oleh aliran gas.
2. Kolom Dinding Basah
Udara dialirkan kedalam kolom yang dindingnya basah.
3. Kolom Percik
Udara dialirkan kedalam suatu kolom atau menara yang berisi percikan atau
curahan – curahan air.
4. Kolom Dengan Isian (Packed Tower)
Udara yang dialirkan kedalam kolom atau menara yang pada bagian tertentu
berisi isian. Air di jatuhkan pada bagian menara atas isian, curahan air akan
terpecah dan membasahi isian.
Humidifikasi adalah proses pelembapan, tetapi bisa juga diartikan secara luas
yang meliputi proses dehumidifikasi (operasi penurunan kelembapan),
pendinginan dan pengukuran kelembapan udara. Bahan yang ditransfer
diantara fase – fase dalam proses operasi humidifikasi bahan fase cairan murni
yang ditransfer dengan cara penguapan dan pengembunan. Jumlah uap air
yang ada didalam udara tersebut adalah humidity udara tersebut dengan kata
lain humidity (H) adalah kg uap air yang dibawa oleh 1 kg udara kering.
Desain alat yang penting untuk jenis proses humidifikasi adalah pengeringan
padatan dengan gas, pengeringan gas jenuh cairan atau dehumidifikasi. Alat –
alat humidifiers, dehumidifiers, dan air pendingin.
Mengukur temperatur bola basah dan temperatur bola kering sebelum air
dialirkan ke menara pendingin.
Mensirkulasikan air terus menerus, dilakukan dengan varian laju alir sesuai
penugasan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. T air = 35℃
T air out
NO. Q air (l/menit) Tw out (℃) Td out (℃)
(℃)
1. 4 28 30 31
2. 6 29 31 32
2. T air = 45℃
T air out
NO. Q air (l/menit) Tw out (℃) Td out (℃)
(℃)
1. 4 32 34 34
2. 6 32 35 35
4.2 Pembahasan
Praktikum instruksional 2 modul humidifikasi ini dilaksanakan pada hari
kamis 12 Oktober 2017 di ruang Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung. Praktikum ini berlangsung
selama ± 1 jam 30 menit. Pada praktikum ini kami melakukan variasi pada
suhu dn laju alir air. Pada percobaan pertama dengan suhu air 35℃ dengan
variasi debit 4 L/menit dan 6 L/menit. Sedangkan percobaan yang kedua
dengan suhu air 45℃ dengan variasi debit 4 L/menit dan 6 L/menit. Sebelum
melakukan percobaan kami mengatur nilai – nilai suhu bola basah dan suhu
bola kering, suhu yang diperoleh berturut – turut sebesar 28℃ dan 31℃.
Pada percobaan pertama dengan suhu 35℃ pada laju alir sebesar 4L/menit
diperoleh Td out = 30℃ dan Tw out = 28℃ selain itu diperoleh suhu air yang
keluar sebesar 31℃. Temperatur air yang keluar menara mengalami
penurunan karena sudah berkontak dengan udara. Pada percobaan berikutnya
akan ditemukan juga bahwa suhu air akan selalu menurun setelah berkontak
dengan udara. Selama praktikum dilaksanakan diperoleh juga suhu bola basah
dan suhu bola kering pada setiap percobaan yang dilakukan. Suhu bola basah
dan suhu bola kering ini juga mengalami kenaikan meskipun kenaikannya
tidak jauh.
Pada percobaan yang kami lakukan dapat dilihat bahwa semakin besar laju
alir maka temperatur bola basah, temperatur bola kering dan suhu air yang
keluar akan meningkat.begitu pula dengan perbedaan suhu, apabila suhu
dinaikkan maka Tw out, Td out, dan T air akan meningkat juga.
Pada praktikum ini kami ditugaskan untuk mencari nilai humidity (H), HR,
dan HS. Titik embun (TE) dan enthalpy serta kenaikan kelembapan pada udara.
Q VsTair Out
32.5
32
Tair Out
31.5
31
30.5
4 6
Q
Grafik 2. Hubungan antara debit dengan suhu air yang keluar dari menara.
TE Vs H
28.5
28
27.5
TE
27
26.5
26
25.5
0.024 0.0265
H
Td Vs Hs
0.031
0.03
Hs
0.029
0.028
0.027
30 31
Td
Tair Vs Humidity
0.04
0.03
Humidity
0.02
0.01 Series1
0
35 45
Tair
Berdasarkan data yang kami peroleh dapat disimpulkan hal sebagai berikut :
1. Dengan laju air yang divariasikan, nilai humidity akan bertambah seiring
bertambahnya laju alir air.
2. Hubungan antara laju alir air dengan Tair out, Tw out, dan Td out
berbanding lurus.
3. Dengan suhu yang divariasikan (Tair) maka humidity akan bertambah.
4. Hubungan antara Tair dengan Tair out, Tw out, dan Td out berbanding
lurus.
5. Semakin besar Td maka semakin besar pula nilai HS.
6. Semakin besar Td maka enthalpy semakin besar.
7. Semakin besar Tair dan laju alir air maka kelembapan udara semakin
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
2. Tair = 45℃
NO. Qair (L/menit) Tw out (℃) Td out (℃) Tair (℃)
1. 4 32 34 34
2. 6 32 35 35
• Nilai Enthalpy :
Hy Kj/Kg dry air = (1,005 + 1,88H) (T℃ - 0) + 2501,4 H
= (1,005 + 1,88(0,024))(30℃-0) + 2501,4 (0,024)
= 91,5372 Kj/Kg dry air
• Nilai Enthalpy :
Hy Kj/Kg dry air = (1,005 + 1,88H) (T℃ - 0) + 2501,4 H
= (1,005 + 1,88(0,0265))(31℃-0) + 2501,4
(0,0265)
= 98,99 Kj/Kg dry air
• Nilai Enthalpy :
Hy Kj/Kg dry air = (1,005 + 1,88H) (T℃ - 0) + 2501,4 H
= (1,005 + 1,88(0,0305))(34℃-0) + 2501,4
(0,0305)
= 112,4123 Kj/Kg dry air
• Nilai Enthalpy :
Hy Kj/Kg dry air = (1,005 + 1,88H) (T℃ - 0) + 2501,4 H
= (1,005 + 1,88(0,031))(35℃-0) + 2501,4 (0,031)
= 114,7582 Kj/Kg dry air
1. Menara Humidifikasi
2. Heater
3. Blower
Anemometer
5. Digunakan untuk mengukur laju alir
udara dari blower
6. Termometer
7. Kapas
Laporan Praktikum Instruksional II
FLUIDISASI
Disusun Oleh:
Kelompok 12
Fakultas Teknik
Universitas Lampung
2017
ABSTRAK
FLUIDISASI
Oleh
Fluidisasi merupakan salah satu cara untuk mengontakkan butiran padatan suatu fluida
baik gas maupun cairan. Proses fluidisasi terjadi apabila laju alir dinaikkan sedikit demi
sedikit, hingga dicapai suatu keadaan dimana unggun padatan akan tersuspensi di
dalam fluida. Dengan peningkatan kecepatan gas, massa kepadatan unggun akan terus
menurun, dan bila aliran gas yang melalui bagian bawah lebih kuat dari partikel, maka
akan bergerak ke atas melalui ruang kosong antara partikel. Dalam percobaan ini, fluida
yang digunakan berupa aliran gas yang disuplai dari kompresor, sedangkan padatan
yang digunakan adalah kacang kedelai. Dari hasil percobaan diperoleh kurva
karakteristik fluidisasi yang menggambarkan hubungan antara log pressure dengan log
u. Semakin besar laju alir, semakin besar pressure drop, maka tinggi unggun akan
berubah jauh dari keadaan awalnya.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Seperti halnya densitas, porositas merupakan salah satu karakteristik fisis yang
diperlukan terutama untuk mengkarakteristik bahan padatan hasil proses maupun yang
akan diproses kembali. Sifat porositas bahan saling mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh besaran fisis yang lain maupun sifat termalnya, misalnya bahan yang porous akan
mempunyai nilai kerapatan yang rendah, luas permukaan yang lebih besar,
konduktivitas panas yang rendah. Secara umum, porositas digambarkan sebagai
perbandingan antara volume pori dengan volume teoritis. Volume teoritis ditentukan
dari berat dan rapat teoritis. Adanya porositas muncul karena adanya pori terbuka,
tertutup maupun ruang antar partikel.
Pori terbuka adalah pori yang berhubungan dengan cairan disekitarnya atau pori
yang saling berhubungan, termasuk di dalamnya kapiler, retak-retak halus serta
ketidakrataan dalam bentuk partikel agregat. Sedangkan pori tertutup adalah pori yang
tidak berhubungan dengan cairan disekitarnya. Disamping itu terdapat pula porositas
antar partikel diantara butiran-butiran yang merupakan ruang pori yang terbuka.
Volume pori terbuka untuk agrerat hanya terbatas pada volume retak halus dan kapiler.
Volume ini bisa ditentukan dari volume cairan yang teradsorpsi.
Kecepatan semu lebih cepat dari kecepatan minimum kebanyakan gas mengalir
melalui hamparan dalam bentuk gelembung atau rongga-rongga kosong yang tidak
berisikan zat padat, dan hanya sebagian kecil gas itu mengalir dalam saluran-saluran
yang terbentuk diantara partikel. Partikel itu bergerak tanpa aturan yang di dorong oleh
fluida tetapi dalam ruang-ruang diantara fraksi kosong kira-kira sama dengan kondisi
awal fluidisasi. Sifat tak keseragaman hamparan ini mulanya diperkiraan disebabkan
oleh penggumpalan (agregasi) partikel, dan oleh karena itu digunakan istilah fluidisasi
agregat, tetapi kenyataannya tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa partikel itu
melekat satu sama lain. Gelembung yang terbentuk hampir berperilaku seperti
gelembung udara didalam air atau gelembung uap didalam zat cair yang mendidih,
sehingga fluida jenis ini sering dinamai dengan istilah hamparan didih.
Pada saat laju alir fluida lambat, partikel diam dan berada didasar kolom karena
gas hanya mengalir melalui lubang antar partikel tanpa menyebabkan terjadinya
perubahan susunan partikel tersebut dimana keadaan ini disebut dengan fixed bed
(unggun diam). Berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk fixed bed:
∆𝑃 (1−∈)
− 𝑔𝑐 = 150
𝐿 ∈ 𝑑𝑝
• Pada aliran turbulen (Re > 1000), viscous losses bisa diabaikan sehingga
pressure drop dapat dinyatakan dengan persamaan:
∆𝑃 (1−∈)𝜌𝑠 2
− 𝑔𝑐 = 1.75 𝑈
𝐿 ∈ 𝑑𝑝
dengan, 𝜌𝑠 = densitas fluida
Laju alir fluida diukur dengan menggunakan orificimeter. Hubungan antara laju
alir dengan beda tinggi (∆ℎ) manometer pada orif dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:
2 𝑔𝑐 (−∆𝑃)0 / 𝑃
𝑈 = 𝐶𝑜√ (𝐷⁄𝐷 )4−1
0
Pressure drop pada orife dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Pressure drop unggun diukur dengan manometer U yang dipasang pada kolom
fluidisasi. Dengan:
(-∆𝑝) = 𝜌𝑚 𝑔(∆𝐻)𝑚 (12)
(-∆𝑝) = 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛
(∆𝐻)𝑚 = 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑈
Pm = densitas cairan pengisi manometer U
1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju
minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel padatan tetap diam.
2. Fenomena minimum atau incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir
fluida mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi.
Pada kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi.
3. Fenomena smooth atau homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun
sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung
pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung
besar yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel
padat.
6. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida
melampaui kecepatan maksimum aliran fluida . pada fenomena ini sebagian
partikel akan terbawa aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maximum.
7. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam unggun partikel
padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal.
METODOLOGI PERCOBAAN
Pada hari Jumat tanggal 27 Oktober 2017 kami melakukan praktikum fluidisasi di
laboratorium operasi teknik kimia universitas lampung. Kami ditugaskan untuk
mencari kecepatan fluidisasi, fenomena yang terjadi saat fluidisasi berlangsung,
dokumen foto dan video dengan partikel berupa kacang kedelai dan berat partikel
pada masing-masing percobaan yaitu 13 gram, 15 gram, dan 17 gram.
Hal pertama yang kami lakukan adalah mengkalibrasi kolom kosong. Hal ini
bertujuan untuk membuang udara yang masih tertinggal didalam kolom dan untuk
mendapatkan data yang lebih akurat pada saat melakukan percobaan-percobaan
pada praktikum fluidisasi. Setelah melakukan kalibrasi, dilakukan percobaan
fluidisasi 1, percobaan fluidisasi 2, dan percobaan fluidisasi 3, dengan
memvariasikan massa partikel padatan (kacang kedelai) di setiap percobaan.
Kemudian didapatkan data-data pengamatan yang selanjutnya dapat digunakan
untuk mencari bebrapa data perhitungan lainnya dan didapatkan pula data berupa
grafik sebagai berikut:
Kurva karakteristik
Fluidisasi percobaan I
Tabel 1 Percobaan 1
4.5
3.5
2.5
log((-∆P)/L)
2
log U
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kurva Karakteristik
Fluidisasi Percobaan II
Tabel 2 Percobaan 2
4.5
3.5
2.5
log((-∆P)/L)
2
log U
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kurva Karakteristik
Fluidisasi Percobaan III
Tabel 3 Percobaan 3
4.5
3.5
2.5
log((-∆P)/L)
2
log U
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Pada grafik 1 percobaan 1 saat (∆ℎo) dinaikkan, fenomena awal yang terjadi adalah
fixed bed. Sejumlah laju alir pada (∆ho) 6 cm belum mampu memfluidisasikan
partikel padatan. Oleh karen itu fenomena masih fixed bed atau fluida udara hanya
melewati celah pada kacang kedelai. Pada (∆ho) 14 cm partikel kacang kedelai
mulai terfluidisasikan dengan fenomena yang terjadi yaitu bubbling dan partikel
bergerak seperti tidak stabil. Laju alir udara pada (∆ho) 16 cm dan 18 cm fenomena
yang terjadi adalah slugging. Pad (∆ho) 20 cm fenomena yang terjadi adalah
homogenously fluidization, hal ini menyebabkan terjadinya penorakan sehingga
partikel-partikel kacang kedelai tersebut terangkat dan bergerak bebas.
Pada saat (∆ho) diturunkan kembali menjadi 14 cm, 12 cm, 10 cm, 8 cm, dan 6 cm,
fenomena yang terjadi adalah minimum fluidization. Fenomena ini ditunjukkan
ketika dalam unggun partikel kacang kedelai terbentuk celah dan saluran-saluran
seperti tabung vertikal. Saat (∆ho) adalah 0 cm kecepatan aliran fluida (U) juga
diturunkan maka ketinggian partikel kolom fluidisasi semakin menurun dan
fenomena yang terjadi kembali fixed bed. Selain itu, pada saat (-∆𝑝) naik, maka
(U) mengalami peningkatan dan sebaliknya, karena (-∆𝑝) berbanding lurus dengan
(U).
Pada percobaan 2 di grafik 2 dengan berat 15 gram pada saat (∆ho) dinaikkan dari
0 cm sampai 2 cm terjadi perubahan fenomena dari fixed bed menjadi smooth, ada
satu atau dua partikel yang sedikit bergerak. Pada (∆ho) 10 cm, 12 cm, 14 cm, dan
16 cm fenomena yang terjadi adalah minimum fluidization, dimana partikel
kacang kedelai mulai bergerak dan sedikit tidak stabil. Pada (∆ho) 18 cm dan 20
cm partikel-partikel kacang kedelai sudah terfluidisasi dengan fenomena
fluidization. Fenomena fluidization menunjukkan saat unggun partikel padatan
bergerak cepat dan sangat bebas.
Saat (∆ho) diturunkan hingga 0 cm maka kecepatan aliran fluida (U) juga
diturunkan maka ketinggian partikel-partikel kacang kedelai pada kolom fluidisasi
semakin menurun dan fenomena yang terjadi kembali fixed bed. Selain itu, pada
saat (-∆𝑝) naik, maka (U) mengalami peningkatan dan sebaliknya sehingga (-∆𝑝)
berbanding lurus dengan (U).
Pada grafik 3 percobaan 3 dengan massa kacang kedelai 17 gram. Pada saat (∆ho)
8 cm fenomena yang terjadi masih fixed bed. Pada saat fenomena masih fixed bed,
aliran fluida hanya mengalir melalui celah setiap partikel-partikel padatan. Pada
saat (∆ho) 14 cm dan 16 cm fenomena yang terjadi yaitu bubbling, dimana partikel
kacang kedelai mulai bergerak atau bisa dikatakan pada fenomena ini terjadi akibat
densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Pada saat (∆ho) dinaikkan kembali
slugging. Hal ini disebabkan terjadinya penorakan sehingga partikel-partikel
kacang kedelai tersebut terangkat.
Pada saat (∆ho) diturunkan kembali hingga ke 0 cm maka fenomena yang terjadi
adalah fixed bed, pada (∆ho) 0 cm ini kecepatan aliran fluida (U) juga diturunkan
maka ketinggian partikel kolom fluidisasi semakin menurun dan fenomena
kembali fixed bed. Selain itu, pada saat (-∆𝑝) naik maka (U) akan naik dan
begitupun sebaliknya. Sehingga (-∆𝑝) berbanding lurus dengan kecepatan aliran
fluida (U).
BAB V
KESIMPULAN
Brown, G.G. 1950. Unit Operation. John Wiley & Sons Co: New York.
Foust, A.S, Maus L. 1980. Principles of Unit Operation 2nd Edition John Wiley & Sons
Co: New York.
3. Meidalisa (1515041051)
- suhu ruangan : 32 ℃
- viskositas udara : 1.8 x 10-7 gr/cm.s
Tinggi unggun : 4 cm
Run 2
Massa Partikel : 15 gr
Run 3
Volume partikel : 22 ml
Massa partikel : 17 gr
Tinggi unggun : 5 cm
Laboran Asisten
Pada lampiran 1 sudah tertera data hasil pengamatan praktikum. Data hasil pengamatan
tersebut diolah sehingga didapatkan kurva karakteristik fluidisasi pada masing-masing
percobaan. Untuk mendapatkan kurva karakteristik fluidisasi maka dilakukan langkah-
langkah perhitungan sebagai berikut:
2. Menghitung (−∆𝑝)/L
Dimana, (−∆𝑝) = 490 gr/(cm)(s2)
L = Ketinggian unggu pada masing-masing percobaan dengan massa dan
(−∆ℎ𝑜) yang berbeda.
Pada percobaan 1, L = 4cm, maka
490 𝑔𝑟/(𝑐𝑚)(𝑠2 )
(−∆𝑝) / L = = 122.5 𝑔𝑟/(𝑐𝑚2)(s2)
4 𝑐𝑚
𝑐𝑚 𝑔𝑟
(2.981 𝑔𝑟. 2 )(1960 .𝑠2 )/ 1.22𝑥10−3 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
U = 0.743 √ 𝑠 𝑐𝑚
(1.905 𝑐𝑚/ 0.5 𝑐𝑚)4 −1
3152065574
U = 0.743 √209.7171592
U = 2880.510 cm/s2
Data hasil perhitungan U hingga 20 cm pada percobaan 1, percobaan 2 dan
percobaan 3 tertera pada tabel 1, 2, dan 3.
6. Mengitung Reo
𝜌 𝑥 𝑉𝑜 𝑥 𝐷𝑜
Reo = 𝜇
Reo = 9761729.8
Re = 12885481.4
9. Jenis aliran
Jenis aliran dapat ditentukan berdasarkan nilai Re. Jika nilai Re < 20 maka jenis
aliran adalah laminer. Re = 20 – 1000 maka jenis aliran transisi dan jika nilai
Re > 1000 maka jenis aliran adalah turbulen.
150 (1−∈)2 𝜌𝑔
b. Untuk aliran turbulen = 𝑥𝑈
∈3 𝐷𝑝2
c. Untuk volume dimasukkan data dari (−∆𝑝/L) x gc
Untuk yang changing cell digunakan data porositas yang diasumsi ∈ sehingga
akan diperoleh nilai ∈ yang telah disesuaikan dengan rumus laminer dan
turbulen diatas. Nilai porositas tidak boleh lebih dari 1 (∈<1)
13. Membuat kurva karakteristik hubungan antara kecepatan aliran fluida dengan
pressure drop. Setelah didapatkan data-data perhitungan tersebut, kita dapat
membuat grafik karakteristik fluidisasi dengan cara memplotkan nilai log u
sebagai sumbu x dan log (−∆𝑝/L) sebagai sumbu y pada tiap masing-masing
percobaan.
DOKUMENTASI
2. Kacang Kedelai
5. Memasukkan kacang
kedelai (unggun) pada
kolom fluidisasi
7. Menimbang kedelai
sebesar 2 gram
8. Menghitung densitas
unggun
Disusun oleh :
Kelompok 12
Ana suranti (1515041049)
Rizka damayanti (1515041050)
Meidalisa (1515041051)
Cathoche uniqua s (1515041052)
Oleh
Ana Suranti, Rizka Damayanti, Meidalisa, Cathoche Uniqua Supomo
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan yunani pada abad pertama
masehi yang akhirnya perkembanganya dipicu oleh tingginya permintaan spirtus.
Hyatia Alexandria dipercaya telah menentukan rangkaian alat untuk distilasi dan
zozimus dari Alexandria lah yang berhasil menggambarkan secara akurat tentang
prosessdistilasi pada sekitar abad ke-14. Bentuk-bentuk distilasi modern pertama kali
ditemukan oleh ahli kimia islam pada masa kekhalifahan abbasiah, terutama oleh ar-
razi pada pemisahan alkoholmenjadi senyawa yang relatif murni bahkan desain ini
menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro
dapat terwujud
1.2 Tujuan
tujuan dari percobaan ini adalah :
• Menentukan nilai HETP atau tinggi tumpukan bahan isian dalam kolom yang
memberikan perubahan komposisi yang sama dengan perubahan komposisi
yang dicapai oleh suatu plate teoritis
• Melakukan pemisahan suatu campuran cair cair yang terdiri dari 2 komponen
berdasarkan pada bagian daya penguapan diantara komponen-komponen
tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Luas permukaan kontak antara fasa gas dan cairan serta koefesien
perpindahan massa. Pada prosess distilasi terjadi perubahan wujud dari wujud cair
berubah menjadi uap, hasil pemanasan berdasarkan titik didihnya. Kemudian uap
tersebut didinginkan dan terjadi prosess pengembunan sehingga diperoleh cairan
murni (distilat). Distilasi merupakan unit operasi kimia jenis perpindahan massa,
penetapan prosess ini didasarkan pada teori bahwa suatu larutan masing masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Proses perpindahan massa merupakan
salah satu prosess yang penting dalam operasi teknik kimia.
Bahan isian pada inert yang memiliki luas permukaan persatuan kolom dapat
digunakan sebagai pengganti bubble cap plate. Tinggi bahan isisan pada kolom yang
dapat memberikan suatau komposisi produk pemisahan campuran tertentu harus di
evaluasi. Tujuan percobaan distilasi melakukan pemisahan suatu campuran cair cair
yang terjadi dari 2 komponen tersebut dan menentukan HETP (Height Equivalent to a
Theoritical). Atau tinggi tumpukan bahan isisan dalam suatu kolom yang
memberikan perubahan komposisi yang sama dengan perubahan komposisi yang
dicapai oleh suatu plate teoritis.
Suatu kolom bahan isian dibagi bagi dalam unit atau satuan volume bahan
isian, dimana setiap satuan volume bahan isian yang mampu
menghasilakan uap dan cairan meninggalkan plate berada dalam keadaan
setimbang. Untuk suatu plate berada dalam keadaan kesetimbangan fasa
atau kesetimbangan termodinamika. Konsep HETP yaitu satu-satuan unit
kolom tersebut equivalen dengan satu plate ideal dapat dinyatakan :
a. Secara langsung
Penentuan HETP secara langsung menggunakan cara
persamaan empiris yang merupakan fungsi sifat-sifat fisis dan
kondisi operasi
b. Secara tidak langsung
HETP ditentukan secara tidak langsung dengan menghitung
jumlah stage terlebih dahulu, dan metode yang dapat
digunakan yaitu : Metode poncong sarvit , Metode Frenske-
Underwood , Metode Mc Cabe-thile. Untuk campuran biner
secara tidak langsung melibatkan persamaan-persamaan dasar
yaitu : bila garis operasi dan kurva setimbang dalam grafik X
Vs Y mendekati garis lurus dan sejajar dan juga tinggi bahan
isisan dalam kolom (Z) dapat dinyatakan dengan persamaan Z
= Nmin x HETP
*(Nmin : jumblah plate minimal yang diperlukan pada suatu
operasi pemisahan)
Sedangkan apaliba garis operasi dankurva kesetimbangan pada
grafik X vs Y maka keduanya lurus. HETP merupakan
perbandingan tinggi bahan isian di kolom Z dengan jumlah
plate teoritis atau plate setimbang.
METODOLOGI PERCOBAAN
1) Termometer 2 buah
2) Kondensor 1 buah
3) Kolom distilasi 1 buah
4) Labu ukur leher tiga 1 buah
5) Hand refaktormeter 1 buah
6) Magnetik stirer 1 buah
7) Stotif 1 buah
8) Jaket pemanas 1 buah
9) Gelas ukur 100 ml 1 buah
10) Pipet tetes 2 buah
11) Piknometer 10 ml 1 buah
12) Dongkrak 1 buah
13) Timbangan digital 1 buah
14) Corong 1 buah
15) Beaker glass 500ml 1 buah
16) Beaker glass 100ml 1 buah
17) Alimunium foil 1 buah
18) Penyumpal gabus 2 buah
19) Ethanol 900ml
20) Air 900ml
21) Vaselin
3.2 Prosedur Percobaan
4.2 Pembahasan
Distilasi adalah sebuah metode pemisahan komponen cair cair yang
tergantung pada distribusi dari beragam komponen-komponen diantara fasa uap dan
cair. Pada distilasi fasa uap akan segera terbentuk setelah dipanaskan, uap dan
cairanya dibiarkan mengadakan kontak langsung sehingga dalang waktu yg ralatif
cukup kestimbangan fasa dapat tercapai. Setelah terbentuk uap segera dipisahkan
dengan cara mengondensasikannya membentuk embun yang dalam prosess ini
disebut distilat.
Menyiapkan alat dan bahan langkah awal yang kami lakukan , setelah itu
dimulai prosessdistilasi dengan memanaskan campuran ethanol air setelah di
panaskan selama 22,07 menit untuk pertama kalinya timbul gelembung hal ini disebut
titik bubble point yang terjadi pada suhu atas 31oC dan suhu bawah 77oC. Selanjutnya
titik didih campuran pada suhu atas 31oC dan suhu bawah 78oC denagn waktu 23,10
menit uap hasil pengontakan antara ethanol dan air ini pertama kalinya mengembun
pada suhu atas 60oC serta suhu bawah 79oC dan waktu 42,48 menit. Pengambilan
data yang diamati dilakukan dengan menampung distilat sebanyal 10 ml prosess
dilakukan setelah refluks total diterapkan dan berhenti apabila indeks bias dari distilat
telah konstan.
Diperoleh indeks bias distilat yang konstan yaitu 1,34 selanjutnya mengukur
indeks bias residu. Setelah diukur dan diketahui indeks bias residunya adalah 1,353 ,
dari data yang diperoleh kami melakukan perhitungan data untuk mencari nilai xf , xo
, xr , serta nilai HETP . dari data yang diamati han hasil perhitungan diperoleh bahwa
densitas ethanol murni sebesar 0,0808 gram/ ml air dan ethanol memiliki densitas
0,892 gram/ml dengan kadar alkohol. Dengan diketahui kadar alkohol(ettanol) pada
umpan , kadar alkohol distilat dan residu pun diperoleh yaitu sebesar 2916,8% dan
58,23%
I. MC Cabe Thile
Metode ini dapat digunakan untuk larutan yang bersifat ideal mupun larutan
sejati penentuan jumlah plate teoritis menggunakan metode ini memerlukan
kurva kesetimbangan, nilai xf , xo , xr , berdasarkan metode ini diperoleh
jumlah plate minimum 3,375 . sehingga nilai HETP nya adalah 20,04cm/plate
1) Bubble point terjadi pada saat suhu atas 31oC dan suhu bawah 77oC dan
setelah dipanaskan selama 22,07 menit menimbulkan gelembung
2) Uap hasil pengontakan antara ethanol dan air mengalami pengembunan pada
suhu atas 60oC dan suhu bawah 79oC waktunya 24,48 menit
3) Diperoleh nilai xf , xo , xr yaitu 0,3119 ; 0,3174 ; 1,2043 .
4) Dengan metode Mc Cabe diperoleh jumlah plate teoritis 4,375 dan nilai
HETPnya adalah 20,4cm/plate
5) Dengan metode Franske Underwood diperoleh inilai Nmin teoritisnya 3,3216
dan nilai HETPnya adalah 20,773cm/plate.
DAFTAR PUSTAKA
Perry, R . H . 2005 . Perry’s Chemical Engineering Handbook ,8th ed. New York :
Mc Graw Hill . New York .
Treybal , R.E . 1984 . Mass Transfer Operation , 3rd ed. Mc Graw Hill book
company . New York .
LAMPIRAN
DATA PENGAMATAN
Praktikum : Distilasi
Tanggal praktikum : 14 november 2017
Nama kelompok : Ana suranti (1515041049)
Rizka damayanti (1515041050)
Meidalisa (1515041051)
Cathoche uniqua s (1515041052)
• Bubble point
• Boiling point
Waktu mendidih : 23,10 detik
Temperatur atas : 31oC
Temperatur bwah : 78oC
• Dew point
Waktu mendidih : 24,48 detik
Temperatur atas : 60oC
Temperatur bawah : 79oC
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
Densitas ethanol =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚
8,08 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
10 𝑚𝑙
= 0,808 gram/ml
Kadar ethanol
Kadar ethanol dapat diperoleh dari interpolasi data pada tabel 2-112
yaitu interpolasi data kadar pada suhu 30oC
0,80922−0,808 0,808−0,79835
M= (90) + (94)
0,80922−0,79835 0,80922−0,79
= 93,54 %
= 53,67%
= 0,3119
b) Mencari fraksi mol ethanol dalam distilat
Massa distilat = ( massa piknometer + distilat ) – (massa
piknometer)
= 22,87 – 15,36
= 7,51 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡
Densitas distilat =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
7,51𝑔𝑟𝑎𝑚
=
10 𝑚𝑙
=0,751 gram /ml
Kadar ethanol dengan densitas 0,751 gram/ml pada suhu 30oC
0,79853−0,751 0,751−0,79555
M= (94) + (95)
0,79853−0,79555 0,79853−0,79555
= 2916,8 %
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙 . 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡
Mol ethanol =
𝐵𝑚 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
(0,29168).(7,51)
=
46
= 0,047
(1−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 ).(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡)
Mol air =
𝐵𝑚 𝑎𝑖𝑟
(1−0,29168)(7,51)
=
18
= 0,295
𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
Xd =
𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙+𝑎𝑖𝑟
0,047
=
0,047+0,295
= 0,1374
= 58,23 %
𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
Xr =
𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
0,1115
=
0,1115+0,2043
= 1,2043
1554,3
Tekanan Po = 8,04494 -
222,65+80
= 811,53 kpa
Tekanan ethanol
1554,3
Log po = 8,044494 -
222,65+64
= 419,418 kpa
Tekanan air
1668,21
Log po = 7,9668 -
228+80
= 355,24 kpa
Tekanan air
1668,21
Log po = 7,9668 -
228+64
= 179,37 kpa
𝑃𝑜 ethanol
(α) puncak =
𝑃 𝑜 𝑎𝑖𝑟
811,53
=
355,249
= 2,284 kpa
𝑃𝑜 ethanol
(α) bawah =
𝑃𝑜 𝑎𝑖𝑟
419,4189
= 17,370
= 2,338 kpa
= √(2,284). (2,338)
= 2,3108
𝛼 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 . 𝑋𝑎
Ya =
1+(𝛼 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒−1). 𝑋𝑎
2,311 𝑋𝑎
Ya =
1+92,311−1) 𝑋𝑎
Xa = 0
(2,311 .0 )
Ya = 1+( 2,311−1) 0 = 0
Xa (0,1) 0,2043
Xa (0,2) 0,366
Xa (0,3) 0,497
Xa (0,4) 0,606
Xa (0,5) 0,698
Xa (0,6) 0,776
Xa (0,7) 0,8435
Xa (0,8) 0,902
Xa (0,9) 0,954
Xa (1) 1
Xa Ya
Plot kan nilai Xa dan Ya pada grafik sehingga diperoleh kurva kesetimbangan
6
N=4+ = 4,375
16
𝑍
HETP =
𝑁𝑚𝑖𝑛
69 𝑐𝑚
=
3,375
= 20,4 cm / plate
Dengan menggunakan metode ini pada refluks total maka jumlah plate teoritis
minimum ( Nmin ) dapat di hitung
𝑋𝐷 (1−𝑋𝑟)
log[ ]
𝑋𝑟 (1−𝑋𝐷)
Nmin = -1
log 𝛼 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒
0,1374 (1−1,2043)
log[ 1,2043 (1−0,1374)]
= -1
log 2,311
= 3,3216
Nilai HETP
69
HETP =
3,3216
= 20,773
LAMPIRAN IV
DOKUMENTASI
Alumunium foil
Vaseline
6
Beaker glass
Pipet tetes
Refrakto meter
9
Stopwatch
10
Manara distilasi
11
Corong
12
Thermometer
13
Aquades
14
Alkohol
Laporan Praktikum Instruksional II
DRYING
Disusun Oleh:
Kelompok 12
Fakultas Teknik
Universitas Lampung
2017
ABSTRAK
disusun oleh :
Ana, Rizka, Meidalisa, Cathoche
Draying merupakan proses penghilangan kandungan sejumlah air dalam relatif
dalam suatu bahan. Proses ini melibatkan dua proses, yaitu perpindahan panas dan
perpindahan massa.
Pada praktikum ini kita melakukan dua kali percobaan, percobaan pertama
adalah ikan teri basah dengan kadar garam 45% dan laju alir 1,2 m/s, untuk percobaan
kedua adalah ikan teri dengan kadar garam 45% dan laju alir 0,9 m/s. Pada praktikum
yang kita lakukan yang divariasikan adalah laju alrnya, hal ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh dari laju alir terhadap proses pengeringan.
Pada run 1 kadar berat air menghilang sebesar 20,71 gram dengan laju alir udara
sebesar 1,2 m/s. Sedangkan pada run 2 kadar berat air yang hilang adalah 20,44 gram
dengan laju alir udara 0,9 m/s. Dapat disimpulkan bahwa kadar air yang hilang pada
run 1 dengan laju alir 1,2 m/s lebih besar dari pada run 2 dengan laju alir 0,9. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin cepat laju alir udara maka semakin
banyak kadar air yang hilang.
BAB 1
PENDAHULUAN
Bila udara itu mengalir sejajar dengan permukaan zat padat, koefisien
perpindahan panas :
8,8 𝐺 0,8
ℎ𝑦 = … … … … … … … … . . … … . . (3)
𝐷𝑒 0,2
Dimana :
hy = koefisien perpindahan panas
G = Kecepatan massa
De = diameter equivalen
Bila aliran teggak lurus maka,
ℎ𝑦 = 24,2 𝐺 0,37 … … … … … … … … . . (4)
Hidupkan saklar utama dan saklar kipas, kemudian ukur kecepatan laju
alir udara menggunakan nemometer
Kemudian ukur suhu bola basah (Tw) dengan cara membalut ujung
termometer dengan kapas basah dan juga ukur suhu bola kering (Td)
hingga konstan
Timbang ikan teri sesuai dengan penugasan dan diberikan, lalu letakkan
pada cawan petri
Hidupkan heater, kemudian letakkan cawan petri yang sudah berisi ikan
teri kedalam alat drying. Secara bersamaan hidupkan juga stopwatch
Setelah 10 menit keluarkan cawan petri dari alat drying dan timbanglah
massa ikan teri dan catat pada tabel pengamatan. Kemudian masukan
kembali cawan petri tersebut ke dalam drying
Ulang langkah di atas sampai 100 menit. Setelah run 1 selesai keluarkan
ikan teri dari dalam alat drying
Run I
Sampel : Ikan teri basah 3:6:8
Berat Sampel : 52,45 gram
Laju Alir : 1,2 m/s
Td : 52 ºC
Tw : 32 ºC
Berat Cawan : 102,6 gram
Luas Cawan : 165,196 cm2
Tipe Pemanas :3
No. Waktu (menit) Berat Sampel (gram)
1. 0 52,45
2. 10 50,55
3. 20 47,37
4. 30 44,74
5. 40 42,31
6. 50 40,03
7. 60 38,24
8. 70 36,14
9. 80 34,65
10. 90 32,89
11. 100 31,74
Bone dray Ikan teri 45% adalah 16,9898 gram
Run 2
Sampel : Ikan teri basah 3:6:8
Berat sampel sebelum dikeringkan : 48,93 gram
Laju Alir : 0,9 m/s
Td : 57 ºC
Tw : 30,5 ºC
Berat Cawan : 102,6 gram
Luas Cawan : 165,196 cm2
Tipe Pemanas :3
No. Waktu (menit) Berat Sampel (gram)
1. 0 48,93
2. 10 46,17
3. 20 43,49
4. 30 40,92
5. 40 38,05
6. 50 36,10
7. 60 34,33
8. 70 32,73
9. 80 31,36
10. 90 30,12
11. 100 28,49
Bone dry ikan teri 45% adalah 16,9898 gram
4.2 Pembahasan
Pada tanggal 8 Desember 2017 kami telah melakukan percobaan drying di
laboratorium OTK (operasi teknik kimia). Pada percobaan ini sampel yang
digunakan adalah ikan teri basah dengan kadar garam 45% dengan laju alir 1,2 m/s
dan 0,9 m/s dan menggunkan tipe pemanas 3. Pengeringan dilakukan dengan cara
memberikan udara panas yang tidak jenuh pada bahan ynag hendak dikeringkan,
dengan laju alir 1,2 m/s dan suhu bola basah (Tw) yang kami dapatkan adalah 32
ºC sedangkan temperature bola kering (Td) yang didapatkan adalah 52 ºC.
Sebelum bahan (sample) yang akan kita keringkan dimasukkan ke dalam
dryer atau pemanas, sampel ditimbang terlebih dahulu massanya. Pertama timbang
cawan kosong menggunakan neraca analitic, setelah itu timbang sampel dan cawan
dengan neraca analitic. Dan didapatkan massa sampel sebelum dikeringkan maka
masuklan sampel ke dalam dryer atau pemanas, pada Run pertama (1) berat sampel
awal yang didapat ialah 52,45 gram dan berat sampel akhir 31,74 gram. Waktu
pengeringan dilakukan selama 100 menit, tiap 10 menit sekali sample yang sedang
dikeringkan ditimbang dan dicatat massanya. Lakukan hal tersebut tiap 10 menit
sekali selama 100 menit.
Pada Run kedua (II) dengan sampel ikan teri basah 3:6:8 dan laju alir udara
0,9 m/s dengan menggunakan pemanas 3. Pengeringan dilakukan dengan cara
memberi udara panas yang tidak jnuh pada bahan yang hendak kita keringkan,
temperature bola basah (Tw) yang kami peroleh 30 ºC dan temperature bola kering
(Td) yang kami dapatkan 57 ºC. Waktu pengeringan dilakukan selama 100 menit,
tiap 10 menit sekali sample yang sedang dikeringkan ditimbang dan dicatat
massanya. Lakukan hal tersebut tiap 10 menit sekali selama 100 menit.
Uap air menguap pada run 1 kadar berat air hilang sebesar 20,71 gram
dengan laju alir udara sebesar 1,2. Sedangkan pada run 2 kadar berat air yang
hilang adalah 20,44 gram dengan laju alir udara 0,9. Dapat disimpulkan bahwa
kadar air yang hilang pada run 1 dengan laju alir 1,2 m/s lebih besar dari pada run
2 dengan laju alir 0,9. Oleh karena itu semakin cepat laju alir udara maka semakin
banyak kadar air yang hilang.
Run I
2
moister content
1.5
0.5
0
0 20 40 60 80 100 120
waktu(t)
0.002
drying rate
0.0015
0.001
0.0005
0
0 20 40 60 80 100 120
waktu(t)
Grafik di atas yang didapat dari pegelolaan data pada praktikum ini kurang
sesuai dengan kurva karakteristik pengeringan yang sebenarnya. hal ini
disebabkan karena hal-hal mengenai prosess pengeringan belum selesai dengan
kondisi yang diharapkan.
Run II
1.5
0.5
0
0 20 40 60 80 100 120
waktu (t)
0.0015
drying rate
0.001
0.0005
0
0 20 40 60 80 100 120
waktu (t)
Anonim.2012.DryingOTK.http://dwonload1974.mediafire.com/rjappuxlppg/2ui9sujir
ktzl39/Drying+OTK.dock. Diakses pada Sabtu, 9 Desember 2017, pukul
13.20 WIB
Geonkoplis,C.J.1983. Transport Process and Unit Operation, 2nd Edition. Allyn and
Barcon: New York
Mc Cabe, W.L. 1993. Unit Operation of Chemical Engineering. Mc Graw Hill : New
York
Perry’s, R. H. 2008. Perry’s Chemical Engineering Handbook, 8th Edition. Mc Graw
Hill: New York
LAMPIRAN
DATA HASIL PENGAMATAN
Praktikum : Drying
Tempat Praktikum : Laboratorium OTK Teknik Kimia
Tanggal Praktikum : 8 Desember 2017
Nama Kelompok : Ana Suranti (1515041049)
Rizka Damayanti (1515041050)
Meidalisa (1515041051)
Cathoche Uniqua S. (1515041052)
Run I
Sampel : Ikan teri basah 3:6:8
Berat Sampel : 52,45 gram
Laju Alir : 1,2 m/s
Td : 52 ºC
Tw : 32 ºC
Berat Cawan : 102,6 gram
Luas Cawan : 165,196 cm2
Tipe Pemanas :3
No. Waktu (menit) Berat Sampel (gram)
1. 0 52,45
2. 10 50,55
3. 20 47,37
4. 30 44,74
5. 40 42,31
6. 50 40,03
7. 60 38,24
8. 70 36,14
9. 80 34,65
10. 90 32,89
11. 100 31,74
Bone dray Ikan teri 45% adalah 16,9898 gram
Run 2
Sampel : Ikan teri basah 3:6:8
Berat sampel sebelum dikeringkan : 48,93 gram
Laju Alir : 0,9 m/s
Td : 57 ºC
Tw : 30,5 ºC
Berat Cawan : 102,6 gram
Luas Cawan : 165,196 cm2
Tipe Pemanas :3
No. Waktu (menit) Berat Sampel (gram)
1. 0 48,93
2. 10 46,17
3. 20 43,49
4. 30 40,92
5. 40 38,05
6. 50 36,10
7. 60 34,33
8. 70 32,73
9. 80 31,36
10. 90 30,12
11. 100 28,49
Bone dry ikan teri 45% adalah 16,9898 gram
LAMPIRAN II
PERHITUNGAN
Drying rate (R) untuk data pengamatan Run 1 di ketahui Ad (luas area pengeringan)
Ad=πD2= 165,196 cm2.
(−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙) 𝑑𝑥
𝑅= .
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑡
52,45 −0,118
𝑅= . = 0,003549668
165,196 10
Drying rate (R) untuk data pengamatan Run 2 di ketahui Ad (luas area pengeringan)
Ad=πD2= 165,196 cm2.
(−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙) 𝑑𝑥
𝑅= .
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑡
−48,93 −0,16246
𝑅= . = 0,004811961
165,196 10
LAMPIRAN TABEL
Tabel Run I
No Berat t Moister Drying dx a ls/a dt dx /dt
sampel content rate
1 52,45 0 2,0871 0,0036 -0,1118 165,2 -0,32 10 -0,01118
2 50,55 10 1,9753 0,0057 -0,1872 165,2 -0,31 10 -0,01872
3 47,37 20 1,7881 0,0049 -0,1706 165,2 -0,29 10 -0,01706
4 44,74 30 1,6175 0,0034 -0,1272 165,2 -0,27 10 -0,01272
5 42,31 40 1,4903 0,0034 -0,1342 165,2 -0,26 10 -0,01342
6 40,03 50 1,3561 0,0026 -0,1054 165,2 -0,24 10 -0,01054
7 38,24 60 1,2507 0,0029 -0,1235 165,2 -0,23 10 -0,01235
8 36,14 70 1,1272 0,0019 -0,0877 165,2 -0,22 10 -0,00877
9 34,65 80 1,0395 0,0022 -0,1036 165,2 -0,21 10 -0,01036
10 32,89 90 0,9359 0,0013 -0,0677 165,2 -0,20 10 -0,00677
11 31,74 100 0,8682 -0,0017 -0,8682 165,2 -0,19 -100 0,008682
Tabel Run II
No Berat t Moister Drying dx a ls/a dt dx /dt
sampel content rate
1 48,93 0 1,8799 0,0049 -0,1625 165,2 -0,30 10 -0,01625
2 46,17 10 1,7175 0,0044 -0,1577 165,2 -0,28 10 -0,01577
3 43,49 20 1,5598 0,0040 -0,1513 165,2 -0,26 10 -0,01513
4 40,92 30 1,4085 0,0042 -0,1689 165,2 -0,25 10 -0,01689
5 38,05 40 1,2396 0,0026 -0,1148 165,2 -0,23 10 -0,01148
6 36,1 50 1,1248 0,0023 -0,1042 165,2 -0,22 10 -0,01042
7 34,33 60 1,0206 0,0020 -0,0942 165,2 -0,21 10 -0,00942
8 32,73 70 0,9264 0,0016 -0,0816 165,2 -0,20 10 -0,00816
9 31,36 80 0,8448 0,0014 -0,072 165,2 -0,19 10 -0,0072
10 30,12 90 0,7728 0,0017 -0,0959 165,2 -0,18 10 -0,00959
11 28,49 100 0,6769 -0,0012 -0,6769 165,2 -0,17 -100 -0,006769
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI
3. Anemometer
4. Timbangan Digital
No Nama Alat dan Bahan Gambar
5. Kipas Angin
6. StopWatch
7. Cawan Petri
8. Termometer
9. Termometer dengan Kapas
Basah