Anda di halaman 1dari 124

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

(OPERASI TEKNIK KIMIA II)

PRAKTIKUM
1. Humidifikasi
2. Fluidisasi
3. Distilasi
4. Drying

Oleh :
Ana Suranti (1515041049)
Rizka Damayanti (1515041050)
Meidalisa (1515041051)
Cathoche Uniqua Supomo (1515041052)

LABORATORIUM OPERASIONAL TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur praktikan panjatkan kepada Tuhan YME atas segala bantuan-Nya
sehingga laporan akhir praktikum Operasi Teknik Kimia II ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Tak lupa juga, praktikan mengucapkan terimakasih kepada para
dosen pembimbing modul yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
praktikan dalam pelaksanaan praktikum ini. Selain itu, terimakasih jga praktikan
ucapkan kepada para asisten atas kerjasamanya dalam membantu jalannya praktikum
dan pembuatan laporan praktikum ini. Laporan akhir ini dibuat dan disusun
berdasarkan pada praktikum Operasi Teknik Kimia II yang telah dilaksanakan oleh
praktikan.

Praktikan menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini tidak luput dari
kekurangan, baik dari segi materi, isi, ,maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu,
praktikan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk meningkatkan kualitas
dalam penulisan laporan praktikum berikutnya.

Atas perhatian nya, praktikan mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini


bermanfaat bagi para pembaca dan senantiasa mendapatkan ridha-Nya.

Bandar Lampung, 22 Desember 2017

Praktikan
DAFTAR ISI

Halaman

COVER UTAMA i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

A. HUMIDIFIKASI
COVER i
ABSTRAK ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Percobaan 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2

BAB III. METODE PERCOBAAN

3.1 Alata dan Bahan 5

3.2 Prosedur Percobaan 6

BAB IV. PEMBAHASAN 7

BAB V. KESIMPULAN 12

DAFTAR PUSTKA 13

LAMPIRAN
B. FLUIDISASI
COVER i
ABSTRAK ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Percobaan 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3

BAB III. METODE PERCOBAAN

3.1 Alata dan Bahan 8

3.2 Prosedur Percobaan 9

BAB IV. PEMBAHASAN 12

BAB V. KESIMPULAN 17

DAFTAR PUSTKA 18

LAMPIRAN

C. DISTILASI
COVER i
ABSTRAK ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Percobaan 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3

BAB III. METODE PERCOBAAN


3.1 Alata dan Bahan 6

3.2 Prosedur Percobaan 7

BAB IV. PEMBAHASAN 10

BAB V. KESIMPULAN 13

DAFTAR PUSTKA 14

LAMPIRAN

D. DRYING
COVER i
ABSTRAK ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Percobaan 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2

BAB III. METODE PERCOBAAN

3.1 Alata dan Bahan 6

3.2 Prosedur Percobaan 7

BAB IV. PEMBAHASAN 8

BAB V. KESIMPULAN 13

DAFTAR PUSTKA 14

LAMPIRAN
Laporan Praktikum Instruksional II

HUMIDIFIKASI

Disusun Oleh:
Kelompok 12

1. Ana Suranti (1515041049)


2. Rizka Damayanti (1515041050)
3. Meidalisa (1515041051)
4. Cathoche Uniqua S. (1515041052)

Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas Lampung

2017
ABSTRAK
(HUMIDIFIKASI)

Oleh
(Ana Suranti, Rizka Damayanti, Meidalisa, Cathoche Uniqua Supomo)

Humidifikasi adalah salah satu proses dalam Teknik kimia yang bertujuan untuk
meningkatkan kadar uap air atau humiditas dalam udara, pada praktikum ini kami
selaku praktikan melakukan pengontakan antara air dan udara dengan variasi laju alir
4 l/menit, 6 l/menit, dan didapatkan nilai Td out adalah 30 ℃ dan 31 ℃, Tw out
adalah 28℃ dan 29 ℃. Dari data tersebut didapatkan pula nilai persentase humiditas
sebagai berikut : 85,7% dan 88%. Maka semakin besar laju alir maka persentase
humiditas akan semakin besar.

Kata Kunci : Humifikasi, Laju Alir (Q), Td, Tw, dan Persentase Humidifikasi.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada proses industri kimia terdapat operasi – operasi perpindahan massa yang
sering terjadi salah satunya adalah humidifikasi. Humidifikasi merupakan proses
bertambahnya uap air dalam udara. Sebaliknya, proses dehumidifikasi adalah
proses pengurangan kandungan uap air dalam udara.
Pada humidifikasi kandungan uap air dalam udara dapat dinaikan dengan
melewatkan udara di atas permukaan air dimana air teruapkan ke dalam aliran
udara. Dalam percobaan ini, proses transfer massa dari zat cair ke udara pada
cooling tower disebabkan karena temperatur air menurun saat meninggalkan
cooling tower. Proses transfer panas terjadi antara panas yang dibawa oleh udara
agar dapat menguapkan kandungan uap air dari fasa cair. Semakin banyak kontak
antara air dengan udara, maka akan semakin banyak terjadi perpindahan massa
dari perpindahan panas. Untuk perpindahan massa terjadi karena adanya
perbedaan konsentrasi. Saat pertama kali udara masuk ke dalam cooling
tower,udara akan bersifat tidak jenuh, akan tetapi setelah keluar cooling tower
udara akan jenuh yang memiliki banyak kandungan uap air atau bias dikatakan
kelembabannya telah meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh proses
perpindahan panas yang terjadi dari air ke udara.
Adapun peran operasi humidifikasi, yaitu :
a.) Proses pendinginan air
Proses humidifikasi tidak hanya pada uap air dan udara saja, akan tetapi bisa
juga pada zat lain. Dalam praktikum ini dilakukan humidifikasi pada sistem
air dan udara.
b.) Mengendalikan kelembapan udara atau kondisi udara pada sistem.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan yang ingin diperoleh pada praktikum ini :
a.) Agar kami lebih memahami konsep humidifikasi.
b.) Menentukan kelembapan udara keluar menara setelah di kontakkan dengan air
hangat secara berlawanan arah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada proses industry kimia terdapat operasi – operasi perpindahan massa yang terjadi
salah satu diantaranya adalah proses humidifikasi. Humidifikasi merupakan operasi
Teknik kimia (OTK) yang mengakibatkan bertambahnya kandungan uap air dlam
udara dan sebaliknya operasi teknik kimia (OTK) yang menyebabkan berkurangnya
uap air dalam udara disebut dengan dehumidifikasi.
Pada proses humidifikasi, merupakan suatu proses yang dapat menempahkan
kandungan uap air ke udara dengan melewatkan udara tersebut ke permukaan air,
dimana air tersebut diuapkan kedalam aliran udara. Dalam prosesnya ada dua cara
yaitu ddengan pemanasan dan tanpa pemanas, arah lairan kedua proses tersebut
berbeda tergantung bagaimana kita dapat mengatur buka tutup valve pada proses ini
udara dikontakkan dengan air yang berada didalam labu secara counter current
dimana air mengalir dari atas dan udara mengalir ke atas dari bawah dengan laju alir
sirkulasi tertentu.
Dalam proses humidifikasi terjadi perpindahan massa dan peprindahan panas. Proses
perpindahan massa dan perpindahan panas, proses perpindahan massa pada menara
pendinginan terjadi ketika sejumlah massa uap air berpindah ke dalam aliran udara
yang tidak jenuh. Proses perpindahan panas terjadi dari air ke udara akibatnya, udara
akan menjadi lebih jauh dengan uap air (kelembapan naik) pada saat meninggalkan
menara pendingin. Operasi humidifikasi dapat dilakukan dengan alat yang prinsipnya
mempertemukan udara dengan air sebaik mungkin.
Contoh – contoh proses humidifikasi adalah pada menara pendingin air panas
dialirkan berlawanan arah dengan media pendingin yaitu udara. Berikut ini
merupakan jenis alat untuk mempertemukan gas – cairan :
1. Kolom Piringan
Cairan dimasukkan dari bagian atas kolom kepingan teratas,kemudian cairan
turun kepiringan – piringan dibawahnya pada piringan terdapat lapisan cairan
yang akan ditembus oleh aliran gas.
2. Kolom Dinding Basah
Udara dialirkan kedalam kolom yang dindingnya basah.
3. Kolom Percik
Udara dialirkan kedalam suatu kolom atau menara yang berisi percikan atau
curahan – curahan air.
4. Kolom Dengan Isian (Packed Tower)
Udara yang dialirkan kedalam kolom atau menara yang pada bagian tertentu
berisi isian. Air di jatuhkan pada bagian menara atas isian, curahan air akan
terpecah dan membasahi isian.

Humidifikasi adalah proses pelembapan, tetapi bisa juga diartikan secara luas
yang meliputi proses dehumidifikasi (operasi penurunan kelembapan),
pendinginan dan pengukuran kelembapan udara. Bahan yang ditransfer
diantara fase – fase dalam proses operasi humidifikasi bahan fase cairan murni
yang ditransfer dengan cara penguapan dan pengembunan. Jumlah uap air
yang ada didalam udara tersebut adalah humidity udara tersebut dengan kata
lain humidity (H) adalah kg uap air yang dibawa oleh 1 kg udara kering.

Desain alat yang penting untuk jenis proses humidifikasi adalah pengeringan
padatan dengan gas, pengeringan gas jenuh cairan atau dehumidifikasi. Alat –
alat humidifiers, dehumidifiers, dan air pendingin.

Proses penurunan kelembapan adalah proses pengukuran kandungan uap air


ke udara sehingga terjadi penurunan enthalpi dan rasio kelembapan. Pada
proses ini terjadi perubahan kalor laten tanpa di sertai perubahan kalor
sensible.

Istilah – istilah dalam proses humidifikasi dan dehumidifikasi antara lain


adalah sebagai berikut :
1. Kelembapan yaitu massa uap yang dibawa oleh satu saatuan massa gas
bebas uap, karena humidifikasi hanya tergantung pada tekanan bagian uap
di dalam campuran bila tekanan total tetap.
2. Suhu bola basah adalah suhu yang didapatkan bila udara didinginkan pada
tekanan konstan hingga jenuh (100% kelembapan).
3. Suhu bola kering adalah suhu udara yang terkena udara bebas, namun
terjaga dari sinar matahari dan embun.
4. Kelembapan jenuh yaitu udara dalam proses kesetimbangan dengan air
pada suhu dan tekanan tertentu.
5. Kelembapan relatif yaitu rasio antara tekanan bagian dan tekanan uap zat
cair pada suhu gas.
6. Kalor lembab yaitu energi kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
satu satuan massa dan uap yang dikandungnya.
7. Enthalpi lembab yaitu enthalpi satu satuan massa gas ditambah uap yang
terkandung didalamnya.
8. Volume lembab yaitu volume total satu satuan massa bebas uap dan uap
yang tergantung di dalam pada tekanan 1 atm.
9. Titik embun campuran udara – uap air yaitu temperatur pada saat gas telah
jenuh oleh uap air.

Peran operasi humidifikasi yaitu :


a. Proses pendinginan air.
b. Mengendalikan kelembapan udara atau kondisi udara pada sistem.
Aplikasi humidifikasi dan dehumidifikasi yang luas adalah proses yang
melibatkan sistem air – udara, misalnya dalam proses pengeringan,
pendinginan air hangat dari heat exchanger dan air conditioning. Pada
proses ini aplikasi, proses humidifikasi bertujuan untuk mentrasfer panas
dari uap air ke dalam (steam) yang kemudian steam digunakan pada
proses, misalnya pengeringan suatu bahan yang masih lembab. Selain
aplikasi di industri, aplikasi humidifikasi pada proses yang terjadi secara
alami, misalnya pada pengeringan baju. Pengeringan baju terjadi karena
suhu panas dari matahari yang menyebabkan kandungan air pada baju
menguap, dan terbawa oleh aliran udara disekelilingnya.
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alata dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut :
1. Menara Pendingin.
2. Termometer.
3. Kapas.
4. Air.
5. Anemometer.
6. Tangka Penampung Air.
3.2 Prosedur Percobaan

Menyiapkan alat dan bahan.

Menghidupkan blower lalu ukur kecepatan udara menggunakan


anemometer.

Mengukur temperatur bola basah dan temperatur bola kering sebelum air
dialirkan ke menara pendingin.

Setelah mendapatkan suhu yang diinginkan kemudian mengalirkan air


kedalam menara pendingin dengan laju alir yang telah ditentukan sesuai
penugasan.

Mengalirkan udara dengan tekanan dan laju alir sesuai penugasan.


Mengukur temperatur bola basah dan temperatur bola kering udara pada
menara pendingin.

mengukur temperatur air keluar menara pendingin.

Mensirkulasikan air terus menerus, dilakukan dengan varian laju alir sesuai
penugasan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


Tw in : 28℃
Td in : 31℃
V udara : 2,2 m/s
A :pxl
28,8 cm x 19 cm = 547,2 cm2

1. T air = 35℃
T air out
NO. Q air (l/menit) Tw out (℃) Td out (℃)
(℃)
1. 4 28 30 31
2. 6 29 31 32

2. T air = 45℃
T air out
NO. Q air (l/menit) Tw out (℃) Td out (℃)
(℃)
1. 4 32 34 34
2. 6 32 35 35

4.2 Pembahasan
Praktikum instruksional 2 modul humidifikasi ini dilaksanakan pada hari
kamis 12 Oktober 2017 di ruang Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung. Praktikum ini berlangsung
selama ± 1 jam 30 menit. Pada praktikum ini kami melakukan variasi pada
suhu dn laju alir air. Pada percobaan pertama dengan suhu air 35℃ dengan
variasi debit 4 L/menit dan 6 L/menit. Sedangkan percobaan yang kedua
dengan suhu air 45℃ dengan variasi debit 4 L/menit dan 6 L/menit. Sebelum
melakukan percobaan kami mengatur nilai – nilai suhu bola basah dan suhu
bola kering, suhu yang diperoleh berturut – turut sebesar 28℃ dan 31℃.

Pada percobaan pertama dengan suhu 35℃ pada laju alir sebesar 4L/menit
diperoleh Td out = 30℃ dan Tw out = 28℃ selain itu diperoleh suhu air yang
keluar sebesar 31℃. Temperatur air yang keluar menara mengalami
penurunan karena sudah berkontak dengan udara. Pada percobaan berikutnya
akan ditemukan juga bahwa suhu air akan selalu menurun setelah berkontak
dengan udara. Selama praktikum dilaksanakan diperoleh juga suhu bola basah
dan suhu bola kering pada setiap percobaan yang dilakukan. Suhu bola basah
dan suhu bola kering ini juga mengalami kenaikan meskipun kenaikannya
tidak jauh.

Pada percobaan yang kami lakukan dapat dilihat bahwa semakin besar laju
alir maka temperatur bola basah, temperatur bola kering dan suhu air yang
keluar akan meningkat.begitu pula dengan perbedaan suhu, apabila suhu
dinaikkan maka Tw out, Td out, dan T air akan meningkat juga.

Pada praktikum ini kami ditugaskan untuk mencari nilai humidity (H), HR,
dan HS. Titik embun (TE) dan enthalpy serta kenaikan kelembapan pada udara.

Nilai humidity diperoleh dengan cara menggunakan grafik humidity yang


langkah – langkahnya terdapat pada lampiran 2. Begitu juga dengan nilai TE.
Dari grafik humidity diperoleh nilai – nilai berikut :
Nilai Humidity awal : 0,0235 Kg H2O/Kg Udara
HS awal : 0,03 Kg H2O/Kg Udara
HR awal : 78,33%
TE awal : 26 ℃

NO. Tair (℃) Q(L/menit) H HR % Hs TE (℃)


4 0,024 85,7 0,028 26,5
1. 35
6 0,0265 88 0,03 28
4 0,0305 85 0,036 31,75
2. 45
6 0,031 82,5 0,038 31,75

Untuk mencari nilai enthalpy dapat menggunakan persamaan berikut :


Hy = (1,005 + 1,88H) (T ℃ - 0) + 2501,4H
Untuk hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3.
Pada persamaan diatas, T adalah suhu bola kering dan H adalah nilai
humidity.
Untuk mencari nilai kenaikan kelembapan dapat menggunakan persamaan
berikut :
∆H = Humidity akhir – Humidity mula – mula.
∆H = H – H mula – mula
Untuk nilai hasil kenaikan dapat dilihat pada lampiran 3.
Berikut kami sajikan grafik hubungan antara Q vs H, Q vs Tair out, TE vs H,
Td vs Hy, Td vs Hs, dan T vs kenaikan kelembapan serta T vs H.
Q Vs H
0.027
0.026
0.025
H 0.024
0.023
0.022
4 6
Q

Grafik 1. Hubungan antara debit dengan humiditas.

Q VsTair Out
32.5
32
Tair Out

31.5
31
30.5
4 6
Q

Grafik 2. Hubungan antara debit dengan suhu air yang keluar dari menara.

TE Vs H
28.5
28
27.5
TE

27
26.5
26
25.5
0.024 0.0265
H

Grafik 3. Hubungan antara titik embun dan humiditas.


Td Vs Entalpy
100
98
Entalphy 96
94
92
90
88
86
30 31
Td

Grafik 4. Hubungan antara T bola kering dengan enthalpy.

Td Vs Hs
0.031

0.03
Hs

0.029

0.028

0.027
30 31
Td

Grafik 5. Hubungan antara suhu bola kering dengan humiditas mutlak.


T Vs Kenaikan Kelembaban
0.007
0.006
0.005
ΔH 0.004
0.003
0.002
0.001
0
35 45
T

Grafik 6. Hubungan antara suhu air dengan kenaikan kelembapan (∆H).

Tair Vs Humidity
0.04

0.03
Humidity

0.02

0.01 Series1

0
35 45
Tair

Grafik 7. Hubungan antara suhu air dengan humiditas.


BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan data yang kami peroleh dapat disimpulkan hal sebagai berikut :
1. Dengan laju air yang divariasikan, nilai humidity akan bertambah seiring
bertambahnya laju alir air.
2. Hubungan antara laju alir air dengan Tair out, Tw out, dan Td out
berbanding lurus.
3. Dengan suhu yang divariasikan (Tair) maka humidity akan bertambah.
4. Hubungan antara Tair dengan Tair out, Tw out, dan Td out berbanding
lurus.
5. Semakin besar Td maka semakin besar pula nilai HS.
6. Semakin besar Td maka enthalpy semakin besar.
7. Semakin besar Tair dan laju alir air maka kelembapan udara semakin
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

R.E. Treybal.1980.Mass-Transfer Operations,3rd ed. New York : Mc Graw Hill Book


Company.
Geankoplis,C,J.1995. Transport Prosesses and Unit Operations, third edition, Allyn
and Bacon, Inc, Boston.
Tim – Instruktur Laboratorium OTK 2017.2017. Penuntun Praktikum Instruksional
II. Bandar Lampung. – Laboratorium Operasi Teknik Kinik Jurusan Teknik Kimia –
Universitas Lampung.
LAMPIRAN
Lampiran I
DATA PENGAMATAN

Judul Praktikum : Humidifikasi.


Hari,Tanggal : Kamis, 12 Oktober 2017.
Anggota Kelompok : Ana Suranti (1515041049)
Rizka Damayanti (1515041050)
Meidalisa (1515041051)
Cathoche Uniqua Supomo (1515041052)
Tw in : 28 ℃
Td in : 31℃
V udara : 2,2 m/s
A : p x l = 28,8 cm x 19 cm = 547,2 cm2
1. Tair = 35℃
NO. Qair (L/menit) Tw out (℃) Td out (℃) Tair (℃)
1. 4 28 30 31
2. 6 29 31 32

2. Tair = 45℃
NO. Qair (L/menit) Tw out (℃) Td out (℃) Tair (℃)
1. 4 32 34 34
2. 6 32 35 35

Bandar Lampung, 12 Oktober 2017


Laboran Asisten

Fitria Yenda Elpita, S.T. Nina Boenga


NPM. 1415041040
Lampiran II
LANGKAH – LANGKAH PERHITUNGAN HUMIDITY

Langkah – langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan nilai humiditas


(H), Humiditas Mutlak (Hs), Humiditas Relatif (HR), dan Titik Embun (TE)
adalah sebagai berikut :
1.) Mengukur suhu bola basah (Tw) dan suhu bola kering (Td) aliran udara yang
keluar dari menara pendingin.
2.) Siapkan grafik humidity.
3.) Plotkan nilai Tw dan Td yang diperoleh ke humidity chart.
4.) Tarik garis dari Tw out dan Td out vertical keatas hingga menyentuh kurva
100% kelembapan.
5.) Tarik sejajar garis Tw out sejajar adiabatis hingga menyentuh garis Td out.
6.) Dari titik potong tersebut, Tarik garis ke kanan sampai menyentuh sumbu Y
(humidity,H). Sehingga diperoleh nilai H.
7.) HS, tarik ke kanan antara perpotongan Td out dengan kurva persentase 100%
kelembapan.
8.) HR, titik perpotongan garis Tw out dengan Td out secara sejajar adiabatis
berada diantara persentase kelembapan 0% - 100%.
9.) Untuk mendapatkan TE (titik embun), Tarik garis dari H menuju kurva “
persentase Humidity 100% ”. Perpotongan kedua titik tersebut tarik vertikal
kebawah menuju sumbu X (Temperatur) diperoleh nilai TE.
Lampiran III
DATA PERHITUNGAN

1. Menghitung H, HR, HS dan TE mula – mula menggunakan humidity chart


pada
Td = 31℃
Tw = 28℃
Diperoleh :
H = 0,0235 Kg H2O/Kg udara
HS = 0,03 Kg H2O/Kg udara
HR = 78,33%
TE = 26 ℃

2. Menghitung H, HR, HS dan TE pada Q 4 L/menit.


Td = 30℃ Tair = 35℃
Tw = 28℃ Tair out = 31℃
Diperoleh :
H = 0,024 Kg H2O/Kg udara
HS = 0,028 Kg H2O/Kg udara
HR = 85,7%
TE = 26,5 ℃

• Nilai Enthalpy :
Hy Kj/Kg dry air = (1,005 + 1,88H) (T℃ - 0) + 2501,4 H
= (1,005 + 1,88(0,024))(30℃-0) + 2501,4 (0,024)
= 91,5372 Kj/Kg dry air

• Jumlah air yang menguap ke udara


∆H = H – H mula – mula
∆H = 0,024 Kg H2O/Kg udara – 0,0235 Kg H2O/Kg udara
= 0,0005 Kg H2O/Kg udara

3. Menghitung H, HR, HS dan TE pada Q 6 L/menit.


Td = 29℃ Tair = 35℃
Tw = 31℃ Tair out = 32℃
Diperoleh :
H = 0,0265 Kg H2O/Kg udara
HS = 0,03 Kg H2O/Kg udara
HR = 88%
TE = 28 ℃

• Nilai Enthalpy :
Hy Kj/Kg dry air = (1,005 + 1,88H) (T℃ - 0) + 2501,4 H
= (1,005 + 1,88(0,0265))(31℃-0) + 2501,4
(0,0265)
= 98,99 Kj/Kg dry air

• Jumlah air yang menguap ke udara


∆H = H – H mula – mula
∆H = 0,0265 Kg H2O/Kg udara – 0,024 Kg H2O/Kg udara
= 0,0025 Kg H2O/Kg udara

4. Menghitung H, HR, HS dan TE pada Q 4 L/menit.


Td = 32℃ Tair = 45℃
Tw = 34℃ Tair out = 34℃
Diperoleh :
H = 0,0305 Kg H2O/Kg udara
HS = 0,036 Kg H2O/Kg udara
HR = 85%
TE = 31,75℃

• Nilai Enthalpy :
Hy Kj/Kg dry air = (1,005 + 1,88H) (T℃ - 0) + 2501,4 H
= (1,005 + 1,88(0,0305))(34℃-0) + 2501,4
(0,0305)
= 112,4123 Kj/Kg dry air

• Jumlah air yang menguap ke udara


∆H = H – H mula – mula
∆H = 0,0305 Kg H2O/Kg udara – 0,024 Kg H2O/Kg udara
= 0,0065 Kg H2O/Kg udara

5. Menghitung H, HR, HS dan TE pada Q 6 L/menit.


Td = 32℃ Tair = 45℃
Tw = 35℃ Tair out = 35℃
Diperoleh :
H = 0,031 Kg H2O/Kg udara
HS = 0,038 Kg H2O/Kg udara
HR = 82,5%
TE = 31,75℃

• Nilai Enthalpy :
Hy Kj/Kg dry air = (1,005 + 1,88H) (T℃ - 0) + 2501,4 H
= (1,005 + 1,88(0,031))(35℃-0) + 2501,4 (0,031)
= 114,7582 Kj/Kg dry air

• Jumlah air yang menguap ke udara


∆H = H – H mula – mula
∆H = 0,031 Kg H2O/Kg udara – 0,024 Kg H2O/Kg udara
= 0,007 Kg H2O/Kg udara
Lampiran IV
DOKUMENTASI
NO. Gambar Keterangan

1. Menara Humidifikasi

2. Heater

3. Blower

4. Alat ukur laju alir Fluida

Anemometer
5. Digunakan untuk mengukur laju alir
udara dari blower

6. Termometer
7. Kapas
Laporan Praktikum Instruksional II

FLUIDISASI

Disusun Oleh:
Kelompok 12

5. Ana Suranti (1515041049)


6. Rizka Damayanti (1515041050)
7. Meidalisa (1515041051)
8. Cathoche Uniqua S. (1515041052)

Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas Lampung

2017
ABSTRAK

FLUIDISASI

Oleh

Ana Suranti, Rizka Damayanti, Meidalisa, Cathoche Uniqua S

Fluidisasi merupakan salah satu cara untuk mengontakkan butiran padatan suatu fluida
baik gas maupun cairan. Proses fluidisasi terjadi apabila laju alir dinaikkan sedikit demi
sedikit, hingga dicapai suatu keadaan dimana unggun padatan akan tersuspensi di
dalam fluida. Dengan peningkatan kecepatan gas, massa kepadatan unggun akan terus
menurun, dan bila aliran gas yang melalui bagian bawah lebih kuat dari partikel, maka
akan bergerak ke atas melalui ruang kosong antara partikel. Dalam percobaan ini, fluida
yang digunakan berupa aliran gas yang disuplai dari kompresor, sedangkan padatan
yang digunakan adalah kacang kedelai. Dari hasil percobaan diperoleh kurva
karakteristik fluidisasi yang menggambarkan hubungan antara log pressure dengan log
u. Semakin besar laju alir, semakin besar pressure drop, maka tinggi unggun akan
berubah jauh dari keadaan awalnya.

Kata kunci : fluida, pressure drop, unggun


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fluidisasi merupakan salah satu cara untuk mengontakkan suatu padatan (solid)
dengan suatu fluida (cairan ataupun gas). Pada proses fluidisasi akan terjadi
beberapa fenomena yang dapat diamati secara visual saat praktikum berlangsung.
Fenomena yang terjadi pada fluidisasi ini diakibatkan oleh pengontakkan fluida
gas pada unggun padatan. Proses fluidisasi dipengaruhi oleh bebrapa faktor antara
lain, luas penampang unggun, laju alir fluida masuk, densitas padatan, porositas
padatan, dan masih banyak lagi. Pada laju alir yang cukup rendah unggun akan
tetap diam, keadaan diam unggun ini disebut sebagai unggun diam atau fixed bed.
Seiring bertambahnya laju alir gas maka akan sampai dimana padatan mulai
tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya.
Pada percobaan fluidisasi ini akan dilihat fenomena fluidisasi jika digunakan
luas penampang unggun yang berbeda pula. Selain itu pada percobaan fluidisasi ini
kita dapat mengetahui hubungan antara pressure drop (∆P) dengan kecepatan aliran
fluida (u) yang menunjukkan kurva fluidisasi dan dapat melihat kecepatan
minimum fluidisasi. Oleh karena itu kami melakukan percobaan ini.

1.2. Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan fluidisasi ini antara lain:
1. Menentukan kurva karakteristik fluidisasi, yaitu kurva yang
menggambarkan hubungan antara pressure drop (∆P) dengan kecepatan
aliran fluida (u).
2. Menentukan kecepatan minimum fluida (Umf).
3. Mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi selama fluidisasi berlangsung
secara visual.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Seperti halnya densitas, porositas merupakan salah satu karakteristik fisis yang
diperlukan terutama untuk mengkarakteristik bahan padatan hasil proses maupun yang
akan diproses kembali. Sifat porositas bahan saling mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh besaran fisis yang lain maupun sifat termalnya, misalnya bahan yang porous akan
mempunyai nilai kerapatan yang rendah, luas permukaan yang lebih besar,
konduktivitas panas yang rendah. Secara umum, porositas digambarkan sebagai
perbandingan antara volume pori dengan volume teoritis. Volume teoritis ditentukan
dari berat dan rapat teoritis. Adanya porositas muncul karena adanya pori terbuka,
tertutup maupun ruang antar partikel.

Pori terbuka adalah pori yang berhubungan dengan cairan disekitarnya atau pori
yang saling berhubungan, termasuk di dalamnya kapiler, retak-retak halus serta
ketidakrataan dalam bentuk partikel agregat. Sedangkan pori tertutup adalah pori yang
tidak berhubungan dengan cairan disekitarnya. Disamping itu terdapat pula porositas
antar partikel diantara butiran-butiran yang merupakan ruang pori yang terbuka.
Volume pori terbuka untuk agrerat hanya terbatas pada volume retak halus dan kapiler.
Volume ini bisa ditentukan dari volume cairan yang teradsorpsi.

Kecepatan semu lebih cepat dari kecepatan minimum kebanyakan gas mengalir
melalui hamparan dalam bentuk gelembung atau rongga-rongga kosong yang tidak
berisikan zat padat, dan hanya sebagian kecil gas itu mengalir dalam saluran-saluran
yang terbentuk diantara partikel. Partikel itu bergerak tanpa aturan yang di dorong oleh
fluida tetapi dalam ruang-ruang diantara fraksi kosong kira-kira sama dengan kondisi
awal fluidisasi. Sifat tak keseragaman hamparan ini mulanya diperkiraan disebabkan
oleh penggumpalan (agregasi) partikel, dan oleh karena itu digunakan istilah fluidisasi
agregat, tetapi kenyataannya tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa partikel itu
melekat satu sama lain. Gelembung yang terbentuk hampir berperilaku seperti
gelembung udara didalam air atau gelembung uap didalam zat cair yang mendidih,
sehingga fluida jenis ini sering dinamai dengan istilah hamparan didih.

Gelembung-gelembung gas yang terbentuk cenderung untuk bersatu dan


menjadi besar pada waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu dan ukuran maksimum
gelembung stabil berkisar antara beberapa inci sampai beberapa kaki diameternya. Jika
kita menggunakan kolom diameter kecil dengan hamparan zat padat yang tebal,
gelembung itu mungkin akan berkembang hingga memenuhi seluruh penampung.
Gelembung-gelembung yang beriringan lalu bergerak ke puncak kolom terpisah oleh
zat padat yang seakan-akan sumbat, hal inilah yang disebut slugging dan tidak
dikehendaki karena menimbulkan kesulitan jika ingin memperbesar skala terap ke unit-
unit yang lebih besar. Fluidisasi adalah suatu cara untuk mengontakkan butiran padatan
dengan fluida (gas atau cairan). Fluidisasi diamati ketika suatu unggun padatan
berkontak dengan fluida yang bergerak ke atas dengan kecepatan intermediate.

Pada saat laju alir fluida lambat, partikel diam dan berada didasar kolom karena
gas hanya mengalir melalui lubang antar partikel tanpa menyebabkan terjadinya
perubahan susunan partikel tersebut dimana keadaan ini disebut dengan fixed bed
(unggun diam). Berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk fixed bed:

a. Penentuan tekanan pada fixed bed


Pressure drop disebabkan oleh kehilangan energi. Kehilangan energi ini
disebabkan oleh viscous losses (kehilangan energi karena adanya gesekan).
• Pada aliran laminar (Re < 20), kehilangan energi terutama disebabkan
oleh viscous losses dan kinetik energi losses bila diabaikan. Maka
pressure drop dapat dinyatakan dengan persamaan:

∆𝑃 (1−∈)
− 𝑔𝑐 = 150
𝐿 ∈ 𝑑𝑝

• Pada aliran turbulen (Re > 1000), viscous losses bisa diabaikan sehingga
pressure drop dapat dinyatakan dengan persamaan:
∆𝑃 (1−∈)𝜌𝑠 2
− 𝑔𝑐 = 1.75 𝑈
𝐿 ∈ 𝑑𝑝
dengan, 𝜌𝑠 = densitas fluida

b. Penurunan Tekanan pada Fluida Bed


Untuk unggun terfluidikan, pressure drop dihitung dengan persamaan Ergun
(Foust, 1980)
∆𝑃 (1−∈) (1−∈)𝑝𝑠
− 𝑔𝑐 = 150 𝑈 + 1,75 𝑈2
𝐿 ∈𝑑𝑝 ∈𝑑𝑝

Dengan ∈f adalah prioritas unggun pada keadaan terfluidisasi. Kecepatan


minimum fluidisasi (Umf) merupakan superficial fluida pada saat fluidisasi
mulai terjadi.

Laju alir fluida

Laju alir fluida diukur dengan menggunakan orificimeter. Hubungan antara laju
alir dengan beda tinggi (∆ℎ) manometer pada orif dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:

2 𝑔𝑐 (−∆𝑃)0 / 𝑃
𝑈 = 𝐶𝑜√ (𝐷⁄𝐷 )4−1
0

Pressure drop pada orife dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

(-∆𝑝)𝑜 = 𝜌𝑜𝑔 (∆𝐻)𝑜

Sharp-edged orifice diameter ratio adalah perbandingan antara diameter orifice


terhadap diameter pipa (Do / D). Nilai Co dapat dibaca di literatur, misalnya Brown
(1950) atau foust (1980).

Menghitung pressure drop unggun

Pressure drop unggun diukur dengan manometer U yang dipasang pada kolom
fluidisasi. Dengan:
(-∆𝑝) = 𝜌𝑚 𝑔(∆𝐻)𝑚 (12)
(-∆𝑝) = 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛
(∆𝐻)𝑚 = 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑈
Pm = densitas cairan pengisi manometer U

Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:

1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju
minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel padatan tetap diam.
2. Fenomena minimum atau incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir
fluida mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi.
Pada kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi.
3. Fenomena smooth atau homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun
sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung
pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung
besar yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel
padat.
6. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida
melampaui kecepatan maksimum aliran fluida . pada fenomena ini sebagian
partikel akan terbawa aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maximum.
7. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam unggun partikel
padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal.

Fenomena-fenomena fluidisasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor:

1. Laju alir fluida dan jenis fluida.


2. Ukuran partikel dan bentuk partikel.
3. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlock antar partikel.
4. Porositas unggun.
5. Distribusi aliran.
6. Distribusi bentuk ukuran fluida.
7. Diameter kolom.
8. Tinggi unggun.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum fluidisasi.
1. Rangkaian alat fluidisasi.
2. Manometer.
3. Kompresor.
4. Cawan ukur.
5. Neraca digital.
6. Jangka sorong.
7. Air.
8. Biji kedelai.

3.2. Prosedur Percobaan


Adapun langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam praktikum fluidisasi:

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Pilih salah satu kolom pada rangkaian alat fluida


yang akan digunakan pada saat percobaan.
Lakukan kalibrasi kolom kosong dengan mengatur
manometer U pada kolom yang sudah dipilih dengan
cara:
1. Membuka kran ke kolom yang dipilih.
2. Mengatur kran pengatur laju alir fluida dengan
variasi (∆ℎ) sesuai dengan lembar penugasan dan
mencatat ∆ℎ𝑚 yang dihasilkan.

Setelah selesai melakukan kalibrasi kolom kosong,


tutuplah kran pengatur alir fluida dan kran kolom yang
terpilih.

Masukkan butiran padatan yang telah ditentukan


kedalam cawan ukur untuk ditimbang massanya sesuai
penugasan dengan menggunakan neraca analitik.

Masukkan biji yang telah ditimbang massanya


kedalam kolom kosong yangdipilih. Amati dan catat
tinggi awal biji pada kolom (L) sebelum dilakukan
percobaan.
Nyalakan kompressor lalu buka kran pada kompressor
dan kolom.

Mulai lakukan percobaan 1 dengan membuka dan


mengatur laju alir kran laju alir fluida (∆ℎ)0 sesuai
kalibrasi kolom. Laju diamati dan catat ∆ℎ𝑚, L, dan
fenomena pada setiap variasi (∆ℎ)0 pada tabel
pengamatan.

Setelah melakukan percobaan 1. Tutup kran pada


kompressor dan kolom lalu lepas selang penghubung
pada kolom untuk membuka kolom.

Isilah air pada gelas ukur sebanyak 100 ml dan tuang


biji pada kolom yang sudah dilepas. Amati perubahan
volume dan hitung densitas lalu catat.

Pasang kembali kolom dan selang pengaduk seperti


semula.
Ulangi langkah ke-5 dan ke-6.

Buka kran pada kompressor dan kolom.

Mulailah percobaan ke-2 dan ke-3, lalu ulangi langkah


ke-8 sampai ke-11.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada hari Jumat tanggal 27 Oktober 2017 kami melakukan praktikum fluidisasi di
laboratorium operasi teknik kimia universitas lampung. Kami ditugaskan untuk
mencari kecepatan fluidisasi, fenomena yang terjadi saat fluidisasi berlangsung,
dokumen foto dan video dengan partikel berupa kacang kedelai dan berat partikel
pada masing-masing percobaan yaitu 13 gram, 15 gram, dan 17 gram.

Hal pertama yang kami lakukan adalah mengkalibrasi kolom kosong. Hal ini
bertujuan untuk membuang udara yang masih tertinggal didalam kolom dan untuk
mendapatkan data yang lebih akurat pada saat melakukan percobaan-percobaan
pada praktikum fluidisasi. Setelah melakukan kalibrasi, dilakukan percobaan
fluidisasi 1, percobaan fluidisasi 2, dan percobaan fluidisasi 3, dengan
memvariasikan massa partikel padatan (kacang kedelai) di setiap percobaan.
Kemudian didapatkan data-data pengamatan yang selanjutnya dapat digunakan
untuk mencari bebrapa data perhitungan lainnya dan didapatkan pula data berupa
grafik sebagai berikut:
Kurva karakteristik
Fluidisasi percobaan I
Tabel 1 Percobaan 1
4.5

3.5

2.5
log((-∆P)/L)
2
log U
1.5

0.5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Kurva Karakteristik
Fluidisasi Percobaan II
Tabel 2 Percobaan 2
4.5

3.5

2.5
log((-∆P)/L)
2
log U
1.5

0.5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kurva Karakteristik
Fluidisasi Percobaan III
Tabel 3 Percobaan 3
4.5

3.5

2.5
log((-∆P)/L)
2
log U
1.5

0.5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Pada grafik 1 percobaan 1 saat (∆ℎo) dinaikkan, fenomena awal yang terjadi adalah
fixed bed. Sejumlah laju alir pada (∆ho) 6 cm belum mampu memfluidisasikan
partikel padatan. Oleh karen itu fenomena masih fixed bed atau fluida udara hanya
melewati celah pada kacang kedelai. Pada (∆ho) 14 cm partikel kacang kedelai
mulai terfluidisasikan dengan fenomena yang terjadi yaitu bubbling dan partikel
bergerak seperti tidak stabil. Laju alir udara pada (∆ho) 16 cm dan 18 cm fenomena
yang terjadi adalah slugging. Pad (∆ho) 20 cm fenomena yang terjadi adalah
homogenously fluidization, hal ini menyebabkan terjadinya penorakan sehingga
partikel-partikel kacang kedelai tersebut terangkat dan bergerak bebas.

Pada saat (∆ho) diturunkan kembali menjadi 14 cm, 12 cm, 10 cm, 8 cm, dan 6 cm,
fenomena yang terjadi adalah minimum fluidization. Fenomena ini ditunjukkan
ketika dalam unggun partikel kacang kedelai terbentuk celah dan saluran-saluran
seperti tabung vertikal. Saat (∆ho) adalah 0 cm kecepatan aliran fluida (U) juga
diturunkan maka ketinggian partikel kolom fluidisasi semakin menurun dan
fenomena yang terjadi kembali fixed bed. Selain itu, pada saat (-∆𝑝) naik, maka
(U) mengalami peningkatan dan sebaliknya, karena (-∆𝑝) berbanding lurus dengan
(U).

Pada percobaan 2 di grafik 2 dengan berat 15 gram pada saat (∆ho) dinaikkan dari
0 cm sampai 2 cm terjadi perubahan fenomena dari fixed bed menjadi smooth, ada
satu atau dua partikel yang sedikit bergerak. Pada (∆ho) 10 cm, 12 cm, 14 cm, dan
16 cm fenomena yang terjadi adalah minimum fluidization, dimana partikel
kacang kedelai mulai bergerak dan sedikit tidak stabil. Pada (∆ho) 18 cm dan 20
cm partikel-partikel kacang kedelai sudah terfluidisasi dengan fenomena
fluidization. Fenomena fluidization menunjukkan saat unggun partikel padatan
bergerak cepat dan sangat bebas.
Saat (∆ho) diturunkan hingga 0 cm maka kecepatan aliran fluida (U) juga
diturunkan maka ketinggian partikel-partikel kacang kedelai pada kolom fluidisasi
semakin menurun dan fenomena yang terjadi kembali fixed bed. Selain itu, pada
saat (-∆𝑝) naik, maka (U) mengalami peningkatan dan sebaliknya sehingga (-∆𝑝)
berbanding lurus dengan (U).

Pada grafik 3 percobaan 3 dengan massa kacang kedelai 17 gram. Pada saat (∆ho)
8 cm fenomena yang terjadi masih fixed bed. Pada saat fenomena masih fixed bed,
aliran fluida hanya mengalir melalui celah setiap partikel-partikel padatan. Pada
saat (∆ho) 14 cm dan 16 cm fenomena yang terjadi yaitu bubbling, dimana partikel
kacang kedelai mulai bergerak atau bisa dikatakan pada fenomena ini terjadi akibat
densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Pada saat (∆ho) dinaikkan kembali
slugging. Hal ini disebabkan terjadinya penorakan sehingga partikel-partikel
kacang kedelai tersebut terangkat.
Pada saat (∆ho) diturunkan kembali hingga ke 0 cm maka fenomena yang terjadi
adalah fixed bed, pada (∆ho) 0 cm ini kecepatan aliran fluida (U) juga diturunkan
maka ketinggian partikel kolom fluidisasi semakin menurun dan fenomena
kembali fixed bed. Selain itu, pada saat (-∆𝑝) naik maka (U) akan naik dan
begitupun sebaliknya. Sehingga (-∆𝑝) berbanding lurus dengan kecepatan aliran
fluida (U).
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :


1. Fluidisasi adalah suatu metode pengontakan butiran-butiran padatan dengan
fluida cair atau gas yang mengalir pada pipa.
2. Tujuan fluidisasi adalah memperluas kontak dengan cara memberikan sifat
yang sama seperti sifat fluida terhadap padatan.
3. Fenomena yang terjadi pada awal percobaan adlaah fixed bed, kemudian
fenomena akan berubah menjadi bubbling, slugging dan chanelling seiring
dengan kenaikan (∆ho) serta (L) partikel padatan.
4. (-∆𝑝) berbanding lurus U.
5. Pada percobaan 1 (-∆𝑝) maksimum = 2450.
Pada percobaan 2 (-∆𝑝) maksimum = 2401.
Pada percobaan 3 (-∆𝑝) maksimum = 2842.
Pada percobaan 1 massa = 13 gram.
Pada percobaan 2 massa = 15 gram.
Pada percobaan 3 massa = 17 gram.
Dari hasil data percobaan diatas, menunjukkan bahwa kenaikan massa padatan
berbanding lurus dengan (-∆𝑝).
DAFTAR PUSTAKA

Brown, G.G. 1950. Unit Operation. John Wiley & Sons Co: New York.

Foust, A.S, Maus L. 1980. Principles of Unit Operation 2nd Edition John Wiley & Sons
Co: New York.

Tim Instruktur Lab.OTK II.2017.Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II.


Jurusan Teknik Kimia. UNILA. : Bandar Lampung.

Herhady, D.Sukarsono, R.2007. Prosiding Seminar Nasional ke-13: Jakarta.


LAMPIRAN
DATA PENGAMATAN

Modul Praktiku : Fluidisasi

Nama Kelompok : 1. Ana Suranti (1515041049)

2. Rizka Damayanti (1515041050)

3. Meidalisa (1515041051)

4. Cathoche Uniqua S. (1515041052)

Hari, Tanggal : Jum’at, 27 Oktober 2017

a). Data Primer

- Diameter Pipa : ¾ inch

- Diameter Orificemeter : 0.5 cm

- Diameter kolom : 2.454 cm

- Diameter partikel : 0.66 cm

- Jenis partikel : Biji

- Bentuk partikel : Lonjong

- Densitas air orificemeter : 1 gram/cm3

- Viskositas air manometer :1 gram/cm3

- Viskositas air : 8.5 x 10-6 kg/cm.s

- Percepatan gravitasi : 9.8 m/s2

- suhu ruangan : 32 ℃
- viskositas udara : 1.8 x 10-7 gr/cm.s

- Densitas udara : 1.22 x 10-3 gr/cm3

- Tinggi kolom kecil : 60 cm

Tabel 1. Hasil kalibrasi kolom kosong.

No. ∆ℎ𝑜 (𝑐𝑚) ∆ℎ𝑚 (𝑐𝑚)


1. 0 0
2 2 0.20
3 4 0.30
4 6 0.40
5 8 0.45
6 10 0.50
7 12 0.60
8 14 0.70
9 16 0.80
10 18 0.85
11 20 0.90
12 18 0.85
13 16 0.8
14 14 0.7
15 12 0.65
16 10 0.55
17 8 0.50
18 6 0.45
19 4 0.3
20 2 0.2
21 0 0
Run 1

Volume partikel : 12.5 ml

Massa partikel : 13 gram

Tinggi unggun : 4 cm

Densitas partikel :1.04

No. ∆ℎ𝑜 (𝑐𝑚) ∆ℎ𝑚 (𝑐𝑚 ) 𝐿 (𝑐𝑚) Fenomena


1 0 0 4 Fixed bed
2 2 0.5 4 Fixed bed
3 4 0.9 4 Fixed bed
4 6 1.3 4 Fixed bed
5 8 1.6 4.5 Minimum fluidization
6 10 1.8 4.5 Minimum fluidization
7 12 1.9 4.5 Minimum fluidization
8 14 2 5 Bubbling
9 16 2.1 8 Slugging
10 18 2.4 10 Slugging
11 20 2.5 12 Homogenously fluidization
12 18 2.35 11 Homogenously fluidization
13 16 2.1 7 Slugging
14 14 2.05 4.5 Minimum fluidization
15 12 2 4.5 Minimum fluidization
16 10 1.9 4.5 Minimum fluidization
17 8 1.8 4.5 Minimum fluidization
18 6 1.75 4.5 Minimum fluidization
19 4 1.3 4.4 Smooth
20 2 0.7 4 Fixed bed
21 0 0 4 Fixed bed

Run 2

Volume partikel : 17.5 ml

Massa Partikel : 15 gr

Tinggi unggun : 4.7 cm

Densitas partikel : 0.867

No. ∆ℎ𝑜 (𝑐𝑚) ∆ℎ𝑚 (𝑐𝑚 ) 𝐿 (𝑐𝑚) Fenomena


1 0 0 4.7 Fixed bed
2 2 0.55 4.8 Smooth
3 4 1 4.8 Smooth
4 6 1.35 4.8 Smooth
5 8 1.6 4.8 Smooth
6 10 1.7 5.2 Minimum fluidization
7 12 2 5.3 Minimum fluidization
8 14 2.05 5.3 Minimum fluidization
9 16 2.1 5.3 Minimum fluidization
10 18 2.4 6 Fluidization
11 20 2.45 8 Fluidization
12 18 2.3 6 Fluidization
13 16 2.1 5 Minimum fluidization
14 14 1.9 5 Minimum fluidization
15 12 1.7 5 Fixed bed
16 10 1.4 5 Fixed bed
17 8 1.3 5 Fixed bed
18 6 1 5 Fixed bed
19 4 0.85 5 Fixed bed
20 2 0.5 5 Fixed bed
21 0 0 5 Fixed bed

Run 3

Volume partikel : 22 ml

Massa partikel : 17 gr

Tinggi unggun : 5 cm

Densitas partikel : 0.772

No. ∆ℎ𝑜 (𝑐𝑚) ∆ℎ𝑚 (𝑐𝑚 ) 𝐿 (𝑐𝑚) Fenomena


1 0 0 5 Fixed bed
2 2 0.65 5 Fixed bed
3 4 1.1 5 Fixed bed
4 6 1.55 5 Fixed bed
5 8 1.9 5 Fixed bed
6 10 2 5.5 Minimum fluidization
7 12 2.2 5.5 Minimum fluidization
8 14 2.4 6 Bubbling
9 16 2.55 6.5 Bubbling
10 18 2.8 7 Slugging
11 20 2.9 8 Slugging
12 18 2.8 7 Slugging
13 16 2.6 6.8 Bubbling
14 14 2.4 6 Bubbling
15 12 2.2 5.5 Minimum fluidization
16 10 1.9 5.5 Minimum fluidization
17 8 1.7 5.5 Minimum fluidization
18 6 1.35 5.5 Minimum fluidization
19 4 1 5 Fixed bed
20 2 0.7 5 Fixed bed
21 0 0 5 Fixed bed

Bandar Lampung, 27 Oktober 2017

Laboran Asisten

Fitria Yenda Elpita, S.T. Puwala Ardhana R.


(1415041048)
DATA PERHITUNGAN

Pada lampiran 1 sudah tertera data hasil pengamatan praktikum. Data hasil pengamatan
tersebut diolah sehingga didapatkan kurva karakteristik fluidisasi pada masing-masing
percobaan. Untuk mendapatkan kurva karakteristik fluidisasi maka dilakukan langkah-
langkah perhitungan sebagai berikut:

1. Menghitung pressure drop unggun


∆𝑝 = 𝜌m.g (∆ℎ𝑚)
Dimana, 𝜌𝑚 = 1 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
g = 980 cm/s2 9.8 m/s2
(∆ℎ𝑚) = beda tinggi cairan pada manometer orifice.
Pada percobaan 1 (∆ℎ𝑚) = 0.5 cm
Maka, (−∆p) = 1 gr/cm3 x 980 cm/s2 x 0.5 cm
= 490 gr/(cm)(s2)
Data hasil perhitungan (−∆𝑝) hingga 20 cm percobaan 1, percobaan 2, dan
percobaan 3 tertera tabel 1, 2, dan 3.

2. Menghitung (−∆𝑝)/L
Dimana, (−∆𝑝) = 490 gr/(cm)(s2)
L = Ketinggian unggu pada masing-masing percobaan dengan massa dan
(−∆ℎ𝑜) yang berbeda.
Pada percobaan 1, L = 4cm, maka
490 𝑔𝑟/(𝑐𝑚)(𝑠2 )
(−∆𝑝) / L = = 122.5 𝑔𝑟/(𝑐𝑚2)(s2)
4 𝑐𝑚

Data hasil perhitungan (−∆𝑝)/L hingga 20 cm pada percobaan 1, percobaan 2


dan percobaan 3 tertera pada tabel 1, 2, dan 3.

3. Menghitung pressure drop pada orificemeter


(−∆𝑝)0 = 𝜌 𝑔 (∆ℎ)0
Dimana, 𝜌 = 1 gr/cm3
g = 980 cm/s2
(∆ℎo) = Beda tinggi cairan pada manometer orificemeter.
Pada percobaan 1 (∆ℎ𝑜) = 2 cm, maka
(−∆𝑝)o = 1 gr/cm3 x 980 cm/s2 x 2 cm
= 1960 gr/(cm)(s2)

4. Menghitung Co (Coefficient Orificemeter)


Co adalah koefisien pada orificemeter. Nilai Co = 0.743 diperoleh dari data
primer orificemeter. Nilai Co pada percobaan 1, percobaan 2, dan percobaan 3
adalah sama.

5. Menghitung laju alir fluida yang diukur dengan menggunakan orificemeter


2 𝑔𝑐 (−∆𝑃)0 / 𝑃
𝑈 = 𝐶𝑜√
(𝐷⁄𝐷 ) 4 − 1
0

Dimana, Co = koefisien orificemeter


gc = faktor konversi = 981 gr cm/s2.gr.f
D = Diameter pipa
Do = Diameter Orifice
(−∆𝑝)o = Pressure drop (1960 gr/cm.s2)
𝜌 = Densitas udara 1.22 x 10-3

Pada percobaan 1, (−∆𝑝)o = 1960 gr/cm.s2 , maka

𝑐𝑚 𝑔𝑟
(2.981 𝑔𝑟. 2 )(1960 .𝑠2 )/ 1.22𝑥10−3 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
U = 0.743 √ 𝑠 𝑐𝑚
(1.905 𝑐𝑚/ 0.5 𝑐𝑚)4 −1

3152065574
U = 0.743 √209.7171592

U = 2880.510 cm/s2
Data hasil perhitungan U hingga 20 cm pada percobaan 1, percobaan 2 dan
percobaan 3 tertera pada tabel 1, 2, dan 3.

6. Mengitung Reo
𝜌 𝑥 𝑉𝑜 𝑥 𝐷𝑜
Reo = 𝜇

Dimana, 𝜌 = Densitas udara (1.22x10-3 gr/cm3)


Vo = Laju alir fluida melalui orificemeter
Do = Diameter orificemeter
𝜇 = Visositas = 1.8x10-7 gr/cm.s
Pada percobaan 1 Vo = U = 2880.510 cm/s2, maka
1.22 x 10−3 gr/cm3 x 2880.510 cm/s2 x 0.5 cm
Reo = √ 1.8 𝑥 10−7 𝑔𝑟/𝑐𝑚.𝑠

Reo = 9761729.8

7. Menghitung (∆𝑝/𝐿) gc (penurunan tekanan pada fixed bed)


(−∆𝑝)
. 𝑔𝑐
𝐿
Dimana, gc = faktor konversi = 981 gr.cm/s2.gr.f
(−∆𝑝)
Pada percobaan 1, = 122.5 gr/cm2. s2, maka
𝐿

(∆𝑝/𝐿). 𝑔𝑐 = (122.5 gr/cm2.s2) x (981 gr.cm/s2.gr.f)


(∆𝑝/𝐿) 𝑔𝑐 = 120172.5

8. Menghitung Re (Bilangan Reynold)


𝜌 𝑥 𝑈 𝑥 𝐷𝑝
Re = 𝜇

Dimana, 𝜌 = Densitas udara


Dp = Diameter partikel
𝜇 = Viskositas udara (1.8x10-7 gr/cm.s)
Pada percobaan 1, U = 2880.510 cm/s2, maka:
(1.22𝑥10−3 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 )𝑥 (2880.510 𝑐𝑚/𝑠2 )𝑥(0.66 𝑐𝑚)
Re = 1.8𝑥10−7 𝑔𝑟/𝑐𝑚.𝑠

Re = 12885481.4

9. Jenis aliran
Jenis aliran dapat ditentukan berdasarkan nilai Re. Jika nilai Re < 20 maka jenis
aliran adalah laminer. Re = 20 – 1000 maka jenis aliran transisi dan jika nilai
Re > 1000 maka jenis aliran adalah turbulen.

10. Mencari nilai log (−∆𝑝) / L


Nilai (−∆𝑝/L) yang telah didapatkan di log kan hingga mendapatkan nilai
masing-masing. Pada percobaan 1, (−∆𝑝/L) = 122.5 gr/cm2.s2, maka
Log (∆𝑝/L) = log (122.5 gr/cm2.s2)
= 2.088

11. Mencari nilai log U


Nilai U yang telah didapatkan kemudian di log kan hingga mendapatkan nilai
masing-masing. Pada percobaan 1, U = 2880.510 cm/s2, maka
Log U = log (2880.510 cm/s2)
= 3.46

12. Mencari porositas unggun


Mencari porositas unggu dilakukan dengan goalseek pada sheet cell yang
digunakan dari data perhitungan:
150 (1−∈)2
a. Untuk aliran laminer = 𝑥𝑈
∈3 𝐷𝑝2

150 (1−∈)2 𝜌𝑔
b. Untuk aliran turbulen = 𝑥𝑈
∈3 𝐷𝑝2
c. Untuk volume dimasukkan data dari (−∆𝑝/L) x gc

Untuk yang changing cell digunakan data porositas yang diasumsi ∈ sehingga
akan diperoleh nilai ∈ yang telah disesuaikan dengan rumus laminer dan
turbulen diatas. Nilai porositas tidak boleh lebih dari 1 (∈<1)

13. Membuat kurva karakteristik hubungan antara kecepatan aliran fluida dengan
pressure drop. Setelah didapatkan data-data perhitungan tersebut, kita dapat
membuat grafik karakteristik fluidisasi dengan cara memplotkan nilai log u
sebagai sumbu x dan log (−∆𝑝/L) sebagai sumbu y pada tiap masing-masing
percobaan.
DOKUMENTASI

No. Keterangan Gambar


1. Jangka Sorong

2. Kacang Kedelai

3. Kalibrasi kolom kosong


4. Menimbang kacang
kedelai sesuai penugasan

5. Memasukkan kacang
kedelai (unggun) pada
kolom fluidisasi

6. Memasang kembali kolo,


ke alat fluidisasi

7. Menimbang kedelai
sebesar 2 gram
8. Menghitung densitas
unggun

9. Rangkaian alat fluidisasi

10. Cawan Petri


LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUKSIONAL II
(DISTILASI)

Disusun oleh :
Kelompok 12
Ana suranti (1515041049)
Rizka damayanti (1515041050)
Meidalisa (1515041051)
Cathoche uniqua s (1515041052)

Laboratorium Operasi Teknik Kimia


Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Univeristas Lampung
2017
ABSTRAK
DISTILASI

Oleh
Ana Suranti, Rizka Damayanti, Meidalisa, Cathoche Uniqua Supomo

Distilasi merupakan metode pemisahan komponen – komponen cair berdasarkan


distribusi dari beragam komponen diantaranya fasa uap dan fasa cair, serta
berdasarkan titik didih dari masing – masing zat. Pada praktikum ini dilakukan proses
pemisahan campuran cair – cair ethanol – air dengan volume campuran 1800 ml,
rasio 1 : 1 (900 ml : 900 ml) yang keduanya melarut sempurna (homogen). Dari
percobaan ini diperoleh kadar ethanol murni mula – mula 90% ,
Kadar ethanol murni dalam umpan 53,67% , kadar ethanol murni dalam residu 58,23
%. Fraksi mol ethanol dalam umpan adalah 0,1374, fraksi mol ethanol dalam distilat
0,1374, fraksi mol ethanol dalam residu 1,2043. Dengan metode Metode Mc Cabe
Thile diperoleh hasil HETP sebesar 20,4 cm/Plate dan dengan menggunakan metode
franke – Underwood diperoleh hasil HETP sebesar 20,773 cm/Plate.

Kata Kunci : Distilasi , HETP, Fraksi.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan yunani pada abad pertama
masehi yang akhirnya perkembanganya dipicu oleh tingginya permintaan spirtus.
Hyatia Alexandria dipercaya telah menentukan rangkaian alat untuk distilasi dan
zozimus dari Alexandria lah yang berhasil menggambarkan secara akurat tentang
prosessdistilasi pada sekitar abad ke-14. Bentuk-bentuk distilasi modern pertama kali
ditemukan oleh ahli kimia islam pada masa kekhalifahan abbasiah, terutama oleh ar-
razi pada pemisahan alkoholmenjadi senyawa yang relatif murni bahkan desain ini
menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro
dapat terwujud

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia


berdasarkan kecepatan atau kemudahan menguap bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat didihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian didihkan kembali
dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap
terlebih dahulu jadi ada perbedaan komposisi antara fasa cair dengan fasa uap , dan
fal ini merupakan syarat utama agar pemisahan dengan distilasi dapat dilakukan.
Kalau komposisi fase uap sama dengan komposisi fase air, maka pemisahan dengan
distilasi tidak dapat dilakukan . metode ini merupakan unit operasi kimia jenis
perpindahan masa, penerapan prosess inoi didasarkan pada teori bahwa pada suatu
larutan masing-masing komponen akan menguap pada titik didih ideal model distilasi
didasarkan pada hukum Roult dan hukum Dalton. Pada percobaan ini akan dipelajari
sistem distilasi secara batch dengan jenis pocked bed atau distilasi unggun diam
dengan bahan isian riang- riang keramik

1.2 Tujuan
tujuan dari percobaan ini adalah :

• Menentukan nilai HETP atau tinggi tumpukan bahan isian dalam kolom yang
memberikan perubahan komposisi yang sama dengan perubahan komposisi
yang dicapai oleh suatu plate teoritis

• Melakukan pemisahan suatu campuran cair cair yang terdiri dari 2 komponen
berdasarkan pada bagian daya penguapan diantara komponen-komponen
tersebut
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Distilasi adalah sebuah metode pemisahan komponen cair cair yang


tergantung pada distribusi dari beragam komponen-komponen diantara fasa uap dan
fasa cair. Fasa uap dihasilkan dari fasa cair cair dengan proses penguapan pada titik
didihnya (boiling point). Pemisahan campuran cair-cair menjadi komponen
berdasarkan pada perbedaan daya penguapan. Pemisahan tersebut tidak hanya
bergantung pada perbedaan sifat dari campuran akan tetapi juga pada karakteristik
kolom , sedangkan besaran-besaran operasi meliputi uap naik atau cairan
turun(Refluks).

Luas permukaan kontak antara fasa gas dan cairan serta koefesien
perpindahan massa. Pada prosess distilasi terjadi perubahan wujud dari wujud cair
berubah menjadi uap, hasil pemanasan berdasarkan titik didihnya. Kemudian uap
tersebut didinginkan dan terjadi prosess pengembunan sehingga diperoleh cairan
murni (distilat). Distilasi merupakan unit operasi kimia jenis perpindahan massa,
penetapan prosess ini didasarkan pada teori bahwa suatu larutan masing masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Proses perpindahan massa merupakan
salah satu prosess yang penting dalam operasi teknik kimia.

Bahan isian pada inert yang memiliki luas permukaan persatuan kolom dapat
digunakan sebagai pengganti bubble cap plate. Tinggi bahan isisan pada kolom yang
dapat memberikan suatau komposisi produk pemisahan campuran tertentu harus di
evaluasi. Tujuan percobaan distilasi melakukan pemisahan suatu campuran cair cair
yang terjadi dari 2 komponen tersebut dan menentukan HETP (Height Equivalent to a
Theoritical). Atau tinggi tumpukan bahan isisan dalam suatu kolom yang
memberikan perubahan komposisi yang sama dengan perubahan komposisi yang
dicapai oleh suatu plate teoritis.

Ada dua metode untuk mengevaluasi tinggi bahasn isian :

1. HETP (Height Equivalent to a Theoritical)

Suatu kolom bahan isian dibagi bagi dalam unit atau satuan volume bahan
isian, dimana setiap satuan volume bahan isian yang mampu
menghasilakan uap dan cairan meninggalkan plate berada dalam keadaan
setimbang. Untuk suatu plate berada dalam keadaan kesetimbangan fasa
atau kesetimbangan termodinamika. Konsep HETP yaitu satu-satuan unit
kolom tersebut equivalen dengan satu plate ideal dapat dinyatakan :

Tinggi total bahan isisan = jumlah plate HETP , HETP sangatlah di


pengaruhi oleh kecepatan aliran fluida (uap , cair) dan juga konsentrasi
dalam perhitungan HETP diperlukan banyak data eksperimen HETP dapat
dihitung dengan data eksperimen.

a. Secara langsung
Penentuan HETP secara langsung menggunakan cara
persamaan empiris yang merupakan fungsi sifat-sifat fisis dan
kondisi operasi
b. Secara tidak langsung
HETP ditentukan secara tidak langsung dengan menghitung
jumlah stage terlebih dahulu, dan metode yang dapat
digunakan yaitu : Metode poncong sarvit , Metode Frenske-
Underwood , Metode Mc Cabe-thile. Untuk campuran biner
secara tidak langsung melibatkan persamaan-persamaan dasar
yaitu : bila garis operasi dan kurva setimbang dalam grafik X
Vs Y mendekati garis lurus dan sejajar dan juga tinggi bahan
isisan dalam kolom (Z) dapat dinyatakan dengan persamaan Z
= Nmin x HETP
*(Nmin : jumblah plate minimal yang diperlukan pada suatu
operasi pemisahan)
Sedangkan apaliba garis operasi dankurva kesetimbangan pada
grafik X vs Y maka keduanya lurus. HETP merupakan
perbandingan tinggi bahan isian di kolom Z dengan jumlah
plate teoritis atau plate setimbang.

2. NTU ( Number of Transfer Unit )


Transfer unit dapatdigunakan untuk mengevaluasi tinggi bahan isian
kolom Z , dasar metode ini yaitu peninjauan difusi molekuler melalui
2 lapisan film antaradua fasa ( interface) uapdan cair pada keadaan
setimbang permindahan massa suatu komponen dapat terjadi dari fasa
uap ke fasa cair atau sebaliknya, keduanya dapat terjadi pada
prosesspenyulingan. Jadi masa yang di transfer melalui fasa gas , fasa
film gas (Fg) menembus batas fasa ke lapisan film cair dan masuk ke
badan cairan atau sebaliknya.

Dalam perpindahan massa tidak ada akumulasi di setiap zone di setiap


zone tersapat resistansi perpindahan panas massa berbanding terbalik
terhadap koefesien perpindahan massa (kg, kL). Ditinjau secara
sederahana berdasarkan teori 2 lapisan flim dan resistensi di di fusi
maka kita akan dapat memisahkan antara metode ini :
Prinsip tahanan disfusional dalam fasa gas , prinsip tahanan
disfusional dalam fasa cair. Jumlah plate teoritis N dapat di evaluasi
dengan metode Mc Cabe Thile atau persamaan frenske underwood .
Evaluasi N
Sebelumnya telah di tunjukan bahwa tinggi bahan isian di tentukan
oleh nilai N atau jumlah teoritis dari nilai HETP. Jumlah plete teoritis
N dapat dievaluasi menurut metode MC Cabe Thile atau persamaan
Franske Underwood
Metode Mc Cabe Thile
Metode ini dapat digunakan atau berlaku apabila , dalam diagram
enthalpi komposisi garis uap jenuh keduanya berupa garis lurus dan
sejajar , kemudian kecepatan aliran molal tetap selanjutnya panas laten
penguapan mendekati tetap serta campuran adalah biner (ideal). Untuk
melarutkan jumlah plate N diperlukan adanya data kesetimbangan
termodinamika Xvs Y pada suhu dan tekanan operasi tertentu.
Metode Frenske Underwood
Metode ini dapat digunakan atau berlaku apabila terjadi refluks total,
nilai sifat penguapan relatif total serta kecepatan aliran total dan
penguapan tetap. Pada kondisi ini refluks total garis operasi atas serta
bawah berhimpit dengan garis diagonal dan jumlah plate minimal (N
min).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

1) Termometer 2 buah
2) Kondensor 1 buah
3) Kolom distilasi 1 buah
4) Labu ukur leher tiga 1 buah
5) Hand refaktormeter 1 buah
6) Magnetik stirer 1 buah
7) Stotif 1 buah
8) Jaket pemanas 1 buah
9) Gelas ukur 100 ml 1 buah
10) Pipet tetes 2 buah
11) Piknometer 10 ml 1 buah
12) Dongkrak 1 buah
13) Timbangan digital 1 buah
14) Corong 1 buah
15) Beaker glass 500ml 1 buah
16) Beaker glass 100ml 1 buah
17) Alimunium foil 1 buah
18) Penyumpal gabus 2 buah
19) Ethanol 900ml
20) Air 900ml
21) Vaselin
3.2 Prosedur Percobaan

Mengukur atau mengambil aquades dan ethanol masing


masing sebanyak 900ml , masukan aquades terlebih
dahulu ke dalam labu leher 3 kemudian ethanol tutup
lebu leher 3 menggunakan alumunium foil dan pasang
termometer pada labu leher 3 pada puncak kolom

Ukur indeksbias umpan menggunakan refraktometer,


masukan magnetik stirer ke dalam labu leher 3 dan
rangkai alai distilasi dan berikan vaseline pada
sambungan untuk mencegah kebocoran setelah itu
alirkan pendingin pada kondensor

Hidupkan pemanas dan magnetik stirer setelah aliran air


pendingin konstan .lakukan distilasi dengan refluks total serta
amati campuran sampel setiap buble point , bioling point dan
dew point catat waktu dan temperatur atas serta temperature
bawah masing-masing

Setelah dew point tampung sample distilat 10 ml catat


tampung suhu bawah dan suhu atas
Ulangi pengambilan sampai diperoleh indeks bias
yang konsatan

Matikan pemanas dan aliran pendingin

Ambil sample residu kemudian ukur indeks


bias dan densitas residu tersebut .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Dari percobaan yang telah kami lakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1data ( bubblepoint , boiling point dab dew point )


Bubble point Boiling point Dew point
Temperature atas 31 31 60
(oC)
Temperature 77 78 79
bawah (oC)
Waktu (menit) 22,07 23,10 24,48

Tabel 2 data pengambilan distilat


Volume Waktu T asas T bawah Indeks bias
distilat (ml) penampungan (oC) (oC)
(s)
10 63 64 79 1,34
10 63 64 79 1,34
10 63 64 79 1,34
10 63 64 79 1,34

4.2 Pembahasan
Distilasi adalah sebuah metode pemisahan komponen cair cair yang
tergantung pada distribusi dari beragam komponen-komponen diantara fasa uap dan
cair. Pada distilasi fasa uap akan segera terbentuk setelah dipanaskan, uap dan
cairanya dibiarkan mengadakan kontak langsung sehingga dalang waktu yg ralatif
cukup kestimbangan fasa dapat tercapai. Setelah terbentuk uap segera dipisahkan
dengan cara mengondensasikannya membentuk embun yang dalam prosess ini
disebut distilat.

Terdapat empat komponen penting dalam distilat yaitu, reboiler , kondenser ,


kolom distilat dan refluks. Reboiler untuk emndidihkan ulang campuran kondenser
berfungsi untuk mengondensasikan uap yang diterima dengan cara mengalirkan air
pendingan kolom distilasi berfungsi sebagai tempat berkontaknya fase uap dan cair
sehingga kesetimbangan tercapai. Rangkaian alat distilasi yang sering digunakan
adalah packed tower atau tray tower merupakan menara distilasi yang didalamnya
terdapat bahasan isian yang berfungsi untuk memperluas permukaan kontak antara
cairan dan uap.

Tujuan dari percobaan distilasi ini untuk memmisahkan campuran cair-cair


yang terdiri dari dua komponen berdasarkan perbedaan daya pengumpanya, serta
menghitung nilai HETP menggunakan metode yang ada seperti MC Cabe – Thile dan
Franske Underwood.

Pada percobaan yang telah kami lakukan, kami memisahkan campuran


ethanol – air untuk mendapatkan ethanol yang lebih murni. Volum total campuran
yang digunakan adalah 1900ml dengan rasio perbandingan ethanol-air 1:1 .

Menyiapkan alat dan bahan langkah awal yang kami lakukan , setelah itu
dimulai prosessdistilasi dengan memanaskan campuran ethanol air setelah di
panaskan selama 22,07 menit untuk pertama kalinya timbul gelembung hal ini disebut
titik bubble point yang terjadi pada suhu atas 31oC dan suhu bawah 77oC. Selanjutnya
titik didih campuran pada suhu atas 31oC dan suhu bawah 78oC denagn waktu 23,10
menit uap hasil pengontakan antara ethanol dan air ini pertama kalinya mengembun
pada suhu atas 60oC serta suhu bawah 79oC dan waktu 42,48 menit. Pengambilan
data yang diamati dilakukan dengan menampung distilat sebanyal 10 ml prosess
dilakukan setelah refluks total diterapkan dan berhenti apabila indeks bias dari distilat
telah konstan.

Diperoleh indeks bias distilat yang konstan yaitu 1,34 selanjutnya mengukur
indeks bias residu. Setelah diukur dan diketahui indeks bias residunya adalah 1,353 ,
dari data yang diperoleh kami melakukan perhitungan data untuk mencari nilai xf , xo
, xr , serta nilai HETP . dari data yang diamati han hasil perhitungan diperoleh bahwa
densitas ethanol murni sebesar 0,0808 gram/ ml air dan ethanol memiliki densitas
0,892 gram/ml dengan kadar alkohol. Dengan diketahui kadar alkohol(ettanol) pada
umpan , kadar alkohol distilat dan residu pun diperoleh yaitu sebesar 2916,8% dan
58,23%

Sehuingga diperoleh nilai xf, xo,xr yang masing-masing 0,3119 ; 0,1374 ;


1,2043. Selanjutnya nilai fraksimol distilat, umpan dan residu digunakan untuk
menentukan jumlah plete kesetimbangan jumlah plete minimum dan nilai HETP.
Berdasarkan perumusan yang kami dapatkan , menghitung nilai HETP menggunakan
dua metode yaitu :

I. MC Cabe Thile

Metode ini dapat digunakan untuk larutan yang bersifat ideal mupun larutan
sejati penentuan jumlah plate teoritis menggunakan metode ini memerlukan
kurva kesetimbangan, nilai xf , xo , xr , berdasarkan metode ini diperoleh
jumlah plate minimum 3,375 . sehingga nilai HETP nya adalah 20,04cm/plate

II. Metode Franske Underwood


Metode ini digunakan apabila menggunakan refluks total, nilai sifat
penguapan relatif tetap , dan kecepatan aliran total serta penguapan total tetap
menggunakan metode ini diperoleh nilai N min adalah 3,3216 dan nilai
HETP nya 20,773 cm/plate.
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang kami dapatkan pada praktikum ini :

1) Bubble point terjadi pada saat suhu atas 31oC dan suhu bawah 77oC dan
setelah dipanaskan selama 22,07 menit menimbulkan gelembung
2) Uap hasil pengontakan antara ethanol dan air mengalami pengembunan pada
suhu atas 60oC dan suhu bawah 79oC waktunya 24,48 menit
3) Diperoleh nilai xf , xo , xr yaitu 0,3119 ; 0,3174 ; 1,2043 .
4) Dengan metode Mc Cabe diperoleh jumlah plate teoritis 4,375 dan nilai
HETPnya adalah 20,4cm/plate
5) Dengan metode Franske Underwood diperoleh inilai Nmin teoritisnya 3,3216
dan nilai HETPnya adalah 20,773cm/plate.
DAFTAR PUSTAKA

Perry, R . H . 2005 . Perry’s Chemical Engineering Handbook ,8th ed. New York :
Mc Graw Hill . New York .

Mc Cabe ,W.L . 1993 . Unit Operation of Chemical Engineering : Mc Graw Hill .


Inc . New York .

Treybal , R.E . 1984 . Mass Transfer Operation , 3rd ed. Mc Graw Hill book
company . New York .
LAMPIRAN
DATA PENGAMATAN

Praktikum : Distilasi
Tanggal praktikum : 14 november 2017
Nama kelompok : Ana suranti (1515041049)
Rizka damayanti (1515041050)
Meidalisa (1515041051)
Cathoche uniqua s (1515041052)

• Data yang diketahui :


Volume campuran : 1800 ml
Rasio ethanol air : 1 :1
Volume ethanol : 900 ml
Volume air : 900 ml
Indeks bias umpan : 1,354
Massa piknometer kosong : 15,36 gram
Massa piknometer + umpan : 24,28 gram
Massa piknometer + residu : 24,17 gram
Tinggi isian kolom : 69 cm
Indeks bias residu : 1,353 cm
Volum piknometer : 10ml
Massa piknometer + distilat : 22,87
Massa distilat : 7,51 gram
Densitas air : 1,00 gram/ml
Densitas ethanol : 0,808 gram/ml
Densitas umpan : 0,892 gram/ml
Densitas residu : 0,881 gram/ml
Densitas distilat : 0,751 gram/ml
Massa piknometer + ethanol : 23,44 gram

• Bubble point

Waktu mendidih : 23,07 detik


Temperatur atas : 31oC
Temperatur bawah : 77oC

• Boiling point
Waktu mendidih : 23,10 detik
Temperatur atas : 31oC
Temperatur bwah : 78oC

• Dew point
Waktu mendidih : 24,48 detik
Temperatur atas : 60oC
Temperatur bawah : 79oC

Volume Waktu T asas T bawah Indeks bias


distilat (ml) penampungan (oC) (oC)
(s)
10 63 64 79 1,34
10 63 64 79 1,34
10 63 64 79 1,34
10 63 64 79 1,34
DATA PERHITUNGAN

i. Menentukan densitas dan kadar ethanol murni volume piknometer =


10 ml
Massa ethanol = (massa piknometer + ethanol)-(massa pinometer)
= 23,44 gram + 15,36 gram
= 8,08 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
Densitas ethanol =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚

8,08 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
10 𝑚𝑙

= 0,808 gram/ml

Kadar ethanol
Kadar ethanol dapat diperoleh dari interpolasi data pada tabel 2-112
yaitu interpolasi data kadar pada suhu 30oC

0,80922−0,808 0,808−0,79835
M= (90) + (94)
0,80922−0,79835 0,80922−0,79
= 93,54 %

ii. Menentukan fraksi mol Ethanol


Massa umpan = (massa umpan + piknometer) – (massa piknomater)
= 24,28 – 15,36
= 8,92 gram
Densitas umpan
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 8,92
= = 0,892 gram /ml
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 10

Kadar ethanol dengan densitas 0,892 pada suhu 300C lakukan


interpolasi dari data tabel 2-112
0,8996−0,892 0,892−0,88975
M= (53) + (56)
0,89896 0,89896−0,88975

= 53,67%

a) Fraksi mol ethanol dalam umpan


𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙 . 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
Mol ethanol =
𝐵𝑚 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
(0,5367)(8,92)
=
46
= 0,1089
(1−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙 )(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 )
Mol air =
𝐵𝑚 𝑎𝑖𝑟
(1−0,5367)(8,92)
=
18
= 0,2295
𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
Xf =
𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
0,10407
=
0,10407+0,2295

= 0,3119
b) Mencari fraksi mol ethanol dalam distilat
Massa distilat = ( massa piknometer + distilat ) – (massa
piknometer)
= 22,87 – 15,36
= 7,51 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡
Densitas distilat =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
7,51𝑔𝑟𝑎𝑚
=
10 𝑚𝑙
=0,751 gram /ml
Kadar ethanol dengan densitas 0,751 gram/ml pada suhu 30oC
0,79853−0,751 0,751−0,79555
M= (94) + (95)
0,79853−0,79555 0,79853−0,79555

= 2916,8 %
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙 . 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡
Mol ethanol =
𝐵𝑚 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
(0,29168).(7,51)
=
46
= 0,047
(1−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 ).(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡)
Mol air =
𝐵𝑚 𝑎𝑖𝑟
(1−0,29168)(7,51)
=
18
= 0,295
𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
Xd =
𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙+𝑎𝑖𝑟
0,047
=
0,047+0,295

= 0,1374

c) Fraksimol ethanol dalam residu


Mssa residu = (massa piknometer + residu ) – (mssa
piknometer)
= 24,17 – 15,36
= 8,81 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
Densitas residu =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
8,81
=
10
= 0,881 gram /ml
Kadar ethanol dengan densitas 0,881 gram /ml suhu 30oC
0,88975−0,881 0,881−0,87809
M= (57) (62)
0,88975−0,87809 0,88975−0,87809

= 58,23 %

𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙 . 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢


Mol ethanol =
𝑏𝑚 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
(0,5823).(8,81)
=
46
= 0,1115

(1−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 ).(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢)


Mol air =
𝐵𝑚 𝑎𝑖𝑟
(1−0,5823)(8,81)
=
18
= 0,2043

𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
Xr =
𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
0,1115
=
0,1115+0,2043

= 1,2043

iii. Menghitung nilai HETP

Metode Mc Cabe Thile


Asumsi bahwa larutan ethanol air sebagai lar ideal
𝐵𝑖
Pers antonie = log Pi = Ai -
𝐶𝑖+𝑇
Diketahui data
Ethanol air
A = 8,04494 a= 7,9668
B = 1554,3 b= 1668,21
C = 222 , 65 c= 228
Dengan T puncak 79oC

1554,3
Tekanan Po = 8,04494 -
222,65+80

= 811,53 kpa

Denagn T bawah 64oC

Tekanan ethanol

1554,3
Log po = 8,044494 -
222,65+64

= 419,418 kpa

Dengan T puncak 79oC

Tekanan air

1668,21
Log po = 7,9668 -
228+80

= 355,24 kpa

Dengan T bawah 64oC

Tekanan air

1668,21
Log po = 7,9668 -
228+64

= 179,37 kpa

Harga volatilitas ethanol air (α)

𝑃𝑜 ethanol
(α) puncak =
𝑃 𝑜 𝑎𝑖𝑟

811,53
=
355,249
= 2,284 kpa

𝑃𝑜 ethanol
(α) bawah =
𝑃𝑜 𝑎𝑖𝑟

419,4189
= 17,370

= 2,338 kpa

(α) average = √(α)puncak . α bawah

= √(2,284). (2,338)

= 2,3108

Kurva kesetimbangan di gambarkan berdasarkan asumsi larutan ethanol air


merupakan larutan yang ideal

𝛼 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 . 𝑋𝑎
Ya =
1+(𝛼 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒−1). 𝑋𝑎

Diketahui nilai volatilitas ethanol air sehingga persamaan menjadi

2,311 𝑋𝑎
Ya =
1+92,311−1) 𝑋𝑎

Mencari nilai Ya untuk Xa = 0-1

Xa = 0

(2,311 .0 )
Ya = 1+( 2,311−1) 0 = 0

Xa (0,1) 0,2043
Xa (0,2) 0,366
Xa (0,3) 0,497
Xa (0,4) 0,606
Xa (0,5) 0,698
Xa (0,6) 0,776
Xa (0,7) 0,8435
Xa (0,8) 0,902
Xa (0,9) 0,954
Xa (1) 1
Xa Ya

Plot kan nilai Xa dan Ya pada grafik sehingga diperoleh kurva kesetimbangan

Berdasarkan kurva tersebut maka diperoleh plat teoritisnya adalah

6
N=4+ = 4,375
16

Plate minumumnya adalah 3,375

Nilai HETP dapat dihitung menggunakan persamaan

𝑍
HETP =
𝑁𝑚𝑖𝑛

69 𝑐𝑚
=
3,375

= 20,4 cm / plate

Menggunakan metode franke – Underwood

Dengan menggunakan metode ini pada refluks total maka jumlah plate teoritis
minimum ( Nmin ) dapat di hitung
𝑋𝐷 (1−𝑋𝑟)
log[ ]
𝑋𝑟 (1−𝑋𝐷)
Nmin = -1
log 𝛼 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒

0,1374 (1−1,2043)
log[ 1,2043 (1−0,1374)]
= -1
log 2,311

= 3,3216

Nilai HETP

69
HETP =
3,3216

= 20,773
LAMPIRAN IV

DOKUMENTASI

Alat bahan keterangan


1

Piknomter untuk mengukur


densitas zat cair

Neraca digital digunakan untuk


mengukur berat sample

Labu leher tiga


4

Alumunium foil

Vaseline

6
Beaker glass

Pipet tetes

Refrakto meter
9

Stopwatch

10

Manara distilasi
11

Corong

12

Thermometer

13
Aquades

14

Alkohol
Laporan Praktikum Instruksional II

DRYING

Disusun Oleh:
Kelompok 12

1. Ana Suranti (1515041049)


2. Rizka Damayanti (1515041050)
3. Meidalisa (1515041051)
4. Cathoche Uniqua S. (1515041052)

Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas Lampung

2017
ABSTRAK
disusun oleh :
Ana, Rizka, Meidalisa, Cathoche
Draying merupakan proses penghilangan kandungan sejumlah air dalam relatif
dalam suatu bahan. Proses ini melibatkan dua proses, yaitu perpindahan panas dan
perpindahan massa.
Pada praktikum ini kita melakukan dua kali percobaan, percobaan pertama
adalah ikan teri basah dengan kadar garam 45% dan laju alir 1,2 m/s, untuk percobaan
kedua adalah ikan teri dengan kadar garam 45% dan laju alir 0,9 m/s. Pada praktikum
yang kita lakukan yang divariasikan adalah laju alrnya, hal ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh dari laju alir terhadap proses pengeringan.
Pada run 1 kadar berat air menghilang sebesar 20,71 gram dengan laju alir udara
sebesar 1,2 m/s. Sedangkan pada run 2 kadar berat air yang hilang adalah 20,44 gram
dengan laju alir udara 0,9 m/s. Dapat disimpulkan bahwa kadar air yang hilang pada
run 1 dengan laju alir 1,2 m/s lebih besar dari pada run 2 dengan laju alir 0,9. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin cepat laju alir udara maka semakin
banyak kadar air yang hilang.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknologi pemrosesan bahan harus terus berkembang dari waktu ke waktu.
Perkembangan teknologi ini di dorong oleh kebutuhan manusia yang terus
meningkat yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia.
Pada zaman ini dibutuhkan teknologi-teknologi pemrosesan bahan yang mampu
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk salah stunya teknologi pengeringan.
Pada, umumnya pengeringan zat padat adalah pemisahan jumlah kecil air
atau zat cair lainnya dari bahan paadat, sehingga mengurangi kandungan zat cair
di dalam zat padat itu sampai suatu nilai terendah. Pengeringan biasanya
merupakan langkah terakhir dari serangkaian operasi dan hasil dari proses
pengeringan biasanya merupakan suatu bahan padatan yang siap untuk dikemas.
Cara pemisahan air atau zat cair lain dari bahan padatan dilakukan dengan
cara seperti meremas zat padatan sehingga cairannya keluar, pemisahan
sentrifugal, atau dengan penguapan udara panas. Operasi tersebut banyak
diterapkan di industri-industri. Pemisahan zat cair secara mekanik bertujuan untuk
menurunkan kandungan air atau zat cair dari suatu bahan padatan sebelum
mengumumkannya ke pengering panas. Kandungan zat cair di dalam bahan yang
dikeringkan berbeda dari suatu bahan dengan bahan yang lainnya.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan Praktikum ini adalah untuk mempelajari proses pengeringan,
variabel-variabel operasi yang mempengaruhinya dan mamahami fenomena
pengeringan.
Pada Praktikum ini Praktikan diminta untuk mampu menentukan :
a). Kurva karakteristik pengeringan
b). Critical moisture content
c). Waktu pengeringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengeringan


Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam
jumlah yang relatif kecil dari suatu bahan menggunakan energi panas. Hasil dari
proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air serta dengan
kadar air kesetimbangan udara (atmosfir) normal atau setara dengan nilai
aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzim, dan kimiawi.
Kerugianyang ditimbulkan selama proses pengeringan yaitu terjadinya
perubahan sifat fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan.
Tujuan dari proses pengeringan adalah :
1. Memudahkan penanganan selanjutnya
2. Mengurangi biaya pengiriman dan pengemasan
3. Mengawetkan bahan
4. Mengurangi biaya korosi

2.2 Prinsip Dasar Pengeringan


Pengeringan adalah proses yang melibatkan perpindahan masa dan
perpindahahn panassecara bersamaan. Proses perpindahan panas terjadi secara
konveksi dan konduksi. Perpindahan panas terjadi secara radiasi terjadi namun
relatif kecil. Pertama-tama panas ditransfer dari medium pemanas ke bahan
selanjutnya akan terjadi penguapan air, uap air harus dipindahkan melalui
struktur bahan ke medium sekitarnya. Panas harus disediakan untuk menguapkan
air dan harus mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar lepas dari bahan
dan berbentuk uap air yang bebas.
Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang dikeringkan dan
cara pemanasan yang digunakan. Sedangkan waktu proses pengeringan
ditetapkan dalam dua periode (Batty dan Folkmon : 1984), yaitu:
A. Periode pengeringan dengan laju tetap (constan Rate Periode)
Bahan yang dikeringkan memiliki kecepatan pengeringan yang
konstan. Proses penguapan pada periode ini terjadi pada air tak terikat,
di mana suhu pada bahan sama dengan suhu bola basah udara
pengering. Selama periode laju konstan, laju pengeringan persatuan Rc
dan ditaksir dengan ketelitian yang memadai dari korelasi-korelasi
yang dikembangkan untuk evaporasi dari permukaan zat cair bebas.
Korelasi berikut dapat mengoptimasikan jumlah penguapan yang
terjadi pada permukaan bahan :
𝑚𝑢. 𝑘𝑦(𝑦𝑖 − 𝑦)𝐴
𝑚𝑣 = … … … … … … … … . . (1)
(1 − 𝑦)𝐿
ℎ𝑦(𝑇 − 𝑇𝑖)𝐴
𝑚𝑣 = … … … … … … … … . . … . . (2)
𝑥𝑖
Dimana :
mv = laju penguapan
A = luas permukaan
hy = koefisien perpindahan panas
mu = bobot molekul uap
T = suhu gas
T1 = suhu antar muka
y = fraksi mol uap
yi = fraksi mol uap antar muka
xi = kalor laten pada suhu T1

Bila udara itu mengalir sejajar dengan permukaan zat padat, koefisien
perpindahan panas :
8,8 𝐺 0,8
ℎ𝑦 = … … … … … … … … . . … … . . (3)
𝐷𝑒 0,2
Dimana :
hy = koefisien perpindahan panas
G = Kecepatan massa
De = diameter equivalen
Bila aliran teggak lurus maka,
ℎ𝑦 = 24,2 𝐺 0,37 … … … … … … … … . . (4)

Laju perpindahan konstan Rc adalah :


𝑀𝑣
𝑅𝑐 = = ℎ𝑦(𝑡 − 𝑇1) … … … . . . (5)
𝐴

B. Periode pengeringan dengan laju menurun (Falling Rate Periode)


Periode kedua proses pengeringan yang terjadi adalah turunnya
laju pengeringan (R=0). Pada periode ini terjadi peristiwa penguapan
kandungan air yang ada di dalam bahan (Internal Moisture).
Prinsip pengeringannya adalah terjadinya fenomena perpindahan
panas dan perpindahan massa. Fenomena perpindahan panas adalah
peristiwa perpindahan energi dari udara ke dalam bahan yang dapat
menyebabakan berpindahnya sejumlah massa (kandungan air) karena
adanya gaya dorong.
Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan,
sebagai berikut :
1. Air bergerak melalui tekanan kapiler
2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi
3. Penarikan air disebabkan oleh absorpsi
4. Penarikan air disebabkan oleh tekanan uap

2.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Kecepatan Pengeringan


a. Luas Permukaan
Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan yang akan
dikeringkan dipotong-potong atau dihaluskan terlebih dahulu. Hal ini terjadi
karena :
1. Pemotongan atau penghalusan tersebut akan memperluas
permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan
dengan medium pemanas sehingga air mudah keluar
2. Partikel-partikel kecil atau lapisan tipis mengurangi jarak di mana
panas harus bergerak sampai ke pusat bahan. Potongan kecil juga
akan mengurangi jarak melalui masa air dari pusat bahan ke
permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.

b. Pebedaan Suhu dan Suhu Sekitar


Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan,
makin cepat pemindahan panas ke dalam dan makin cepat pula penghilangan
air dari bahan. Air yang dikeluarka dari bahan yang dikeringkan akam
menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air
berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses
pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan
yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi sesuatu peristiwa yang disebut “case
Hearding”, yaitu suatu keadaan di mana bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah.

c. Kecepatan Aliran Udara


Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tesebut dari permukaaan
bahan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan
memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat,
yaitu semakin mudah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Rangkaian alat drying
a. saklar
b. kipas pengering
c. heater
2. Termometer 2 buah
3. Stopwatch
4. Cawan petri
5. Neraca elektrik
6. Anemometer
7. Sampel (ikan teri)

3.2 Prosesdure Percobaan


Adapun prosedure percobaan praktikum ini yaitu sebagai berikut:
Siapkan Alat dan bahan yang dibutuhkan

Hidupkan saklar utama dan saklar kipas, kemudian ukur kecepatan laju
alir udara menggunakan nemometer

Kemudian ukur suhu bola basah (Tw) dengan cara membalut ujung
termometer dengan kapas basah dan juga ukur suhu bola kering (Td)
hingga konstan

Timbang ikan teri sesuai dengan penugasan dan diberikan, lalu letakkan
pada cawan petri

Hidupkan heater, kemudian letakkan cawan petri yang sudah berisi ikan
teri kedalam alat drying. Secara bersamaan hidupkan juga stopwatch
Setelah 10 menit keluarkan cawan petri dari alat drying dan timbanglah
massa ikan teri dan catat pada tabel pengamatan. Kemudian masukan
kembali cawan petri tersebut ke dalam drying

Ulang langkah di atas sampai 100 menit. Setelah run 1 selesai keluarkan
ikan teri dari dalam alat drying

Kemudian mulailah melakukan run 2 dengan mengukur kecepatan aliran


fluida, Tw, Td dan ulangi langkah-langkah diatas
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Run I
Sampel : Ikan teri basah 3:6:8
Berat Sampel : 52,45 gram
Laju Alir : 1,2 m/s
Td : 52 ºC
Tw : 32 ºC
Berat Cawan : 102,6 gram
Luas Cawan : 165,196 cm2
Tipe Pemanas :3
No. Waktu (menit) Berat Sampel (gram)
1. 0 52,45
2. 10 50,55
3. 20 47,37
4. 30 44,74
5. 40 42,31
6. 50 40,03
7. 60 38,24
8. 70 36,14
9. 80 34,65
10. 90 32,89
11. 100 31,74
Bone dray Ikan teri 45% adalah 16,9898 gram

Run 2
Sampel : Ikan teri basah 3:6:8
Berat sampel sebelum dikeringkan : 48,93 gram
Laju Alir : 0,9 m/s
Td : 57 ºC
Tw : 30,5 ºC
Berat Cawan : 102,6 gram
Luas Cawan : 165,196 cm2
Tipe Pemanas :3
No. Waktu (menit) Berat Sampel (gram)
1. 0 48,93
2. 10 46,17
3. 20 43,49
4. 30 40,92
5. 40 38,05
6. 50 36,10
7. 60 34,33
8. 70 32,73
9. 80 31,36
10. 90 30,12
11. 100 28,49
Bone dry ikan teri 45% adalah 16,9898 gram
4.2 Pembahasan
Pada tanggal 8 Desember 2017 kami telah melakukan percobaan drying di
laboratorium OTK (operasi teknik kimia). Pada percobaan ini sampel yang
digunakan adalah ikan teri basah dengan kadar garam 45% dengan laju alir 1,2 m/s
dan 0,9 m/s dan menggunkan tipe pemanas 3. Pengeringan dilakukan dengan cara
memberikan udara panas yang tidak jenuh pada bahan ynag hendak dikeringkan,
dengan laju alir 1,2 m/s dan suhu bola basah (Tw) yang kami dapatkan adalah 32
ºC sedangkan temperature bola kering (Td) yang didapatkan adalah 52 ºC.
Sebelum bahan (sample) yang akan kita keringkan dimasukkan ke dalam
dryer atau pemanas, sampel ditimbang terlebih dahulu massanya. Pertama timbang
cawan kosong menggunakan neraca analitic, setelah itu timbang sampel dan cawan
dengan neraca analitic. Dan didapatkan massa sampel sebelum dikeringkan maka
masuklan sampel ke dalam dryer atau pemanas, pada Run pertama (1) berat sampel
awal yang didapat ialah 52,45 gram dan berat sampel akhir 31,74 gram. Waktu
pengeringan dilakukan selama 100 menit, tiap 10 menit sekali sample yang sedang
dikeringkan ditimbang dan dicatat massanya. Lakukan hal tersebut tiap 10 menit
sekali selama 100 menit.
Pada Run kedua (II) dengan sampel ikan teri basah 3:6:8 dan laju alir udara
0,9 m/s dengan menggunakan pemanas 3. Pengeringan dilakukan dengan cara
memberi udara panas yang tidak jnuh pada bahan yang hendak kita keringkan,
temperature bola basah (Tw) yang kami peroleh 30 ºC dan temperature bola kering
(Td) yang kami dapatkan 57 ºC. Waktu pengeringan dilakukan selama 100 menit,
tiap 10 menit sekali sample yang sedang dikeringkan ditimbang dan dicatat
massanya. Lakukan hal tersebut tiap 10 menit sekali selama 100 menit.
Uap air menguap pada run 1 kadar berat air hilang sebesar 20,71 gram
dengan laju alir udara sebesar 1,2. Sedangkan pada run 2 kadar berat air yang
hilang adalah 20,44 gram dengan laju alir udara 0,9. Dapat disimpulkan bahwa
kadar air yang hilang pada run 1 dengan laju alir 1,2 m/s lebih besar dari pada run
2 dengan laju alir 0,9. Oleh karena itu semakin cepat laju alir udara maka semakin
banyak kadar air yang hilang.

Run I

Grafik moister content vs waktu


2.5

2
moister content

1.5

0.5

0
0 20 40 60 80 100 120
waktu(t)

Grafik diatas adalah grafik hitungan antara waktu pengeringan dengan


moister content pada run 1 didapatkan garis yang menurun secara linear. Hal ini
menunjukan bahwa hubungan wakrtu dengan moister content berbanding terbalik,
di mana semakin lama waktu pengeringan maka air dalam bahan padat tersebut
akan bergerak menuju kesetimbangan dan kandungan air dalam bahan semakin
semakin berkurang.
grafik drting rate vs moisture content
0.0025

0.002
drying rate
0.0015

0.001

0.0005

0
0 20 40 60 80 100 120
waktu(t)

Grafik di atas yang didapat dari pegelolaan data pada praktikum ini kurang
sesuai dengan kurva karakteristik pengeringan yang sebenarnya. hal ini
disebabkan karena hal-hal mengenai prosess pengeringan belum selesai dengan
kondisi yang diharapkan.

Run II

Grafik moister content Vs Waktu


2
moister content

1.5

0.5

0
0 20 40 60 80 100 120
waktu (t)

Grafik di atas adalah grafik hubungan antara moisture content dengan


wakru pengeringan. Grafik yang didapat merupakan grafik menurun yang
menunjukan bahwa kandungan air pada bahan berbanding terbalik dengan waktu
pengeringan. Semakin lama waktu pengeringan maka semakin sedikit kandungan
air pada bahan.
gragik drying rate vs Moister content
0.002

0.0015
drying rate
0.001

0.0005

0
0 20 40 60 80 100 120
waktu (t)

Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara moisture content dengan


drying rate. grafik yang kami peroleh tidak sesuai dengan kurva karakteristik
pengeringan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh karena hal-hal mengenai
proses pengeringan belum sesuai dengan kondisi/keadaan yang diharapkan.
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat kami peroleh setelah berlangsungnya praktikum ini


antara lain, yaitu :
1. Hubungan antara waktu pengeringan dan kandungan air dalam bahan
merupakan sebuah garis yang menurun secara linear, seiring bertambahnya
waktu maka kandungan moisture content akan menurun.
2. Pada Run 2 berat sampel hasil pengeringan lebih ringan yaitu 28,49 gram
dibandingka dengan berat sampel pada run 1 sebesar 31,74
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.DryingOTK.http://dwonload1974.mediafire.com/rjappuxlppg/2ui9sujir
ktzl39/Drying+OTK.dock. Diakses pada Sabtu, 9 Desember 2017, pukul
13.20 WIB
Geonkoplis,C.J.1983. Transport Process and Unit Operation, 2nd Edition. Allyn and
Barcon: New York
Mc Cabe, W.L. 1993. Unit Operation of Chemical Engineering. Mc Graw Hill : New
York
Perry’s, R. H. 2008. Perry’s Chemical Engineering Handbook, 8th Edition. Mc Graw
Hill: New York
LAMPIRAN
DATA HASIL PENGAMATAN

Praktikum : Drying
Tempat Praktikum : Laboratorium OTK Teknik Kimia
Tanggal Praktikum : 8 Desember 2017
Nama Kelompok : Ana Suranti (1515041049)
Rizka Damayanti (1515041050)
Meidalisa (1515041051)
Cathoche Uniqua S. (1515041052)

Run I
Sampel : Ikan teri basah 3:6:8
Berat Sampel : 52,45 gram
Laju Alir : 1,2 m/s
Td : 52 ºC
Tw : 32 ºC
Berat Cawan : 102,6 gram
Luas Cawan : 165,196 cm2
Tipe Pemanas :3
No. Waktu (menit) Berat Sampel (gram)
1. 0 52,45
2. 10 50,55
3. 20 47,37
4. 30 44,74
5. 40 42,31
6. 50 40,03
7. 60 38,24
8. 70 36,14
9. 80 34,65
10. 90 32,89
11. 100 31,74
Bone dray Ikan teri 45% adalah 16,9898 gram

Run 2
Sampel : Ikan teri basah 3:6:8
Berat sampel sebelum dikeringkan : 48,93 gram
Laju Alir : 0,9 m/s
Td : 57 ºC
Tw : 30,5 ºC
Berat Cawan : 102,6 gram
Luas Cawan : 165,196 cm2
Tipe Pemanas :3
No. Waktu (menit) Berat Sampel (gram)
1. 0 48,93
2. 10 46,17
3. 20 43,49
4. 30 40,92
5. 40 38,05
6. 50 36,10
7. 60 34,33
8. 70 32,73
9. 80 31,36
10. 90 30,12
11. 100 28,49
Bone dry ikan teri 45% adalah 16,9898 gram
LAMPIRAN II
PERHITUNGAN

Moisture Content (x) untuk run 1


1). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=0, yaitu : 52,45 gram dan berat bone
dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
52,45 − 16,9898
𝑥= = 2,0871 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
2). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=10, yaitu : 50,55 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
50,55 − 16,9898
𝑥= = 1,9753 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
3). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=20, yaitu : 47,37 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
47,37 − 16,9898
𝑥= = 1,7881 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
4). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=30, yaitu : 44,74 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
44,74 − 16,9898
𝑥= = 1,6175 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
5). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=40, yaitu : 42,31 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
42,31 − 16,9898
𝑥= = 1,4903 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
6). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=50, yaitu : 40,03 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
40,03 − 16,9898
𝑥= = 1,3561 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
7). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=60, yaitu : 38,24 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
38,24 − 16,9898
𝑥= = 1,2507 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
8). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=70, yaitu : 36,14 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
36,14 − 16,9898
𝑥= = 1,1272 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
9). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=80, yaitu : 34,65 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
34,65 − 16,9898
𝑥= = 1,0395 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
10). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=90, yaitu : 32,89 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
32,89 − 16,9898
𝑥= = 0,9359 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
11). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=100, yaitu : 31,74 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
31,74 − 16,9898
𝑥= = 0,8682 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989

Drying rate (R) untuk data pengamatan Run 1 di ketahui Ad (luas area pengeringan)
Ad=πD2= 165,196 cm2.
(−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙) 𝑑𝑥
𝑅= .
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑡
52,45 −0,118
𝑅= . = 0,003549668
165,196 10

Moisture Content (x) untuk run 2


1). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=0, yaitu : 48,93 gram dan berat bone
dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
48,93 − 16,9898
𝑥= = 1,87996 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
2). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=10, yaitu : 46,17 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
46,17 − 16,9898
𝑥= = 1,7175 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
3). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=20, yaitu : 43,49 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
43,49 − 16,9898
𝑥= = 1,5598 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
4). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=30, yaitu : 40,92 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
40,92 − 16,9898
𝑥= = 1,4085 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
5). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=40, yaitu : 38,05 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
38,05 − 16,9898
𝑥= = 1,2396 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
6). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=50, yaitu : 36,10 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
36,10 − 16,9898
𝑥= = 1,1248 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
7). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=60, yaitu : 34,33 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
34,33 − 16,9898
𝑥= = 1,0206 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
8). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=70, yaitu : 32,73 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
32,73 − 16,9898
𝑥= = 0,9264 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
9). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=80, yaitu : 31,36 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
31,36 − 16,9898
𝑥= = 0,8458 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
10). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=90, yaitu : 30,12 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
30,12,45 − 16,9898
𝑥= = 0,6769 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989
11). diketahui berat sampel pada saat pengeringan t=100, yaitu : 28,49 gram dan berat
bone dry = 16,8989 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
𝑥=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑑𝑟𝑦
28,49 − 16,9898
𝑥= = 0,6769 𝑔𝑟𝑎𝑚
16,8989

Drying rate (R) untuk data pengamatan Run 2 di ketahui Ad (luas area pengeringan)
Ad=πD2= 165,196 cm2.
(−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙) 𝑑𝑥
𝑅= .
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑡
−48,93 −0,16246
𝑅= . = 0,004811961
165,196 10
LAMPIRAN TABEL

Tabel Run I
No Berat t Moister Drying dx a ls/a dt dx /dt
sampel content rate
1 52,45 0 2,0871 0,0036 -0,1118 165,2 -0,32 10 -0,01118
2 50,55 10 1,9753 0,0057 -0,1872 165,2 -0,31 10 -0,01872
3 47,37 20 1,7881 0,0049 -0,1706 165,2 -0,29 10 -0,01706
4 44,74 30 1,6175 0,0034 -0,1272 165,2 -0,27 10 -0,01272
5 42,31 40 1,4903 0,0034 -0,1342 165,2 -0,26 10 -0,01342
6 40,03 50 1,3561 0,0026 -0,1054 165,2 -0,24 10 -0,01054
7 38,24 60 1,2507 0,0029 -0,1235 165,2 -0,23 10 -0,01235
8 36,14 70 1,1272 0,0019 -0,0877 165,2 -0,22 10 -0,00877
9 34,65 80 1,0395 0,0022 -0,1036 165,2 -0,21 10 -0,01036
10 32,89 90 0,9359 0,0013 -0,0677 165,2 -0,20 10 -0,00677
11 31,74 100 0,8682 -0,0017 -0,8682 165,2 -0,19 -100 0,008682

Tabel Run II
No Berat t Moister Drying dx a ls/a dt dx /dt
sampel content rate
1 48,93 0 1,8799 0,0049 -0,1625 165,2 -0,30 10 -0,01625
2 46,17 10 1,7175 0,0044 -0,1577 165,2 -0,28 10 -0,01577
3 43,49 20 1,5598 0,0040 -0,1513 165,2 -0,26 10 -0,01513
4 40,92 30 1,4085 0,0042 -0,1689 165,2 -0,25 10 -0,01689
5 38,05 40 1,2396 0,0026 -0,1148 165,2 -0,23 10 -0,01148
6 36,1 50 1,1248 0,0023 -0,1042 165,2 -0,22 10 -0,01042
7 34,33 60 1,0206 0,0020 -0,0942 165,2 -0,21 10 -0,00942
8 32,73 70 0,9264 0,0016 -0,0816 165,2 -0,20 10 -0,00816
9 31,36 80 0,8448 0,0014 -0,072 165,2 -0,19 10 -0,0072
10 30,12 90 0,7728 0,0017 -0,0959 165,2 -0,18 10 -0,00959
11 28,49 100 0,6769 -0,0012 -0,6769 165,2 -0,17 -100 -0,006769
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI

No Nama Alat dan Bahan Gambar


1. Alat Pengering

2. Ikan teri asin dengan kadar garam


45%

3. Anemometer

4. Timbangan Digital
No Nama Alat dan Bahan Gambar
5. Kipas Angin

6. StopWatch

7. Cawan Petri

8. Termometer
9. Termometer dengan Kapas
Basah

No Nama Alat dan Bahan Gambar


10 Penjepit Burret

Anda mungkin juga menyukai