Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SISTEM UTILITAS

Sistem Pembakaran Bahan Bakar

Disusun Oleh :
Kelompok 1

JUWITA ARRAHMA WIJAYANTI (061540421604)

NOVIANITA (061540421608)

TRISNA DEWI (061540421612)

Kelas : 4 KIA

Dosen Pembimbing : Ir. Sofiah, M.T.

TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang berjudul Sistem Pembakaran Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, hal tersebut
dikarenakan kemampuan penulis yang masih terbatas. Namun berkat bimbingan dari
dosen pembimbing, dan beberapa pihak lainnya, akhirnya penulis mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan bagi pembaca sekalian pada umumnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran
positif yang dapat membangun dan mengembangkan kemampuan penulis untuk
menyusun makalah-makalah lainnya. Selain itu, diharapkan makalah ini dapat dijadikan
bahan pertimbangan demi meningkatkan prestasi dimasa yang akan datang.

Palembang, Maret 2017

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kehidupan kita sehari-hari tidak lepas dari kebutuhan akan bahan bakar. Bahan
bakar merupakan senyawa kimia yang dapat menghasilkan energi melalui perubahan
kimia. Contoh yang paling sederhana adalah makanan yang kita santap sehari-hari.
Makanan yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat diubah di dalam tubuh kita
menjadi senyawa gula yang mampu menghasilkan energi.
Dari manakah datangnya energi tersebut atau bagaimana energi tersebut
terbentuk? Energi tersebut terbentuk dari suatu proses pembakaran. Pembakaran adalah
reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan yang dapat terbakar, disertai
timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor. Kalor tersebutlah yang merupakan energi.

1.2 TUJUAN
A. Menjelaskan definisi dan jenis-jenis bahan bakar
B. Menjelaskan system pembakaran pada bahan bakar padat (Batubara)
C. Menjelaskan system pembakaran pada bahan bakar cair (Minyak)
D. Menjelaskan system pembakaran pada bahan bakar gas

1.3 MANFAAT
A. Mengetahui definisi dan jenis-jenis bahan bakar
B. Mengetahui system pembakaran pada bahan bakar padat (Batubara)
C. Mengetahui system pembakaran pada bahan bakar cair (Minyak)
D. Mengetahui system pembakaran pada bahan bakar gas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Bahan bakar

Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi.
Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan
dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran
(reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan
dengan oksigen di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah
melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi nuklir).
Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan
bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai
adalah logam radioaktif.

Jenis-jenis bahan bakar


A. Berdasarkan Bentuk dan Wujudnya

Bahan bakar padat

Bahan bakar padat merupakan bahan bakar berbentuk padat, dan kebanyakan
menjadi sumber energi panas. Misalnya kayu dan batubara. Energi panas yang
dihasilkan bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk menggerakkan
peralatan dan menyediakan energi.

Bahan bakar cair

Bahan bakar yang berbentuk cair, paling populer adalah bahan bakar minyak
atau BBM. Selain bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap, bahan bakar cair
biasa digunakan kendaraan bermotor. Karena bahan bakar cair seperti Bensin bisa
dibakar dalam karburator dan menjalankan mesin.

Bahan bakar gas

Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed Natural Gas (CNG) dan
Liquid Petroleum Gas (LPG. CNG pada dasarnya terdiri dari metana sedangkan LPG
adalah campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya. LPG yang digunakan
untuk kompor rumah tangga, sama bahannya dengan Bahan Bakar Gas yang biasa
digunakan untuk sebagian kendaraan bermotor.
Berdasarkan materinya

Bahan bakar tidak berkelanjutan

Bahan bakar tidak berkelanjutan bersumber pada materi yang diambil dari alam
dan bersifat konsumtif. Sehingga hanya bisa sekali dipergunakan dan bisa habis
keberadaannya di alam. Misalnya bahan bakar berbasis karbon seperti produk-produk
olahan minyak bumi.

Bahan bakar berkelanjutan

Bahan bakar berkelanjutan bersumber pada materi yang masih bisa digunakan
lagi dan tidak akan habis keberadaannya di alam. Misalnya tenaga matahari.

2.2 Komponen Dari Bahan Bakar

Unsur utama yang terdapat pada bahan bakar adalah Karbon ( C ) dan Hidrogen
( H ), sehingga sering kali disebut dengan nama Hydracarbon Fuel, sedang unsure yang
lain yang terkandung dalam bakar ( misalnya : Nitrogen (N), Sulfur (S), Abu (A), Air
(H2O) dan lain-lain disebut dengan impurities atau senyawa pengganggu.

2.3 Proses Pembakaran Pada Batubara

Salah satu jenis bahan bakar fosil ialah batubara. Dibandingkan bahan bakar
fosil lainnya, batubara mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya:

1. Batubara yang siap diekploitasi secara ekonomis terdapat dalam jumlah


banyak.

2. Batubara terdistribusi secara merata di seluruh dunia.

3. Jumlah yang melimpah membuat batubara menjadi bahan bakar fosil


yang paling lama dapat menyokong kebutuhan energi dunia.

Namun, batubara juga memiliki kelemahan yaitu:

1. Identik sebagai bahan bakar yang kotor dan tidak ramah lingkungan
karena komposisinya yang terdiri dari C, H, O, N, S, dan abu.
2. Kandungan C per mol batubara jauh lebih besar dibandingkan bahan
bakar fosil lainnya sehingga pengeluaran CO2 dari batubara jauh lebih
banyak. Selain itu, kandungan S dan N batubara bisa terlepas sebagai
SOx dan NOx dan menyebabkan terjadinya hujan asam.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode baru dalam pemanfaatan batubara
agar dapat meredam isu-isu lingkungan yang mungkin terjadi.
Salah satu metode yang dapat menjadi alternatif ialah pembakaran batubara
menggunakan campuran O2/CO2. Keunggulan utama dari metode ini yaitu adanya daur
ulang aliran gas keluaran sehingga kandungan CO 2 pada aliran tersebut sangat tinggi,
mencapai 95%. Dengan kandungan CO2 yang tinggi, proses pemisahan karbondioksida
menjadi lebih mudah dan ekonomis dibandingkan pada pembakaran batubara
konvensional (menggunakan udara) yang hanya menghasilkan CO2 sekitar 13% pada
gas keluaran. Gas keluaran dengan kandungan CO2 sampai 95% bahkan dapat langsung
[2]
digunakan untuk proses oil enhanced recovery (EOR) . Pembakaran batubara
menggunakan campuran O2/CO2 ditampilkan pada gambar di bawah ini.

Batubara (fuel) dibakar dalam sebuah combustion chamber dengan


menggunakan campuran gas oksigen dan karbondioksida. Oksigen didapatkan dari
proses pemisahan nitrogen dan oksigen dari udara dalam sebuah Air Separation Unit.
Karbondioksida sendiri merupakan gas hasil pembakaran batubara yang kembali
dialirkan ke dalam combustion chamber. Aliran recycle karbondioksida ini
menyebabkan peningkatan konsentrasi gas karbondioksida yang sangat signifikan di
aliran keluaran sehingga memudahkan proses pemisahan karbondioksida itu sendiri.

Pemisahan karbondioksida dapat diselenggarakan menggunakan metode


konvensional seperti menggunakan CO2 absorber maupun metoda terkini seperti
pemisahan dengan membran. Tingginya konsentrasi CO 2 di aliran umpan absorber atau
membran akan memudahkan proses pemisahan sehingga spesifikasi alat pemisah tidak
terlalu memakan biaya besar.

Selain kandungan CO2 gas keluaran yang tinggi, metode ini juga mempunyai
efisiensi pembakaran karbon yang tinggi. Hasil penelitian Liu (2005) menunjukkan
bahwa pembakaran batubara menggunakan media O2/CO2 menghasilkan efisiensi
pembakaran karbon yang lebih tinggi dibandingkan pembakaran batubara konvensional.
Hal itu dibuktikan dari kandungan karbon baik pada fly ash maupun bottom ash yang
jauh lebih sedikit.

2.3.1 Sistem Pembakaran Batubara

System pembakaran batubara diekelompokkan menjadi 3 jenis yaitu :


a. Unggun tetap (fixed bed ) dengan cara pengumpanan overfeed (spreeder),
underfeed , dan crossfeed(vibrating)
b. Unggun fluidisasi
c. Purverisasi

2.3.1.1 Sistem pembakaran Unggun Tetap

Fixed bed system atau Grate system adalah teknik pembakaran dimana batubara
berada di atas conveyor yang berjalan atau grate. Sistem ini kurang efisien karena
batubara yang terbakar kurang sempurna atau dengan perkataan lain masih ada karbon
yang tersisa. Ash yang terbentuk terutama bottom ash masih memiliki kandungan kalori
sekitar 3000 kkal/kg. Di China, bottom ash digunakan sebagai bahan bakar untuk
kerajinan besi (pandai besi). Teknologi Fixed bed system banyak digunakan pada
industri tekstil sebagai pembangkit uap (steam generator). Komposisi fly ash dan
bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (15-25%) berbanding (75-
25%).

Pada gambar 2.1 A ditunjukkan skematik pembakaran unggun tetap dengan cara
hembusan udara updraft combustion. Butiran batubara diletakkan di atas grate, udara
masuk dibagi dua menjadi udara primer dan udara sekunder. Udara primer dihembuskan
dari dasar bed dan udara sekunder dari bagian atas bed.

Dengan cara ini gas buang akan terhembus keatas. System hembusan udara
seperti ini diseut updraft combustion. Pada gambar 2.1 B ditunjukkan system
pembakaran unggun tetap dengan system hembusan downdraft combustion.
Pada
pola
pengumpanan overfeed (gambar 2.2 A) aliran batubara dan udara saling berlawanan.
Batubara diumpankan dari atas unggun bergerak kebawah sambal terbakar, sementara
udara mengalir keatas melewati lapisan abu dan batubara baru. Umpan batubara akan
terpanaskan karena kontak dengan batubara yang sudah terbakar yang ada dibawahnya
dan juga oleh gas hasil pembakaran yang mengalir berlawanan arah. Material sisa
pembkaran turun ke permukaan grate dan secara periodic dikeluarkan dengan cara
dumping, shaking atau vibrating. Beberapa stoker mempunyai grate yang berjalan
secara kontinyu.

Pada pola pengumpanan underfeed (gambar 2.2 B), aliran batubara dan udara
terjadi secara parallel dan biasanya mengalir keatas. Zat terbang, uap air dan uara
pembakaran mengalir dari lapisan bahan bakar yang terbakar. Tipe ini menghasilkan
lebih sedikit asap pada pengumpanan dan pengoprasian beban rendah.
Pada pengumpanan crossfeed (gambar 2.2 C) dan gambar 2.3 merupakan pola
pengumpanan bahan bakar dan pengaliran udara yang banyak diterapkan. Dalam pola
ini batubara sebagai bahan bakar bergerak secara horizontal, sementara udara bergerak
dari bawah keatas. Pola pembakaran system ini terdiri dari stoker yang dilengakapi
dengan hopper untuk tempat pengumpanan, chain grate, travelling grate dan vibrating,
reciprocating atau iscillating grate.

2.3.1.2 Sistem Pembakaran Unggun Fuidisasi

Fluidized bed system adalah sistem dimana udara ditiup dari bawah
menggunakan blower sehingga benda padat di atasnya berkelakuan mirip fluida. Teknik
fluidisasi dalam pembakaran batubara adalah teknik yang paling efisien dalam
menghasilkan energi. Pasir atau corundum yang berlaku sebagai medium pemanas
dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan biasanya dilakukan dengan minyak bakar.
Setelah temperatur pasir mencapai temperature bakar batubara (300 oC) maka
diumpankanlah batubara. Sistem ini menghasilkan abu terbang dan abu yang turun di
bawah alat. Abu-abu tersebut disebut dengan fly ash dan bottom ash. Teknologi
fluidized bed biasanya digunakan di PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap).
Komposisi fly ash dan bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah :
(80-90%) berbanding (10-20%).

Pada gambar 2.4 ditunjukkan skematik unggun fluidisasi. Pada system unggun
partikel bebas bergerak karena adanya tekanan yang cukup kuat untuk mengangkat
partikel batubara. Didalam system pulverisasi, partikel bergerak cepat bersama-sama
dengan gas, karenanya gerakan partikel dan gas mengelilinginya cendrung bergerak
bersama-sama.

Gerakan pertkel bolak-balik ini menghasilkan campuran yang baik dan distribusi
partikel yang merata sehingga partikel teraduk dengan baik.

Dalam fluidized-bed hal ini dilakukan dengan metode yang berbeda dalam
mengendalikan perpindahan panas dan ini menghasilkan metode yang berbeda dalam
pengeluaran abu. Suhu bed dikendalikan dengan mengatur kedalaman bed, dengan
menambah atau tidak alat penukar panas, dan dengan penggunaan ballast (bahan inert)
dalam bed.

Secara umum konsep teknologi yang diunggulkan dari system pembakaran fluidized
bed adalah :

1. Adanya gerak turbulen partikel yang sangat baik untuk proses perpindahan
panas dan massa bahan bakar padat, dan baik untuk menyeragamkabn
temperature di dalam bed dan reactor.

2. Injeksi langsung gas terlarut (sorbent) ke dalam bed, sangat memudahkan untuk
mengkontrol gas asam
3. Penggunaan temperature sebagai variable independent, yang berguna untuk
mengendalikan polusi, mengatur distribusi bahan bakar dan udara, serta
penukaran panas di dalam reactor

4. Penggunaan bed dengan material inert sebagai pemberat panas (thermal


flywheel) yang dapat mengurangi terjadinya slugs ataupun pengotor bahan bakar
lainnya.

2.3.1.3 Pressure Fluidized-bed Combustion

Pada pembakaran jenis ini tekanan pembakaran bisa lebih diperkecil sehingga
menurunkan biaya investasi. Pada tekanan pembakaran diatas 4-6 atm, turbin gas dapat
dijalankan oleh gas pembakaran untuk menekan udara pembakaran dan menghasilkan
daya listrik. Hasilnya dapat meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan listrik.

Beberapa keuntungan fluidized-bed adalah :


- Biaya capital dan biaya oparasi lebih rendah

- Perpindahan panas ketabung boiler cukup tinggi (sampai dengan 100 btu/ jam ft 2
0
F)

- Jumlah NOX yang terbentuk lebih sedikit karena suhu nyala yang rendah.

2.3.1.4 Sistem Pembakaran Pulverisasi

Pada system pembakaran pulverisasi, partikel batubara harus cukup halus agar
bisa dimasukkan oleh tekanan udara pembakaran. Ukuran batubara untuk pembakaran
system pulverisasi adalah -200 mesh. Apabila batubara lignit yang dipakai maka jumlah
partikel berukuran -200 mesh sekitar 65-70% sedangkan untuk sub bituminous yang
mudah tebakar, jumlah sampai 80-85 %. Untuk menjaga agar nyala api stabil dan
mencegah berbalik arah ke burner, batubara harus diinjeksikan kedalam tanur dengan
kecepatan tinggi, sekitar 15 meter/detik. Pada gambar 8.5 menunjukkan sketmatik
susunan burner, system pemasukan udara primer dan sekunder untuk pembakaran
pulverisasi.

Berdasarkan abu yang dikeluarkan, tanur pulverisasi terbagi dua yaitu tanur dry
bottom untuk tanur yang pengeluaran abunya dilakukan dalam keadaan kering dan tanur
sag tap atau wet bottom untuk tanur yang pengeluarannya abunya dilakukan dalam
keadaan leleh.

2.4 Proses Pembakaran Bahan Bakar Cair (Minyak)

Bahan bakar minyak bukan terdiri dari senyawa murni, tetapi campuran yang
sebagian besar adalah hidrokarbon jenuh. Oleh karena itu, reaksi yang tepat untuk
pembakaran dari bahan bakar minyak adalah sebagai berikut:

2( - CH2 -) + 3O2 2CO2 + 2H2O

Perhatikan : dalam reaksi pembakaran bahan bakar minyak ikatan C-C hanya dihitung
sekali karena dalam (-CH2-) dihitung 2 x C-C.

Diperkirakan reaksi tersebut menghasilkan energi sebesar 1220 kJ. Per mol
oksigen, energi yang dibebaskan hanyalah 407 kJ, energi yang setara dengan energi
yang dihasilkan metana. Per gram bahan bakar energi yang di bebaskan adalah 43.6 kJ ,
lebih sedikit dari metana. Hal ini disebabkan hidrokarbon jenuh (terutama rantai
pendek) yang mempunyai perbandingan H/C lebih kecil dari 2/1 karena kumpulan metil
di ujung rantai hidrokarbon. Selain itu, bahan bakar minyak mempunyai campuran
senyawa aromatik yang mempunyai perbandingan H/C lebih besar dari 2/1. Sebagai
contoh, minyak mentah mempunyai kandungan energi per gram sebesar 45.2 kJ
(menghampiri dengan perhitungan dalam tabel 1 untuk bahan bakar minyak).
Sedangkan minyak yang sudah diproses kandungan energi per gram nya meningkat ke
48.1 kJ (menandakan meningkatnya perbandingan H/C).
2.4.1 Sistem Pembakaran Minyak

Minyak sedikit lebih sulit daripada gas alam karena disamping harus mengolah
atau menyiapkan bahan bakar untuk pembakaran juga harus mengukurnya,
mencampurnya dengan udara dan membakarnya. Ada beberapa cara yang dapat
ditempuh untuk menyiapkan bahan bakar untuk pembakaran, termasuk diantaranya
penguapan atau gasifikasi minyak dengan cara memanaskannya didalam pembakar, atau
pengatoman minyak tersebut ke dalam aliran udara. Teknik penguapan khususnya
sangat cocok untuk bahan bakar minyak yang ringan.

Contoh dua buah pembakar pengatom yang menggunakan udara dan uap
ditunjukkan pada gambar 2.6. atomisasi udara atau uap sangat cocok dipakai untuk
beban yang bervariasi dan dapat meliputi rentang kapasitas yang cukup besar tanpa
harus menggantikan susunan tip atau gunnya. Atomisasi mekanis sangat sesuai
dipakai untuk beban stady dan kapasitas yang besar tetapi mempunyai rentang kapasitas
yang terbatas.
Sebuah pembakar mangkuk putar yang umum ditunjukkan pada gambar 8.7.
pembakaran ini menggunakan sebuah mangkuk putar horizontal berkecepatan tinggi
(3500 putaran/ menit) untuk memutar minyak keluar dari rim (pelek) dan masuk ke
dalam arus udara dengan gaya sebtrifugal. Pembakaran mekanis khususnya ini
mempunyai rentang kapasitas yang sangat besar.

Pada desain tipikal pembakar atomisasi uap pencampuran internal. Perubahan tip
akan mengubah rentang kapasitas yang diladeni. Pembaar atomisasi uap dari jenis
pencampur eksternal, di atas, mengakui minyak dan media pengatom, uap, bersama-
sama pada tip pembakar register, di bawah mempunyai sudu peredam untuk mengatur
suplai udara.

Pembakaran minyak mangkuk-berputar. Mangkuk yang berputar dengan arah


yang bersamaan dengan arah jarum jam memecah selaput minyak pada rim dengan gaya
sentrifugal dan mengelurkanya ke arus udara yang berpusar searah dengan jarum
jam.Untuk memutar minyak keluar dari rim dan masuk ke dalam arus udara dengan
gaya sentrifugal. Pembakar mekanis khusus ini mempunyai rentang kapasitas yang
sangat besar.

Setiap system pembakar bahan bakar minyak biasanya terdiri dari sebuah tangki
penampung minyak, sebuah peralatan pemanas dan pompa, sebuah header untuk suplai
inyak, pembakar, dan saluran pengembalian minyak ditujukan pada gambar..
2.5 Proses Pembakaran Bahan Bakar Gas

Gas alam (Natural gas) tersusun oleh komponen utama gas metana (CH 4). Selain
gas metana terkadang pada gas alam juga ditemui gas etana, propana, butana,
karbonmonoksida, nitrogen, helium, dan hidrogen sulfida dalam jumlah kecil. Bahan
bakar gas alam memiliki beberapa kelebihan jika dibanding jenis bahan bakar padat dan
cair, yaitu :

a. Tersedia dalam jumlah yang sangat besar di dalam perut bumi.

b. Transportasi gas alam lebih mudah karena bisa melalui pipa-pipa gas bawah
tanah.

c. Menghasilkan pembakaran yang bersih, tidak menghasilkan hasil pembakaran


yang membahayakan bagi lingkungan, tidak menghasilkan abu.

d. Dapat digunakan pada ruang bakar yang sederhana.

e. Harga bahan bakar gas lebih murah dibanding bahan bakar cair.

2.5.1 Sistem Pembakaran Gas

Bahan bakar gas, termasuk gas alam adalah bahan bakar yang paling mudah
terbakar. Gas hanya memerlukan sedikit bahkan tanpa persiapan sama sekali sebelum
pembakaran. Dalam pembakarannya hanya diperlukan kesetimbangan, bercampur
dengan udara dan dinyalakan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan beberapa cara.

Pembakaran gas atmosfir adalah salah satu pembakar gas yang sangat umum
dipakai. Pada system ini, momentum gaya yang masuk digunakan untuk menarik udara
primer kedalam pembakar dengan suatu proses yang disebut aspirasi. Operasi system ini
biasanya memuaskan untuk campuran mula gas dan udara primer dengan presentase 30-
70%. Udara sekunder ditarik ke sekeliling pembakaran untuk menyempurnakan proses
pembakaran.

Dua buah pembakar atmosfir tipikal. Pembakar gas atmosfir menarik ke dalam
udara primernya untuk pembakaran akibat pegaruh arus gas bertekanan rendah yang
berekspansi melalui sebuah orifis. Pembakaran bertingkat dua bekerja pada gas
bertekanan tinggi ; melakukannya melalui dua bagian venture yang berhubungan secara
seri. Udara primer masuk ke shuter , di kiri, akibat induksi.
Pembakar gas tahan api biasanya dipakai untuk pembangkit uap. Udara
pembakar ditarik kesekeliling sebuah pembakar yang mempunyai jet-jet gas yang
banyak (multiple gas jets) yang mengeluarkan gas kedalam aliran udara dengan cara
tertentu sehingga adukan keras itu menghasilkan campuran yang baik. Campuran udara-
gas kemudian dikeluarkan kedalam sebuah tabung atau terowongan pencampuran yang
pendek dengan bahan tahan api. Tabung tahan api tersebut dilindungi logam pembakar
dari suhu tinggi. Tiga pembakar gas tahan api. Pembakar gas tahan api, pencampuran
mula gas bahan dengan udara yang dibutuhkan untuk pembakaran berlangsung di dalam
ruang pencampuran di luar ruang pembakar sebenarnya. Sudu-sudu yang ditempatkan di
lintasan udara masuk ke terowongan pembakar pekerja untuk memberi gerakan berpusat
pada arus. Gas dikelurkan dari sejumlah spud yang terpasang pada manifold tegak
lurus dan horizontal. Udara primer masuk di sekeliling spud.
Gambar 2.9 Pembakaran gas tahan api

Pembakaran gas lain yang juga umum dipakai ialah pembakaran fan-mx. Pada
system ini, gas bahan bakar dikeluarkan dari nozel-nozel yang dipasang dengan sudut
tertentu pada laba-laba berputar dan gaya reaksi yang dihasilkan itu memutar laba-laba
serta fan yang terpasang padanya. Fan ini menghasilkan campuran yang merata dan
pembakaran terjadi sangat dekat ke pembakar.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

Berdasarkan materiya jenis-jenis bahan bakar dibedakan menjadi

a. Bahan bakar padat contohnya batubara

b. Bahan bakar minyak contohnya bensin dan solar


c. Bahan bakar gas contohnya gas alam dll.

Berdasarkan materinya system pembakaran dalam industry dibedakan


menjadi 3 yaitu :

a. System pembakaran batubara

b. System pembakaran minyak

c. System pembakaran gas

System pembakaran batubara dikelompokkan menjadi 3 yaitu :


a. unggun tetap (fixedbed) dimana batubara berada di atas conveyor yang
berjalan atau grate dengan cara pengumpanan overhead(spreader),
underfeed, dan crossfeed(vibrating)
b. unggun fluidisasi, sistem dimana udara ditiup dari bawah menggunakan
blower sehingga benda padat di atasnya berkelakuan mirip fluida
c. purverisasi Pada system pembakaran pulverisasi, partikel batubara harus
cukup halus agar bisa dimasukkan oleh tekanan udara pembakaran

System pembakaran minyak yang umum digunakan terbagi menjadi 2 yaitu:


a. Pembakaran minyak dengan pengatoman dengan cara
memanaskannya didalam pembakar, atau pengatoman minyak
tersebut ke dalam aliran udara

b. Pembakar minyak mangkuk berputar, Mangkuk yang berputar


dengan arah yang bersamaan dengan arah jarum jam memecah
selaput minyak pada rim dengan gaya sentrifugal dan
mengelurkanya ke arus udara yang berpusar searah dengan jarum
jam

System pembakaran gas yang umum digunakan antara lain :


a. Pembakaran gas atmosfir, Pada system ini, momentum gaya yang
masuk digunakan untuk menarik udara primer kedalam pembakar
dengan suatu proses yang disebut aspirasi.
b. pembakaran fan-mx, Pada system ini, gas bahan bakar dikeluarkan
dari nozel-nozel yang dipasang dengan sudut tertentu pada laba-laba
berputar dan gaya reaksi yang dihasilkan itu memutar laba-laba serta
fan yang terpasang padanya.
DAFTAR PUSTAKA

Zulkarnain, dkk. 2010. Modul Utilitas. Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.


http://suryadi040988.wordpress.com/page/2/
http://llloncatanpertama.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar
http://ss-stefan.blogspot.com/2010/02/bahan-bakar-proses-pembakaran.html
http://agungkristanto.wordpress.com/2011/01/24/analisis-proses-pembakaran
bahan-bakar-gas-alamnatural-gas-2/#more-94

Anda mungkin juga menyukai