Anda di halaman 1dari 8

PT SEMEN GRESIK (JAWA TENGAH MENGGUNAKAN BATUBARA)

1. Profil Perusahaan

PT. Semen Gresik diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama
dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada saat didirikan, Semen Gresik
hanya memiliki 1 pabrik yang ada di Gresik. Namun akhirnya ditambah. Total area pabrik
sebesar 750 Ha. Pada 1957 ketika awal dibangun, pabrik 1 masih menggunakan proses basah,
dan saat 1978 di pabrik 2 mulai menggunakan proses kering.

Kemudian dibangunlah pabrik kedua yang berlokasi di Tuban. Proses produksi saat ini dilakukan
sepenuhnya di Tuban yang memiliki 3 unit pabrik dengan kapasitas masing-masing 2,3 juta ton
per tahun.

Ketika 1957 Pabrik utama menyokong sagala kebutuhan dan kegiatan perusahaan dan sejak 1997
tidak dioperasikan lagi secara penuh. Saat ini, kinerja pabrik utama hanya tinggal separuh dan
rencananya akan segera di non-aktifkan karena mesinnya sudah terlalu tua, proses kuno yang
boros energi, inefisiensi, ketidakmampuan pabrik, dan bahan bakunya telah habis. Pabrik utama
saat ini hanya menjalankan finishing produk berupa penggilingan dan pengantongan.

Rencana ekspansi akan dilakukan pada 2007 untuk menambah kapasitas dan pengembangan
perusahaan. Alternatif pilihan adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan yang masih
memiliki stok batu bara untuk bahan bakar yang melimpah.
1 . 1 . Riwayat Singkat

7 Agustus 1957

Peresmian Pabrik Gresik I dengan kapasitas 250.000 ton per tahun.

8 Juli 1991

Tercatat di pasar modal. Semen Gresik merupakan BUMN pertama yang Go Publikdengan
menjual 27% (40 juta) lembar saham kepada masyarakat.

24 September 1994

Peresmian pabrik Tuban I dengan kapasitas 2,3 juta ton semen per tahun. Kapasitas terpasang
Semen Gresik meningkat menjadi 4,1 juta ton per tahun.

15 September 1995

Penawaran Umum terbatas I (Right Issue I), mengubah komposisi kepemilikan saham. Diadakan
konsolidasi dengan PT Semen Padang dan Semen Tonasa. Kapasitas terpasang meningkat
menjadi 8,5 juta ton semen per tahun.

29 Mei 1996

Semen Gresik memperoleh Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9002.

10 September 1996

Peresmian Pabrik Semen Tonasa IV yang berkapasitas terpasang 2,3 juta ton semen per tahun.
Kapasitas terpasang Semen Gresik meningkat menjadi 10,8 juta ton semen per tahun.

17 April 1997

Peresmian Pabrik Tuban II dengan kapasitas 2,3 juta ton semen per tahun. Kapasitas terpasang
Semen Gresik meningkat 13,1 juta ton semen per tahun.

20 Maret 1998

Peresmian Pabrik Tuban III dengan kapsaitas 2,3 juta ton semen per tahun. Kapasitas Semen
Gresik meningkat menjadi 14,9 juta ton per tahun.

Februari 1999

Peresmian Pabrik Indarung V berkapasitas 2,3 juta ton semn per tahun. Kapasitas Semen Gresik
meningkat menjadi 17,2 juta ton semen per tahun.
21 Maret 2001

Semen Gresik memperoleh Sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001

2 . Lokasi Perusahaan

Saat didirikan, dipilih Gresik sebagai lokasi karena Gresik memiliki segala yang dibutuhkan oleh
sebuah pabrik semen. Kala itu, Gresik masih berupa hutan belantara dan PT. Semen Gresik
berada di tengahnya.

Menurut cerita penduduk asli, ada sebutan bagi Gresik saat itu, yaitu Kebo Mas. Keboartinya
tenaga sedangkan Mas artinya kekayaan. Ini menandakan bahwa di Gresik telah lengkap semua
dan apa-apa yang dibutuhkan untuk pendirian perusahaan besar.

Gresik semakin berkembang pesat dan semakin padat penduduknya. Pabrik utama tidak lagi
dikelilingi hutan belantara, tetapi telah berubah dan berkembang menjadi kota yang besar dengan
industri sebagai sandaran utamanya.

3 Bentuk Perusahaan

Dilihat dari namanya, dapat diketahui bahwa PT Semen Gresik (Persero) Tbk, adalah perusahaan
yang berbentuk perseroan terbuka yang merupakan yang bergerak di bidang industri semen.
Semen Gresik adalah perusahaan pertama yang berdiri sejak Indonesia Merdeka dan menjadi
perusahaan semen dengan teknologi tercanggih di Asia. Komputerisasi dan Mekanisasi, serta
pengembangan perusahaan yang tak henti-hentinya membuat perusahaan ini mampu dan berani
berslogan KOKOH TAK TERTANDINGI.

Pada 1985, terjadi kenaikan BBM sehingga diadakan konversi minyak dengan barang subtitusi.
Saat 1988 dipakai batubara halus. Diadakan inovasi dan pengembangan serta penambahan
peralatan.

Teknologi yang dijalankan oleh Semen Gresik adalah teknologi terbaru yang paling mutakhir.
Misalnya, ada mesin yang rusak di salah satu pabrik, maka dengan mudah akan terdeteksi oleh
komputer di pusat. Selain itu pemanfaatan teknologi memudahkan efisiensi produksi. Dengan
efisiensi produksi, bahan bakar di tanker yang membutuhkan 900 kg sekarang dapat dihemat
hingga 600 kg.

Quality Control yang dilakukan Semen Gresik juga yang terbaik dan mengikuti standar nasional.
Bahkan penyediaan Laboratorium yang jauh lebih tinggi dari standar nasional.

Akhirnya, baru-baru ini atas segala jerih payah pengembangan membawa hasil. Semen Gresik
memenangkan pemakaian semen untuk pembangunan jembatan Suramadu karena adanya inovasi
penemuan semen dengan komposisi terbaik.
4 . Kepemilikan Saham

Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
serta BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat.
Komposisi pemegang sahamnya adalah Pemerintah RI 73% dan masyarakat 27%.

Pada bulan September 1995, Semen Gresik melakukan Penawaran Umum Terbatas I (Right Issue
I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi Pemerintah RI 65% dan masyarakat
35%. Tanggal 15 September 1995 Semen Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan
PT Semen Tonasa, yang kemudian dikenal dengan nama Semen Gresik Group (SGG). Total
kapasitas terpasang SGG sebesar 8,5 juta ton semen per tahun.

Pada tanggal 17 September 1998, Pemerintah melepas kepemilikan sahamnya di SGG sebesar
14% melalui penawaran terbuka yang dimenangkan oleh Cemex S.A. de C.V., perusahaan semen
global yang berpusat di Meksiko. Komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Pemerintah RI
51%, masyarakat 35%, dan Cemex 14%.

Sementara itu sejak Oktober 1998, SGG mempunyai kapasitas terpasang sebesar 17,2 juta ton
semen per tahun dan menguasai + 45% pangsa pasar semen dalam negeri.

Sejak 30 September 1999 hingga buku ini diterbitkan, komposisi kepemilikan saham berubah
menjadi Pemerintah RI 51%, masyarakat 23,5% dan Cemex 25,5%. Namun akhirnya Cemex
mengurangi sahamnya dan dijual ke Rajawali.

Ini merupakan suatu perkembangan yang sangat pesat dimana ketika saham Semen Gresik
pertama kali dijual hanya seharga Rp. 7000,00 per lembar saat ini melejit menjadi sebesar Rp.
37.000,00 .

5. PT Semen Gresik Menggunakan Batubara

Gresik - PT Semen Gresik (Persero) Tbk mendirikan anak perusahaan baru yang bergerak di
bidang pertambangan batu bara untuk memenuhi pasokan bahan baku energi guna kegiatan
produksi pabrik semen tersebut.

Direktur Pengembangan Usaha dan Strategi Bisnis PT Semen Gresik Tbk, Erizal Bakar, kepada
wartawan di Gresik, Jawa Timur, Jumat, menjelaskan, untuk pendirian anak usaha bernama PT
Semen Gresik Group (SGG) Energi Prima ini, perseroan mengalokasikan investasi sebesar
Rp500 miliar.

"Sebanyak 97 persen saham perusahaan ini dimiliki Semen Gresik dan 3 persen sisanya adalah
Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG)," kata Erizal usai acara peresmian anak usaha tersebut.

Ia mengatakan, SGG Energi Prima direncanakan melakukan kegiatan penambangan batu bara
(termasuk penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, dan penyimpanan),
transportasi, perniagaan dan derivatifnya, serta pengembangan anak usaha (kerja sama dengan
perusahaan tambang lainnya dan pencarian lahan batu bara).

"Sudah ada survei untuk mendapatkan lokasi penambangan batu bara di Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, dan Sumatera. Kami harapkan dalam enam bulan ke depan anak usaha ini
sudah bisa mulai bergerak dan menyiapkan sarana pendukungnya," ujarnya.

Erizal menambahkan, kebutuhan penyediaan bahan bakar batu bara untuk produksi semakin
meningkat setiap tahun, baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitas.

Secara keseluruhan (grup) yang meliputi PT Semen Gresik, Semen Tonasa dan Semen Padang,
kebutuhan batu bara setiap tahun sekitar 3,2 juta ton.

Kebutuhan itu diperkirakan meningkat menjadi sekitar empat juta ton, setelah Pabrik Tuban IV
di Jawa Timur dan Tonasa V di Pangkep, Sulawesi Selatan, beroperasi pada tahun ini.

"Saat ini pasokan batu bara masih disuplai oleh perusahaan lain atau yang tepatnya di Jawa
Tengah (JaTeng), kampung Kendeng dan nantinya sebagian dari kebutuhan itu bisa dipasok
sendiri melalui anak usaha Semen Gresik," katanya.

Erizal Bakar menambahkan, sekitar 30 persen pasokan menggunakan batu bara berkalori tinggi,
sedangkan 70 persen jenis batu bara berkalori sedang dan rendah. Bahan bakar ini menyumbang
sekitar 20 persen biaya produksi.

"Dalam kurun waktu dua tahun ke depan, kami terus mengurangi kebutuhan batu bara berkalori
tinggi. Harga batu bara kalori tinggi lebih mahal sekitar Rp300 ribu per ton dari kalori sedang
dan rendah," tambahnya tanpa merinci pengeluaran untuk kebutuhan batu bara.

Ia menambahkan, keberadaan anak usaha PT SGG Energi Prima diharapkan mampu menekan
biaya produksi dan yang lebih penting menjaga suplai batu bara untuk kelancaran proses
produksi pabrik semen.

Jenis batubara yang digunakan adalah lignit, bituminous, anthracite, dan lain-lain.
Klasifikasi di atas didasarkan pada umur terbentuknya batubara mulai dari yang termuda dengan
kadar volatile yang tinggi, berumur menengah seperti bituminous hingga yang paling tua yaitu
anthracite dengan kadar volatile yang rendah. Kandungan volatile ini mempunyai pola
kecenderungan yang sama dengan kadar air. Dengan umur batubara yang lebih tua maka
kandungan airnya akan semakin sedikit dan unsur padatan lainnya semakin kompak. Namun
untuk kandungan ash (debu) dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa kadarnya bukan
merupakan fungsi dari umur batubara. Oleh sebab itu kandungan debu perlu diketahui melalui uji
laboratorium. Dari tabel 1 tersebut terlihat bahwa semakin tua umur batubara kadar elemen yang
berbentuk gas seperti hidrogen, nitrogen, dan oksigen mengecil dan sebaliknya kadar karbonnya
akan meningkat. Apabila dibandingkan dengan bahan bakar minyak dan gas, kadar hidrogen
pada batubara relativ lebih rendah (hanya berkisar antara 2 5% H), sehingga gas hasil
pembakarannya akan mengandung uap air yang lebih sedikit dan perbedaan antara gross dan net
heating value adalah kecil (berkisar antara 200 300 kkal/kg). Nilai kalor batubara sangat
tergantung pada kandungan air dan debu. Akan tetapi kadar volatile juga berpengaruh secara
kompleks pada nilai kalor ini. Karena rangkaian hidrokarbon pada batubara menghasilkan nilai
kalor yang lebih tinggi dibanding karbon bebas, maka pada umumnya untuk batubara dengan
umur menengah hingga tua kenaikan kadar volatile akan meningkatkan nilai kalornya. Namun
untuk lignite yang memiliki kadar gas tinggi, hal sebaliknya justru yang diperoleh karena
proporsi unsur nitrogen dan oksigen dalam volatile matter meningkat , dan seperti kita ketahui
bahwa kedua unsur ini tidak menghasilkan kalor pada proses pembakaran bahkan justru
menurunkan temperatur adiabatiknya.

Kadar belerang dalam batubara bervariasi tergantung pada asal tambang batubara tersebut.
Beberapa tempat mengandung kadar sulphur rendah, namun di lain tempat bisa tinggi.
Kandungan sulphur ini sangat berpengaruh pada operasi pembakaran di kiln, mengingat sifat-
sifatnya yang kurang menguntungkan antara lain dapat mempengaruhi fluiditas rawmix dan
lainnya. Oleh karena itu biasanya diinginkan batubara dengan kadar belerang yang rendah untuk
operasi kiln kita.
DAFTAR PUSTAKA

http://industrisemen-prosespembuatansemen.blogspot.co.id/2015/04/jenis-jenis-bahan-bakar-
yang-digunakan.html
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/82637/semen-gresik-dirikan-anak-usaha-pemasok-batu-
bara
http://mentjep.blogspot.co.id/2014/07/business-visit-pt-semen-gresik-tbk.html
http://www.surabayapagi.com/read/76958/2012/02/20/SMGR_Dirikan_Perusahaan_Batu_Bara.h
tml

Anda mungkin juga menyukai