Disusun oleh :
1.
2.
3.
Alvin Ramadhani
Herlisya Diana
Suri Andayana
Jurusan
Kelas/Kelompok
2 KI A/ 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Pengolahan Limbah Rumah
Sakit ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teknik
Pengolahan Limbah. Selain itu, makalah ini juga dapat menambah pengetahuan
mahasiswa atau pembaca mengenai teknik dan metode pengolahan limbah yang
berasal dari Rumah Sakit.
Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak.Olehnya
itu, penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah banyak membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna.Karenanya, saran dan kritik yang membangun selalu penyusun harapkan
demi perbaikan-perbaikan selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT
A. LATAR BELAKANG
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang kesejahteraan
masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat dalam mendukung
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu upaya
peningkatan kesehatan yang terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter
yang juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium,
farmasi, administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Selain membawa dampak positif bagi
masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga
memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak negatifnya dapat berupa
pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak
dikelola dengan baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan limbah rumah sakit.
2. Bagaimana pengaruh limbah rumah saki terhadap kesehatan dan lingkungant.
3. Bagaimana cara pengelolaan limbah rumah sakit.
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui pengertian dari limbah rumah sakit.
2. Mengetahui cara pananganan limbah rumah sakit.
3. Mengetahui sumber-sumber limbah rumah sakit
4. Mengetahui cara pengelolaan limbah rumah sakit
BAB II
PEMBAHASAN
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radioaktif.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
(perawatan intensif)
Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
3. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh,
biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan
terapi sitotoksik.
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat,
obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah
yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari
antara lain :
tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk
padat, cair atau gas. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai
karakteristik tertentu baik itu fisik , kimia dan biologi.
8. Limbah Plastik
Adalah bahan plastic yang dibuang oleh klinik, rumah sakit, dan sarana
pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang disposable yang terbuat dari plastic
dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan
sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini
bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng,
botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa
pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang
dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan
biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenisjenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti
halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang
tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti
BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan
lainlain.
B. PENGARUHNYA TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti:
Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi
dan rasa dari bahan kimia organik.
Kerusakan harta benda
Dapat diseb abkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang
berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar
rumah sakit.
Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam
nutrien tertentu dan fosfor.
Gangguan terhadap kesehatan manusia
Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa
kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian
kedokteran gigi.
Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan
sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.
1.
Limbah padat
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan
penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah medis dikategorikan
menjadi 5 golongan sebabagi berikut :
Golongan A :
Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah.
Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
Seluruh
jaringan
tubuh
manusia
(terinfeksi
maupun
tidak),
bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan swab dan dreesing.
Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.
Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam
golongan A.
Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan pemisahan
penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.
a.
Pemisahan
Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari
ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah medis yang
mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi
sampah. Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali
atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum
diangkut dan ditampung sementara di bak sampah klinis.
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai tiga
perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut
kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :
1) Sampah dari haemodialisis
Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan
autoclaving, tetapi kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga uap
panas bisa menembus secara efektif. (Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan
uap di bawah tekanan dengan tujuan sterilisasi terutama untuk limbah infeksius).
2) Limbah dari unit lain :
Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa
menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.
Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak limbah
medis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan dengan incinerator.
Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan incinerator.
Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan bagian sanitasi atau bagian
laboratorium.
Golongan B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.
Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana penuh
(atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya diikat dan
ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan dimasukkan
denganincinerator.
b.
Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan
kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau
pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut
hendaknya :
o Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
o Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan
dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah
ditentukan secara terpisah.
o Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes,
dan disediakan sarana pencuci.
Pengangkutan
Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahanbahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan
Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:
a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan,
karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya
dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih
mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup
sederhana yakni :
1)
Pump Swap (pompa air kotor).
2)
Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.
3)
Bak Klorinasi
4)
Control room (ruang kontrol)
5)
Inlet
6)
Incinerator antara 2 kolam stabilisasi
7)
Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.
1.
2.
3.
4.
Proses Insinerator :
Insinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relatif
singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu.
Pembakaran sampah ini digunakan dengan sistem pembakaran bertingkat (double
chamber), sehingga emisi yang melalui cerobong tidak berasap dan tidak berbau,
dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran tidak
memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
Cerobong Cyclon :
Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya
dilengkapi water spray berguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang bersama
gas buang, dengan cara gas buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua dimasukan
melalui sisi dinding atas sehingga terjadi aliran siklon di dalam cerobong,. Gas buang
yang berputar didalam cerobong siklon akan menghasilkan gaya sentripetal, sehingga
abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan terlempar kedinding
cerobong siklon. Dengan cara menyemburkan butiran air yang halus kedinding, maka
butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah bersama air yang disemburkan
dan ditampung dalam bak penampung. Bak penampung dapat dirancang tiga sekat,
dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan abu halus, pada bak selanjutnya
air abu akan disaring, dan air ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga, siap
untuk dipompakan ke cerobong siklon kembali.
Keuntungan
Kerugian
Solusi
Instalasi sangat kompak Memerlukan temperatur diperlukan tenaga
tinggi
800
1.1000C,
diperlukan
energi
awal yang ahli.
(minyak/ listrik)
Kesiapan
teknologi)
SDM
(alih
Perlu pemeliharaan
memerlukan lahan
rutin
luas,
3
monitoring dilakukan
monitoring oleh
Energi gas buang - Perlu pengangkutan sisa
dapat
dimanfaatkan pembakaran/abu kontinyu)
BPLHD
sebagai sumber panas
Residu abu dapat
dimanfaatkan sebagai
batako(nilai ekomonis)
Meminimalkan
pencemaran
udara,
tanah dan air
Parameter
POHCs
Polychlorinated biphenil (PCBs)
Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs)
Polychlorinated dibenzo-p-dioksin
Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam menjalankan incinerator
adalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai dengan baku mutu emisi untuk
incinerator.
Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator
No.
1
Parameter
Partikel
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
250
300
10
100
70
35
1
0,2
1
5
0,2
0,2
10%
Dalam penangan limbah medis ini rumah sakit dapat mengelolanya sendiri atau
dikelola oleh rumah sakit lain atau pengelola lain yang sudah memperoleh izin dari
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan karbon aktif.
Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak mampu lagi
menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini karbon aktif harus
diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara dicuci. Air yang
keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke sungai
(Harper, 1986).
Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH),
sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V),
jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan
oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida,
atrazine, TNT, dan sebagainya).Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh hidroksil
radikalakan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk kemudian
teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa organik asam
yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di
sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan karbon
dioksida dan air (Harper, 1986). Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi
senyawa organik juga dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis
mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan warna pada limbah cair.
Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri
patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit (Wilson, 1986).
Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zatzat yang akan diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan
karbon aktif ini sudah jenuh, proses penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif
harus diganti baru atau didaur ulang dengan cara dicuci (Wilson, 1986).
Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu
ultraviolet atau hidrogen peroksida.Dengan melakukan kombinasi ini akan didapatkan
dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan dalam proses
oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat menguraikan
senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus menghilangkannya
sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga mendekati 100%.
Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah sakittidak hanya dapat
mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan kembali air limbah yang
telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain efisiensi waktu juga cukup
ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi yang luas (Wilson, 1986).
Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak
positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak
negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa
pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakityang tidak baik akan
memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit darin pasien ke
pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan kepada
masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah sakit
flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah
dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen. Air
olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke
sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut
selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), cara ini dapat menurunkan
konsentrasi nutrient (nitrogen) yang ada dalam air limbah. Dengan proses ini air
limbah rumah sakit dengan konsentrasi BOD 250 -300 mg/lt dapat di turunkan kadar
BOD nya menjadi 20 -30 mg/lt. Skema proses pengolahan air limbah rumah sakit
dengan sistem aerasi kontak dapat dilihat pada gambar III.5. Surplus lumpur dari bak
pengendap awal maupun akhir ditampung ke dalam bak pengering lumpur, sedangkan
air resapannya ditampung kembali di bak penampung air limbah.
Gambar III.5 : Diagram proses pengolahan air limbah dengan proses aerasi kontak.
Keunggulan Proses Aerasi Kontak
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Limbah cair adalah cairan yang dianggap tidak lagi bermanfaat bagi pengguna
dan dibuang kembali ke lingkungan air.
Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut.
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan
dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :
- Gangguan kenyamanan dan estetika
- Kerusakan harta benda
- Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang
- Gangguan terhadap kesehatan manusia
- Gangguan genetik dan reproduksi
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,
konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui
proses fisika, kimia atau hayati. Salah satunya adalah proses Reduksi Limbah.
Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke
lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak
memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta
mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah.
Berikutnya, setelah tindakan preventif diatas, maka dilanjutkan dengan tahap
pengolahan limbah cair Rumah Sakit dengan menggunakan teknik ozonisasi.
Salah satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan
United States Environmental Protection Agency (U.S.EPA) tahun 1999.
Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry,
toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu
dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon
yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan
membunuh bakteri patogen pada limbah cair.
B. SARAN
1. Sebaiknya rumah sakit mengelola limbahnya terutama limbah cair dengan
benar. Karena pengelolaan yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai
macam kerugian.
2. Rumah sakit sebaiknya memiliki tempat pembuangan sendiri. Sehingga
tidak dibuang di sembarangan tempat yang dapat memberikan dampak
negatif pada lingkungan sekitar masyarakat.
3. Rumah sakit hendaknya memilih sistem pengelolaan limbah cair yang
baik dan sesuai dengan lingkungan agar tercipta keseimbangan antara
host, agent, dan lingkungan sekitar rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., 2008, Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depkes RI 2009 , Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. Jakarta
Kusminarno, K., 2004, Manajemen Limbah Rumah Sakit, Jakarta
Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008, Kajian Pengelolaan Limbah Padat Medis
Rumah Sakit, Jakarta
Notoadmodjo, S., 2007, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
Paramita, N., 2007, Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Soebroto, Jurnal Presipitasi Vol. 2 No.1 Maret 2007, Issn 1907-187x,
Semarang
Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
RI.http://www.depkes.go.id
Shofyan, M., 2010, Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Serta Lingkungan, UPI
Suripto, A., 2002, Pengelolaan Limbah Radioterapi Eksternal Rumah Sakit, Buletin
Alara, Volume 4 (Edisi Khusus), Serpong
Zaenab, 2009, Teknologi Pengolahan Limbah Medis Cair, Makassar