Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

Instruktur : Ir. Erlinawati, M.T.


Kelas : 2 EGA
Kelompok : 1 (satu)
Nama kelompok :

1. Aji Atbar Imam Pebri (062040412262)


2. Jeni Fortuna Ratu Suba (062040412267)
3. M. Aqil Al-farabby (062040412269)
4. Padila Apriliyani (062040412273)
5. Sherin Novia Dwi Parera (062040412279)

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ENERGI

TAHUN 2021
SAPONIFIKASI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu membuat sabun dengan mereaksikan antara minyak atau lemak
dengan NaOH

II. DASAR TEORI


Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis lemak/minyak dengan menggunakan
basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau
sabun. Untuk menghasilkan sabun yang keras digunakan NaOH, sedangkan untuk
menghasilkan sabun yang lunak atau sabun cair digunakan KOH. Perbedaan antara sabun
keras dan lunak jika dilihat dari kelarutannya dalam air yaitu sabun keras bersifat kurang larut
dalam air jika dibandingkan dengan sabun lunak. Reaksi penyabunan disebut juga reaksi
saponifikasi.

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal sabun sendiri tidak
pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa
alkali dan lemak/minyak.

Sabun memiliki sifat - sifat sebagai berikut :


1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suhu tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial
oleh air yang menyebabkan larutan sabun dalam air bersifat basa.
2. Jika larutan sabun dalam air diaduk makan akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan
terjadi pada air sadah. Sabun dapat menghasilkan buih setelah garam - garam Mg atau Ca
dalam air mengendap.
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam
natrium dari asam lemak), digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non
polar, karena sabun mempunyai gugus polar
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama
dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai
jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih
kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik
dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan
sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah
larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat
meyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat
digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut
dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari
ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tapi sabun tersebut lebih
umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.
Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk
mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung.
Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa).
Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun,
baik dari nilai guna maupun daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses
pembuatan sabun diantaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan
pewarna.
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pengendapan sabun dan pengambilan glisrein) sampai sabun menjadi produk
yang siap di pasarkan.

Bahan - bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan - bahan aditif.

1. NaCl

NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl
pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun
dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam
(brine) atau padatan (kristal). NaCl yang digunakan uuntuk memisahkan produk sabun dan
gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi,
sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar
diperoleh sabun yang berkualitas.

2. Bahan aditif

Bahan aditif merupakan bahan - bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang
bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan –
bahan aditif tersebut antara lain Builders, Fillers, Inert, Anti Oksidan, Pewarna, dan Parfum.
III. ALAT DAN BAHAN

1. Alat – alat yang digunakan :


- Neraca analitik/timbangan
- Gelas kimia 250 ml
- Penangas air
- Gelas ukur 10 ml
- Gelas ukur 50 ml
- Penjepit tabung
- Spatula
- Pengaduk
- Hotplate
- Corong

2. Bahan kimia yang digunakan :


- Sampel minyak (minyak curah/minyak kemasan)
- Etanol 95%
- NaOH 25%
- NaCl (jenuh/pekat)
- Kertas Saring 2 buah

IV. LANGKAH KERJA

1. Memasukkan 5 gram sampel minyak ke dalam beker gelas 250 ml


2. Menambahkan 5 ml etanol 95% dan dalam 5 ml larutan NaOH 25%
3. Memanaskan campuran tersebut sampai terjadi perubahan (menggumpal) dan
penangas air yang telah mendidih (sambil mengaduk - aduk menggunakan batang
pengaduk) dan mengusahakan tinggi air jangan melebihi beker gelas. Mengamati hasil
yang terjadi
4. Mengangkat gelas kimia dari penangas air
5. Menambahkan 40 ml larutan NaCl jenuh ke dalam larutan tersebut
6. Mendinginkan dan menyaring dengan kertas saring (dirangkap)
7. Mengamati hasil yang terbentuk
8. Membandingkan hasilnya antara minyak pasaran dengan minyak kemasan
BLOK DIAGRAM SKALA LABORATORIUM PROSES SAPONIFIKASI

BEKER GELAS Etanol 95% + 5 ml + NaOH 25% + 5 ml

MINYAK= 5 gr

MIXER

PENANGAS AIR
(WATERBATH)

NaCl = 40 ml

KERTAS
SARING

REAKTOR :TRIGLISERIDA

STORANGE GLISEROL + SABUN


Flowsheet Skala Industri Kimia Proses Saponifikasi
V. DATA PENGAMATAN

Minyak pasaran atau minyak curah

No Perlakuan Pengamatan
1. 5 ml NaOH 25% + 5 gr minyak Warna : kuning (seperti kuning telur)
curah + 5 ml etanol 95% Tekstur : berbuih/berbusa
Suhu : normal (tidak panas)
Campuran ketiganya saat di kocok menjadi
berbuih dengan warna kuning telur.
Bau : minyak
2. Campuran ketiganya dipanaskan Warna : tetap kunig seperti telur
hingga menggumpal dan mendidih Tekstur : menjadi lebih kental
Saat dipanaskan suhunya 50⁰ C dengan
kecepatan 300 rpm. Pada menit ke-12
menjadi menggumpal. Suhu akhirnya 65⁰ C.
3. Angkat gelas beker dari penangas Saat dicampur NaCl terbentuk 2 lapisan.
air, dan ditambah/dicampur 40 ml Lapisan atas : putih, berbuih/berbusa
NaCl lalu didinginkan. Setelah itu Lapisan bawah : kuning jernih
disaring
Saat disaring buih - buih putih terpisah
dengan lapisan bawah cairan kuning jernih
dan menjadi gumpalan putih. Sedangkan
hasil penyaringan tetap kuning jernih.

VI. PERHITUNGAN

1. Secara Teoritis
V minyak = 5 𝑔𝑟
0,887 𝑔𝑟/𝑚l

= 5,64 ml
Mol minyak = 5 𝑔𝑟
256,42 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

= 0,01949 mol

Mr NaOH = Ar Na + Ar O + Ar H

= 23 + 16 +1

= 40 gr/mol

Massa NaOH = 25 𝑔𝑟 x 5 ml = 1,25 gr


100

Mol NaOH = 1,25 𝑔𝑟 = 0,03125 mol


40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
Reaksi

m : 0,01949 0,03125 - -
b : 0,01041 0,03125 0,01041 0,01041
s : 0,00908 - 0,01041 0,01041

In Out
Komponen
mol gram mol gram

Minyak 0,01949 5 0,00908 2,3282

NaOH 0,03125 1,25 - -

Gliserol - - 0,01041 0,95772

Sabun - - 0,01041 3,16464

Total 6,25 6,25

2. Secara praktikum

Gram sabun praktek = 2,98 gram

Gram sabun teori = 3,16 gram

% kesalahan = praktek – teori x 100 %

teori

= 2,98 – 3,16 x 100 %

3,16

= 5,69 %
VII. ANALISA DATA
Pada percobaan yang telah kami lakukan yaitu reaksi penyabunan yang bertujuan
untuk mengetahui reaksi saponifikasi pada senyawa ester. Bahan terpenting pada percobaan
ini yaitu minyak jelantah dengan 3 buah pereaksi yaitu etanol 95 %, NaOH 25 % dan larutan
NaCl jenuh 40 ml. Campuran minyak jelantah, 5 ml etanol, dan NaOH 1,25 gr dipanaskan
dalam penangas air hingga mendidih dan menggumpal dengan suhu 50⁰ C, 300 rpm dalam 12
menit, suhu akhirnya 65⁰ C. Setelah itu diangkat, lalu ditambahkan 40 ml NaCl pekat dan
didinginkan, lalu disaring menggunakan kertas saring.

Prinsip dalam proses saponifikasi, yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan alkali
kemudian akan membentuk cairan yang mengental, yang disebut trace. Pada campuran
tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl. Garam NaCl ditambahkan untuk memisahkan
antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat
yang memisah dari gliserol.

Perbedaan wujud sabun disebabkan oleh jenis alkali yang digunakan. Untuk
menghasilkan sabun padat maka alkali yang digunakan adalah NaOH. Lalu etanol yang
digunakan bertujuan sebagai pelarut bagi minyak yang digunakan. Sabun yang berbahan
dasar minyak bekas/minyak curah akan lebih berwarna kuning dibanding minyak kemasan.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

• Dalam reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu eter dengan alkali
(NaOH/KOH)

• Sabun dari minyak bekas/minyak jelantah akan menghasilkan sabun berwarna putih
kekuningan

• NaOH merupakan komponen penting dalam pembuatan sabun padat. Sedangkan


alkali pada sabun cair adalah KOH

• Sabun yang di dapat sebanyak 4,7 gram

• Sabun yang masih mengandung gliserol akan menghambat terbentuknya buih atau
busa
IX. DAFTAR PUSTAKA

- Jobsheet Penuntun Praktikum kimia organik Politeknik Negeri Sriwijaya,


Palembang, 2021.
X. LAMPIRAN

Hot Plate Spatula

Erlenmeyer Kaca Arloji

Batang Pengaduk Gelas Kimia

Corong Pipet Tetes

Anda mungkin juga menyukai