Anda di halaman 1dari 20

KEGIATAN BELAJAR XII Jurusan

Teknik Kimia

Lembar Informasi XII : Gas-Gas Kilang

12.1 Pendahuluan
Metoda pemisahan ataupun pemekatan gas dari produk-produk kilang
yang umum dilakukan adalah : 1) absorpsi gas menjadi cairan bertekanan
rendah, 2) adsorpsi dalam lempung atau karbon aktif, dan 3) fraksionasi
tekanan tinggi suhu rendah.
Dalam prakteknya, gabungan beberapa operasi tersebut dilakukan untuk efisiensi
dan pertimbangan ekonomi seperti absorpsi dan fraksionasi.
Gas-gas yang dihasilkan dari proses pengilangan terdiri dari :
1. Gas ringan yang mengandung C1 dan C2 yang dikelompokkan menjadi gas
bakar kilang (refinery fuel gas),
2. Propan dan butan yang dapat dicairkan menjadi elpiji (LPG),
3. Gas-gas non-hidrokarbon seperti H2S, CO2, H2, SO2, S2 dan sedikit C1/C2 yang
dikelompokkan menjadi gas-gas buang (off-gas atau tail-gas).
Unit-unit penghasil gas di dalam kilang adalah :
1. Gas Bertekanan Rendah yang berasal dari :
a. Unit-Unit Distilasi, baik distilasi atmosfir maupun
distilasi hampa.
b. Unit-Unit Perengkahan Katalis
2. Gas Bertekanan Tinggi berasal dari :
a. Unit-Unit Perengkahan Termis
b. Polimerisasi
Gas-gas yang bertekanan rendah dimasukkan ke dalam kompresor
sehingga tekanannya menjadi tinggi dan selanjutnya diolah dalam unit stabilizer
dan absorber. Proses-proses tersebut dimaksudkan untuk memisahkan gas
ringan C1 – C2 sebagai bahan bakar gas kilang ( refinery fuel gas), dan
komponen-komponen propan dan butan sebagai bahan pembuatan gas cair elpiji
(LPG).

12.2 Gas Bakar Kilang


Bahan bakar gas yang biasa disebut dalam kilang sebagai refinery fuel
gas adalah gas ringan yang terdiri dari C1 – C2 merupakan produk atas yang tidak
terkondensasi dari unit-unit distilasi dan perengkahan.
Sumber-sumber gas kilang (refinery fuel gas) yang tidak terkondensasi
berasal dari unit-unit 1) Distilasi atmosfir dan distilasi hampa, 2) Perengkahan
Termis, 3) Perengkahan Katalis, 4) Polimerisasi, dan 5) Berasal dari puncak
menara absorber berupa gas-gas yang tidak terserap.
Umumnya gas-gas tersebut bertekanan rendah sekitar 1 - 5 psig.
Gas-gas yang bertekanan sedang selain untuk refinery fuel gas,
dikumpulkan dan dikirim ke unit kompresi gas untuk menaikkan tekanannya
menjadi 85 - 90 psig. Gas yang bertekanan tinggi lalu dikirim ke unit-unit
stabilizer dan absorber untuk menyerap komponen propan dan butan sebagai
bahan baku untuk elpiji.

12.3 Gas Elpiji


Gas elpiji (LPG = Liquified Petroleum Gas) adalah gas kilang yang
dicairkan, mempunyai komposisi C 3 dan C4 baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama. Jadi elpiji adalah campuran propan dan butan yang
berupa gas pada tekanan atmosfir, tetapi menjadi cair pada tekanan tinggi dan
diatur tetap berupa cair pada waktu pengangkutan, pemasaran, dan
penggunaannya pada tekanan sedang.
Penggunaan yang utama elpiji adalah untuk pemanasan baik di rumah tangga
maupun di industri dan pertanian, untuk pembuatan zat-zat kimia dan bahan
baku petrokimia, dan untuk bahan bakar kendaraan bermotor.
Secara terperinci keperluan elpiji untuk masing-masing kelompok adalah
sebagai berikut :
1. Untuk keperluan domestik dan pertanian, yaitu untuk :
a. Pemanasan / pendiangan rumah h. Sterilisasi
b. Memasak i. Pasteurisasi
c. Pemanasan j. Penyejuk hawa (AC)
d. Refrigerasi k. Pemanasan kolam renang
e. Insinerator l. Pengeringan hasil panen
f. Pengeringan pakaian m. Pengawetan tembakau
g. Pembakaran rumput liar n. Bahan bakar truk/traktor
2. Untuk keperluan komersil, yaitu untuk :
a. Pemanggang roti e. Belanga timbal
b. Tungku meja (Hot plate) f. Pemanas kertas dinding
c. Ketel uap g. Pemanas ruangan
d. Penggorengan lemak-lemak gemuk.
3. Untuk keperluan industri, yaitu untuk :
a. Tungku batubara d. Pembangkit steam
b. Tungku porselen/keramik e. Pengecoran logam
c. Memproses tekstil f. Pabrik gelas
4. Untuk keperluan bahan baku Petrokimia, yaitu untuk pembuatan :
a. Alkohol g. Komponen karet tiruan
b. Aldehida h. Asetat
c. Etilen dan etilen oksida i. Nitroparafin
d. Asam-asam organik j. Plastik
e. Deterjen k. Keton
f. Etilen glikol
5. Untuk pemakaian langsung sebagai zat kimia, yaitu :
a. Penarikan aspal dan lilin dalam industri minyak bumi
b. Menghilangkan lemak/gemuk dari produk makanan
c. Ekstraksi pelarut pada minyak tumbuh-tumbuhan
d. Pengontrol warna sabun
6. Untuk keperluan transportasi sebagai bahan bakar gas, untuk mobil sedan,
bus, truk, traktor, mobil boks.
7. Untuk keperluan utilitas, yaitu :
a. Pengkayaan kandungan panas (menaikkan Btu)
b. Standby gas
c. Distributor gas

12.3.1 Spesifikasi
Kebanyakan elpiji dipasarkan di bawah definisi dan spesifikasi dari NGPA
(Natural Gas Processors Association).
Menurut NGPA elpiji dipasarkan dalam 4 macam LPG komersil, yaitu : 1) Propan
Komersil, 2) Butan Komersil, 3) Campuran Propan-Butan, 4) Propan HD-5.
Spesifikasi dan persyaratan elpiji tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.1,
sedangkan menurut NGAA (Natural Gas Association of America) persyaratan
yang diperlukan/ spesifikasi untuk propan komersil (elpiji C3) dan butan komersil
(elpiji C4) adalah :
1. Mengandung propan/propilen atau butan/butilen minimum 95 %.
2. Tidak mengandung H2S,
3. Mempunyai hasil test negatif terhadap korosi ( copper strip)
selama 3 jam pada suhu 122 oF,
4. Tidak mengandung air, dan
5. Diperkenankan mengandung total sulfur maksimum 15
grain/100 cuft.

12.3.2 Propan Komersil


Propan ini merupakan produk hidrokarbon yang dominan dengan propan
dan / atau propilen dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Tekanan uap tidak melebihi 210 psig pada 100 oF.
2. Titik didih 95 % tidak melebihi –37 oF pada tekanan 760 mmHg.
3. Residu harus melewati test terhadap bahan yang tidak mudah menguap.
4. Kandungan sulfur mudah meguap tidak melebihi 15 grain/100 ft3 gas.
5. Senyawa korosif, tidak menimbulkan warna yang terpoles pada test copper
strip.

Tabel 12.1 Persyaratan Spesifikasi untuk LPG


Karakteristik Propan Butan Campuran Propan
Komersil Komersil C3/C4 HD-5
Tekanan Uap, 210 70 200 200
pada 100 oF, psig
Suhu Penguapan -37 +36 +36 -37
95 %, 1 atm, oF
Total sulfur mudah 0,02 0,02 0,02 0,015
menguap, % berat
Korosi, Cu strip <1 <1 <1 <1
Kekeringan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
air air air air
Bau Level 2 Level 2 Level 2 Level 2
Komposisi, % vol C3 / C3= C4 / C4= C3 / C3= & 90 % C3
C4 / C4= 5 % C 3=

Dalam rangka membedakan bau gas elpiji dengan gas-gas lain dan udara
untuk keperluan pengangkutan maka gas elpiji diberi bau dengan salah satu
senyawa berikut : 1) etil merkaptan 1 lb/10000 gal gas; 2) tiofena 1 lb/10000 gal
gas : atau 3) amil merkaptan 1,4 lb/10000 gal gas elpiji.

12.3.3 Penanganan Gas Elpiji


Gas elpiji disimpan dan dikirim pada tekanan sedang sebagai cairan,
yang digunakan pada suhu dan tekanan kamar sebagai gas. Untuk maksud
tersebut diperlukan tempat penyimpanan khusus dan peralatan pengiriman
(handling) dari tempat pembuatan sampai ke konsumen. Meskipun demikian
butan dengan tekanan uapnya yang rendah ditangani secara tersendiri
(eksklusif) memerlukan tanki dengan tekanan design 250 psig. Tanki-tanki yang
demikian sangat cocok untuk propan komersil ataupun butan komersil dan juga
semua campuran propan-butan. Tempat penyimpanan untuk skala besar bagi
gas elpiji adalah di bawah tanah di dalam rongga-rongga garam terlarut atau
gua-gua tambang, ataupun di atas permukaan tanah dalam tanki-tanki bulat,
atau horizontal, ataupun vertikal. Sistem pemipaan pada pabrik besar dirancang
untuk dapat menahan tekanan maksimum yang menyertai gas elpiji.
Beberapa gas elpiji diangkut dalam pipa dari tempat pembuatannya
sebagai produk akhir, atau sebagai bahan baku, atau sebagai campuran dengan
minyak mentah atau gas alam. Gas elpiji juga ditransportasikan dengan kapal
tanker, kapal tongkang, mobil tanki, tanki kontainer portabel, dalam silinder kecil
dengan berat 20 lb yang disebut kontainer swalayan.
12.3.4 Proses Pembuatan Elpiji
Proses pembuatan elpiji dengan menggunakan bahan baku gas-gas
kilang atau gas alam yang berasal dari minyak bumi ( petroleum) secara komersil
ada tiga macam, yaitu 1) Proses Kompresi, 2) Proses Adsorpsi, dan 3) Proses
Absorpsi.

1. Proses Kompresi
Proses kompresi jarang digunakan karena kurang efektif dan merupakan
proses tersederhana dibanding dengan proses-proses lainnya. Proses ini
dipergunakan untuk me-recovery senyawa hidrokarbon cair dari gasnya. Pada
proses ini gas dari sumbernya didinginkan melalui cooler dan HE sehingga
terbentuk cairan.
Kondensat yang terbentuk dipisahkan dari gas yang tak terkondensasi,
lalu dikirim ke tank flash, sedangkan gasnya diekspansi untuk digunakan sebagai
pendingin pada HE. Kondensat dari tanki flash dialirkan ke depropanizer dan
debutanizer untuk memisahkan C3 dan C4 dengan cara distilasi. Dari puncak
depropanizer keluar LPG-propan dan dari puncak debutanizer keluar LPG-butan,
sedangkan gasolin sebagai hasil samping dikeluarkan dari bawah menara.

2. Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi dipakai untuk me- recovery senyawa hidrokarbon yang
lebih berat dari etan dari gas-gas kilang atau gas alam. Proses terdiri dari tiga
step yaitu regenerasi, pendinginan, dan adsorpsi. Pada proses ini, gas dari
sumbernya dibagi menjadi dua aliran, sebagian dialirkan ke adsorpsion cycle
dimana gas diadsorpsi dengan karbon aktif (dapat juga dipakai silika gel, atau
alumina gel) dan gas yang tidak terserap digunakan sebagai media pendingin
HE. Sebagian lagi gas dari sumbernya dialirkan ke dalam cooling cycle untuk
seterusnya masuk ke dapur regenerasi dan ke tangki siklus regenerasi. Kemudian
gas didinginkan kembali dalam cooler dan HE. Kondensat yang terbentuk
dipisahkan dari gasnya di separator bertekanan tinggi dan rendah. Gas yang
berat dari etana di-recovery dan bergabung dengan umpan segar gas.
Kondensat yang terdiri dari hidrokarbon cair, LPG gas, gasolin didistilasi di
deproponizer dan debutanizer sehingga didapatkan LPG propan dan LPG butan.

3. Proses Absorpsi
Proses ini adalah proses penyerapan hidrokarbon yang lebih berat dari
etan dengan penyerap minyak. Gas yang terserap dipisahkan dari minyak di
menara stripper untuk selanjutnya didistilasi di menara depropanizer dengan
produk atas LPG propan dan di debutanizer dengan produk atas LPG butan.
Sebagai hasil samping proses ini adalah gasolin. Diagram alir proses ini dapat
dilihat pada Gambar 12.1.

Stripper Depropanizer Debutanizer

Lean Oil

LPG C3 LPGC4

Gambar 12.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Gas Elpiji

12.4 Gas Hidrogen


Keuntungan dalam pemurnian fraksi-fraksi minyak bumi melalui proses
pengolahan hidrogen telah dikenal semenjak tahun 1930-an. Disebabkan karena
kekurangan-kekurangan seperti harga yang murah dan membutuhkan tekanan
operasi yang tinggi maka proses secara komersil tidak berkembang sampai
dengan pertengahan tahun 1950. Pada akhir-akhir ini kecenderungan
pengolahan ataupun pembuatan hidrogen dari hasil-hasil kilang telah mengalami
kenaikan, tidak hanya untuk meningkatkan kualitasnya sebagai gas H 2 tetapi juga
untuk feedstock (bahan baku) proses-proses perengkahan, reforming dan
isomerisasi.

12.4.1 Proses Pemurnian Hidrogen


Proses pemurnian hidrogen dipakai secara luas untuk menyiapkan
umpan reformer dan juga pada pengolahan pendahuluan umpan perengkahan
katalis. Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 12.2.
Pemurnian hidrogen sering dibenarkan untuk alasan-alasan selain dari
pembuatan bahan bakar yang unggul. Pada pengolahan ini yield diperbaiki ;
masalah limbah yang disebabkan oleh merkaptan, fenol, dan tiofen hampir
semuanya dihilangkan ; masalah korosi oleh sulfur, sianida dan asam-asam
organik dapat dikurangi. Katalis yang umum dipakai ialah kobal molibdat dalam
carrier alumina. Regenerasi katalis dilakukan pada suhu 700 – 1200 o
F
menggunakan udara dengan steam atau flue-gas. Umur katalis sekitar 2 - 5
tahun. Suhu masuk reaktor 400 - 850 oF pada tekanan 50 – 1500 psig. Space
velocity 0,5 – 20 v/hr/v. Konsumsi hidrogen untuk pengolahan ini biasanya di
bawah 200 scf per barel umpan.
Unit pemurnian hidrogen komersil pada awalnya diinstalasi oleh Esso
Standard Oil Co pada tahun 1930-an. Pada perang dunia kedua pembangunan
unit ini disponsori oleh Humble Oil & Refining Co, dan Shell Development Co.
Pertumbuhan yang pesat pemurnian hidrogen ini dimulai pada pertengahan
tahun 1950-an dan telah menyebar ke seluruh industri pengilangan minyak bumi.

Recycle Gas Vent-Gas


Off-Gas
dari Reformer
(50 - 90 % H2)

Reaktor
Umpan Stripper
Minyak
Heater Steam

Separator Treated Product

Gambar 12.2 Diagram Alir Proses Pemurnian Hidrogen

Macam-macam proses pemurnian hidrogen :


1. Proses Unifining 11. Proses Hidrogen-Diolefin
2. Proses Hydrofining 12. Proses Persiapan Umpan Phillips
3. Proses Ultrafining 13. Proses Platreating
4. Proses Hirodesulfurisasi Fasa Uap 14. Proses Hydrodesulfurisasi Kellogg
5. Proses Hidrodesulfurisasi Trickle 15. Proses Hydrobon
6. Proses Hidrodesulfurisasi Sinclair 16. Proses Desulfurisasi Kobal-Molibdat
7. Proses Diesulforming 17. Proses CHD
8. Proses Hydropretreating Houdry 18. Proses Hydrotreating Texaco
9. Proses Autofining 19. Proses Gulfining
10. Proses Hydrofingin BP 20. Proses Ferrofining

12.4.2 Proses Pembuatan Hidrogen


Pada tahun-tahun terakhir ini terdapat kecenderungan untuk
meningkatkan proses hydrotreating terhadap produk kilang tidak hanya untuk
meningkatkan kualitas produk tersebut tetapi juga untuk pemurnian umpan
suatu proses. Kebanyakan hidrogen untuk proses-proses tersebut di-recovery
dari gas buang reforming katalis yang merupakan sumber utamanya dalam
kilang minyak bumi. Apabila hidrogen dari reforming nafta tidak mencukupi,
maka proses pembuatan hidrogen yang tidak tergantung pada kilang minyak
harus digunakan. Banyak hidrogen dari luar kilang dibuat baik dengan proses
reforming metan ataupun dengan proses oksidasi parsial.
Perkembangan yang terahir juga memungkinkan orang-orang kilang
mengolah gas-gas buang (vent-gas dan off-gas) dan gas-gas recycle untuk
mengambil hidrogen yang selama ini dibuang atau dibakar pada furnace dan
flare. Metoda purifikasi hidrogen dirancang untuk membersihkan hidrogen
dengan kemurnian 95 %. Cara ini dapat dilakukan dengan proses gas sintesis
melalui shift converter dan penyerapan CO2. Proses purifikasi yang mutakhir
meliputi penyerapan (scrubbling) dengan larutan amin, amoniak cair, atau
larutan kaustik. Demikian juga purifikasi dan absorpsi fraksi-fraksi minyak pada
suhu rendah dan dipelajari secara intensif untuk dipakai pada pembersihan gas
hidrogen.
Macam-macam proses pembuatan hidrogen :
1. Proses Reforming Steam-Metan.
2. Proses Reforming Steam-Nafta.
3. Proses Gas Sintesa Texaco.
4. Proses Gasifikasi Shell.
5. Proses Hypro.

1. Proses Reforming Steam-Metan


Proses ini merupakan proses katalis kontinyu yang telah digunakan
selama beberapa dekade untuk membuat hidrogen. Pada awalnya paten proses
ini diberikan kepada Mittasch and Schneider pada tahun 1915 dan kemudian
diberikan kepada BASF (Badische Anilin & Soda Fabrik). Proses kontinyu secara
komersil yang pertama diinstalasi pada tahun 1930-1931 pada kilang Standard
Oil Co di Bayway-New Jersey. Umpan yang dipakai adalah gas alam, gas kilang,
dan hidrokarbon cair dengan reaksi sebagai berikut :
CH4 + H2O  CO + 3 H2
Gas hidrokarbon berat bereaksi sebagai berikut :
CnHm + n H2O  n CO + (0,5 m + n) H2
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 12.3. Kondisi operasi pada suhu
tinggi 1350 - 1550 oF, tekanan keluar umumnya lebih dari 400 psig.
Gambar 12.3. Diagram Alir Proses Pembuatan H2 Proses Steam-Metan

2. Proses Reforming Steam-Nafta


Proses ini adalah proses katalis kontiyu untuk membuat hidrogen sama
dengan proses reforming steam-metan yang menggunakan hidrokarbon cair
sebagai umpan. Berbagai macam nafta dalam gasolin berjarak didih lebar telah
berhasil digunakan, termasuk umpan yang mengandung aromatik 35 %.
Diagram alir sederhana dapat dilihat pada Gambar 12.4.

Dapur
Desulfurisasi H2 Reforming
Fasa Cair

ke Unit
Converter dan
Vaporizer Steam Absorber

Umpan Desulfurisasi
Nafta Fasa Uap

Gambar 12.4 Diagram Alir Reforming Steam-Nafta

3. Proses Gas Sintesis Texaco


Proses ini merupakan proses kontinyu tanpa katalis untuk membuat
hidrogen melalui oksidasi parsial hidrokarbon gas atau cair (fuel-oil, gas alam).
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 12.5. Suhu reaktor berkisar
antara 2000 - 2700 oF, tekanan dari 1 atm sampai lebih dari 1500 psig. Suhu
preheater sekitar 1200 oF tergantung pada komposisi umpan. Kebutuhan oksigen
adalah 250 - 270 cuft per mcf gas sintesis. Yield hidrogen di dalam crude-gas
dari reaktor dengan umpan gas alam adalah sekitar 60 %, sedangkan dari
umpan fuel-oil berat sekitar 45 %. Kandungan hidrogen didalam gas sintesa
dinaikkan menjadi 92 – 98 % dengan shift converter.

4. Proses Gasifikasi Shell


Proses ini merupakan proses kontinyu non-katalis untuk merubah umpan
hidrokarbon menjadi suatu campuran gas yang kaya hidrogen dengan oksidasi
parsial dalam suatu reaktor yang dirancang khusus. Umpan hidrokarbon dan
oksidan dipanaskan secara terpisah dan dicampur dalam ruang pembakaran
dimana sebagian umpan terbakar dan sisanya direngkah secara termis oleh
panas pembakaran. Produk rengkahan kemudian bergabung dengan produk
pembakaran membentuk campuran gas akhir. Suhu reaktor berkisar 2000 – 2700
o
F tergantung pada oksidan yang dipakai (udara atau oksigen) dan produk gas
yang diingini. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 12.6.

Saturator/
Preheater Air Scrubber

Gas Alam/
Fuel-Oil

Shift
Converter
Oksigen
Ke Unit
Pemurnian

Steam Steam
Generator

Ke Sistem Quench Water


Pemisah Karbon
Gambar 12.5. Diagram Alir Proses Gas Sintesis Texaco
Steam
Penangkap
Steam Karbon Gas Sintesis

Umpan
WHB
Gas Cooler
Scrubber

Udara
atau O2 Reaktor Karbon
Air Slurry
Air
Separator Karbon

Gambar 12.6. Diagram Alir Proses Gasifikasi Shell.

5. Proses Hypro
Proses ini merupakan proses kontinyu menggunakan katalis untuk
memproduksi hidrogen dari gas buang kilang atau gas alam. Proses ini dilisensi
oleh UOP Co. Proses ini dirancang baik untuk me-recovery hidrogen dalam gas
buang kilang maupun untuk meng-konversi gas alam menjadi hidrogen
mengikuti reaksi dekomposisi sebagai berikut :
CH4  C + 2H2
Hidrogen dilepaskan dari karbon padat dengan pemisahan fasa pada kemurnian
sekitar 93 % vol atau lebih. Diagram alir proses ini secara sederhana dapat
dilihat pada Gambar 12.7. Kebutuhan panas pada proses ini sangat rendah
hanya untuk konversi, karena karbon yang terbakar hasil dari reaksi akan
memasok energi masuk yang diperlukan, sehingga steam tidak diperlukan untuk
mengontrol reaksi.

Hidrogen

Gas Alam atau Reaktor


Gas Kilang CO & CO2

Udara

Katalis Regenerator

Gambar 12.7. Diagram Alir Proses Hypro

12.4.3 Proses Dehidrogenasi


Proses dehidrogenasi merupakan suatu proses untuk membagi hidrogen
dari suatu hidrokarbon atau campuran hidrokarbon, baik dengan cara termis
maupun dengan katalis. Dehidrogenasi termis telah digunakan secara luas
dengan umpan gas-gas etan, isobutan, dan sebaganya untuk situasi kilang yang
khusus. Proses ini kurang selektif dibandingkan dengan dehidrogenasi katalis dan
cenderung membentuk molekul-molekul ringan yang lebih disukai dalam bentuk
olefin. Kondisi operasi berjarak dari 1400 - 2200 o
F dan 5 - 50 psig.
Dehidrogenasi katalis telah berkembang pada akhir-akhir ini dalam memproduksi
bahan dasar (dalam hal ini butadien) untuk karet sintetis, resin, dan produk
petrokimia lainnya. Proses ini adalah selektif dengan katalis yang terdiri dari
oksida logam dengan support keramik atau basis alumina. Suhu operasi berjarak
antara 932 – 1380 oF dengan tekanan sekitar 1 atm. Siklus operasinya singkat
dan katalis harus seringkali diregenerasi dengan udara pada suhu 1100 – 1400
o
F.
Aplikasi utama proses ini selama perang dunia kedua adalah untuk
memproduksi tambahan umpan olefin bagi proses alkilasi. Disebabkan karena
pembaharuan interes terhadap alkilasi bensin motor maka perhatian ditujukan
kembali kepada proses dehidrogenasi untuk menyiapkan umpan olefin dari gas-
gas jenuh. Kenyataan lain yang penting adalah hidrogen dapat diperoleh sebagai
produk samping pada kemurnian sekitar 80 %.
Macam-macam proses dehidrogenasi yang penting adalah :
1. Proses Catadiene.
2. Proses Dehidrogenasi UOP.

1. Proses Catadiene
Proses ini dilisensi oleh Houdry Process Corp, merupakan suatu proses
katalis yang kontinyu untuk dehidrogenasi hidrokarbon ringan menjadi mono
olefin atau di-olefin. Untuk memproduksi mono-olefin digunakan suhu operasi
sekitar 1050 – 1100 oF pada tekanan 1 atm, sedangkan untuk membuat di-olefin
digunakan suhu yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih rendah dari atmosfir.
Katalis yang digunakan tipe khrom oksida–alumina (Cr 2O3 - Al2O3). Proses bersifat
endotermis dan perpindahan panas dihapuskan dalam reaktor. Kapasitas panas
pada unggun katalis dikontrol dengan menggunakan material inert berbentuk
granular yang menyertai katalis aktif. Apabila proses beroperasi untuk
memproduksi butadien maka butadien diekstrak dari efluen reaktor, sedangkan
yang tinggal dalam potongan butan-butadien di-recycle. Diagram alir proses
dapat dilihat pada Gambar 12.8. Pabrik komersil pertama dioperasikan selama
perang dunia kedua oleh Sun Oil Co pada kilang Toledo & Standard Oil Co of
California di El Segundo.

2. Proses Dehidrogenasi UOP


Proses ini merupakan proses katalis yang kontinyu untuk mengubah C 2 -
C5 menjadi olefin. Katalisnya adalah khrom oksida dalam alumina. Umpan berupa
butan dipanaskan dari 930 – 1380 oF lalu dilewatkan ke dalam catalyst chamber
pada tekanan 10 - 50 psi dengan recycle dan kondisi optimum maka olefin
diperoleh pada konversi 90 – 95 %, karena reaksi eksotermis maka suhu katalis
harus dikontrol secara hati-hati. Dua buah atau lebih rekator dipakai untuk siklus
reaksi dan regenerasi. Efluen dari reaktor didinginkan dan dikompresi sebelum
gas-gas ringan (C1 - C3 & H2) dipisahkan dari butan-butadien. Fraksionasi
digunakan untuk memisahkan recycle butan. Diagram alir proses ini dapat dilihat
pada Gambar 12.9.
Siklus operasi proses ini singkat sekitar 1 jam. Kontaminan katalis utamanya
adalah kokas (coke). Senyawa-senyawa sulfur dan CO secara material tidak
mempengaruhi katalis. Katalis dapat diregenerasi sebanyak 2000 kali.

Gambar 12.8 Diagram Alir Proses Catadiene

Gas Regenerator

C1-C3
& H2
Reaktor &
Regenerator
Umpan Separator

Cooler Produk
Gas Regenerator
Kompresor

Recycle Butan dari Fraksionator

Gambar 12.9 Diagram Alir Proses Dehidrogenasi UOP

LEMBAR EVALUASI Jurusan


PRE-TEST Teknik Kimia
Selesaikan soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Jelaskan dan uraikan cara-cara pengambilan gas kilang yang dihasilkan dari
puncak suatu unit pengolah minyak sehingga dapat dimanfaatkan untuk
keperluan kilang !
2. Jelaskan dan uraikan unit pembuat elpiji yang ada pada salah satu kilang
Pertamina. Lengkapi jawaban saudara dengan diagram alir sederhana proses
tersebut !
3. Uraikan perbedaan prinsip elpiji di Indonesia dengan elpiji yang ada di pasar
Internasional !
4. Jelaskan dan uraikan persyaratan yang diperlukan dalam penanganan
(handling) gas elpiji !

LEMBAR EVALUASI Jurusan


POST-TEST Teknik Kimia
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Jelaskan dan uraikan perbedaan ketiga proses pembuatan elpiji. Lengkapi
jawaban saudara dengan keuntungan dan kerugian masing-masing proses
beserta alasan-alasannya !
2. Jelaskan dan uraikan tujuan mengapa dilakukan proses hydrotreating untuk
umpan reforming !
3. Identifikasi perbedaan antara proses unifining dan proses ultrafining
berdasarkan tabel berikut ini atau tabel yang anda buat sendiri !
Unifining Ultrafining
Kondisi Operasi : T & P
Tipe Katalis
Umur Katalis
Regenerasi Katalis

4. Jelaskan peranan gas hidrogen bagi suatu kilang minyak bumi !


5. Jelaskan perbedaan antara proses reforming steam–metan dengan proses
reforming steam-nafta pada pembuatan gas hidrogen !
Reforming Steam-Metan Reforming Steam-Nafta
Kondisi Operasi (p,T)
Tipe Katalis
Fasa Raksi
???
???

6.a. Jelaskan maksud dan tujuan proses dehidrogenasi !


b. Uraikan perbedaan antara proses dehidrogenasi katalis dan proses
dehidrogenasi termis ditinjau dari keuntungan dan kerugian masing-masing
proses.

DAFTAR PUSTAKA Jurusan


Teknik Kimia
1. Anonim, April 1970. 90 lbs Gas Compression Plant. PTSI Flow Plant. Sei
Gerong. Sumatera Selatan.

2. Bland, W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-
Graw Hill Book Co. New York.

3. Kirk, RE. and Othmer, DF. 2000. Encyclopedia of Chemical Technology. John-
Wiley and Sons Corp. New York.

3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw Hill
Book Co. Singapore.

4. Pandey, G.N., 1994. A Texbook of Chemical Technology. Volume II (Organic).


Vikas Publishing House PVT Ltd. New Delhi.

Anda mungkin juga menyukai