Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM PENYABUNAN

Instruktur : Ir. Erlinawati, M.T.


Kelas : 2 EGA
Kelompok :2
Anggota :
1. Uswatun Khasanah (061940410265)
2. Annisa Hidayati (061940410269)
3. AD Rizki Tamara (061940411959)
4. Elak Saputri (061940411963)
5. Fanya Putri Amanda (061940411965)
6. M. Febrian Nugroho (061940411968)
7. M. Rafiul Hakim (061940411971)
8. Rizki Dwi Ananda (061940411975)
9. Roby Juliansyah Putra (061940411976)

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PROGRAM SARJANA TERAPAN (D-IV) TEKNIK ENERGI
TAHUN 2020
PENYABUNAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari proses pembuatan sabun dari minyak
2. Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada proses pembuatan sabun dari minyak

II. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan
 Hot Plate
 Spatula
 Kaca Arloji
 Pengaduk
 Gelas Kimia
 Erlenmeyer
 Ember

Bahan-bahan yang digunakan

 NaOH
 Etanol
 Aquadest
 Alkohol

III. DASAR TEORI


Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung
dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang
menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam
(natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi dibawah ini
merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.
Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid
(FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol), karena saat
proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri.

Selain dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabun dipergunakan
bahan-bahan tambahan sebagai berikut:
a. Cairan pengisi seperti tepung tapioka, gapleh dan lain-lain.
b. Zat pewarna
c. Parfum, agar baunya wangi.
d. Zat pemutih, misal natrium sulfat
Bahan baku pembuatan sabun, antara lain:
a. Minyak kelapa sawit
Mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam myfistat.
b. Minyak Zaitun
Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.
c. Minyak Kelapa
d. Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.

Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan
makhluk hidup.Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk
golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya
larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, chloroform) atau sebaliknya
ketidak-larutannya dalam pelarut air. Kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan
polaritasnya atau berdasarkan struktur kimia tertentu :

a. Kelompok Trigliserida ( lemak,minyak,asam lemak dan lain-lain ).

b. Kelomok turunan asam lemak ( lilin,aldehid asam lemak dan lain-lain ).

c. Fosfolipida dan serebrosida ( termasuk glikolipida ).

d. Sterol-sterol dan steroida.


e. Karotenoida.

f. Kelompok lipida lain.

Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar
dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam lemak.

Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang
berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu
ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan
minyak dan lemak. Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak:

1. Esterifikasi
Proses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi
bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut
interifikasi atau penukaran estar yang didasarkan pada prinsip trans-esterifikasi
Fiedel-Craft.
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak
bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air, panas, dan eznim
lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan
minyak yaitu “hydrolytic rancidity” yaitu terjadi flavor dan rasa tengik pada lemak
atau minyak. Hal ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak
tersebut.
3. Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida.
Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan
dan kemudian gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
4. Enzimatis
Enzim yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan menyebabkan minyak
tersebut menjadi tengik, ketengikan itu disebut “Enzimatic rancidity” Lipase yang
bekerja memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak serta menyebabkan
minyak berwarna gelap. Enzim peroksida membantu proses oksidasi minyak
sehingga menghasilkan keton.

5. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik
kepada minyak atau lemak “Oxidative rancidity”.
6. Hidrogenasi
Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari karbon
asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi selesai, minyak
didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan penyaringan. Hasilnya adalah minyak
yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.

Sifat fisika lemak dan minyak :


1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil- amin dari lecitin
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk
pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak atau lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (Coaster oil), sedikit
larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon disulfide dan pelarut
halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai
karbon.
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami juga terjadi karena asam-
asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak
atau lemak
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau minyak
dengan pelarut lemak
8. Titik lunak dari lemak atau minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan minyak
atau lemak
9. Shot Melting point adalah temperatur pertama saat terjadi tetesan pertama dari
minyak/lemak.
10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh
kehadiran komponen-komponennya.

Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alam penting yang dapat dipelajari
secara lebih dalam dan relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan senyawa makro
nutrien lain. Kemudahan tersebut diakibatkan oleh:
1. molekul lemak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan karbohidrat
atau protein.
2. molekul lemak dapat disintesis di laboratorium menurut kebutuhan.

Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam tiga
kelompok tujuan berikut:
1. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam bahan
makanan atau pertanian.
2. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan
proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan misalnya
penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna dan sebagainya.
3. Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat minyak
tertentu.
IV. LANGKAH KERJA
1. Membuat larutan NaOH 30%
2. Menimbang mentega 8 gram, lalu mencmapurkannya dengan 60 ml larutan NaOH
30%, sambil memanaskan campran diatas hotplate
3. Setelah mentega meleleh,campuran ditambahkan 8ml etanol. Lalu diaduk dan
dipanaskan pada suhu 70-80°C, sehingga cairannya tidak tepat mendidih. Pengadukan
dilakukan selama 5 menit.
4. Mendinginkan larutan yang terbentuk ke dalam ember berisi air es hingga terbentuk
sabun yang diinginkan.

Blok Diagram

Membuat larutan NaOH 30%

Menimbang 8 gr mentega

Campurkan dengan 60 ml NaOH


30%

Panaskan hingga meleleh

Tambah 8 ml etanol

Atur suhu 70-80° C

Aduk selama 5 menit

Mendinginkan larutan ke dalam


ember berisi es hingga terbentuk
sabun
V. DATA PENGAMATAN

No Perlakuan Pengamatan
1. Memanaskan campuran antara 8 gr mentega Mentega menjadi leleh.
+ 60ml larutan NaOH 30% . Terbentuk dua lapisan
dimana lapisan atas
cenderung memiliki warna
kuning lebih pekat
dibandingkan lapisan bawah.
2. Menambahkan 8ml etanol kedalam Tetap terbentuk dua lapisan,
campuran, kemudian memanaskannya pada namun yang
suhu 70-80°C selama 5 menit sambil memebedakannya adalah
diaduk. lapisan atas menjadi lebih
kuning sedangkan yang
bawah semakin jernih.
3. Melakukan proses pendinginan dengan Terbentuk sabun (padat).
menggunakan air es hingga terbentuk sabun Didapat sabun sebanyak
yang diinginkan, kemudian menimbang 19,30 gr
sabun yang terbentuk.

VI. PERHITUNGAN
1. Secara Teoritis
8 𝑔𝑟
Mol mentega = 854 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

= 0,00936 mol

Mr NaOH = Ar Na + Ar O + Ar H

= 23 + 16 +1

= 40 gr/mol

Massa NaOH = ρ . V

= 1,33 gr/ml . 60 ml

= 79,8 gr
79,8 𝑔𝑟
Mol NaOH = 40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

= 1,995 mol

Reaksi

m : 0,00936 1,995 - -
b : 0,00936 0,02808 0,00936 0,00936
s : - 1,96692 0,00936 0,00936

Komponen In Out

mol gram mol gram

Mentega 0,00936 8 - -

NaOH 1,995 79,8 1,96692 78,6768

Gliserol - - 0,00936 0,86112

Sabun - - 0,02808 8,536

Total 87,8 88,07

2. Secara Praktikum
Berat sabun = 10 gr
10 𝑔𝑟
Mol sabun = 304 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

= 0,033 mol
Reaksi

m : 0,00936 1,995 - -
b : 0,011 0,033 0,011 0,033
s : -0,00164 1,962 0,011 0,033

Komponen In Out

mol gram mol gram

Mentega 0,00936 8 -0,00164 -

NaOH 1,995 79,8 1,962 78,48

Gliserol - - 0,011 1,012

Sabun - - 0,033 10,032

Total 87,8 89,5


VII. ANALISIS DATA
Pada percobaan kali ini mengenai reaksi penyabunan yang bertujuan untuk mengetahui reaksi
saponifikasi pada senyawa ester. Ester adalah suatu asam karboksilat yang mempunyai gugus
– COOH ester dapt diubah menjadi aneka ragam senyawa lain. Bahan terpenting yang
dibutuhkan dalam percobaan ini yaitu mentega dengan empat buah pereaksi yaitu etanol,
larutan CaCl2 dan larutan NaOH 30%. Campurana antara mentega dan NaOH 30% dipanaskan
dengan suhu sampai 70°C, sehingga menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses ini
merupakan reaksi penyabunan atau saponifikasi . reaksi penyabunan atau saponifikasi adalah
hidrolisis suatu asam lemak (ester) oleh adanya basa kuat dan merupakan reaksi irreversibel.
Dalam proses saponifikasi terjadi hidrolisis lemak. Berdasarkan data pengamatan yang didapat
dari praktikum saponifikasi untuk berat sabun yang didapat secara teori sebanak 8 gram,
sedangkan dai praktikum yang telah dilakukan jumlah dari sabun yang dihasilkan sebanyak 10
gram. Hal ini terjadi karena pada saat proses pembuatan sabun tidak dilakukan penyaringan
secara sempurna, sehingga pada saat penimbangan sabun (produk)berat yang didapat bukan
berat bersih sabun namun masih tercampur dengan air. Sehingga berat yang didapat secara
praktik lebih besar. Perbedaan wujud sabun disebabakan oleh jenis alkali yang digunakan.
Untuk menghasilkan sabun cair maka alkali yang digunakan adalah KOH, sedangkan untuk
menghasilkan sabun padat maka alkali yang digunakan adalah NaOH. Lalu etanol yang
digunakan bertujuan sebagai pelarut bagi mentega atau minyak yang digunakan. Sabun yang
berbahan dasar mentega akan lebih berwarna kuning bila dibandingkan sabun yang terbuat dari
minyak. Berdasarkan hasil uji sabun, sabun yang dihasilkan akan menimbulkan rasa licin di
tangan namun belum cukup baik dalam menghasilkan buih atau busa. Hal ini dikarenakan
gliserol yang terbentuk tidak dipisahkan dari sabun yang terbentuk, sehingga sabun yang
dihasilkan tidak berbusa.
VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa :

1. Dalam penyabunan mentega terjadi reaksi saponifikasi yaitu reaksi hidrolisis


suatu asam lemak (ester) oleh adanya basa lemah

2. Sabun dari mentega akan menghasilkan sabun berwarna kuning pekat


dibandingkan sabun yang berbahan dasar minyak

3. Sabun yang masih mengandung gliserol akan menghambat terbentuknya buih


atau busa

4. Penggunaan alkali pada pembuatan sabun:


- NaOH : sabun padat
- KOH : sabun cair

5. Sabun yang didapat sebanyak 10 gram


IX. DAFTAR PUSTAKA

Defta. 2017. 345624739-Laporan-Tetap-Penyabunan.


https://www.scribd.com/document/353116374/345624739-Laporan-Tetap-
Penyabunan-docx. Diakses pada 21 Juli 2020
X. LAMPIRAN

Hot Plate Spatula

Erlenmeyer Kaca Arloji

Batang Pengaduk Ember

Gelas Kimia

Anda mungkin juga menyukai