Anda di halaman 1dari 116

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM PROSES TEKNIK KIMIA

DISUSUN OLEH :
1. ALYCIA NUR RAHMA ( 062140422551 )
2. ARIEF SIDRATUL MUNTAHA ( 062140422552 )
3. AZADIA NANDA PUTRI ( 062140422553 )
4. INAYAHTULLAH RAMADHANI ( 062140420367 )
5. IQBAL BRAMANTIO ( 062140420368 )
6. KARISMA RAMADHAN ( 0621404225588 )
7. MAYRA NOVARIANA ( 062140422560 )
8. MISYE APRILLIA YULANDA ( 062140422561 )
9. NOPRI WAHYUDI ( 062140422563 )
10. NORA PANOLA ( 062140422564 )
11. SATRIO BAYU KRISWANTO ( 062140422565 )
12. ZARYUNI AGUSTINA ( 062140422568 )

KELAS: 3 KID
DOSEN PENGAMPU:
Ir. M. ZAMAN, M.Si, M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PRODI D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022- 2023
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk,
rahmat, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan “Laporan Tetap Praktikum Proses
Teknik Kimia” tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini disusun berdasarkan penelitian dan ilmu yang kami peroleh selama
melaksanakan Praktikum Proses Teknik Kimia.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan tidak akan
tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan serta dukungan dari rekan- rekan kelas. Dan
pada kesempatan ini tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Ir. M. Zaman, M.Si, M.T. yang telah membimbing kami sehingga dapat
membuat Laporan Tetap ini.
Akhir kata, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan
laporan ini terdapat banyak kesalahan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun juga masyarakat pada umum.

Palembang , Desember 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

SAPONIFIKASI “PEMBUATAN SABUN BATANG” ............................... 1

SAPONIFIKASI “PEMBUATAN SABUN CAIR” ...................................... 15

PEMBUATAN OBAT JERAWAT ............................................................... 27

PEMBUATAN METIL ESTER .................................................................... 37

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI KEMIRI ................................................... 50

PEMBUATAN HAND SANITAIZER SPRAY ............................................ 62

PEMBUATAN CAT TEMBOK .................................................................... 70

PEMBUATAN LEM KACA ......................................................................... 81

ASETILASI PEMBUATAN ASPIRIN ......................................................... 89

PEMBUATAN ETHANOL GEL .................................................................. 102

ii
SAPONIFIKASI
“PEMBUATAN SABUN BATANG”

A.TUJUAN

Mahasiswa mampu membuat sabun dengan mereaksikan antara minyak


lemak dengan NaOH.

B.TEORI

Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang


berlangsungdengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali
yangmenghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun
merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang.
Reaksi dibawahini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.

Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis lemak/minyak dengan


menggunakan basa kuat seperti NaOH atau КОН schingua menghasilkan gliserol
dan garam asam lemak atau sabun Untuk menghasilkan sabun yang keras
digunakan NaOH, sedangkan untuk menghasilkan sabun yang lunak atau sabun
cair digunakan KOH. Perbedaan antara sabun keras dan lunak jika dilihat dari
kelarutannya dalam air yaitu sabun keras bersifat kurang larut dalam air jika
dibandingkan dengan sabun lunak. Reaksi penyabunan disebut juga reaksi
saponifikasi.

1
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal.
Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari
pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak / minyak.
Sabun memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1.Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air yang menyebabkan larutan sabun dalam air
bersifat basa
2.Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Sabun dapat menghasilkan
buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
3.Sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia
koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak), digunakan untuk mencuci
kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai
gugus polar dan non polar

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai


produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk
samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari
asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah
larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan
yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion.

2
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah
NaOH,
KOH,
Na CO,, NHLOH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal
dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang
paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak
digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah
larut dalam air. Na-CO, (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali
yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat
menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa


tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang
dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu
menurunkan kesadaban air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak
kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum
digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah
tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun
dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan
bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau
lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun
digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna
maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium
fosfat, parfum, dan pewarna.

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses


penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan

3
gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan
tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
1.NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCI
yang terlalu tinggi di sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang
digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal).
NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.

2.Bahan Aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam
sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga
menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain: Builders, Fillers
inert, Anti oksidan, Pewarna, dan parfum.

3.Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi
kehidupan makhluk hidup.Lemak dan minyak merupakan salah satu
kelompok yangtermasuk golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan
mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya dalam pelarut organik
(misalnya, ether, benzene, chloroform) atau sebaliknya ketidak - larutannya
dalam pelarut air.

Kelompok lipida dapatdibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan


struktur kimia tertentu :
a. Kelompok Trigliserida (lemak,minyak,asam lemak dan lain -
lain).
b. Kelomok turunan asam lemak (lilin,aldehid asam lemak dan lain
- lain).
c. Fosfolipida dan serebrosida (termasuk glikolipida).
d. Sterol-sterol dan steroida.e. Karotenoida.f. Kelompok lipida lain.

4
C.ALAT DAN BAHAN

• Alat
Gelas kimia 100 mL, 250 mL 1 buah, 1 buah
Gelas ukur 1 buah
Labu takar 1 buah
Pipet tetes 2 buah
Pipet ukur 2 buah
Spatula, Pengaduk 2 buah, 1 buah
Bola karet 2 buah
Cetakan 1 buah
Kaca arloji 3 buah

• Bahan
 Sampel minyak 30 ml
 NaOH 30% (30 gram)
 NaCl 30 gram
 Etanol 95% 10 ml
 Aquadest

D. LANGKAH KERJA

 Pembuatan Larutan NaOH 30%


1. Menimbang 30 gram NaOH.
2. Menyiapkan 100 ml aquadest sebagai pelarut.
3. Memasukkan aquadest ke dalam gelas kimia, lalu memasukkan 30
gram NaOH kedalam gelas kimia yang berisi aquadest. Lalu
larutkan NaOH sampai 100 ml.
 Pembuatan Larutan NaCl
Menimbang 30 gram NaCl, lalu dilarutkan dengan 20 ml air. Hingga
larutannya keruh dan diambil larutan keruhnya di dapat 18 ml.

 Tahap Pembuatan Sabun dengan Perbandingan 1 Minyak : 1


NaOH 30% (Dengan Pemanasan)
1. Memipet 10 ml minyak murni ke dalam gelas kimia.

5
2. Memipet 10 ml NaOH, lalu menambahkan 10 ml etanol 95%
dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi mimyak. Aduk
hingga homogen.
3. Memanaskan campuran tersebut sampai terjadi perubahan
(menggumpal) pada hot plate yang telah panas (sambil mengaduk-
aduk menggunakan batang pengaduk). Mengamati hasil yang
terjadi.
4. Menambahkan 0,5 ml larutan NaCl jenuh.
5. Dinginkan larutan dan cetak ke dalam cetakan.
6. Dan amati selama 3 hari

E. DATA PENGAMATAN

NO Perlakuan Pengamatan
1. Mendinginkan campuran antara 30 Larutan menjadi larut dan panas serta
gram NaOH dan 100 ml aquadest. suhunya naik.

Mencampurkan larutan NaOH 30% Terbentuk dua lapisan, lapisan atas


2. dan minyak kelapa, kemudian minyak dan lapisan bawah berwarna
menambahkan 10 ml etanol 95%. putih.

Melakukan pengadonan dengan


3. mengaduk adonan tersebut secara Terbentuk konsistensi kekentalan dari
manual di atas hot plate dan adonan tersebut dan adonan mengental.
menambahkan 0,5 ml larutan NaCl
jenuh ke dalam adonan.

Menuangkan adonan sabun ke dalam


4. cetakan silico dan didiamkan selama 3 Terbentuk sabun padat berwarna putih.
hari.

6
F. DATA PERHITUNGAN

 Konsentrasi 30 gram NaOH dalam 100 ml


gr NaOH
Mol NaOH =
v NaOH
30 gr
=
30 mol
= 0,3 mol

G. ANALISIS EKONOMI (2.000 produk)

No Bahan Volume Biaya Jumlah

1 Minyak 10 ml Rp. 20,- Rp. 200,-

2 NaOH 10 ml Rp. 200,- Rp. 2000,_

3 NaCl 0,5 ml Rp. 15,- Rp. 7,5,-

4 Pewarna 3 tetes Rp. 70,- Rp. 210,-

5 Essential Oil 3 tetes Rp. 120,- Rp. 360,-

TOTAL Rp. 2.778

7
No Bahan Volume Biaya Jumlah
1 Biaya Investasi
a. Timbangan Analitik 1 Unit 200.000 200.000
b. Alat-alat pelengkap 1 Unit 1.297.500 1.297.500
c. Sarung Tangan 1 Kotak 200.000 200.000
d. Cetakan 1 Unit 100.000 100.000
e. Meja 1 Unit 200.000 200.000

Sub Total 1.997.500


2 Biaya Operasional Per Bulan
a.Bahan baku 1 bulan (20 hari) 2000 Buah 2.778 5.556.000
b. Biaya tenaga kerja 6 Orang 150.000 900.000
c. Biaya pemasaran dan 20 Hari 4.000 80.000
kemasan
Sub Total 6.536.000
Total Kebutuhan Modal Rp. 8.533.500

8
Produksi dan Biaya Bahan Baku Sabun Padat :

Tiap hari 100 buah

Tiap bulan (20 hari) 2000 buah

Biaya Bahan Baku per satuan produk 2.778

Biaya Bahan Baku per hari (100 buah) 277.800

Biaya Bahan Baku per bulan (2000 buah) 5.556.000

No ITEM Volume Jumlah Total


1 Penjualan
Penjualan per bulan (20 hari) 2000 buah 3.500 7.000.000
2 Biaya Produksi
a. Bahan Baku 2000 buah x Rp. 2.778 5.556.000
b. Biaya Tenaga Kerja 6 orang 900.000
c. Biaya Pemasaran dan Kemasan 20 Hari 80.000
Total Biaya Rp.6.536.000
3 Keuntungan Rp. 464.000

H. ANALISIS PERCOBAAN

Pada percobaan kali ini yaitu pembuatan sabun mandi padat, dengan
tujuan agar mahasiswa dapat membuat sabun mandi atau sabun cuci tangan
dalam bentukan padatan serta dapat menganalisa ekonomi produk agar bisa di
pasarkan. Proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan
asam lemak khusunya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol
dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium)
yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Saponifikasi dilakukan
dengan mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali (biasanya

9
menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam
alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan mereaksikan
asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air.
Ketika kita memasukkan NaOH ke dalam air untuk dilarutkan, pada
awalnya air akan menjadi keruh. Namun, setelah kita aduk berkali-kali hingga
larut, air yang semula

keruh menjadi bening kembali. Hal ini menunjukkan bahwa NaOH telah larut
dalam air. Pada saat kita mencampurkan larutan NaOH ke dalam minyak,
pastikan minyak tersebut sudah mendidih karena proses saponifikasi pada
sabun. membutuhkan suhu sekitar 80 – 100 °C untuk menghasilkan gliserol
dan sabun mentah.
Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Setiap sabun dibuat melalui reaksi
antara lemak dengan bahan yang disebut alkali - basa yang sangat kuat (basa
adalah lawan dari asam). Karena dibuat melalui pencampuran sebuah
senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa anorganik (alkali),
molekul sabun mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul sabun
mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-
bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang
bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada
banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam
air.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa:

10
1. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk
mencuci dan membersihkan. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara
lemak dengan bahan yang disebut alkali -- basa yang sangat kuat (basa
adalah lawan dari asam). Karena dibuat melalui pencampuran sebuah
senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa anorganik (alkali),
molekul sabun mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul sabun
mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan
bahan- bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang
bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan
tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian
ke dalam air.

2. Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang


berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida
dengan alkali yangmenghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis
sabun).

3. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa,


menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
4. Titik akhir proses saponifikasi adalah trace. Trace merupakan
suatu kondisi pada saat cairan yang diaduk (minyak sawit) mulai
mengental. Pada saat ini biasanya ditambahkan pengharum, pewarna dan
zat-zat aditif lainnya.

5. Sabun yang masih mengandung gliserol akan menghambat


terbentuknya buih atau busa.
6. Dari hasil pratikum, maka dapatlah data sebagai berikut :
• Konsentrasi NaOH untuk pembuatan sabun padat sebesar 0,3
Mol.
• Minyak kelapa sebesar 10 mL.
• NaCl sebesar 0,5 mL.
• Jumlah produksi per bulan sebesar 2000 kemasan.

11
• Harga jual per kemasan sebesar Rp. 3.500,- .

I. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet. 2022/2023 :“Penentuan Praktikum Proses Teknik
Kimia.”Saponifikasi (SabunCair). Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang.

12
[GAMBAR ALAT
TERLAMPIR]

PIPET TETES
PIPET UKUR
GELAS KIMIA

13
SPATULA BATANG PENGADUK
KACA ARLOJI

BOLA KARET CETAKAN SILIKON


NERACA ANALITIK

14
SAPONIFIKASI “PEMBUATAN SABUN CAIR”

A. TUJUAN

Mahasiswa mampu membuat sabun dengan mereaksikan antara


minyak/ lemak dengan KOH.

B. TEORI

Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis lemak/minyak


dengan menggunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga
menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Untuk
menghasilkan sabun yang keras digunakan NaOH, sedangkan untuk
menghasilkan sabun yang lunak atau sabun cair digunakan KOH.
Perbedaan antara sabun keras dan lunak jika dilihat dari kelarutannya
dalam air yaitu sabun keras bersifat kurang larut dalam air jika
dibandingkan dengan sabun lunak. Reaksi penyabunan disebut juga
reaksi saponifikasi.

15
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah
dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun
berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan
lemak / minyak.

Sabun memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

16
1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air yang menyebabkan larutan sabun dalam air bersifat
basa.
2. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa
ini tidak akan terjadi pada air sadah. Sabun dapat menghasilkan buih setelah
garam- garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia koloid,
sabun (garam natrium dari asam lemak), digunakan untuk mencuci kotoran
yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar
dan non polar.

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk


utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga
memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan
alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki
struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air,
tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam
bentuk ion.

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda
kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam
pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena
sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan
alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat
menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut


dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan
sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.
Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah
berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan
deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering
dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan
17
keunggulan tertentu.

18
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan
senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan
pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium
klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun


hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun
menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan
bahan- bahan aditif.
1. NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan
NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu
tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan
umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan
untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami
pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun
akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar
diperoleh sabun yang berkualitas.
2. Bahan Aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang
bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik
konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti
oksidan, Pewarna,dan parfum.

C. ALAT DAN BAHAN

 ALAT
- Gelas Kimia
- Batang Pengaduk
- Hot Plate
- Spatula
- Kaca Arloji

19
- Magnetic Stirrer
- Gelas Ukur
- Pipet Tetes
- Corong
- Timbangan

 BAHAN
- KOH 40 gr
- Gliserin 10 ml
- Minyak Goreng 50 ml
- Pewarna Makanan 10 ml
- Aquadest

D. LANGKAH KERJA

1. Menyiapkan Alat dan Bahan terlebih dahuluh.


2. Membuat air lindi 40 gr KOH + 100 ml Aquadest.
3. Mengambil larutan lindi sebanyak 50 ml, dimasukkan ke beaker glass
4. Memipet 50 ml minyak goreng, dimasukkkan ke beaker glass
5. Mencampurkan 50 ml minyak goreng dan 50 ml larutan lindi, aduk kedua larutan
hingga homogen dengan cara mengaduk satu arah
6. Memipet glycerin sebanyak 10 ml.
7. Setelah larutan sudah homogen, masukkan larutan gliserin sebanyak 10 ml secara
bertahap, masukkan 5 ml terlebih dahulu, lalu ditambahkan lagi 2 ml dan terakhir
dimasukkan lagi sebanyak 3 ml.
8. Semua campuran larutan diaduk hingga berbusa
9. Masukkan pewarna makanan sebanyak 10 ml
10. Setelah itu masukkan kedalam botol, dan amati yang terjadi

E. DATA PENGAMATAN

 LANGKAH PERTAMA  LANGKAH KEDUA

20
Membuat air lindi 40 gr KOH + 100 Memipet 50 ml minyak goreng.
ml aquadest.

 LANGKAH KETIGA  LANGKAH KEEMPAT

Mencampurkan larutan lindi 50 ml Mengaduk kedua larutan hingga


dan minyak goreng 50 ml, didalam homogen dan mengaduknya
beaker glass. dengan satu arah.

21
22
 LANGKAH KELIMA  LANGKAH KEENAM

Menambahkan pewarna makanan 3-5


tetes, tetap dengan pengadukan.
Mmemipet gliserin sebanyak 10 ml,
kemudian memasukkan gliserin secara
bertahap kedalam larutan yang sudah
homogen, tetap melakukan
pengadukan.

 LANGKAH KETUJUH

Memasukkan sabun kedalam botol plastik


Lakukan pengamatan.

23
 Tabel Perlakuan Dan Pengamatan Di Atas

PERLAKUAN KETERANGAN

- Larutan tidak menyatu.


F.
- Menghasilakn 2 lapisan (Unggu tua dan
ungu muda).
Minyak + KOH 40 % + Gliserin 10 ml
+ Aquadest - Menghasilkan busa.

- Tidak memiliki aroma.

DATA PERHITUNGAN
1. Perhitungan Larutan
Konsentrasi KOH 40%
g KOH 1000
M KOH = ×
BM KOH V ( ml )
40 gr 1000
¿ ×
gr 100 ml
56
mol

= 7,14 M
2. Perhitungan Ekonomi
Biaya Bahan Baku untuk 40 botol sabun cair, per hari

No Bahan Volume Biaya Jumlah


1 Minyak 50 ml Rp. 20,- Rp. 1.000
2 KOH 40 gr Rp. 130,- Rp. 5.200,-
3 Gliserin 10 ml Rp. 20,- Rp. 20,-
4 Pewarna 3 tetes Rp. 6,- Rp. 18,-
5 Essential Oil 3 tetes Rp. 70,- Rp. 210,-
6 Aquadest 100 ml Rp. 10,- Rp. 1.000,-
TOTAL Rp. 7.448

Keterangan :

24
Produksi dan Biaya Bahan Baku Sabun Cair :
Tiap hari 40 botol
Tiap bulan (25 hari) 1000 botol
Biaya Bahan Baku per satuan produk 7.448
Biaya Bahan Baku per hari (40 botol) 297.920
Biaya Bahan Baku per bulan (1000 botol) 7.448.000

Kebutuhan Modal
No Bahan Volume Biaya Jumlah
1 Biaya investasi
a. Timbangan Analitik 1 Unit 200.000 200.000
b. Alat-alat pelengkap 1 Unit 1.297.500 1.297.500
c. Sarung Tangan 1 Buah 200.000 200.000
d. Meja 1 Unit 200.000 200.000
Sub Total 1.897.500

2 Biaya Operasional Per Bulan


a. Bahan Baku 1 bulan (25
hari) 1000 Botol 7.448 7.448.000
b. Biaya tenaga kerja 2 Orang 100.000 100.000
c. Biaya pemasaran dan
kemasan 25 Hari 5.000 125.000
Sub Total 7.671.000
Rp.
Total Kebutuhan Modal 9.620.500

Proyeksi Pendapatan dan Biaya


No ITEM Volume Jumlah Total
1 Penjualan
Penjualan per bulan (25 hari) 1000 botol 10.000 10.000.000
2 Biaya Produksi
1000 botol ×
a. Bahan Baku 7.448.000
Rp. 7.448
b. Biaya tenaga kerja 2 orang 200.000
c. Biaya pemasaran dan
25 Hari 125.000
kemasan
Rp.
Total Biaya
7.773.000
Keuntungan per bulan (25
3 Rp. 2.227.000
hari)

G. ANALISIS DATA
Pada percobaan praktikum kali ini dilakukan pembuatan sabun atau saponifikasi
25
menggunakan kalsium hidroksida. Sabun padat dari reaksi didapat dari reaksi hidrolisis antara
basa kuat yaitu KOH dengan asam-asam lemak yang menghasilkan gliserol dan garam atau
disebut dengan sabun. Sehingga sabun merupakan produk yang berasal dari garam asam
karboksilat yang tinggi.
Langkah pertama yang dilakukan pada proses pembuatan sabun ialah dengan membuat
larutan KOH, lalu mengambil larutan lindi sebanyak 50 ml, lalu memipet minyak 50 ml,
mencampurkan larutan lindi dan minyak goreng dan diaduk satu arah hingga homogen,
menambahkan gliserin 10 ml secara bertahap hingga mengeluarkan busa, dan yang terakhir
memasukkan pewarna makanan dan pewangi (optional).
Hasil pengamatan pada percobaan praktikum kali ini di dapat yaitu larutan tidak menyatu
dan menghasilkan 2 lapisan (ungu muda dan ungu tua). Kemudian menghasilkan busa dan
tidak memiliki aroma.

H. KESIMPULAN
Dari analisa percobaan praktikum kali ini didapat kesimpulan bahwa :
1. Sabun didapat dari reaksi saponifikasi yang merupakan reaksi hidrolisis antara asam lemak
dan basa kuat kemudian menghasilkan gliserol dan garam.
2. Larutan tidak menyatu.
3. Menghasilkan 2 lapisan (ungu muda dan ungu tua).
4. Minyak jika ditambahkan KOH, gliserin dan aquadest akan menghasilkan sabun yang
ditandai dengan adanya busa.

I. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet.2022/2023:”Penuntun Praktikum Proses Teknik Kimia.” Saponifikasi (Sabun Cair).
Politeknik Negeri Sriwijaya:Palembang.

[GAMBAR ALAT TERLAMPIR]

26
GELAS KIMIA PIPET UKUR PIPET TETES

SPATULA BATANG PENGADUK KACA ARLOJI

NERACA ANALITIK HOT PLATE BOTOL MINERAL

27
SENYAWA HIDRPKARBON DAN SIFAT ASAM BASA
“PEMBUATAN OBAT JERAWAT”

A. TUJUAN PERCOBAAN
- Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan jerawat.
- Mahasiswa dapat mengetahui hasil akhir proses tersebut.

B. DASAR TEORI
1. Kulit

Kulit merupakan organ tubuh terbesar yang menutupi seluruh permukaannya. Kulit berfungsi
sebagai pelindung tubuh dari cedera dan patogen. Kulit juga mengatur suhu tubuh, mengendalikan
kehilangan cairan yang tak terasa (insensible fluid loss), serta menyimpan vitamin D, lemak, dan air.

Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu:

• Epidermis – Epidermis adalah lapisan pelindung dan tanpa pembuluh darah dari kulit. Lapisan ini
90% terdiri dari sel skuamosa atau keratinosit, yang menghasilkan keratin. Fungsi utama keratinosit
adalah melindungi tubuh dari kerusakan kulit akibat panas, kehilangan cairan, virus, jamur, bakteri,
dan parasit. Setiap bagian tubuh memiliki ketebalan epidermis yang berbeda; paling tebal di telapak
kaki dan tangan, sedangkan paling tipis di kelopak mata (sekitar 0.05 mm).
• Dermis – Lapisan ini terletak di antara epidermis dan hipodermis. Dermis terdiri dari dua lapisan,
yaitu dermis papilla dan retikular, yang membantu melindungi tubuh dari tegangan dan tekanan.
Dermis juga mengandung kelenjar apokrin, jaringan penghubung, pembuluh darah, folikel rambut,
kelenjar keringat, dan pembuluh limfatik. Pada lapisan ini termoreseptor dapat ditemukan, yang
mendeteksi panas dan mekanoreseptor, yang peka terhadap sentuhan.
• Hipodermis atau jaringan subkutan – Hipodermis merupakan lapisan kulit yang paling tebal. Lapisan
ini dilekatkan oleh serat elastin dan kolagen
pada dermis. Hipodermis sebagian besar terdiri dari adiposa atau sel yang mengumpulkan dan
menyimpan lemak. Hipodermis juga mengandung pembuluh darah dan saraf yang lebih besar
daripada yang ditemukan di dermis.

28
Banyak penyakit yang bisa timbul di permukaan kulit ataupun di kelenjar dan lapisan kulit.
Contoh yang paling sering kita temui adalah jerawat dan ketombe.

2. Jerawat

Jerawat adalah masalah kulit yang terjadi ketika pori-pori kulit tersumbat oleh kotoran, debu,
minyak, atau sel kulit mati. Akibatnya, terjadi infeksi pada pori-pori yang tersumbat tersebut
sehingga muncul nyeri dan peradangan. Kondisi ini ditandai dengan bintik-bintik yang muncul
di wajah, leher, punggung, atau dada. Jerawat dapat dialami oleh siapa saja, tetapi umumnya
muncul di masa pubertas, yaitu remaja usia 10–13 tahun. Kondisi ini cenderung lebih parah pada
remaja laki-laki atau yang memiliki kulit berminyak. Jerawat merupakan masalah kulit yang
paling sering terjadi. Diperkirakan, sebagian besar orang yang berusia 11–30 tahun mengalami
jerawat ringan. Bahkan, hampir setiap orang diyakini pernah mengalami kondisi ini.

Jerawat muncul akibat adanya penyumbatan di pori-pori kulit. Penyumbatan ini dapat
disebabkan oleh produksi sebum (minyak) berlebih oleh kelenjar minyak, penumpukan kulit
mati, atau karena penumpukan bakteri. Jerawat dapat tumbuh hampir di seluruh bagian tubuh,
tetapi umumnya muncul di wajah, leher, bahu, dada, punggung, dan vagina. Bentuk jerawat itu
sendiri bisa berbeda-beda, mulai dari komedo, benjolan kecil kemerahan, hingga benjolan besar
dan berisi nanah.

Metode untuk mengobati jerawat yang ada di wajah, dengan cara mengoleskan salep jerawat
atau menggunakan masker. Masker dan obat jerawat dapat kita buat sendiri dengan
menggunakan bahan bahan alami yang ada dirumah.contohnya kunyit, susu, dan lain sebagainya.

3. Kunyit

Kunyit merupakan tanaman rempah yang sangat populer di Indonesia. Tanaman ini telah
banyak dimanfaatkan secara luas. Selain digunakan sebagai bumbu penyedap makanan, manfaat
lain dari kunyit ialah sebagai jamu - jamuan dan obat herbal yang berguna untuk menjaga
kesehatan dan merawat kecantikan.

Komposisi Dan Kandungan Kimia kunyit :

29
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari
kurkumin ,desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin dan zat- zat manfaat lainnya.

Kandungan Zat :
Kurkumin (C21H20O6) : R1 = R2 = OCH3 10 %
Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1 – 5 %
Bisdemetoksikurkumin : R1 = R2 = H sisanya
Minyak atsiri / Volatil oil ( Keton sesquiterpen, turmeron , tumeon
60%, Zingiberen 25%,felandren , sabinen , borneol dan sineil ) Lemak 1 -3 %, Karbohidrat 3 %,
Protein30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium)
sisanya.

Kandungan kurkumin yang terdapat pada kunyit merupakan zat aktif dalam kunyit yang
mengandung fungsi sebagai anti bakteri, anti inflamasi dan antioksidan dipercaya mampu
mengobati jerawat.

4. Petroleum jelly
Petroleum jelly merupakan bahan yang dapat membantu melapisi kulit dengan pelindung air,
sehingga dapat membantu menjaga dan mengembalikan kelembapan kulit. Selain itu, petroleum
jelly ditengarai memiliki segudang manfaat untuk kecantikan kulit.

C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. ALAT
- Kaca arloji
- Batang pengaduk
- Gelas kimia 250 ml
- Timbangan analitik
- Spatula
- Hot plate
- Wadah 50 cc
2. Bahan
- Kunyit bubuk
- Vaseline (petroleum jelly)

D. LANGKAH KERJA
1. Timbang 10gr kunyit bubuk
2. Timbang 10 gr Vaseline petroleum jelly
3. Panaskan hot plate dengan suhu 60-70º C
4. Masukkan Vaseline kedalam gelas kimia, lalu cairkan Vaseline diatas hot
plate yang telas panas, aduk Vaseline hingga mencair
5. Setelah Vaseline mencair, masukkan kunyit bubuk 10 gr secara bertahap
6. Aduk Vaseline dan kunyit hingga homogen ( tercampur rata)
7. Setelah homogen, matikan hot plate dan masukkan campuran kedalam wadah,
lalu dinginkan
8. Terakhir pasang label di wadah salep yang telah jadi

30
E. DATA PENGAMATAN

PERLAKUAN PENGAMATAN
VASELINE Setelah dicairkan
Warna : keruh
Bau : tidak berbau
Bentuk : cair

Setelah Dimasukkan kunyit Warna : orange terang


Bau : berbau ciri khas kunyit
Bentuk : menjadi sedikit kental

F. GAMBAR LANGKAH KERJA

1. Menimbang masing masing 10 gr ( kunyit bubuk dan Vaseline)

2. Masukkan Vaseline kedalam gelas kimia

3. Panaskan Vaseline diatas hot plate, hingga mencair

31
4. Setelah mencair, tambahkan kunyit bubuk, aduk hingga homogen

5. Masukkan ke wadah 50 cc

6. Salep jerawat sudah siap

32
G. ANALISIS PERHITUNGAN
 Biaya bahan baku untuk salep jerawat 20 pcs per hari

No Bahan Volume Biaya Jumlah


1 Kunyit Bubuk 10 gr Rp 2.000 Rp 2.000
2 Vaseline 10 gr Rp 5.600 Rp 5.600
Total Rp 7.600

 Keterangan
Produksi dan Biaya Bahan Baku Salep jerawat :
Tiap Hari 20 pcs
Tiap Bulan (20 hari ) 400 pcs
Biaya Bahan Baku Per Satuan Produk Rp 7.600
Biaya Bahan Baku Per Hari (20 pcs) Rp 152.000
Biaya Bahan Baku Per Bulan (400 pcs) Rp 3.040.000

 Kebutuhan Modal

No Bahan Volume Biaya Jumlah


1 Biaya Investasi
a. Timbangan Analitik 1 Unit 200.000 200.000
b. Alat-alat Pelengkap 1 Unit 1.297.500 1.297.500
c. Sarung Tangan 1 Pack 200.000 200.000
d. Meja 1 Unit 200.000 200.000
Sub Total 1.897.500

2 Biaya Operasional Per Bulan


a. Bahan Baku 1 bulan (20 hari) 400 Pcs 7.600 3.040.000
b. Biaya Tenaga Kerja 2 Orang 200.000 400.000
c. Biaya Pemasaran dan 20 Hari 6.000 120.000
Kemasan (Wadah + Label
Merk)
Sub Total 3.560.000
Total Kebutuhan Modal 5.457.500
 Proyeksi Pendapatan dan Biaya

No ITEM Volume Jumlah Total


1 Penjualan
Penjualan per bulan (20 hari) 400 pcs 12.000 4.800.000
2 Biaya Produksi
a. Bahan Baku 400 pcs × 3.040.000
7.600
b. Biaya Tenaga Kerja 2 Orang 400.000
c. Biaya Pemasaran dan 20 Hari 120.000
33
Kemasan
Total Biaya Rp.3.560.000
3 Keuntungan per bulan (20 hari) Rp.1.240.000
Keuntungan per tahun (12 12 bulan × Rp.14.880.000
bulan) Rp.1.240.000

H. ANALISIS DATA
Pada percobaan kali ini, kelompok kami membuat salep jerawat atau mengidentifikasi
senyawa hidrokarbon dan sifat asam basa menggunakan bahan alami yaitu kunyit yang dibantu
dengan Vaseline (petroleum jelly).
Salep jerawat termasuk salah satu jenis obat yang relatif mudah
didapatkan. Namun, sebelum menggunakannya, ketahui dulu berbagai kandungan pada salep jerawat
dan cara kerjanya, agar penanganan jerawat dapat lebih optimal. Salep jerawat biasanya
mengandung salicylid acid dan antibiotic, namun kelompok kami membuat salep jerawat berbahan

34
dasar alami yaitu kunyit yang ditambah dengan Vaseline petroleum jelly untuk menjaga kelembapan
kulit kita.
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri
dari kurkumin ,desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin dan zat- zat manfaat lainnya.
Kandungan Zat :
Kurkumin (C21H20O6) : R1 = R2 = OCH3 10 %
Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1 – 5 %
Bisdemetoksikurkumin : R1 = R2 = H sisanya
Minyak atsiri / Volatil oil ( Keton sesquiterpen, turmeron , tumeon
60%, Zingiberen 25%,felandren , sabinen , borneol dan sineil ) Lemak 1 -3 %, Karbohidrat 3 %,
Protein30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium)
sisanya.

Ditambah dengan petroleum jelly yang merupakan bahan yang dapat membantu melapisi
kulit dengan pelindung air, sehingga dapat membantu menjaga dan mengembalikan kelembapan
kulit.

I. KESIMPULAN
Hasil praktikum dapat ditarik kesimpulan :
1. Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit,
rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan,
menambah daya tarik,mengubahpenampakan, melinfungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau bada tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit.
2. Salep jerawat termasuk salah satu jenis obat yang relatif mudah didapatkan. Namun, sebelum
menggunakannya, ketahui dulu berbagai kandungan pada salep jerawat dan cara kerjanya, agar
penanganan jerawat dapat lebih optimal.
3. Manfaat bahan bahan yang digunakan
a. Kunyit berfungsi untuk mengurangi jerawat, untuk mengatasi hiperpigmentasi,
mencerahkan kulit wajah dll.
b. Petroleum jelly fungsinya untuk membantu dan menjaga kelembapan pada kulit.

4. Dari hasil praktikum, maka dapatlah data sebagai berikut :

- Jumlah produksi per bulan sebesar 400 kemasan.


- Total kebutuhan modal sebesar Rp.5.457.500,-
- Harga jual per kemasan sebesar Rp. 12.000,-
- a. Keuntungan per bulan (20 hari) sebesar Rp. 1.428.000,-
b. Keuntungan per tahun (12 bulan) sebesar Rp. 17.136.000,-

35
J. DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.docdoc.com/id/info/body/skin#:~:text=Kulit%20meru pakan%20organ
%20tubuh%20terbesar,D%2C%20lemak%2C% 20dan%20air.
2. https://www.halodoc.com/kesehatan/jerawat
3. https://www.sehatq.com/artikel/manfaat-masker-kunyit
4. https://youtu.be/DYK0MiuUmwk

K. GAMBAR ALAT DAN BAHAN

36
37
PEMBUATAN METIL ESTER

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami reaksi pembentukan biodiesel.

B. TEORI
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkil ester dari rantai
panjang asam lemak yang dipakai sebagai alternative bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat
dari sumber terbaharui seperti minyak nabati atau lemak hewan (Deli Saputra, 2014).
Biodiesel merupakan bahan bakar dari proses transesterifikasi lipid untuk mengubah minyak
dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang lemak bebas. Biodiesel memilki sifat
pembakaran yang mirip dengan diesel dari minyak bumi dan dapat menggantikan minyak bumi
dalam banyak kasus. Namun biodiesel lebih sering digunakan sebagai bahan tambahan untuk diesel
petroleum (Deli Saputra, 2014).
Secara sederhana biodiesel didefinisikan sebagai bentuk bahan bakar diesel yang
menyebabkan lebih sedikit kerusakan lingkungan dibandingkan bahan bakar diesel standar.
Biodiesel biasnya dibuat dari minyak nabati melalui proses kimia yang disebut transesterifikasi (Gita
Desmafianti, 2013).
Pada prinsipnya, proses transesterifikasi adalah mengeluarkan gliserin dari minyak dan mereaksikan
asam lemak bebasnya dengan alcohol (misalnya ǀmethanol) menjadi alcohol eter (Fatty Acid Methyl
Ester/FAME) atau biodiesel.
Reaksi pembuatan biodiesel (reaksi trans-esterifikasi) yaitu sebagai berikut:

O O
║ ║
CH2 —C— O— R1 H3CO —C—R1 H2C—OH
│ O │ O │
│ ║ │ ║ │
38
CH2—C—O— R2 + 3CH3OH↔ H3CO—C—R2 + H2C—OH
│ O │ O │
│ ║ │ ║ │
CH2—C—O— R3 H3CO— C—R3 H2C—OH

Trigliserida Metanol Biodiesel Gliserol


(Sumber: Sutrisno, 2012)
Adapun bahan yang digunakan pada pembuatan Biodiesel:
1. Minyak Nabati
Minyak nabati berasal dari tumbuhan seperti kelapa, kedelai, kacang dan sawit. Minyak
nabati adalah minyak yang diekstrak dari berbagai bagian tumbuhan. Minyak ini digunakan sebagai
makanan, menggoreng, pelumas, bahan bakar, bahan pewangi (parfum), pengobatan, dan berbagai
penggunaan industri lainnya. Bukan hanya minyak zaitun yang berinovasi, minyak yang terbuat dari
biji-bijian pun kini mudah ditemui di pasaran. Sama seperti minyak zaitun, minyak dari biji-bijian
ini ternyata juga teman yang baik bagi kesehatan tubuh. Pada minyak biji-bijian terkandung banyak
asam lemak tidak jenuh, seperti omega 3 dan omega 6. Minyak dengan asam lemak tidak jenuh ini
mudah dicerna oleh tubuh dan tidak mudah menggumpal dalam darah.
Pada permbuatan biodiesel minyak nabati merupakan bahan baku utama yang akan
direaksikan menjadi methyl ester. Minyak nabati yang digunakan pada proses pembuatan biodiesel
ini berasal dari kelapa sawit (Zaky Kurniawan, 2013).
Adapaun sifat fisika dan kimia minyak nabati dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Nabati


No Parameter Nilai
1 Densitas relative 50˚C/air suhu 25˚C 0.8927 gr/ml
2 Indeks refaktifn D50˚C 1.4533n D50˚C
3 Bilangan penyabunan 195.7 mg KOH/g
4 Materi tak tersabunkan 0.51 %
(Sumber : Febriani Purba, 2012)

2. Methanol
Methanol merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna, dan merupakan cairan yang mudah
terbakar. Metanol dapat dibuat dengan mereaksikan hydrogen dengan karbon monoksida atau

39
karbon dioksida. Sejarahnya, dia dibuat dari destilasi kayu, makanya disebut juga alcohol kayu.
Metanol banyak dipakai pada industri sebagai starting material pembuatan berbagai bahan kimia,
seperti formaldehid, asam asetat, metakrilat, etilen glikol, dll. Metanol juga banyak dipakai sebagai
cairan pembersih kaca mobil, pembersih karburator, antibeku, toner mesin fotokopi, dan bahan
bakar.
Methanol berfungsi sebagai pelarut sintetis yang akan direaksikan dengan trigliserida yang
akan menghasilkan methyl ester (Zulia, 2010). Methanol merupakan pelarut polar yang mudah
menguap, adapun sifat-sifat dari methanol terdapat pada Tabel3.
Tabel 3. Sifat Fisika dan Kimia Methanol
No Sifat Fisika Sifat Kimia
1 Cairan tidak berwarna, berbau tajam Rumus Molekul: CH3OH
2 Kelarutan dalam air, pada suhu 20˚C Beracun, mudah terbakar
3 Densitas 0,792 gr/ml3 (20˚C) Sangat mudah terbakar
4 Titik nyala 11˚C Mudah Menguap
5 Titik lebur -98˚C Angka Evaporasi 5,3
6 Titik didih 64,5˚C
(Sumber: MSDS Metanol, No.106008/2012)

3. NaOH
NaOH, juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam
kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida membentuk larutan alkali yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Digunakan
di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam berbagai macam
bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas,
tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum
digunakan dalam laboratorium kimia (Hasugian Veranixon, 2012).
Natrium hidroksida murni terbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pellet, serpihan,
butiran atau pun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan methanol, walaupun kelarutan NaOH dalam
kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-
polar lainnya (Hasugian Veranaxion, 2012).
NaOH pada proses pembuatan biodiesel berfungsi sebagai untuk mempercepat proses
esterifikasi atau yang biasa disebut katalis. Katalis adalah suatu zat yang difungsikan untuk

40
menurunkan energi aktivasi dimana energi aktivasi itu adalah energi minimum yang memiliki sifat-
sifat fisika dan kimia sebagai berikut pada Tabel 4.
Tabel4. Sifat Fisika dan Kimia NaOH
No Sifat Fisika Sifat Kimia
1 Padatan, berwarna putih, berbau tajam Rumus Molekul: NaOH
2 Kelarutan larut dalam air, pada suhu 20˚C Higroskopis
3 Berat Molekul: 40 g/mol Tidak mudah terbakar
4 pH 12,7 Korosif, beracun
5 Densitas: 1 gr/cm3
6 Titik lebur 323˚C, Titik didih 1388˚C
(Sumber MSDS NaOH, No. 106498/2012)

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat
- Gelas Kimia 250 ml - Stopwatch
- Magnetic Stirer - Neraca Analitik
- Hot Plate - Corong pisah
- Mortar - Piknometer
- Spatula - Termometer
- Pipet Ukur - Buret
- Bola Karet - Aerometer
- Erlenmeyer - Statif
- Pipet Tetes
 Bahan
- Minyak Jelantah
- NaOH
- Metanol
- Aquadest
- Indikator PP

D. LANGKAH KERJA
a. Pembuatan Metil Ester (Minggu Pertama)

41
1. Menimbang 1 gr NaOH yang telah dihaluskan dan masukkan ke dalam gelas kimia 250
ml, kemudian larutkan dengan 41 ml methanol. Aduk dengan menggunakan stirrer
hingga semua NaOH larut.
2. Memanaskan 200 ml sampel minyak di atas hot plate, aduk dengan magnetic stirrer
dengan kecepatan 100 rpm pada temperature 45 – 55˚C.
3. Menambahkan larutan natrium metoksida yang telah dibuat pada Langkah 1 ke dalam
minyak yang telah dipanaskan sedikit demi sedikit, dan pertahankan suhu pengaduk
55˚C. Setelah semua natrium metoksida bercampur lakukan pengadukan hingga 45
menit.
4. Memindahkan metil ester ke dalam corong pisah dan diamkan selama 15 menit hingga
terbentuk dua lapisan lalu keluarkan lapisan bawahnya.
5. Menghitung volume metil ester dengan menggunakan gelas ukur kemudian lakukan
pemurnian dengan cara memanaskan aquadest sebanyak 50% dari volume metil ester
hingga suhu 60˚C, lalu tuangkan metil ester ke dalam aquadest dan aduk secara perlahan
selama 10 menit.
6. Memindahkan campuran metil ester dan aquadest ke dalam corong pisah, diamkan
hingga terbentuk dua lapisan, dan keluarkan lapisan bawahnya.
7. Menghitung volume yield yang didapat.

Analisis Produk
1. Pengujian densitas
- Menimbang piknometer kosong dan kering sebagai a gram.
- Menimbang piknometer yang berisi dengan aquadest hingga penuh sebagai b gram.
- Menghitung volume piknometer.
- Melakukan dengan cara yang sama, piknometer dibersihkan dan diisi dengan metil
ester.
- Menghitung densitas metil ester (gr metil ester / volume piknometer).

2. Pengujian Viskositas
- Membersihkan terlebih dahulu alat Ostwald.
- Memipet 5 ml sampel dan masukkan ke dalam alat Ostwald.
- Menetapkan waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sampel dengan cara
menghisapnya hingga melebihi tanda garis atas. Bila miniskus berhimpit perhitungan
dimulai lagi dengan tanda garis bawah.

42
- Mengamati proses sebanyak 3 kali.
- Mencatat suhu pada saat pengamatan.
- Mengulangi langkah di atas dengan menggunakan aquadest.

3. Pengujian Asam Lemak Bebas (FFA)


- Menimbang 5 gram metil ester, tambahkan 50 ml larutan methanol 95% dan
tambahan 3 tetes indicator PP.
- Melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai berarna merah muda.
- Mencatat NaOH yang digunakan
N × V × 200
kadar FFA ( % )= × 100 %
W × 1000
Keterangan :
N : Konsentrasi NaOH (N)
V : Volume NaOH terpakai (ml)
W : Massa sample minyak goreng jelantah
200 : Mr. Asam Laurat (C11H23COOH)
Pembuatan larutan :
- Menimbang NaOH 0,1 N sebanyak 2 gr kemudian larutkan ke dalam 500 ml aquadest
- Melarutkan 0,5 gr fenoftalein ke dalam 100 ml etanol sebagai indikator PP.

E. DATA PERHITUNGAN

1. Pengujian Densitas
a) Mencari berat air
( berat piknometer + aquades) – (berat piknometer kosong)
= 38,2 gr – 25,8 gr = 12,8 gr

b) Mencari V piknometer
gr air
ρ=
V air
12 , 8 gr
1 gr /ml=
V
V = 12,8 ml

c) Mencari densitas metil ester


gr metil ester
ρ=
V metil ester

43
( pikno metil ester− pikno kosong )
ρ=
V metil ester
( 59,2382−33,6628 )
ρ=
12 , 8 ml
ρ=1,9980 gr /ml

2. Menghitung Viskositas
* Metil Ester * Air
η = K (ρ1-ρ2) . t η = K (ρ1-ρ2) . t
η = 0,09 (2,2 – 1,9980) . 55,82 η = 0,09 (2,2-1) . 8,93
η = 0,09 (0,202) . 55,82 η = 0,9644 mpa.s
η = 1,0148 mpa.s
η 1,0148
V= =
ρ 1,9980
= 0,5079

3. Uji Asam Lemak Bebas (ALB)


Konsentrasi NaOH = 0,1 N
Volume rata-rata NaOH = 2 ml + 2,1 ml / 2
= 4,1 ml / 2 = 2,05 ml
Massa biodiesel = 5 gr
Mr C11H23COOH = 200 gr / mol
N x V x 200
Kadar FFA (%) = x 100 %
W x 1000
0 ,1 x 2 , 05 x 200
¿ x 100 %
5 x 1000
= 0,82 %

44
F. GAMBAR LANGKAH KERJA
* Minggu Pertama

Menimbang 1 gr NaOH, lalu haluskan

NaOH yang telah dihaluskan kemudian


dimasukkan kedalam gelas kimia 250ml,
kemudia larutkan dengan 41 ml methanol,
kemudian aduk menggunakan stirrer hingga
NaOH larut.

Memanaskan 200 ml sampel minyak jelantah


diatas hotplate, aduk dengan magnetik stirrer
pada suhu 45-55oC. Kemudia menambahkan
larutan yg telah dibuat pada langkah pertama 1
kedalam minyak yang telah dipanaskan sedikit
demi sedikit, lalu aduk semua hingga bercampur
hingga 45 menit

Memindahkan metil ester kedalam corong


pemisah diamkan selama 15 menit hinnga
terbentuk 2 lapisan dan lalu keluarkan lapisan
bawahnya.

45
Melakukan pemurnian dengan memanaskan
aquades sebanyak 50% dari volume metil ester
hingga suhu 60oC, lalu tuangkan metil ester ke
dalam aquadest dan aduk secara perlahan selama
10 menit.
Kemudian memindahkan campuran metil ester
dan aquadest ke dalam corong pisah, diamkan
hingga terbentuk dua lapisan, dan keluarkan
lapisan bawahnya.

Lalu, dari hasil tersebut hitung volume yield


yang didapat

* Minggu kedua

Pengujian Densitas menggunakan Piknometer

Pengujian Viskositas

46
Pengujian Asam Lemak Bebas (FFA)

47
G. ANALISA PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan “Pembuatan Metil Ester” dapat dianalisa bahwa bahan baku dalam
praktikum ini yaitu minyak jelantah, methanol dan NaOH. NaOH disini bertindak sebagai katalis pada
pembuatan Metil Ester. Alasan penggunaan katalis basa karena menghasilkan sedikit kandungan air dan
apabila menggunakan katalis asam maka produk metil ester yang terbentuk mengndung banyak air.
Penggunaan katalis NaOH dimaksud untuk mempercepat reaksi pembuatan metil ester dengan metode
transesterifikasi. Methanol dan katalis natrium hidroksida dicampur dan dihomogenkan terlebih dahulu.
Penambahan katalis dilakukan pada langkah akhir karena senyawa tersebut menghasilkan reaksi eksotermis
yang menghasilkan panas.
Metil ester digunakan sebagai biodiesel atau bahan bakar alternatif menggunakan proses
transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi pembuatan metil ester dilakukan pada temperatur yang berkisar 45-
55⁰C. Suhu tersebut dijaga untuk mengurangi terjadinya penguapan dan methanol. Pada suhu tersebut
bertujuan untuk mencegah molekul minyak menjadi molekul lebih kecil sehingga mudah untuk bereaksi.
Pemanas minyak dilakukan dengan menggunakan hot plate yang dilengkapi dengan magnetik stirrer pada
bagian bawah gelas kimia. Waktu pemanasan dilakukan selama 45 menit agar campuran dan reaksi zat
menjadi lebih sempurna.
Larutan yang terbentuk pada corong pemisah terbagi menjadi 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna
coklat kekuningan dan bawah berwarna kuning yaitu gliserol. Lalu larutan yang dihasilkan akan dicuci
menggunakan air aquadest. Air yang digunakan berupa air hangat yang bersuhu 60 ⁰C. Air yang digunakan
dalam pencucian bersifat polar sehingga melarutkan gliserol, methanol dan sisa katalis NaOH, sedangkan
metil ester merupakan senyawa yang tidak larut dalam air. Air yang dimasukkan dalam campuran
dihomogenkan sehingga terbentuk lapisan berwarna putih kekuningan.
Setelah pembuatan metil ester, dilakukan analisa pada metil ester yang dibuat. Hal ini bertujuan agar
metil ester yang dibuat terjamin mutu kualitasnya. Analisa yang dilakukan ada 4 yaitu, pengujian densitas,
viskositas, asam lemak bebas dan uji pH. Pengujian densitas dilakukan bertujuan untuk penentuan kualitas
suatu bahan bakar. Sedangkan asam lemak dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan dari minyak /
lemak tersebut.

H. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan ini didapatkan data :
- proses pembuatan metil ester adalah trans-esterifikasi
- pengujian densitas metil ester pada praktikum adalah = 1,9980 gr/ml
- pengujian viskositas metil ester pada praktikum adalah = 0,5079 mpa.s
- asam lemak bebas pada metil ester yang dibuat sebesar = 0,82%
- pH metil ester pada praktikum didapat sebesar = 6

I. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Praktikum Proses Teknik Kimia 2022 “Metil Ester (Biodiesel)”. Palembang. Politeknik Negeri
Sriwijaya.

48
GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Magnetic Stirer

Hot Plate Mortar

Spatula Pipet Tetes

Bola Karet Erlenmeyer

Pipet Tetes Stopwatch

49
Neraca Analitik Corong Pemisah

Piknometer Termometer

Buret Statif

Viskometer Falling Ball

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI KEMIRI


50
A. TUJUAN
Mahasiswa memahami cara pengambilan minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dengan cara ekstraksi
menggunakan soxhlet.

B. TEORI
Minyak atsiri adalah salah satu jenis minyak nabati. Minyak atsiri sering juga disebut sebagai
essential oil. Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga,
buah, biji, kulit biji, batang, akar atau rimpang. Salah satu ciri utama minyak atsiri yaitu mudah
menguap dan beraroma khas (Rusli, 2010).
Minyak atsiri mengandung bermacam-macam senyawa, tetapi secara umum dapat
digolongkan dalam empat senyawa dominan, yaitu terpene, komponen hidrokarbon berantai lurus,
senyawa turunan benzene, dan senyawa lain yang spesifik untuk masing-masing tanaman (Guanther,
1948).
Minyak atsiri dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal terutama dalam industri farmasi dan
kosmetik, misalnya untuk parfum, sabun, lotions, shampoo, obat-obatan, dan lain-lain. Terdapat
beberapa metode untuk ekstraksi minyak atsiri, salah satu diantaranya adalah dengan metode
distilasi kukus (steam distillation) dan metode ekstraksi dengan pelarut (solvent). Dalam distilasi, air
diuapkan lalu dikondensasikan kembali.
Metode distilasi kukus menggunakan prinsip jika terdapat suatu komponen X yang bersifat
volatile dari suatu bahan baku yang bersifat tidak volatile maka komponen X dapat dipisahkan dari
bahan baku dengan metode distilasin kukus. Agar komponen X dapat dipisahkan dari bahan baku
maka komponen X harus diuapkan terlebih dahulu. Untuk 2 mempermudah proses penguapan
dilakukan proses penurunan titik didih steam. Titik didih steam diturunkan dengan cara penambahan
uap inert. Uap inert yang ditambahkan biasanya berupa uap air (steam) akan berpengaruh terhadap
tekanan uap sistem. Oleh karena itu metode ini steam distillation. Pada distilasi kukus terjadi proses
perpindahan massa minyak atsiri baik dalam padatan bahan baku secara difusi maupun antar
permukaan padatan bahan baku ke uap.
Laju perpindahan massa minyak atsiri mwmiliki 2 tahapan, yaitu tahapan laju perpindahan
massa tetap dan laju perpindahan massaa menurun. Saat konsentrasi minyak atsiri dalam padatan
bahan baku masih tinggi, laju perpindahan massanya tetap. Hal ini dikarenakan laju perpindahan
massa dalam padatan sama dengan perpindahan massa antar fase dari permukaan padatan ke uap.
Namun saat konsentrasi minyak atsiri dalam padatan bahan baku sudah rendah, laju perpindahan
51
massa minyak atsiri akan menurun. Hal ini dikarenakan laju perpindahan massa minyak atsiri dalam
padatan bahan baku menurun. Biasanya tahapan laju perpindahan massa tetap hanya terjadi secara
singkat dibandingkan dengan tahapan laju perpindahan massa menurunan.
Fungsi steam dalam metode distilasi kukus adalah membasahi permukaan bahan,
melunakkan jaringan, dan menembus dinding sel. Steam juga berfungsi sebagai media pembawa
panas (menaikkan suhu dan menguapkan komponen campuran), sehingga steam tersebut dapat
mendesak molekul-molekul minyak agar terlepas dari jaringan minyak pada tumbuhan. Steam juga
berfungsi sebagai pembawa minyak. Proses ini disebut hidrofusi.
Proses hidrofusi adalah difusi atau perembesan minyak atsiri oleh uap panas (Steam) melalui
selaput tanaman. Dalam proses ini, air panas akan mendesak masuk ke dalam jaringan dan mendesak
minyak atsiri keluar dari jaringan menuju permukaan.
Terdapat beberapa faktor yang menentukan jumlah minyak atsiri yang didapatkan melalui
metode distilasi kukus, antara lain:
1. Jenis tanaman yang digunakan
Jenis tanaman yang digunakan menentukan jumlah minyak atsiri yang mampu diekstraksi.
Setiap jenis tanaman memiliki nilai rendemen minyak tertentu.
2. Bagian tanaman yang digunakan
Pada jenis tumbuhan yang sama, nilai rendeman minyak dapat berbeda-beda tergantung
bagian yang digunakan, misalnya daun, batang, bunga, dan lain-lain.
3. Ukuran bahan baku
Ukuran bahan baku dapat mempengaruhi jumlah minyak yang diperoleh, karena semakin
kecil dan semakin halus bahan yang dipakai, luas bidang kontak semakin besar dan minyak
yang terambil semakin banyak.
4. Suhu proses
Suhu yang digunakan dapat mempengaruhi jumlah minyak yang diperoleh, karena semakin
kecil dan semakin halus bahan yang dipakai, luas bidang kontak semakin besar dan minyak
yang terambil semakin banyak.
5. Waktu proses
Semakin lama waktu yang diperlukan untuk proses pengambilan minyak, semakin banyak
minyak atsiri yang dapat diperoleh.
6. Kondisi bahan baku
Kondisi bahan baku meliputi jumlah kadar air dalam bahan. Kandungan kadar air yang tinggi
dalam bahan baku dapat menghambat proses ekstraksi dan distilasi, yang dapat menyebabkan
minyak yang terambil tidak sempurna.
52
Minyak atsiri memiliki sifat mudah larut dalam pelarut organic. Oleh karena itu, untuk
mengekstraksi minyak atsiri dalam padatan seperti bagian tumbuhan dapat dengan cara
menggunakan perantara pelarut organic. Metode ekstraksi padat-cair ini disebut juga leaching.
Ekstraksi padat-cair di laboratorium sering dilakukan dengan menggunakan soxhlet, yang
memungkinkan pelarut dapat berkontak dengan padatan secara berulang-ulang. Dengan cara
ekstraksi ini, maka dimungkinkan semua minyak atsiri dapat terambil dari padatan.

Mekanisme pengambilan minyak atsiri dari daun cengkeh dengan ekstraksi soxhlet adalah
sebagai berikut : sampel yang sudah dihaluskan ditimbang, kemudian dibungkus dengan kertas
saring atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel). Kertas saring berfungsi untuk
menjaga agar bahan tidak tercampur dengan pelarut minyak secara langsung. Hal ini untuk menjaga
komponen selain minyak atsiri ikut terekstrak. Soxhlet disambungkan dengan labu yang telah diisi
pelarut minyak dan ditempatkan pada alat pemanas mantel serta bola pendingin. Bola pendingin
disambungkan dengan soxhlet. Bola pendingin dinyalakan dan alat ekstraksi mulai dipanaskan. Saat
pelarut mendidih, uap pelarut melewati soxhlet menuju bola pendingin. Saat uap pelarut
terkondensasi, cairan pelarut akan menetes pada daun cengkeh yang berada di dalam kertas saring.
Pelarut akan melarutkan minyak atsiri dari sampel. Larutan pelarut dan minyak atsiri saat mencapai
jumlah tertentu akan turun ke labu didih dan proses diulangi kembali sehingga disebut sebagai
sirkulasi. Metode ini 5 dilakukan hingga beberapa sirkulasi. Setelah proses ekstraksi selesai
dilakukan penyulingan untuk memisahkan minyak atsiri dengan pelarut.

Terdapat beberapa faktor yang menentukan jumlah minyak atsiri yang didapatkan melalui
metode soxhlet, antara lain:

1. Jenis tanaman yang digunakan


Jenis tanaman yang digunakan menentukan jumlah minyak atsiri yang mampu diekstraksi.
Setiap jenis tanaman memiliki nilai rendeman minyak tertentu.
2. Bagian tanaman yang digunakan
Pada jenis tanaman yang sama, nilai rendeman minyak dapat berbeda-beda tergantung bagian
yang digunakan, misalnya daun, batang bunga, bunga, dan lain-lain.
3. Ukuran bahan baku
Ukuran bahan baku dapat mempengaruhi jumlah minyak yang diperoleh, karena semakin
kecil dan semakin halus bahan yang dipakai, luas bidang kontak semakin besar dan minyak
yang terambil semakin banyak.
4. Suhu proses

53
Suhu yang digunakan dapat mempengaruhi jumlah minyak yang dapat diekstraksi. Pada suhu
optimum dimungkinkan minyak atsiri dapat diekstrak secara optimal. Jika suhu yang
digunakan terlalu rendah maka proses akan berjalan lambat dan minyak atsiri yang
dihasilkan hanya sedikit. Jika suhu yang digunakan terlalu tinggi maka dapat menyebabkan
minyak atsiri mengalami dekomposisi.
5. Waktu proses
Semakin lama waktu yang diperlukan untuk proses pengambilan minyak, semakin banyak
minyak atsiri yang dapat diperoleh.
6. Kondisi bahan baku
Kondisi bahan baku meliputi jumlah kadar air dalam bahan. Kandungan kadar air tinggi
dalam bahan baku dapat menghambat proses ekstraksi dan distilasi, yang dapat menyebabkan
minyak yang terambil tidak sempurna.
7. Jenis pelarut yang digunakan
Jenis pelarut yang digunakan harus memenuhi beberapa syarat agar dapat memberikan hasil
yang optimal dalam ekstraksi menggunakan soxhlet, antara lain:
a. Dapat melarutkan semua zat yang diinginkan dengan cepat dan sempurna, dengan
sesedikit mungkin melarutkan bahan baku.
b. Bersifat inert sehingga tidak beraksi dengan komponen.
c. Bersifat sesuai dengan senyawa yang ingin diisolasi (polar/non polar) agar dapat
melarutkan dengan sempurna.

10 Contoh Minyak Atsiri sebagai berikut ;

a. Minyak Nilam
Minyak nilam berasal dari ekstrak daun nilam yang bernama latin Pogostemon cablin benth. Minyak
nilam memiliki aroma yang khas kayu, manis dan pedas. Menurut penelitian dari hasil analisi KG
senyawa penyusun minyak nilam yaitu memiliki 8 komponen senyawa seperti Patchouli Alkohol
(20,36%), Delta-Guaiene (14,50%), Alpha Guaiene (12,89%), Pogostol (3,58%), Plustrol (1,64%),
Beta-pinene (0,35%), Alpha-pinene (0,14%), Alpha-patchoulena (7,54%). Minyak nilam digunakan
sebagai campuran dalam pembuatan kosmetik, farmasi dan aroma terapi dan berfungsi sebagai zat
pengikat. Minyak nilam juga berguna untuk meredakan rasa sakit pada tubuh, mencegah
peradangan, mencegah penuaan, membunuh bakteri, dan membunuh serangga. Harga minyak nilam
per kg yaitu Rp. 650.000.
54
b. Minyak Sereh
Minyak sereh secara umum digunakan untuk pengusir nyamuk, namun semakin berkembangnya
ternyata minyak sereh berguna untuk meregangkan otot yang kaku, dan sebagai penambah nafsu
makan. Komposisi di dalam minyak sereh dari hasil penelitian yang diperoleh yaitu sitral,
sintronelal, dan geraniol. Harga minyak sereh per liter nya yaitu Rp. 225.000.

c. Minyak Pala
Minyak atsiri dari buah pala digunakan untuk membantu melawan stress, karena bertindak sebagai
stimulant dan obat penenang. Dapat membantu menurunkan tekanan darah, yang sangat membantu
pertempuran melawan stress. Minyak pala juga digunakan dalam pengobatan cina untuk meredakan
pembengkakan sendi dan nyeri otot. Minyak pala memiliki kandungan minyak atsiri sekitar 6,85%
dengan komponen penyusun utama di antaranya adalah Sabinena (41,7%), α-pinena (9,4%), β-
pinena (7,3%), terpina-4-ol (5,8%), limonene (3,7%), safrol (1,4%), dan miritsin (2,7%). Harga
minyak pala per liter yaitu Rp. 850.000.

d. Minyak Kayu Putih


Minyak kayu putih memiliki manfaat yaitu menyembuhkan kulit gatal dan kemerahan, mengobati
jerawat, melindungi dari sinar matahari, melembapkan kulit, mengatasi kulit berminyak, mencegah
infeksi, melindungi tubuh dari gigitan serangga, meredakan gangguan di saluran pernafasan, dan
melancarkan sistem sekresi. Minyak kayu putih memiliki komponen utama yaitu α-pinene, Sineol,
α-tripineol, Kariofilen, α-karyofilen, Ledol dan Elemol. Harga minyak kayu putih per liter yaitu Rp.
450.000.

e. Minyak Jeruk Purut


Minyak jeruk purut biasa digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, dan mengubah cita
rasa makanan menjadi lebih menarik. Selain itu minyak atsiri jeruk memiliki manfaat kesehatan
yang digunakan sebagi aroma terapi. Hasil identifikasi senyawa kimia utama minyak atsiri jeruk
buah jeruk purut adalah D-Limonene (17,10%), 3-Carene (13,77%), dan γ-Terpinene (12,56%)
sedangkan pada daun adalah Citronellal (61,31%), Citronellol (10,62%), dan 3-Carene (6,61%).
Harga minyak jerut purut per liter yaitu Rp. 741.000.

f. Minyak Jahe

55
Minyak atsiri dari jahe memiliki kegunaan sebagai penghilang rasa sakit, memperbaiki sirkulasi
pernafasan sehingga mampu mengatasi masalah pernafasan, dan melancarkan pencernaan. Dari
hasil analisis dengan GC-MS diketahui bahwa rimpang jahe memiliki 41 komponen senyawa,
dengan kandungan senyawa utama adalah sabinene (12,87%), camphene (11,78%), 2,6-
Octadienal,3,7-Dimethyl (10,82%), trans-Citral (7,65%), dan α-Cedrene (6,46%). Harga minyak
atsiri jahe per liter yaiu Rp. 2.250.000.
g. Minyak Kemukus
Minyak dari buah kemukus memiliki kegunaan dalam mengatasi asma atau masalah pernafasan
terutama untuk sesak nafas. Dalam minyak kemukus ada senyawa-senyawa yang membantu
melonggarkan pernafasan seperti kubebin, epikubebin, dan dihydrokubebin. Kandungan lain dalam
minyak kemukus yaitu alpha-thujene, sabinene, gamma-terpinene, delta-elemene, naphthalene,
alpha-copaene, palustrol, alloaromadendrene, alpha-humulene, germacrene-d, delta-cadinene, dan
juga alpha pinene. Harga minyak kemukus per kg yaitu Rp. 2.990.000.

h. Minyak Kenanga
Minyak atsiri dari bunga kenanga memiliki kegunaan sebagai bahan mengobati asma. Bila
dikeringkan, bunga kenanga bisa mengurangi gejala malaria. Selain itu bunga kenanga juga
digunakan sebagai obat tradisional untuk menangani masalah penurunan hasrat seksual dan
membangkitkan mood. Komponen penyusun utama minyak kenanga yaitu caryophyllene (36,44%),
ȃ-linalool (5,97%), ȃ-caryophyllene (9,61%), germacrene D (17,23%), dan benzyl benzoate (7,18%).
Harga minyak atsiri dari bunga kenanga yaitu Rp. 1.970.000 per liter.

i. Minyak Kayu Gaharu


Minyak atsiri dari kayu gaharu memiliki kegunaan yaitu mengatasi persendian, meredakan gangguan
ginjal, dapat menghilangkan stress, membantu mengobati kanker, menjaga kesehatan kulit, untuk
mengobati asma, meringankan batuk dan melancarkan menstruasi. Komponen senyawa dalam
minyak kayu gaharu yaitu 8-methoxy-2-(2-phenylethyl)chromen-4-one dan 7-(benzyloxy)-
5hydroxy-2-methylchromone. Harga minyak kayu gaharu per liter yaitu Rp. 300.000.

j. Minyak Cendana
Minyak atsiri dari cendana digunakan untuk mengobati berbagai kondisi gangguan kesehatan seperti
mengatasi flu, infeksi saluran kemih, masalah hati dan kantong empedu, masalah pencernaan, wasir,
kudis, serta masalah otot. Senyawa utama ketiga minyak cendana adalah α-santalol dan β-santalol.
Harga minyak atsiri dari cendana yaitu Rp. 2.250.000 per 500 ml.
56
C. ALAT DAN BAHAN
 Alat
- Seperangkat ekstraksi soxlet dan distilasi
- Timble
 Bahan
- Bahan baku minyak atsiri
- Etanol
- Aquadest

D. LANGKAH KERJA
1. Memasukkan bahan baku minyak atsiri yang telah halus ke dalam timble sifon kemudian ditimbang.
2. Menyiapkan alat ekstraksi soxlet dan timble yang kemiri dimasukkan ke dalam alat ekstraktor.
3. Memasukkan alcohol di labu leher dua sebanyak 200 ml (atau ½ - 2/3 dari volume labu) dan lakukan
ekstraksi selama 3 jam.
4. Mendistilasi ekstrak yang diperoleh, tampung destilat yang terbentuk.
5. Menimbang residu yang diperoleh.
6. Melakukan analisa sifat fisika dan kimia yang diperoleh.

E. DATA PENGAMATAN
I. PROSES EKSTRAKSI

Perlakuan Pengamatan
Menghaluskan atau mengecikan Bertujuan untuk membuat luas
ukuran biji kemiri dengan permukaan biji kemiri terhadap
mortar dan alu. pelarutnya semakin besar
sehingga minyak dari biji
kemiri lebih cepat keluar.
Memasukkan dan membungkus Bertujuan agar biji kemiri tidak
biji kemiri yang sudah halus ke keluar pada saat proses
biji kemiri yang sudah halus ke ekstraksi.
dalam kertas saring.
Menimbang biji kemiri. Didapatkan biji kemiri halus
57
sebanyak 39,8 gram.
Didapatkan biji kemiri halus Bertujuan untuk melarutkan
sebanyak. lemak atau minyak.
Proses ekstraksi dengan Proses ekstraksi dilakukan
menggunakan soxhlet . sebanyak 4 run dan hasilnya
larutan menjadi putih keruh
serta diperoleh hasil ekstraksi
sebanyak 212 ml.

NO Waktu (menit) Suhu (˚C)


1 23 menit 74˚C
2 13 menit 74˚C
3 13 menit 74˚C
4 14 menit 74˚C

II. PROSES DISTILASI

Perlakuan Pengamatan
Memanaskan hasil ekstraksi biji kemiri. Bertujuan untuk melarutkan minyak
yang mungkin telah membeku.
Proses distilasi. Bertujuan untuk memisahkan minyak
atsiri dan etanol yang menguap
(distilat) dan yang diambil adalah
minyak (residu). Didapatkan minyak
yang berwarna kuning.
Menimbang minyak hasil distilasi. Minyak yang diperoleh sebanyak 17 ml

III. UJI MUTU MINYAK ATSIRI

Pengamatan Hasil
a. Warna Kuning
b. Bau Memiliki bau khas

58
c. Rendeman
1. Berat labu leher dua kosong 306,5 gr
2. Berat labu leher dua + isi 320 gr
3. Berat minyak 25 gr
4. Rendeman %rendeman=
berat minyak
×100 %
berat bahan baku
25 gr
¿ × 100 %
39 ,8 gr
= 62,8%

F. PERHITUNGAN
Biaya bahan baku satuan minyak atsiri kemiri, 40 botol per hari :

Volum
No Bahan Biaya Jumlah
e
1 Etanol 200 ml Rp. 16.000 Rp. 16.000
2 Kemiri 40 gr Rp. 2.000 Rp. 2.000
TOTAL Rp. 18.000

Keterangan

Produksi dan Biaya Bahan Baku Masker Jerawat :


Tiap hari 40 botol
Tiap bulan (25 hari) 1000 botol
Biaya Bahan Baku per satuan produk 18.000
Biaya Bahan Baku per hari (40 botol) 720.000
Biaya Bahan Baku per bulan (1000 botol) 18.000.000

Kebutuhan modal

No Bahan Volume Biaya Jumlah


1 Biaya investasi
a. Timbangan Analitik 1 Unit 200.000 200.000
b. Alat-alat pelengkap 1 Unit 1.297.500 1.297.500
c. Sarung Tangan 1 Buah 200.000 200.000
d. Meja 1 Unit 200.000 200.000
Sub Total 1.897.500
59
2 Biaya Operasional Per Bulan
a. Bahan Baku 1 bulan (25 hari) 1000 Botol 18.000 720.000
b. Biaya tenaga kerja 3 Orang 150.000 150.000
c. Biaya pemasaran dan kemasan 25 Hari 5.000 125.000
Sub Total 995.000
Rp.
Total Kebutuhan Modal 2.892.500

Proyeksi pendapatan dan biaya

No ITEM Volume Jumlah Total


1 Penjualan
Penjualan per bulan (25 hari) 1000 botol 20.000 20.000.000
2 Biaya Produksi
1000 botol × Rp.
a. Bahan Baku 18.000.000
18.000
b. Biaya tenaga kerja 3 orang 150.000
c. Biaya pemasaran dan kemasan 25 Hari 125.000
Rp.
Total Biaya
18.275.000
Rp.
3 Keuntungan per bulan (25 hari)
1.725.000
12 bulan × Rp. Rp.
Keuntungan per tahun (12 bulan)
1.725.000 20.700.000

G. ANALISIS DATA
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mendapatkan minyak atsiri dari kemiri.
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelejari pemisahan senyawa dari padatan dengan cara
ekstraksi dan menggunakan metode distilasi sederhana.

60
Ekstraksi adalah proses pemisahan dari beberapa komponen pada suatu larutan berdasarkan
densitas larutannya. Esktraksi yang kami lakukan menggunakan soxlet dengan prinsip kerjanya
adalah pemanasa, penguapan, pendinginan, dan pelarutan.
Dalam proses ekstraksi biji kemiri dihaluskan terlebih dahulu untuk memudahkan seluruh
permukaan kemiri terlarut bersama pelarut agar minyak yang dihasilkan lebih cepat keluar dan
banyak. Kemiri yang digunakan sebanyak 39,8 gram dan etanol sebanyak 250 ml dalam labu bulat.
Ekstraksi dilakukan sampai larutan minyak ekstraknya jernih. Pada percobaan kali ini kami
melakukan sebanyak 4 kali ekstraski. Jika minyak sudah jernih berarti menunjukkan pelarut etanol
sudah menguap dan hasil yang didapat adalah ekstrak minyak kemiri dengan volumenya sebesar 212
ml.
Setelah proses ekstraksi dilakukan proses distilasi. Distilasi adalah proses pemisahan
beberapa komponen pada larutan berdasarkan titik didih. Pada proses ini larutan ekstrak minyak
kemiri di distilasi dengan proses sederhana. Etanol yang memiliki titik didih 78,37˚C yang
mempunyai sifat yang mudah menguap, etanol juga bersifat selektif dalam melarutkan zat.
Sedangkan minyak memiliki titik didih lebih tinggi dari etanol. Proses distilasi di lakukan untuk
mendapatkan ekstrak minyak kemiri murni. Setelah proses distilasi dilakukan diperoleh sebanyak 17
ml minyak kemiri murni. Dengan persen rendeman sebesar 62,8% berdasarkan teori minyak yang
terkandung berkisar 35-65%. Ini menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan sudah mencukupi
kadar minimum kandungan minyak pada kemiri.

H. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstraksi adalah proses pemisahan beberapa komponen pada larutan bersarakan densitas
larutannya.
2. Distilasi adalah proses pemisahan beberapa komponen pada larutan berdasarkan titik didih
larutannya.
3. Titik didih etanol sebesar 78,37˚C sedangkan titik didih minyak atsiri sampai 200˚C.
4. Minyak atsiri kemiri yang diperoleh sebesar ml.
5. Prinsip kerja pada ekstraksi soxlet adalah pemanasan, penguapan, pendinginan dan pelarutan.
6. Ekstraksi soxlet digunakan karena sampel berupa padatan.

I. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet penuntun teknik kimia 2022 “Politeknik Negeri Sriwijaya”.Palembang.

61
62
PEMBUATAN HAND SANITIZER SPRAY

A. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui proses pembuatan hand sanitizer spray.

B. DASAR TEORI
Kuman ada di mana-mana, dan bisa menyebar kapan saja. Cara penyebarannya-pun bisa
bermacam-macam, salah satu caranya adalah melalui kontak tangan. Setiap hari, tanpa kita sadari
kita menyentuh berbagai tempat bersarangnya kuman. Misalnya pegangan tangga, pegangan bis
kota, pegangan pintu, tombol lift, keyboard komputer, telepon umum, maupun tangan orang lain.
Apabila setelah itu kita menyentuh hidung atau mulut kita sendiri, pada saat itulah kuman bisa
masuk ke tubuh kita.

Untuk mencegah kita harus selalu menjaga kebersihan tubuh kita. Misalnya mandi dengan air
bersih, memakai masker di tempat yang berpolusi, serta rajin mencuci tangan dengan sabun terutama
setelah bepergian dan sebelum makan. Di saat dimana kita sedang bepergian dan mengalami
kesulitan mencari toilet/tempat mencuci tangan, kita dapat menggunakan hand sanitizer untuk
membersihkan tangan kita dari kuman dan kotoran.

Salah satu acara berita ternama “Good Morning America” milik ABC News mengadakan
penelitian sederhana di University of Maryland untuk membandingkan kinerja hand sanitizer dengan
sabun cuci tangan. University of Maryland merupakan salah satu universitas terbaik dalam bidang
keamanan makanan dan mikrobiologi. Percobaan dilakukan dengan cara meletakkan bakteri E. Coli
dalam jumlah yang sama di tangan para responden. Sebagian dari responden kemudian
membersihkan tangan menggunakan hand sanitizer dan sisanya menggunakan sabun cuci tangan dan
air selama 20 detik. Setelah itu, dilakukan tes untuk mengamati jumlah bakteri yang ada setelah
tangan dibersihkan. Hasilnya jumlah bakteri yang tertinggal pada tangan yang dibersihkan
menggunakan sabun dan hand sanitizer ternyata tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, selalu bawalah
hand sanitizer kemanapun Anda pergi, supaya tubuh kita selalu bersih dan sehat.

Pemakaian antiseptik tangan dalam bentuk sediaan spray di kalangan masyarakat menengah ke
atas sudah menjadi suatu gaya hidup. Beberapa sediaan hand sanitizer dapat dijumpai di pasaran dan
biasanya banyak yang mengandung alkohol. Cara pemakaiannya dengan disemprotkan pada telapak
tangan, kemudian diratakan pada permukaan tangan (Retnosari, 2006).
Hand Sanitizer merupakan pembersih tangan yang memiliki kemampuan antibakteri dalam
menghambat hingga membunuh bakteri (Retnosari dan Isdiarturi, 2006). Menurut Diana (2012)
terdapat dua hand sanitizer yaitu hand sanitizer spray dan hand sanitizer gel. Hand sanitizer gel
merupakan pembersih tangan berbentuk gel yang berguna untuk membersihkan atau menghilangkan
kuman pada tangan, mengandung bahan aktif alcohol 60%. Hand sanitizer sanitizer spray
merupakan pembersih tangan berbentuk spray untuk membersihkan atau menghilangkan kuman
pada tangan yang mengandung bahan aktif irgasan DP 300 : 0,1% dan alcohol 60%. Penelitian
Diana (2012) menyatakan, hand sanitizer yang berbentuk cair atau spray lebih efektif dibandingkan
hand sanitizer gel dalam menurunkan angka kuman pada tangan.
Banyak hand sanitizer yang berasal dari bahan alcohol atau etanol yang dicampurkan bersama
dengan bahan pengental, missal karbomer, gliserin, dan menjadikan serupa jelly, gell, atau busa
63
untuk mempermudah dalam penggunaannya. Gel ini mulai popular digunakan karena
penggunaannya mudah dan praktis tanpa membutuhkan air dan sabun. Gel sanitasi ini menjadi
alternatuf yang nyaman bagi masyarakat. (Hapsari, 2015)
Seiring perkembangan zaman, dikembangkan juga pembersih tangan non alcohol, tetapi jika
tangan keadaan benar – benar kotor, baik oleh tanah, udara, darah, ataupun lainnya. Mencuci tangan
dengan air dan sabun lebih disarankan karena gel hand sanitizer tidak dapat efektif membunuh dan
membersihkan material organic lainnya. Alkohol banyak digunakan sebagai antiseptic atau
desinfektan untuk desinfekesi permukaan kulit yang bersih, tetapi tidak untuk kulit yang luka.
(Hapsari, 2015)

 Manfaat penggunaan Hand Sanitizer


1. Membersihkan tangan dari kuman dan debu.
2. Menjaga kulit tetap halus dan lembut.
3. Pembersih kacamata, handphone, dan jam tangan.
 Kekurangan penggunaan Hand Sanitizer
1. Tidak Bisa Membunuh Semua Jenis Bakteri.
2. Kulit menjadi kering.
3. Dapat Mengiritasi Kulit dan Meningkatkan Risiko Infeksi.

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Gelas ukur 1000 mL
2. Gelas kimia
3. Batang pengaduk
4. Spatula
5. Pipet ukur
6. Pipet tetes
7. Botol

D. BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Etanol 96% 83,3 Ml
2. Gliserol 98% 1,45 mL
3. Hydrogen peroksida 30% 4,17 mL
4. Aquadest Tambahkan sampai tanda batas 100 Ml

E. PROSEDUR KERJA
1. Sejumlah 83,3 mL etanol 96% dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL.
2. Tambahkan 4,17 mL hydrogen peroksida 30% ke dalam gelas ukur berisi
etanol tersebut.
3. Selanjutnya tambahkan 1,45 mL gliserol 98% menggunakan gelas ukur,
dan pastikan sisa – sisa gliserol tidak tertinggal dengan cara membilasnya
dengan air.
4. Tambahkan air hingga 100 mL, aduk hingga homogeny.
5. Pindahkan campuran ke dalam botol kaca bersih.
6. Simpan selama 72 jam untuk memastikan tidak ada kontaminasi
organisme dari wadah botol.
7. Hand Sanitizer siap digunakan.

64
F. DATA PENGAMATAN
PERLAKUAN PENGAMATAN
Sejumlah 83,3 mL etanol 96%
dimasukkan ke dalam gelas ukur 100
mL.

Tambahkan 4,17 mL hydrogen


peroksida 30% ke dalam gelas ukur
berisi etanol tersebut.

Selanjutnya tambahkan 1,45 mL


gliserol 98% menggunakan gelas
ukur, dan pastikan sisa – sisa gliserol
tidak tertinggal dengan cara
membilasnya dengan air.

Tambahkan air hingga 100 mL, aduk


hingga homogeny.

65
Pindahkan campuran ke dalam botol
kaca bersih.

Simpan selama 72 jam untuk


memastikan tidak ada kontaminasi
organisme dari wadah botol.

Hand Sanitizer siap digunakan.

G. ANALISIS EKONOMI
 Biaya Bahan Baku untuk Hand Sanitizer Spray 100 botol per hari

No Bahan Volume Biaya Jumlah


1 Etanol 96% 83,3 ml Rp. 41,- Rp. 3.415
2 Gliserol 98% 1,45 ml Rp. 65,- Rp. 94,25,-
Hidrogen Peroksida
3 4,17 ml Rp. 35,- Rp. 145,95,-
30%
4 Aquadest 100 ml Rp. 0,- Rp. 0,-
TOTAL Rp. 3.655

 Keterangan

Produksi dan Biaya Bahan Baku Masker Jerawat :


Tiap hari 100 botol
Tiap bulan (20 hari) 2000 botol
Biaya Bahan Baku per satuan produk 3.655
Biaya Bahan Baku per hari (100 botol) 365.500
Biaya Bahan Baku per bulan (2000 botol) 7.310.000

 Kebutuhan Modal

No Bahan Volume Biaya Jumlah


1 Biaya investasi
a. Timbangan Analitik 1 Unit 200.000 200.000
b. Alat-alat pelengkap 1 Unit 1.297.500 1.297.500
c. Sarung Tangan 1 Buah 200.000 200.000
d. Meja 1 Unit 200.000 200.000
66
Sub Total 1.897.500
2 Biaya Operasional Per Bulan
a. Bahan Baku 1 bulan (20 hari) 2000 Botol 3.655 7.310.000
Oran
b. Biaya tenaga kerja 4 g 150.000 600.000
c. Biaya pemasaran dan kemasan 20 Hari 6.000 120.000
Sub Total 8.030.000
Total Kebutuhan Modal Rp. 9.927.500

 Proyeksi Pendapatan dan Biaya

No ITEM Volume Jumlah Total


1 Penjualan
Penjualan per bulan (20 hari) 2000 botol 6.000 12.000.000
2 Biaya Produksi
2000 botol ×
a. Bahan Baku 7.310.000
Rp. 3.655
b. Biaya tenaga kerja 4 orang 600.000
c. Biaya pemasaran dan kemasan 20 Hari 120.000
Total Biaya Rp. 8.030.000
3 Keuntungan per bulan (20 hari) Rp. 3.970.000
12 bulan × Rp.
Keuntungan per tahun (12 bulan)
Rp. 3.970.000 47.640.000

H. ANALISIS PERCOBAAN
Pada percobaan praktikum kali ini dilakukan pembuatan hand sanitizer spray menggunakan
bahan bess etanol 96%, gliserol 98%, hydrogen peroksida 3%, dan aquadest.

Hand sanitizer adalah produk pembersih tangan berbasis alkohol yang bisa berbentuk gel atau
cairan. Produk ini digunakan untuk membersihkan tangan agar bersih dari virus dan bakteri. Hand
sanitizer dapat dimanfaatkan ketika kamu kesulitan menemukan air bersih dan sabun untuk mencuci
67
tangan. Dalam penelitian ini hydrogen peroksida digunakan sebagai bahan aktif formulas hand
sanitizer. Karena hydrogen peroksida dapat membunuh kuman penyakit yang mungkin ada di dalam
larutan.

Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia membran bakteri
namun tidak membunuh bakteri. Pada konsentrasi tinggi komponen antiseptik akan berpenetrasi
kedalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler, termasuk menghambat biosintesis
makromolekul dan asam nukleat (DNA atau RNA). Lama paparan antiseptik berbanding lurus
dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme.

Pemilihan alkohol dalam formulasi gel hand sanitizer karena alkohol banyak digunakan sebagai
antiseptik untuk disinfeksi permukaan kulit yang bersih dan alkohol juga sebagai disinfektan yang
mempunyai aktivitas bakterisidal, bekerja terhadap berbagai jenis bakteri, tetapi tidak terhadap virus
dan jamur. Akan tetapi karena merupakan pelarut organik maka alkohol dapat melarutkan lapisan
lemak dan sebum pada kulit, dimana lapisan tersebut berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi
mikroorganisme, selain itu alkohol juga berfungsi untuk memberikan rasa dingin di tangan dan agar
spray hand sanitizer lebih cepat kering pada saat digunakan. Alkohol sering digunakan sebagai
antiseptik pada kadar 60-90%.

I. KESIMPULAN
1. Hand sanitizer adalah produk pembersih tangan berbasis alkohol yang bisa berbentuk gel atau
cairan. Produk ini digunakan untuk membersihkan tangan agar bersih dari virus dan bakteri.
Hand sanitizer dapat dimanfaatkan ketika kamu kesulitan menemukan air bersih dan sabun untuk
mencuci tangan.

2. Hand sanitizer sanitizer spray merupakan pembersih tangan berbentuk spray untuk
membersihkan atau menghilangkan kuman pada tangan yang mengandung bahan aktif irgasan
DP 300 : 0,1% dan alcohol 60%.

3. Manfaat penggunaan Hand Sanitizer

1. Membersihkan tangan dari kuman dan debu.


2. Menjaga kulit tetap halus dan lembut.
3. Pembersih kacamata, handphone, dan jam tangan.
 Kekurangan penggunaan Hand Sanitizer
1. Tidak Bisa Membunuh Semua Jenis Bakteri.
2. Kulit menjadi kering.
3. Dapat Mengiritasi Kulit dan Meningkatkan Risiko
Infeksi.

4. Didapatkan data perhitungan :


- Jumlah produksi per bulan sebesar 2000 kemasan.
- Total kebutuhan modal sebesar Rp. 9.927.500,-
- Harga jual per kemasan sebesar Rp.6.000,-
- a. Keuntungan per bulan (20 hari) sebesar Rp. 3.970.000,-

68
b. Keuntungan per tahun (12 bulan) sebesar Rp. 47.640.000,-

J. DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.konimex.com/post/everyday-health-solution/pentingnya-selalu-membawa-hand-
sanitizer
2. https://id.scribd.com/document/467591251/laporan-praktikum-hand-sanitizer
3. https://www.lifebuoy.co.id/semua-artikel/berita-kesehatan/apa-saja-manfaat-rajin-menggunakan-
hand-sanitizer.html
4. https://www.parenting.co.id/keluarga/5-alasan-hand-sanitizer-tidak-lebih-efektif-dari-sabun
5. https://www.alodokter.com/benarkah-hand-sanitizer-bisa-dibuat-sendiri-dan-bagaimana-
keamanannya

GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

69
GELAS KIMIA GELAS UKUR PENGADUK

SPATULA PIPET UKUR PIPET TETES

BOTOL

70
PEMBUATAN CAT TEMBOK

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari dan mempraktekan proses produksi pembuatan cat tembok.
2. Mampu merancang proses produksi pembuatan cat semi komersial.

B. DASAR TEORI
Cat Industri adalah salah satu industri tertua di dunia. Sekitar 20.000 tahun lalu, manusia yang
hidup di gua-gua menggunakan cat untuk kegiatan komunikasi, dekorasi dan proteksi. Mereka
menggunakan material-material yang tersedia di alam seperti arang (karbon), darah, susu, dan
sadapan dari tanaman-tanaman yang memiliki warna yang menarik. Yang mengejutkan, cat-cat ini
mempunyai keawetan yang baik, seperti yang ditunjukkan pada lukisan gua di Altamira Spanyol,
Lascaux Spanyol, cat batu orang Aborigin di ArnhemLand Australia, dan lukisan-lukisan prasejarah
ainnya yang ditemukan (Suryana, 2013)

Orang-orang Mesir kuno mengembangkan cat menjadi lebih kaya warna, mereka menemukan
cat warna biru, merah, dan hitam dengan mengambilnya dari akar tanaman tertentu. Kemudian
orang-orang Mesir itu menemukan kasein sebagai perekatnya. Seiring dengan waktu, manusia mulai
menemukan minyak tanaman dan resin dari fosil untuk mengganti darah dan susu sebagai perekat
cat. Saat ini walaupun telah ditemukan perekat/resin yang semakin baik dengan berkembangnya
teknologi kimia, resin-resin natural hingga kini masih banyak dipakai (Suryana, 2013)

Salah satu cara meningkatkan nilai tambah suatu bahan adalah dengan melapisi permukaan
bahan tersebut dengan bahan lain yang lebih lebih tinggi nilainya. Pengetahuan tentang pelapisan
permukaan bahan, secara umum dikenal sebagai surface coating knowledge. Bagian ini meliputi:
metal coating (electro coating. galvanizing), plastic coating, paper coating, powder coating dan
tentang cat itu sendiri. Jadi cat merupakan bagian kecil
dari sebuah ilmu yang jauh lebih besar., yaitu ilmu tentang surface coating.

Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan
memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing) atau melindungi (protective) bahan tersebut
(Susyanto, 2009). Setelah dikenakan pada permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan
tipis yang melekat kuat dan padat pada permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan dapat
dilakukan dengan banyak cara: diusapkan (wiping), dilumurkan, dikuas, disemprotkan (spray),
dicelupkan (dipping) atau dengan cara yang lain.

Cat didefinisikan sebagai tebaran koloid dari pigmen dalam sarana (resin dan pelarut). Dengan
demikian sifat cat sangat tergantung pada ukuran partikel dan permukaan pigmen. Tebaran pigmen
adalah proses untuk membasahi dan melepas partikel utama pigmen dan menebarkannya ke dalam
media secara merata. Dalam menghindari koagulasi dan menjaga agar kondisi tetap stabil, hal yang
sangat penting adalah kontrol yang didasarkan atas kimia koloid dan kimia antar-permukaan
(Sucahyo, 2011).

Cat adalah berbagai komposisi cair, liquefiable, atau komposisi mastik dimana, setelah
diaplikasikan pada substrat dalam sebuah lapisan tipis, ia akan terkonversi menjadi lapisan padat. Ia
71
biasa digunakan untuk mewarnai, melindungi atau menyediakan tekstur pada objek
(Berendsen,1989).

Komponen atau bahan penyusun dari cat terdiri dari binder (resin), pigmen, solvent, dan additive.
a. Binder
Zat penikat atau binder merupakan bahan yang mengikat antara partikel pigmen cat, sehingga cat
dapat membentuk lapisan tipis yang rapat ketika digunakan.
b. Pigmen
Pigmen berperan sebagai zat pemberi warna utama pada cat. Pigmen menurut fungsinya terbagi
menjadi dua yakni pigmen utama dan pigmen extender/filler.
c. Solven
Solven atau pelarut berfungsi untuk menjaga kekentalan cat agar tetap cair saat digunakan, selain
itu juga sebagai media pendispersi.
d. Additive
Additive merupakan bahan yang ditambahkan dalam cat untuk menambahkan property atau
sifat-sifat cat sehingga dapat meningkatkan kualitas cat.

Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan cat tembok sebagai berikut :
 HE selulosa (Natrosol), Amillum
Pati atau amilum merupakan suatu polisakarida yang banyak didapatkan dari berbagai
macam tumbuhan seperti jagung, gandum, kacang-kacangan, kentang dan umbi. Pati tersusun
dari dua polimer glukosa yaitu amilosa dan amilopektin yang terikat oleh ikatan glikosidik.
Pati mempunyai aplikasi yang sangat luas dalam berbagai industri, diantaranya pengatur
tekstur dari berbagai makanan, pengental, penstabil koloid dan agen peretensi air.

 Kalsium Karbonat (CaCO3)


Kalsium karbonat (CaCO 3) adalah senyawa yang terdapat dalam batuan kapur dalam jumlah
besar. Senyawa ini merupakan mineral paling sederhana yang tidak mengandung silicon dan
merupakan sumber pembuatan senyawa kalsium terbesar secara komersial (Othmer, 1965).
Kalsium karbonat di dalam industri cat, berfungsi sebagai campuran warna putih. Selain itu,
bahan tersebut juga memiliki fungsi yang baik sebagai agen colour dispersion. Artinya,
penyebaran pigmen warna pada cat akan lebih optimal. Penggunaan bahan kalsium karbonat
pada cat juga bagus untuk meningkatkan daya tahannya. Cat akan lebih tahan terhadap cuaca,
sebagai penahan laju korosi, dan melindungi dari sinar ultraviolet. Dengan begitu, cat yang
diproduksi akan jauh lebih berkualitas dan juga tahan lama.

 Pine Oil
Pine Oil dalam bahasa Indonesia sering disebut minyak pinus merupakan minyak essensial
dari pohom pinus sylvestris. Minyak pinus merupakan jenis minyak yang diperoleh dari proses
destilasi uap dari buah pinus sylvestsris.
Bahan ini berguna untuk penguat warna dan penguat aroma dari cat tembok buatan anda.

 Acrylic
Acrylic adalah bahan pembuatan cat tembok. Untuk menyambungkan bagian satu dengan
bagian lainya, dibutuhkan lem dengan daya rekat yang bagus untuk merekatkan antar bagian

72
akrilik. Selain memiliki daya rekat yang bagus lem akrilikjuga sebaiknya tahan terhadap cuaca,
tekanan, bahkan juga terhadap air.

 Titanium Dioksida (TiO2)


Pigmen merupakan partikel padat yang terdispersi dalam cat untuk
memberikan sejumlah sifat tertentu pada cat, diantaranya warna, daya tahan, kekuatan mekanis,
dan perlindungan korosi pada logam yang dilapisi. Pigmen yang digunakan dalam pembuatan cat
tembok adalah Titanium Dioxide (TiO2).
TiO2 merupakan pigmen yang paling dominan pada pembuatan cat tembok dengan tipe
polished, dimana mineral Titanium Rutile dimurnikan, kemudian dipoles dengan bahan sehingga
menghasilkan pigmen yang tahan terhadap sinar ultraviolet (UV).

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat Yang Digunakan
1. Neraca Analitik
2. Gelas Kimia
3. Spatula
4. Pengaduk
5. Kaca Arloji
6. Pipet Tetes
7. Bola Karet
8. Pipet Ukur
9. Hot Plate

 Bahan Yang Digunakan


1. Aquadest
2. HE Selulosa (Natrosol), Amilum
3. Kalsium Karbonat (CaCO3)
4. Pine Oil
5. Acrylic
6. Titanium Dioksida (TiO2)
7. Pewarna (Optional)

D. LANGKAH PERCOBAAN
- Tahap Pembuatan Cat Tembok menggunakan natrosol (Minggu Pertama)
1. Sebanyak 0,6 gram natrosol (He selulosa) dilarutkan dalam air panas sebanyak 6 ml
2. Kemudian setelah dicampur sempurna ditambahkan 130 gr kalsium karbonat dan diaduk
hingga rata, di dalam 150 ml air.
3. Lalu sebanyak 25 gr acrylic dimasukkan dan diaduk hingga rata.
4. Kemudian ditambahkan 2,5 gram pine oil dan diaduk merata selama beberapa menit.
5. Lalu ditambahkan 12,5 gr titanium dioksida dan diaduk rata.
6. Cat yang telah diproduksi dimasukkan ke wadah, ditutup rapat, cat siap digunakan.

73
- Tahap Pembuatan Cat Tembok tanpa natrosol (Minggu Kedua)
1. Menimbang 130 gr kalsium karbonat dan diaduk hingga rata, di dalam 150 ml air.
2. Lalu sebanyak 50 gr acrylic dimasukkan dan diaduk hingga rata.
3. Kemudian ditambahkan 2,5 gram pine oil dan diaduk merata selama beberapa menit.
4. Lalu ditambahkan 12,5 gr titanium dioksida dan diaduk rata.
5. Cat yang telah diproduksi dimasukkan ke wadah, ditutup rapat, cat siap digunakan.

E. DATA PENGAMATAN
- Tahap Pembuatan Cat Tembok menggunakan Natrosol

74
Perlakuan Pengamatan
Menimbang 0,6 gr
natrosol, larutkan dalam
air panas sebanyak 6 ml.

Campur dan tambahkan


130 gr kalsium karbonat
dan aduk hingga rata
dalam 150 ml air.

Masukan 25 gr acrylic
dan aduk hingga rata.

Tambahkan 2,5 gram


pine oil, aduk hingga rata
selama beberapa menit.

Lalu tambahkan 12,5 gr


titanium dioksida dan
aduk hingga rata

75
Cat yang telah
diproduksi dimasukkan
ke wadah, ditutup rapat,
cat siap digunakan.
- Tahap Pembuatan Cat Tembok tanpa Natrosol (HE selulosa)

Perlakuan Pengamatan
Menimbang 130 gr kalsium
karbonat dan diaduk hingga rata,
di dalam 150 ml air.

Lalu sebanyak 50 gr acrylic


dimasukkan dan diaduk hingga
rata.

Kemudian ditambahkan 2,5


gram pine oil dan diaduk merata
selama beberapa menit.

Lalu ditambahkan 12,5 gr


titanium dioksida dan diaduk
rata.

Cat yang telah diproduksi


dimasukkan ke wadah, ditutup
rapat, cat siap digunakan.

76
F. PERHITUNGAN EKONOMI
 Biaya Bahan Baku untuk Cat Tembok 2 kaleng (1 kg) per hari
No Bahan Volume Biaya Jumlah
1 Aquadest 156 ml Rp. 0,- Rp. 0,-
2 HE selulosa 0,6 gr Rp. 160,- Rp. 96,-
3 Kalsium karbonat 130 gr Rp. 5,- Rp. 650,-
4 Pine oil 2,5 gr Rp. 80,- Rp. 200,-
5 Acrylic 25 gr Rp. 45,- Rp. 1.125,-
6 Titanium oksida 12,5 gr Rp. 65,- Rp. 813,-
TOTAL Rp. 2.884,-

 Keterangan
Produksi dan Biaya Bahan Baku Cat Tembok :
Tiap hari 2 kaleng
Tiap bulan (25 hari) 50 kaleng
Biaya Bahan Baku per satuan produk 2.884
Biaya Bahan Baku per hari (2 kaleng) 5.768
Biaya Bahan Baku per bulan (50 144.200
 Kebutuhan kaleng) Modal

No Bahan Volume Biaya Jumlah


 1 Biaya investasi
a. Timbangan Analitik 1 Unit 200.000 200.000
b. Alat-alat pelengkap 1 Unit 1.297.500 1.297.500
c. Sarung Tangan 1 Kotak 200.000 200.000
d. Meja 1 Unit 200.000 200.000
Sub Total 1.897.500

2 Biaya Operasional Per Bulan


a. Bahan Baku 1 bulan (25 hari) 50 Kaleng 2.884 144.200
b. Biaya tenaga kerja 2 Orang 450.000 900.000
c. Biaya Pemasaran dan kemasan 25 Hari 10.000 250.000
Sub Total 1.294.200
Total Kebutuhan Modal Rp. 3.191.700
Proyeksi Pendapatan dan Biaya

No ITEM Volume Jumlah Total


1 Penjualan
Penjualan per bulan (25 hari) 50 kaleng 50.000 2.500.000
2 Biaya Produksi
a. Bahan Baku 50 kaleng × 144.200
Rp. 2.884
b. Biaya tenaga kerja 2 orang 900.000
c. Biaya pemasaran dan kemasan 25 Hari 250.000
3 Total Biaya Rp. 1.294.200
Keuntungan per bulan (25 hari) 1.205.800

77
Keuntungan per tahun (12 bulan) 12 bulan × 14.469.600
Rp.1.205.800

G. ANALISIS DATA
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari dan mempraktekan proses produksi
pembuatan cat tembok dan Mampu merancang proses produksi pembuatan cat semi komersial.
Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan
memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing) atau melindungi (protective) bahan tersebut.
Pada proses pembuatan cat tembok ini kami melakukan 2 kali percobaan, pada percobaan di
minggu pertama proses pembutan cat tembok ini menggunakan amilum dan pada percobaan di
minggu kedua tidak menggunakan amilum.
Pertama-tama, Menimbang 0,6 gr natrosol, larutkan dalam air panas sebanyak 6 ml. lalu campur
dan tambahkan 130 gr kalsium karbonat dan aduk hingga rata dalam 150 ml air. Masukan 25 gr
acrylic dan aduk hingga rata. Tambahkan 2,5 gram pine oil, aduk hingga rata selama beberapa
menit,
Lalu tambahkan 12,5 gr titanium dioksida dan aduk hingga rata, cat yang telah diproduksi
dimasukkan ke wadah, ditutup rapat, cat siap digunakan.
Cat tembok yang dihasilkan dapat saja ditambahkan dengan pewama untuk menghasilkan wama
yang diinginkan sesuai dengan selera pembuat. Zat pewama atau pigmen yang biasanya digunakan
dapat berupa partikel padat yang mudah terdispersi di dalam cat dan dapat memberikan karakteristik
tertentu pada cat tersebut. Karakteristk tersebut antara lain dapat memberikan wama, daya tahan,
daya tutup, dan melindungi seperti melindungi besi dan korosi. Pigmen terdiri dari berbagai wama,
antara lain pigmen putih (Titanium dioksida), pigmen kuning(Seng kromat), pigmen hijau
(Kromium (III) oksida), pigmen biru (Prussian blue), pigmen merah (Besi (II) oksida), dan pigmen
hitam (Carbon black). Kadang-kadang pada proses pembuatan cat ini digunakan antifoam yang
berguna untuk menghilangkan busa selama produksi cat. Selain itu, kadang-kadang digunakan anti-
jamur untuk mencegah tumbuhnya jamur pada cat. Kemudian terkadang pula digunakan dispersing
agent untuk mendispersikan campuran cat
Proses pembuatan cat tembok pada minggu kedua prosedur pembuatan cat tembok ini sama, tetapi
tidak menggunakan amilum dan berbeda di banyaknya acrylic yaitu 50 gr acrylic.
Berdasarkan fungsinya amilum memiliki fungsi sebagai bahan pengental sehingga mengakibatkan
cat pada percobaan pertama jauh lebih kental sedangkan percobaan kedua yang tidak memakai
amilum itu tidak kental (cair).

78
H. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Cat didefinisikan sebagai tebaran koloid dari pigmen dalam sarana (resin dan pelarut). Dengan
demikian sifat cat sangat tergantung pada ukuran partikel dan permukaan pigmen. Tebaran pigmen
adalah proses untuk membasahi dan melepas partikel utama pigmen dan menebarkannya ke dalam
media secara merata. Dalam menghindari koagulasi dan menjaga agar kondisi tetap stabil, hal yang
sangat penting adalah kontrol yang didasarkan atas kimia koloid dan kimia antar-permukaan
(Sucahyo, 2011).
b. Komponen atau bahan penyusun dari cat terdiri dari binder (resin), pigmen, solvent, dan additive.
c. Cat mengandung berbagai komposisi seperti resin - bagian pembentuk film pada cat, termasuk
diantaranya polivinil asetat (PVA), alkyd resin dll; pelarut - digunakan untuk menipiskan atau
mendispersikan resin, meningkatkan ketahanannya, menyediakan kemudahan aplikasi dan
pembentukan film cat contohnya kerosene dan air.
d. Didapatkan data perhitungan
- Jumlah produksi per bulan sebesar 50 kemasan
- Total kebutuhan modal sebesar Rp. 3.191.700
- Harga jual per kemasan sebesar Rp. 50.000,-
- a. Keuntungan per bulan (25 hari) sebesar Rp. 1.205.800
b. Keuntungan per tahun (12 bulan) sebesar Rp. 14.469.600

I. DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.scribd.com/doc/350328793
2. https://id.scribd.com/doc/314577599/Laporan-Pratikum-Kimia-Industri-UnpadProduksi-Cat
3. Jobsheet.2022.” Buku Penuntun Praktikum Proses Teknik Kimia”. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Palembang

79
GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)
Neraca analitik Gelas kimia Spatula

Pengaduk Kaca arloji Pipet tetes

80
Bola karet Pipet ukur Hot plate

PEMBUATAN LEM KACA

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa terampil dalam proses pembuatan lem kaca.

B. DASAR TEORI
Adhesive atau lem juga sering disebut perekat merupakan suatu bahan yang digunakan untuk
menyatukan dua benda yang sejenis, maupun yang tidak sejenis bersama dengan aksi permukaan,
sehingga kedua benda tersebut bisa bertahan terhadap aksi pemisahan.
81
Konon lem sudah ada sejak tahun 4000 SM. Pada situs dari zaman prasejarah ditemukan
jenazah bersama makanan dalam tempat keramik pecah, yarng direkatkan kembali dengan resin dari
getah pohon. Di kuil Babilonia pun ditemukan sejumlah patung dengan biji mata dari gading yang
ditempelkan dengan tar di rongga mata. Ini bukti, "lem" tar mampu bertahan selama 6000 tahun
(Srikandi, 2004). Namun, referensi tertulis pertama tentang cara membuat dan memakai lem baru
muncul tahun +2000 SM. lukisan dinding menampilkan Proses pemakaian lem pada kayu. Berbagai
benda seni dan perabot dari makam para Firaun Mesir menampilkan peran lem binatang sebagai
perekat atau pelapis (Suryana, 2013).

Di tahun 1 - 500, semenjak Romawi dan Yunani mengembangkan seni pernis dan pelapisan
kayu, makin berkembang pembuatan lem dari binatang dan ikan. Bangsa Romawilah yang pertama
kali memanfaatkan tar dan lilin lebah untuk mendempul papan di perahu dan kapal. Pada masa ini
pula ditemukan lem baru, yakni "lem" putih telur. Lucunya, lem ini mengandung bahan alamiah
"aneh" seperti darah, tulang, kulit, susu, keju, sayuran, dan biji-bijian. Selain untuk merekatkan, lem
juga ampuh membuat orang jadi tersohor. Konon, Jenghis Khan bisa mengalahkan musuh-musuhnya
karena kekuatan senjata pasukannya. Busur mereka dibuat dari kayu jeruk lemon yang sudah dilapisi
zat tertentu, lalu dengan lem batang itu disatukan dengan tanduk kerbau. Sayangnya ramuan lem itu
tak tercatat baik. Demikian pula formula lem untuk melapis kayu yang sudah diproses khusus untuk
membuat biola ajaib Antonio Stradivari. Meski sudah dicari dengan alat paling canggih pun, formula
itu belum juga tersingkap (Suryana, 2013).

Perubahan fenomenal sejarah lem terjadi tahun 1700-an, saat berdiri pabrik lem komersial
pertama di Belanda yang memproduksi lem binatang. Setengah abad kemudian paten pertama
dikeluarkan di Inggris untuk lem dari ikan. Dengan cepat disusul terbitnya sejumlah paten untuk lem
berbahan karet alam, tulang hewan, ikan, kanji, dan kasein. Sedangkan pabrik pengolahan lem
berbahan itu mulai banyak berdiri di AS tahun 1900-an (Suryana, 2013).

Salomon & Schonlau (1951) mendefinisikan perekat sebagai bahan yang mampu
menyambungkan atau menyatukan kedua permukaan benda yang terpisah sehingga mempunyai
kekuatan yang memadai saat dikenai beban tertentu.

Dasar – dasar ikatan perekat :

Menurut Dr. Dimitri Kovellovich, ikatan perekat adalah proses bergabungnya dua bahan atau
lebih bagian bahan padat dengan zat perekat, bahan dari bagian yang akan direkat mungkin sama
atau mirip. Bahan lapisan perekat umumnya adalah polimer (alami atau sintetis) dan ketebalan
lapisan perekat biasanya tidak melebihi 0,02” atau 0,5 mm.

Struktur sambungan perekat

82
ket: subsrat adalah bahan yang akan disambung
boundary adalah batasan ikatan perekat

Menurut Seprianto (2019), bahan perekat (lem) merupakan campuran dari berbagai zat kimia.
Lem terbagi berdasarkan fungsinya, seperti: lem kertas, lem kayu, lem PVC dan lem kaca. Mutu
suatu lem tergantung pada perbandingan campurannya. Bahan adhesif kaca umumnya berupa
adhesif anorganik seperti natrium silika dan adhesif selulosa. Komponennya terdiri atas pengencer,
katalis, pengeras, inhibitor, modifier, dan bergantung dari sifat adhesif yang dikehendaki. Untuk
mempermudah tersedianya bahan adhesif kaca ini, maka digunakanlah gum arabik dan putih telur
sebagai komponen dasar pembuatan adhesif organik. Gum arabik telah lama digunakan sebagai
bahan untuk membuat perekat kertas. Gum arabik merupakan resin (getah) alam yang berasal dari
batang pohon akasia Acacia senegal. Gum arab merupakan polisakarida yang larut dalam air dan
memiliki bobot molekul yang besar, bersifat hidrofilik dan hidrofobik. Gum arab biasanya bersifat
koloid, dan dalam bahan pengembang yang sesuai dapat membentuk gel, larutan atau suspense
kental pada konsentrasi yang sangat rendah. Gum arab memiliki gugus arabinogalactan protein
(AGP) dan glikoprotein (GP) yang berperan sebagai agen pengemulsi, pengikat, penstabil dan
pelindung (Bartolini et al, 2001).

Adapun putih telur merupakan bahan tak terpakai yang umumnya ditemukan dari penjual
jamu dan produsen roti. Bahan ini memiliki sifat yang memperkeras. Putih telur pada mulanya
digunakan sebagai penutup celah-celah kapal oleh bangsa Mesir dan sebagai perekat warna pada
kanvas. Selain itu, gum arabik dan putih telur memiliki tingkat kelarutan yang cukup tinggi dalam
air dan beberapa pelarut organik (Nadjib, 2008).

Adapun komponen penyusun Adhesive adalah sebagai berikut :

1. Pengencer
Pengencer merupakan pelarut bagi komponen perekat yang lain disamping untuk mengatur
viskositas agar perekat dapat disebarkan merata pada permukaan yang hendak direkatkan.

2. Katalis
Katalis merupakan zat curing bagi sistem perekat dan resi thermoset. Meningkatkan ikatan silang
polimernya.

3. Pengeras
Bergabung secara kimia dengan rekatannya. Pengeras dapat berupa monomer, polimer, atau
senyawa campuran. Jumlah pemakainnya tertentu.

4. Inhibitor
Inhibitor adalah zat yang menghambat drastis.

83
5. Modifier
Modifier meliputi, filler (pengisi) zat bukan perekat yang memperbaiki sifat kerja, keawetan dan
kekuatan rekatan. Bahan yang lazim dipakai adalah tepung kanji, silika dan aluminium.

6. Bergantung dari sifat adhesive yang dikehendaki

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat Yang Digunakan
 Gelas kimia
 Batang pengaduk
 Wadah untuk pengadukan (dari plastic)
 Wadah/botol untuk penyimpanan (dari plastic)
 Neraca analitik
 Pipet ukur
 Pipet Tetes
 Spatula

 Bahan Yang digunakan


 Gum arab coklat 25 gr
 Air bersih 17,5 ml
 Telur ayam 1 buah

D. LANGKAH PERCOBAAN
a. Merendam gum arab 25 gr dalam gelas kimia dengan air bersih sebanyak 17,5 ml selama 24 jam,
sehingga gum arab hancur.
b. Memindahkan gum arab yang telah hancur ke dalam wadah plastic.
c. Memisahkan putih telur dan kuningnya lalu dimasukkan ke dalam gum arab, serta sambil diaduk
hingga merata.
d. Menyimpan lem dalam botol atau wadah yang disediakan.

E. DATA PENGAMATAN
 Berat Putih Telur = 40 gr
 Berat Gum Arab = 25 gr
 Air Bersih = 17,5 ml
 Berat Hasil Lem = 100 ml

No Aktivitas Hasil
1 Gum arab 25 gr direndam Gum arab menjadi hancur.
dalam gelas kimia dengan air
bersih sebanyak 17,5 ml selama
24 jam dan selanjutnya

84
dipindahkan ke dalam wadah
plastic.

2 Diambil putih telur (1 buah) dan Gum arab menyatu dengan putih
dimasukkan ke dalam gum arab, telur, berwarna kuning, berasa
serta sambil diaduk hingga lengket membentuk lem.
merata.

F. PERHITUNGAN EKONOMI
 Biaya Bahan Baku untuk Lem Kaca 20 pcs, per hari

 Keterangan
Produksi dan Biaya Bahan Baku Lem Kaca :
Tiap hari 20 pcs
Tiap bulan
No (25 hari)
Bahan Volume 500
Biaya pcs Jumlah
Biaya Bahan Baku per satuan produk 9.600
1 Gum Arab 25 gr 350 8.750
Biaya Bahan Baku per hari (20 pcs) 192.000
2 Putih
Biaya Bahan BakuTelur 40 pcs)
per bulan (500 gr 20 800
4.800.000
3 Aquadest 17,5 ml 50 50
TOTAL 9.600
 Kebutuhan Modal

No Bahan Volume Biaya Jumlah


1 Biaya investasi
a. Timbangan Analitik 1 Unit 200.000 200.000
b. Alat-alat pelengkap 1 Unit 1.297.500 1.297.500
c. Sarung Tangan 1 Buah 200.000 200.000
d. Meja 1 Unit 200.000 200.000
Sub Total 1.897.500
85
2 Biaya Operasional Per Bulan
a. Bahan Baku 1 bulan (25 hari) 500 Pcs 9.600 4.800.000
b. Biaya tenaga kerja 2 Orang 150.000 300.000
c. Biaya pemasaran dan kemasan 25 Hari 5.000 125.000
Sub Total 5.225.000
Total Kebutuhan Modal 7.122.500

 Proyeksi pendapatan dan biaya


N
ITEM Volume Jumlah Total
o
1 Penjualan
Penjualan per bulan (25 hari) 500 buah 12.500 6.250.000
2 Biaya Produksi
4.800.00
a. Bahan Baku 500 buah × Rp. 9.600
0
b. Biaya tenaga kerja 2 orang 300.000
c. Biaya pemasaran dan
25 Hari 125.000
kemasan
5.225.00
Total Biaya
0
Keuntungan per bulan (25
3 1.025.000
hari)
Keuntungan per tahun (12 12 bulan × Rp. 12.300.00
bulan) 1.025.000 0

G. ANALISIS DATA
Percobaan ini bertujuan untuk membuat mahasiswa terampil dalam proses pembuatan lem
kaca. Lem merupakan campuran dri berbagai zat kimia yang digunakan sebagai bahan perekat
(adhesive). Bahan perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat
dua buah benda berdasarkan ikatan permukaan baik yang sejenis maupun tidak sejenis. Substrat
tersebut dapat berupa kayu, kertas, alumunium foil, PVC, kaca dan sebagainya (Afridiyanti et al,
86
2015). Bahan adhesif kaca umumnya berupa adhesif anorganik seperti natrium silica dan adhesif
selulosa. Komponennya terdiri atas pengencer, katalis, pengeras, inhibitor, modifier, dan bergantung
dari sifat adhesif yang dikehendaki (Nadjib, 2008). Untuk mempermudah tersedianya bahan adhesif
kaca ini, maka digunakanlah gum arabik dan putih telur sebagai bahan dasar pembuatan adhesif
organic. Berikut akan dibahas secara terperinci semua prosedur praktikum dan hasil yang
didapatkan.
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu merendam 25 gr gum arab dengan
17,5 ml air bersih dalam gelas kimia selama 24 jam. Perendaman ini dilakukan agar gum arab
menjadi hancur. Hancurnya gum arab ini disebabkan oleh sifatnya yang unik, yaitu memiliki
kelarutan yang tinggi dan viskositasnya yang rendah, serta memiliki dua sisi sekaligus (sisi hidrofilik
dan sisi hidrofobik) yang bermanfaat sebagai agen pengemulsi dan pengstabil (Bartolini et al, 2001).
Selain itu, gum arab juga memiliki kemampuan yang baik untuk mengikat air (Reineccius et al,
1995). Kemampuan pengikatan air ini dipengaruhi oleh jumlah gugus hidroksil (-OH) dan massa
molekul dari suatu bahan pengisi. Air yang terikat pada gum arab akan membentuk gel, sehingga air
yang terperangkap sulit untuk menguap (Zumairy, 2018). Selanjutnya, Langkah kedua yang
dilakukan pada percobaan ini yaitu pemindahan gum arab yang telah hancur ke dalam wadah plastic.
Pemindahan ini dilakukan agar memudahkan pembersihan wadah saat gel gum arab dan putih telur
telah mengeras menjadi lem. Karena jika proses pembuatan lem kaca tetap dilakukan didalam gelas
kimia, tentu ini mempersulit saat pembersihan lem kaca nantinya. Selain itu, wadah plastic lebih
fleksibel dan praktis untuk dijadikan sebagai tempat penyimpanan suatu bahan yang lengket dan
kuat seperti lem kaca. Langkah ketiga yang dilakukan pada percobaan ini yaitu dicampurkannya
putih telur ke dalam gum arab yang telah hancur tadi, serta sambil diaduk hingga merata. Adanya
putih telur dibutuhkan sebagai zat pengental untuk membuat suatu bahan perekat. Karena telur
memiliki sifat daya koagulasi akibat kandungan albumin yang dimilikinya. Koagulasi pada telur ini
ditandai dengan kelarutan atau berubahnya bentuk cair menjadi padat. Sifat koagulasi ini dimiliki
oleh putih telur atau kuning telur (Muctadi dkk, 2010). Hasil dari pencampuran ini adalah gum arab
menyatu dengan putih telur, berwarna kuning dan berasa lengket seperti lem. Hal ini disebabkan
karena gum arab dan putih telur memiliki tingkat kelarutan yang cukup tinggi dalam air dan
beberapa pelarut organic (Nadjib, 2008). Setelah terbentuk lem ditimbang untuk menentukan berat
lem yang dihasilkan. Produk lem dalam kemasan plastic selanjutnya disimpan dalam kedap udara
yang diletakkan pada suhu kamar, dan perubahannya diamati pada selang waktu satu minggu
(ASTM, 1994). Dan akhirnya, le mini bisa diaplikasikan sebagai bahan perekat kaca.

H. KESIMPULAN
87
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a. Lem merupakan campuran dari berbagai zat kimia yang digunakan sebagai bahan perekat
(adhesive), baik adhesif anorganik maupun organic.
b. Albumin pada putih telur berperan sebagai koagulan (pengental) dalam pembuatan lem kaca.
c. Mutu suatu lem tergantung pada perbandingan campurannya.

I. DAFTAR PUSTAKA
1. https://pdfslide.net/documents/adhesive-561e8f1ac2598.html
2. Leliek A. H., Bambang Kasatriyanto., Rifki K. S., Heri Yulianto.., dan Yustinus S. S., 2015.
Pengembangan Perekat Alam untuk Penyambungan Artefak Kayu. Laporan Hasil Kajian.
3. https://www.scribd.com/doc/408988399

GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

GELAS KIMIA PENGADUK SPATULA

88
NERACA ANALITIK PIPET UKUR PIPET TETES

WADAH PLASTIK

89
ASETILASI PEMBUATAN ASPIRIN

1. TUJUAN PERCOBAAN
 Mahasiswa mampu membuat aspirin melalui reaksi asetilasi dan memahami mekanisme
reaksi asetilasi.

 Dapat mengidentifikasi produk aspirin melalui pengukuran titik leleh.

2. DASAR TEORI

Sejarah singkat Aspirin, yaitu 400 BC, Tabib Yunani kuno Hippocrates meresepkan kulit dan daun
pohon willow (yang kaya akan sebuah zat bernama salisin) untuk mengatasi rasa sakit dan demam,
tahun 1832, seorang ahli kimia Jerman bereksperimen dengan salisin dan menciptakan asam salisil
(SA), tahun 1897, ahli kimia Felix Hoffmann, yang bekerja di Bayer di Jerman, berhasil membuat
sebuat tablet yang mengandung ASA (asam asetilsalisilat,) yang dapat mengurangi sakit rematik ayah
beliau. Senyawa tersebut kemudian menjadi bahan aktif Aspirin, dengan asal nama “a” dari asetil, “spir”
dari tanaman spirea (yang menghasilkan salisin) dan “in”, sebuah akhiran yang umum untuk obat-
obatan, pada tahun 1899, Perusahaan Bayer mulai menyediakan aspirin bagi para pekerja medis untuk
diberikan pada pasien. Tahun tersebut menandai tahun pertama Bayer meluncurkan asam asetilsalisilat
di bawah merek dagang Aspirin® di seluruh dunia, pada tahun 1969, tablet Aspirin® menjadi salah satu
dari kelengkapan obat-obatan yang dibawa ke bulan oleh para astronot Apollo, tahun 1970-an awal,
dunia pengobatan mulai memahami cara kerja Aspirin® ketika para ilmuwan menemukan bahwa ia
menghambat produksi zat kimia prostaglandin, yang berpengaruh dalam proses inflamasi.

Aspirin merupakan suatu asam karboksilat. Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah
suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau
nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan
dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung.

Anhidrida asam ialah turunan asam karboksilat yang dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam
karboksilat. Anhidrida asam diturunkan dari asam dengan mengambil air dari dua gugus karboksil dan
menghubungkan fragmen-fragmennya.

90
Anhidrida alifatik yang paling penting secara komersial ialah anhidrida asetat. Sekitar 0,5 juta ton
dibuat setiap tahun, terutamauntuk direaksikan dengan alcohol membentuk asetat. Dua manfaat yang
paling menonjol ialah dalam pembuatan selulosa asetat dan aspirin.

Nama anhidrida diperoleh dengan menamai asam asalnya dan mengganti kata asam dengan
anhidrida.

Anhidrida dibuat lewat dehidrasi asam. Asam dikarboksilat dengan dua gugus karboksil yang
jaraknya memadai, melepaskan air jika dipanaskan, membentuk anhidrida siklik dengan cincin
beranggota lima dan enam.

Anhidrida dapat juga dibuat dari asam klorida dan garam karboksilat dalam suatu reaksi yang
terjadi lewat mekanisme subtitusi asil nukleofilik. Ini merupakan cara yang baik untuk membuat
anhidrida yang diturunkan dari dua asam karboksilat yang berbeda, yang disebut anhidrida campuran.

anhidrida butanoat etanoat

Anhidrida menjalani reaksi substitusi asil nukleofilik, anhidrida jauh lebih reaktif terhadap
nukleofili dibandingkan ester, tetapi kurang reaktif dibandingkan asil halida. Air menghidrolisis
anhidrida menjadi asamnya. Alkohol menghasilkan ester, sedangkan amonia menghasilkan amida.

Reaksi anhidrida asetat dengan asam salisilat ( asam o-hidroksibenzoat) digunakan untuk
mensintesis aspirin. Dalam reaksi ini, gugus hidroksil fenolik diasetilasi (dikonversi menjadi ester
asetat).

2.1 Mekanisme Reaksi Asetilasi


Aspirin yang biasa dikenal dengan nama lain asam asetilsalisilat mempunyai rumus kimia C-
9H8O4. Aspirin merupakan obat analgesik, anti-inflammatory dan antipyretic. Asam Salisilat (o-

91
hydroxybenzoic acid) dibuat dari Phenol (hydroxybenzene) melalui proses Kolbe Synthesis. Proses ini
ditemukan oleh ahli kimia Jerman, Hermann Kolbe, 100 tahun yang lalu. Didalam Kolbe Synthesis,
Sodium Phenoxide dipanaskan dengan CO2 dalam kondisi bertekanan dan campuran reaktan kemudian
diasamkan lalu dihasilkan Asam Salisilat.

OH ONa

+ NaOH + H2O

phenol sodium phenate

ONa COONa

+ CO2 OH

sodium phenate sodium salisilat

COONa
COOH

OH + H + Na
OH
sodium salisilat hidrogen asam salisilat

(sulphuric)
COOH

COOH COOH

HCl
OH + CH3COOCOCH3 OOCCH3 + CH3COOH

asam salisilat asetat anhidrid aspirin asam asetat

92
Reaksi asam salisilat dengan asetilklorida membentuk aspirin :

COOH COOH
Cl

OH ++ H3C C OOCCH3 + HCl

Salycilic acid acetyl chloride acetyl salycilic acid hydrochloric acid


(Aspirin)

2.2 Aplikasi
Secara komersial aspirin digunakan dalam dosis 300-400 mg dan diikat oleh binder, biasanya
starch atau caffeine dan buffer menjadi Aspirin tablet. Dalam keadaan normal Aspirin masuk ke
perut di intestine Aspirin pecah menjadi Asam Salisilat, yang kemudian diserap didalam aliran
darah. Penambahan buffer biasanya untuk mengurangi iritasi yang disebabkan oleh gugus Asam
Karboksilat di dalam molekul Aspirin. Aspirin kini banyak digunakan untuk penyembuhan penyakit
kardiovaskular, stroke, komplikasi pada kehamilan, kanker pankreas, diabetes dan demensia.
Demensia merupakan salah satu penyakit yang termasuk Alzheimer.
Fungsi Aspirin biasanya digunakan sebagai obat Analgesic, anti-Inflamatory dan Antipyretic
(menurunkan demam). Pemakaian secara terus menerus dapat menimbulkan pendarahan lambung.
Dan dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan mual, diare, vertigo dan halusinasi. Adapun sifat sifat
aspirin adalah sebagai berikut :
Aspirin
Nama lain : Asam asetilsalisilat, asam ortho-asetoksibenzoat
Rumus molekul : C7H6O3
Sifat-sifat : Kristal putih, serbuk putih, tidak berbau, stabil di udara kering,
terhidrolisis di udara lembab menjadi salisilat dan asam asetat; larut dalam
alkohol, ether, air panas dan khloroform; sedikit larut dalam ether absolut;
larut dengan dekomposisi dalam larutan alkali hidroksida dan karbonat; titik
leleh 132-136°C; titik didih 140°C
Pembuatan : Reaksi asetat anhidrid dalam asam salisilat
Bahaya : Dosis 10 gram menyebabkan kefatalan, toleransi 5 mg/m3 di
udara.

93
Kegunaan : Obat-obatan (analgesik, anti-inflammatory, antipyretic)

3. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


 Alat yang digunakan
1. Erlen Meyer
2. Hot Plate
3. Kaca Arloji
4. Thermometer
5. Buchner funnel dan alat Vakum
6. Gelas Ukur
7. Pipet ukur
8. Gelas kimia

 Bahan yang digunakan


1. Asam salisilat 11 gram
2. Asan asetat glasial 14 mL
3. Aquadest 75 mL
4. Etanol 30 mL
5. H2SO4 5 tetes

4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Masukkan 11 gram Asam Salisilat dengan 14 mL Asam Asetat Glasial ke dalam erlenmeyer.
Penambahan asam asetat dilakukan secara perlahan – lahan. Kemudian, tambahkan 5 tetes H2SO4
secara perlahan.
2. Panaskan selama 20 menit pada temperature 50 - 60ºC dan amati setiap 5 menit.
3. Dinginkan campuran sambil diaduk sampai temperature kamar, kemudian tambahkan 75 mL
aquadest dan diaduk kembali.
4. Saring menggunakan pompa vakum dan di dapatkan Kristal aspirin.
5. Larutkan Kristal aspirin yang didapat ke dalam campuran 30 mL etanol dan 75 aquadest
(rekristalisasi), kemudian panaskan hingga Kristal aspirin larut.
6. Dinginkan campuran dengan meletakkan gelas kimia di dalam wadah yang berisi Es. Biarkan hingga
terbentuk Kristal, apabila sulit terbentuk, gores – gores bagian dalam gelas kimia dengan pengaduk
kaca untuk mempercepat terbentuknya Kristal. Biarkan hingga seluruh Kristal terbentuk.
7. Saring dan keringkan.

5. DATA PENGAMATAN

Proses reaksi (T = 50-60oC)


No. Waktu (menit) Suhu Suhu Pengamatan
Hot Plate (°C) Reaktor (°C) Padatan

1. 0 55 30 Ada Endapan

94
2. 5 55 36 Ada Endapan

3. 10 100 48 Ada Endapan

4. 15 120 56 Ada Endapan

5. 20 50 60 Ada Endapan

Proses Pendinginan (T=25oC)

No. Waktu (menit) Keterangan

1. 0 Belum ada kristal

2. 5 Mulai terbentuk kristal

3. 10 Sudah banyak kristal terbentuk

4. 15 Sudah banyak kristal terbentuk

5. 20 Sudah banyak kristal terbentuk

6. PERHITUNGAN

Perhitungan Massa Aspirin Teoritis

Mol asam salsilat :

Massa asam salsilat = 11 gram

BM asam salsilat = 138,12 gram mol

Massaasam salsilat
Mol asam salsilat =
BM asam salsilat

11gram
=
138 ,12 gram/mol
95
= 0,08 mol

0 , 08 mol
Konsentrasi asam salsilat awal = 0,014 L
¿
¿

= 5,71 M

Mol asetat glasial :

Volume asetat glasial = 14 ml

Berat jenis asetat glasial = 1,05 g/Cm3

BM asetat glasial = 60,05 gr/mol

volume asetat glasial x berat jenis asetat glasial


Mol asetat glasial =
BM asetat glasial

14 ml x 1 , 05 g/cm 3
=
60 , 05 g/mol

= 0,24 mol

- Persamaan reaksi pembuatan aspirin :

Asam salsilat + asam asetat glasial Aspirin + Asam asetat


C6H4 (OH) (COOH) + CH3COOH CH3COOC6H4 COOH + CH3COOH
Awal : 0,08 mol 0,24 mol
0 , 08 mol 0 , 08 mol 0 , 08 mol 0 , 08 mol
Reaksi :
−0 , 16 mol 0 , 08 mol 0 , 08 mol
Aspirin:
Mol aspirin = 0,08 mol
Bm aspirin = 80,15 g/mol

Massa aspirin toritis = mol aspirin x bm aspirin


= 0,08 mol x 180,15 g/mol
= 14,41 gram

Berat aspirin + kaca arloji = 50,8 gram


Berat kaca arloji = 34,1 gram
Berat aspirin = 50,8 gr – 34,1 gram
= 16,7 gram

 Massa aspirin setelah reklistalisasi


96
Massa aspirin = 16,7 gram

 Perhitungan aspirin percobaan


Berat aspirin =16,7 gram
16 , 7 gram
Mol aspirin percobaan =
180 gr /mol
= 0,0921 mol
0,0927 mol
 Konsentrasi aspirin percobaan
0,014 liter
Asam salisilat + asam asetat glasial aspirin + asam asetat
Awal = 0,08 mol 0,024
0,0921 mol 0,0921 0,09210,0921
Reaksi=
−0,012 0,608 0,009210,0921
Akhir

−0,0121 mol
Konsentrasi asam salisilat akhir =
0,014 liter
= -0,857 m
massa aspirin percobaan
%yield = x 100 %
massa aspirin teoritis
16 , 7 gram
= 100 %
14 , 41 gram
= 1,15 %
teoritis−praktek
% kesalahan = x 100 %
teori
14 , 41 gr −16 , 7 gram
= x 100 %
14 , 41 gr
= -15,8 gr%

7. ANALISA PERCOBAAN

Banyak turunan dari asam salisilat yang digunakan sebagai obat seperti asetil salisilat atau
aspirin. Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan senyawa derivatif dari asam salisilat. Aspirin
berupa kristal putih dan berbentuk seperti jarum. Dalam pembuatan aspirin tidak akan dihasilkan
produk yang baik jika suasananya berair, karena asam salisilat yang terbentuk akan terhidrolisa

97
menjadi asam salisilat berair. Aspirin diperoleh dengan proses asetilasi terhadap asam salisilat
dengan katalisator H2SO4 pekat.
Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada gugus –OH dan asam salisilat dengan gugus
asetil (asetat) dari asam asetil anhidrat. Karena asam salisilat adalah desalat phenol, maka reaksinya
adalah asetilasi destilat fenol. Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C-O yang kuat dari fenol, tetapi
tergantung pada pemakaian, pemisahan ikatan –OH. Jika dipakai asam karboksilat untuk asetilasi
biasanya rendemen rendah. Hasil yang diperoleh akan lebih baik. Jika digunakan suatu derivat yang
lebih reaktif menghasilkan ester asetat. Nama lain aspirin adalah metil ester asetanol (karena
doperoleh dari esterifikasi asam salisilat sehingga merupakan asam asetat dan fenilsalisilat. Dimana
hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat yakni asam asetat akan terhidrasi
membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat ini akan kembali bereaksi dengan asam
salisilat membentuk aspirin dengan hasil samping berupa asam asetat. Sehingga reaksi akan
berhenti setelah asam salisilat habis bereaksi dengan asam sulfat pekat ini. Oleh sebab itu, setelah
pencampuran dilakukan kemudian dilakukan pemanaskan untuk memastikan bahwa asam salisilat
benar-benar telah habis bereaksi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C
yakni setelah pemanasan 1 jam.
Pada percobaan ini dilakukan pertama-tama yaitu mereaksikan 11 gram asam salisilat dan 14 mL
asam asetat glacial. Pada percobaan ini terjadi reaksi esterifikasi yang merupakan prinsip dari
pembuatan aspirin, Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dari suatu senyawa yang
mengandung ester dengan suatu alcohol. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alcohol
karena mempunyai gugus –OH sedangkan asam asetat sebagai anhidrida asam. Kemudian
memasukkan larutan asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai katalis atau sebagai zat
penghidrasi,protonansi yang kuat untuk menguraikan atau membentuk suatu senyawa dengan prinsip
menaikkan energi minimum hingga melewati energi aktivasi sehinnga reaksi dapat berlangsung
dengan cepat, selain itu asam sulfat pekat juga merupakan senyawa asam dengan kekuatan hasilnya
terhidrasi baik yang akan membentuk anhidrida asam asetat, kemudian anhidrida asam asetat akan
bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin.
Pada perlakuan kedua yaitu mengaduk campuran sambil memanaskannya diatas penangas listrik
dengan mengusahakan suhu campuran 60oC, setelah mencapai suhu kurang lebih 60 oC larutan
diangkat, tujuan dari pemanasan yang dilakukan kurang lebih 60 oC adalah pada suhu tersebut sudah
terjadi atau sudah berlangsung reaksi esterifikasi pada suhu kisaran 50-60 oC. sambil mengaduknya,
campuran ditambahkan air sebanyak 75 mL untuk membentuk kristal yang tadi telah diuapkan dan
mengaduknya hingga terbentuk kristal berwarna putih. Selanjutnya yaitu menyaring larutan dengan

98
menggunakan corong dan kertas saring. Adapun tujuan dari penyaringan yaitu untuk memishkan
aspirin dari zat pengotornya.
Pada Perlakuan selanjutnya setelah semua Kristal larut, kemudian menyaring panas-panas
larutan tersebut untuk memisahkan kembali zat pengotor dengan filtrat aspirin yang mungkin
terdapat dari campuran larutan dengan kerapatan yang sangat besar. Fungsi dari menyaring larutan
dalam kondisi panas itu sendiri untuk menghindari terbentuk kembalinya endapan kristal aspirin
pada kondisi suhu kamar. (Anonim, 2011)
Pada perlakuan empat mendinginkan filttratnya agar endapan aspirin dapat terbentuk kembali,
Tujuan dari pendinginan adalah untuk membentuk dan membekukan campuran menjadi kristal
aspirin karena pada suhu yang dingin, molekul-molekul aspirin dalam campuran akan bergerak
lambat dan akan berkumpul membentuk endapan melalui proses pertumbuhan partikel pendinginan
dilakukan pada bongkahan es batu, dimana tujuan dari pendingunan pada bongkahan es batu adalah
agar larutan cepat membentuk Kristal aspirin, setelah terjadi proses pengkrisatlan kembali
menyaring endapan dengan menggunakan corong dan kertas saring. Kristal aspirin dalam bentuk
murni yang diperoleh dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan kadar airnya. Setelah Kristal
kering, langkah selanjutnya yaitu menimbang berat keristal dengan menggunakan neraca digital dan
diperoleh berat kristalnya 16,7 gram dan kemudian menghitung % yieldnya dan diperoleh %
yieldnya yaitu 1,15 %.
Karena aspirin yang sudah mengkristal kemungkinan banyak mengandung air, maka persen
kesalahannya sebanyak -15,8%.
8. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan maka diperoleh kesimpulan yaitu pembuatan
aspirin dapat dilakukan dengan menggunakan metode asetilasi atau rekristalisasi atau proses
pengkristalan ulang untuk mengetahui kemurniannya secara kuantitatif dengan menambahkan asam
salisilat serta asam asetat glacial dan menambahkan asam sulfat pekat sebagai katalis dengan %
yield yang diperoleh sebesar 1,15 %

9. DAFTAR PUSTAKA
Anna. 2013. http://www. annandaanna11.blogspot.com/pembuatan-aspirin

Anonim. 2011. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/aspirin

Fuadshifu. 2012. http://www.fuadshifugroup.org/sintesis-aspirin

Staf Pengajar Kimia Organik II. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Untad Press. Palu.

99
GAMBAR ALAT TERLAMPIR

THERMOMETER

GELAS KIMIA PIPET UKUR

100
BUCHNER FUNNEL DAN KACA ARLOJI
GELAS KIMIA ALAT VAKUM

HOT PLATE
NERACA ANALITIK ERLENMEYER

101
102
PEMBUATAN ETHANOL
GEL

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan proses pembuatan etanol gel
sebagai bahan bakar padat.

II. DASAR TEORI


Ethanol gel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar
padat parafin yaitu terbaharukan, selama pembakaran tidak berasap, tidak
menimbulkan jelaga, tidak menghasilkan gas berbahaya, bersifat non
karsinogenik dan non korosif. Bentuknya gel memudahkan dalam
pengemasan dan pendistribusian. Ethanol gel sangat cocok digunakan
untuk pemanas pada saat pesta, pada saat berkemah, dan untuk keperluan
tentara. Untuk membuat ethanol gel dibutuhkan pengental berupa tepung,
seperti kalsium asetat, atau pengental lainnya seperti xanthan gum,
carbopol dan berbagai material turunan selulosa. Untuk pengental jenis
carbopol dibutuhkan air untuk membentuk struktur gel yang diinginkan.
Pada carbopol, pH sangat berpengaruh dalam pembentukan gel, carbopol
terbentuk gel dengan kisaran pH 5-7 dan pH dapat diatur pada nilai yang
netral, sifat gel dapat dirusak dengan nilai pH yang berlebih yaitu
menggunakan basa sederhana anorganik, seperti sodium, ammonium, atau
potassium hidroksida atau garam basa seperti sodium carbonat.

Variabel – variabel proses saat pembuatan ethanol gel yang


mungkin berpengaruh terhadap karakteristik gel yang dihasilkan antara
lain: kadar etanol, jumlah penambahan carbopol, pH campuran dan
pengadukan. Karena etanol bersifat asam dan carbopol efektif pada
rentang pH 5-7 maka pH campuran dikendalikan dengan penambahan
NaOH. Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut,
atau alkohol saja. Merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah
terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalamkehidupan sehari-hari.

Etanol merupakan senyawa alkohol yang diperoleh lewat proses


fermentasi dengan bantuan mikroorganisme. Bahan baku pembuatan
etanol dapat berupa ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan tebu. Semuanya
merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang sangat mudah ditemukan
di Indonesia karena iklim dan keadaan tanah Indonesia yang mendukung
pertumbuhan tanaman tersebut. Di Indonesia, ubi kayu dinilai sebagai
sumber karbohidrat yang paling potensial untuk diolah menjadi etanol. Hal
ini karena ubi kayu memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit,
dapat diatur waktu panennya serta dapat tumbuh di tempat yang kurang
subur. Namun, kadar patinya tergolong rendah (30%) dibandingkan

103
dengan jagung (70%) dan tebu (55%) (Agil,2007).

104
Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan
bakar. Etanol adalah salah satu bahan bakar alternatif (yang dapat
diperbaharui) yang ramah lingkungan yang menghasilkan gas emisi
karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan bensin atau sejenisnya.
Etanol jelas lebih menguntungkan karena lebih ramah lingkungan dan
bahan bakar alternatif yang satu ini dapat diperbaharui (renewable).

Sifat-sifat fisis etanol (Perry,1984) :


1. Rumus molekul : C2H5OH
2. Berat molekul : 46,07 gram / mol
3. Titik didih pada 1 atm : 78.4°C
4. Titik beku : -112°C
5. Bentuk dan warna : cair tidak berwarna
6. Spesifik gravity : 0,786 pada 20°C

Sifat-sifat kimia etanol (Vogel,1985) :


1. Bersifat hidrofob
2. Rantai karbon cukup panjang
3. Untuk minuman diperoleh dari peragian karbohidrat

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


· Alat yang digunakan :
1. Gelas kimia
2. Gelas ukur
3. Kaca arloji
4. Pipet ukur
5. Bola karet
6. Magnetic stirrer
7. Hot plate
8. Spatula
9. Pengaduk
10. Botol aquadest

Bahan yang digunakan :


1. Ethanol 96%
2. Karbopol
3. NaOH
4. Aquadest

IV. PROSEDUR KERJA

1. Memasukkan ethanol gel 96% sebanyak 50 ml kedalam gelas kimia.

105
2. Mengaduk ethanol gel 96% dalam gelas kimia dengan kecepatan 100
rpm sambil menambahkan karbopol 1,8 gram seacara perlahan- lahan.
3. Menutup gelas berisi campuran ethanol 70 % dan carbopol tadi dan
melanjutkan pengadukan selama 45 menit.
4. Menambahkan NaOH 1 M sebanyak 5 ml sehingga terbentuk etanol
gel

ANALISA HASIL
A. Analisa Kualitatif
1. Mengambil etanol gel sebanyak 5 gram dimasukkan
kedalam cawan porselen.
2. Membakar etano gel tersebut.
3. Mengamati nyala api dari hasil pembakaran etanol gel
tersebut.

Analisa Warna Nyala


1. Mengambil ethanol gel 5 gram dimasukkan kedalam cawan
porselen.
2. Membakar etanol gel tersebut.
3. Mengamati warna nyala dari hasil pembakaran ethanol gel
tersebut.

B. Analisa Kuantitatif Lama


Waktu Penyalaan
1. Mengambil ethanol sebanyak 5 gram kedalam cawan
porselen.
2. Menyiapkan stopwatch.
3. Membakar etanol tersebut bersamaan dengan menghidukan
stopwatch.
4. Mematikan stopwatch apabila ethanol gel sudah terbakar.

V. TABEL PENGAMATAN

No Gambar Perlakuan Perlakuan Pengamatan

106
Warna : Tidak
Memasukkan ethanol 96% berwarna / bening
1 kedaam gelas kimia sebanyak 50 Bau : Khas Ethanol
ml

107
Masukkan 1,6 gr CMC secara Warna : Larutan
perlahan-lahan, kemudian berubah menjadi
2 Ethanol 96% 100 ml + 1,6 keruh
gram CMC diaduk dengan Bau : Khas ethanol
kecepatan 100 rpm

Warna : Putih
3 Pengadukan menggunakan stirer keruh dan sedikit
selama 45 menit Kental
Bau : sedikit
berkurang

Warna : Putih
Penambahan NaOH 1 M 0,2 keruh. Dan sudah
4 gram mulai terbentuk
seperti gel

Mengambil 5 gr etanol gel ~ Warna Nyala Api :


dimasukkan kedalam cawan Biru → Orange
porselen. Kemudian dilakukan Kemerahan
5 tes uji nyala api etanol gel dan ~ Waktu habis
mengamati waktu etanol gel terbakar: 5 Menit
tersebut habis terbakar.

108
VI. PERHITUNGAN
 Pembuatan Larutan NaOH 1 M
Diketahui :
1. M NaOH =1M
2. Volume = 100 ml
3. BM = 40 gr/mol
Ditanya : gram =......?
Penyelesaian :
M = Gr / BM × 1000/V
1 M = Gr/ 40 gr/ml × 1000 × 100
= 4 gram
 Berat Total Ethanol Gel yang didapat = 39 gram
 Berat yang diambil untuk tes uji nyala dan lama waktunya = 5 gram
Jadi sisa ethanol gel keseluruhannya = 34 gram

VII. ANALISIS PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pembuatan


ethano gel sebagai bahan bakar padat alternatif dengan bahan kalsium
asetat atau HPMC ( Hidroxy Propil Methil Celluose ). Ethanol gel
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahan bakar padat
parafin dan sejenisnya, yaitu sebagai bahan bakar alternatif yang selama
pembakaran tidak berasap, tidak menghasilkan gas berbahaya,
menghasilkan as emisi karbon yang lebih rendah, bersifat nonkarsinogenik
dan non korosif. Selain itu ethanol gel juga ramah lingkungan serta
merupakan bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui (Renewable).

Pada percobaan ini, kami melakukan beberapa tahap. Langkah


pertama yang kami lakukan yaitu memipet ethanol 96% sebanyak 50 ml
dan dimasukkan kedalam gelas kimia. Setelah itu ethanol 96% diaduk
menggunakan stirrer dengan kecepatan 100 rpm sambil menambahkan
karbopol atau CMC secara perlahan-lahan sebanyak 1.8 gram kedalam
ethanol gel 96%. Larutan diaduk selama 45 menit dengan bantuan stirrer.
Setelah 45 menit pengadukan, larutan berubah warna menjadi putih keruh
dan larutan sedikit mengental.

Setelah pengadukan larutan kemudian menambahkan NaOH 1 M


sebanyak 5 ml ke dalam larutan hingga terbentuk etanol gel. Setelah
homogen dan terbentuk gel kemudian dilakukan analisa hasil yang mana
terdapat 3 analisa yaitu : Analisa Kualitatif, Analisa Warna nyala dan

109
Analisa Kuantitatif lama waktu penyalaanya. Dari analisa tersebut kita
harus mengambil etanol gel sebanyak 5 gr terlebih dahulu dimasukkan
kedalam cawan porselen. Kemudian membakar etanol gel tersebut hingga
didapat lah datanya yaitu didapat nyala apinya dengan warna biru ke
orange kemerahan dan lama waktu etanol gel habis terbakar adalah 5
menit.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Ethanol merupakan senyawa alkohol yang diperoleh dari proses


fermentasi dengan bantuan mikroorganisme.
2. Penambahan NaOH 1 M bertujuan untuk mengubah OH campuran
menjadi semakin tinggi karena gel akan terbentuk jika Ph campuran
meningkat.
3. Faktor yang memperngaruhi
 Kadar Alkohol
 Jumlah zat pengental
 Pengadukan
 Ph Campuran
4. Data yang didapat
 Gr NaOH 1 M = 0,2 gr
 Etanol 96% = 50 Ml

IX. DAFTAR PUSTAKA


Penuntun Praktikum Kimia Organik.2022.Pembuatan Ethanol
Gel. Politeknik Negeri Sriwijaya:Palembang.

110
[GAMBAR ALAT
TERLAMPIR]

PIPET UKUR PIPET TETES


GELAS KIMIA

SPATULA BATANG PENGADUK


KACA ARLOJI

MANGKOK HOT PLATE


NERACA ANALITIK

111
112

Anda mungkin juga menyukai