Kelompok 12
Bayu Santoso 1918315
Gilang Deka Pratama 1918355
Nency Febriza 1918430
Zul Hamdi 1918509
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................2
BAB II METODOLOGI PENELITIAN............................................................................3
2.1 Bahan dan Alat...................................................................................................3
2.2 Cara Kerja...........................................................................................................3
BAB III PEMABAHASAN...............................................................................................4
3.1 Deskripsi/Karakteristik dan Penanganan Bahan..................................................4
3.2 Deskripsi Karakteristik dan Penanganan.............................................................4
3.3 Pembahasan........................................................................................................4
3.3.1 Mekanisme Sabun......................................................................................5
3.3.2 Fungsi Sabun..............................................................................................6
3.3.3 Formula 2 Sabun Cuci Tangan...................................................................7
3.3.4 Surfaktan....................................................................................................8
3.3.5 Jenis-jenis Surfaktan.................................................................................10
3.3.6 Komponen Pembentuk Sabun Cair...........................................................11
BAB IV PENGEMASAN DAN EVALUASI EKONOMI...............................................17
4.1 Rencana Pengemasan dan Desain Kemasan......................................................17
4.2 Evaluasi Ekonomi.............................................................................................17
4.2.1 Prospek bisnis Sabun Cuci Tangan...........................................................17
4.2.2 Perhitungan BEP untuk produk ..................................................................
Sabun Cuci tangan (500 Liter/ bulan)......................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21
LAMPIRAN....................................................................................................................22
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
alkali yang biasa digunakn pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida
(KOH).
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan mampu memanfaatkan minyak jelantah
menjadi biodiesel.
2. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mengubah minyak
jelantah menjadi biodiesel.
3. Menjadikan biodiesel sebagai salah satu industry alternatif dan
memiliki nilai ekonomi.
1.3 Prinsip
Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak
yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak yang direaksikan dengan alkali
(seperti NaOH atau KOH) pada suhu (80-100) °C, melalui proses yang dikenal
dengan saponifikasi. Berdasarkan kemampuan fisiknya ada tiga macam bentuk
sabun, yaitu berbentuk serbuk, pasta, dan cairan. Sabun pencuci piring cair banyak
digunakan masyarakat dengan alasan kepraktisan, kecepatan dan karena
bentuknya yang cair, maka lebih mudah larut dalam air, dan hasilnya dalam
membersihkan kotoran terutama yang menempel pada peralatan makanan.
1.4 Manfaat
2
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
Alat
Bahan
80 gram SES
sodium benzoate
dilarutkan dengan Dimasukkan 50 mL
dilarutkan dengan
1 L aquadet secara CPAB
aquadet
bertahap
Dimasukkan 10 g Dimasukkan 10 g
Dimasukkan 50 g
larutan sodium EDTA + NaCl
gliserin
benzoat. secukupnya
Diaduk hingga
Produk didiamkan Produk siap Dijual
tercampur
semalaman dan digunakan
sempurna
3
BAB III PEMABAHASAN
3.3 Pembahasan
Sabun merupakan pembersih diri dari kotoran yang menempel di permukaan
kulit. Hampir semua orang membutuhkan sabun karena fungsinya sangat penting,
namun sabun juga dapat menjadikan kulit kering. Reaksi kulit terhadap sabun
dipengaruhi oleh bahan pembuatnya. “Sabun alami” adalah sabun yang dibuat dari
bahan-bahan alam. Sebagai daerah tropis, Indonesia kaya akan bahan alam seperti
minyak nabati dan tumbuh-tumbuhan. Minyak nabati seperti minyak kelapa,
minyak sawit, minyak jagung, minyak biji matahari dan lain-lain merupakan
bahan utama pembuat sabun alami Selain itu ekstrak tumbuh-tumbuhan akan
menambah fungsi dari sabun tersebut (Dwinna Rahmi, 2020).1
1
Dwinna Rahmi, Sabun Alami “Aman, Ekonomis Dan Ramah Lingkungan” (Balai
Besar Kimia dan Kemasan : 2020).
4
Sabun merupakan materi pembersih yang digunakan dengan air untuk
membersihkan dan menghilangkan kotoran (Edoga, 2009). Sabun mandi adalah
senyawa natrium dan kalium dengan asam lemak dari minyak nabati dan atau
lemak hewani berbentuk padat, lunak, atau cair, dan berbusa digunakan sebagai
pembersih dengan menambahkan zat pewangi dan bahan lainnya yang tidak
membahayakan kesehatan. Sabun merupakan garam alkali karboksilat
(RCOONa), dimana gugus R bersifat hidrofobik karena bersifat nonpolar dan
COONa bersifat hidrofilik yakni bersifat polar (Idrus, Ahmad, et al. 2013).
5
mampu mengemulsikan air dan minyak serta efektif untuk mengangkat kotoran
yang menempel pada permukaan kulit baik yang larut air maupun larut lemak
(Susilowati, 2015).2
Dalam hal ini yang perlu untuk diketahui adalah bahwa sifat pencuci dari
sabun disebabkan karena sabun merupakan senyawa surfaktan yang dapat
menurunkan tegangan permukaan sambil mengemulsi kotoran. Pengelompokkan
minyak surfaktan sebagai anionik, kationik atau netral tergantung sifat dasar
gugus hidrofiliknya. Sabun dengan gugus karboksilatnya adalah surfaktan
anionik yang bersifat antibakteri. Alkali yang digunakan untuk proses
penyabunan adalah kaustik (NaOH) dan soda kalium (KOH). Soda kaustik
digunakan untuk membuat sabun keras sedangkan soda kalium untuk membuat
sabun lunak sampai cair seperti sampo. Proses pembentukan sabun dikenal
sebagai reaksi penyabunan atau saponifikasi, yaitu reaksi antara lemak/gliserida
dengan basa seperti berikut:3
2
Elok Faikoh, Formulasi Sabun Cair Tanah Sebagai Penyuci Najis Mughalladzah Dengan
Variasi Tanah Kaolin Dan Bentonit (Uin Syarif Hidayatullah Jakarta: 2017), hlm. 9-10.
3
Farid Kurnia Perdana & Ibnu Hakim, Pembuatan Sabun Cair Dari Minyak Jarak
Dan Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q (Universitas
Diponegoro : 2008), hlm. 2.
6
3.3.3 Formula 2 Sabun Cuci Tangan
Secara garis besar, bahan-bahan penyusun sabun terdiri dari dua bagian
yakni bahan dasar dan bahan tambahan. Bahan dasar terdiri dari pelarut atau
tempat dasar bahan lain sehingga umumnya menempati volume yang lebih besar
dari bahan lainnya. Bahan dasar memiliki fungsi utama untuk membersihkan dan
menurunkan tegangan permukaan air (Wasitaatmadja, 2007). Bahan tambahan
merupakan bahan-bahan yang sengaja ditambahkan dalam formula dengan
tujuan memberikan efek-efek tertentu yang diinginkan konsumen seperti
melembutkan kulit, aseptis, harum, dan lain sebagainya (Suryani, A., E.
Hambali & Rivai, M.,2002).
3.3.4 Surfaktan
a. Definisi dan Karakteristik Surfaktan
Surfaktan (surface-active agent) merupakan suatu senyawa dimana
pada konsentrasi rendah mampu memiliki sifat mengadsorbsi pada
permukaan atau antarmuka dari suatu sistem dan mampu menurunkan
energi bebas permukaan maupun energi bebas antarmuka. Istilah antarmuka
menunjukkan batas antara dua fase yang saling tidak bercampur
(immiscible), sedangkan permukaan menunjukkan sebuah sistem dua fase,
dimana salah satu fasenya berupa gas biasanya udara (Rosen, 2004).
Energi bebas antarmuka adalah jumlah energi minimum yang
dibutuhkan untuk membuat sistem tetap dalam dua fase yang tidak
8
bercampur, sehingga terbentuk batas antarmuka di antara dua fase tersebut.
Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang yang terdapat pada
antarmuka dua fase cairan yang tidak dapat bercampur (Sinko, 2011).
Surfaktan umumnya digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan,
tegangan antarmuka, oleh karena sifat surfaktan yang mampu menurunkan
tegangan permukaan, ia dapat dimanfaatkan sebagai agen pengemulsi,
pelarut, serta agen pembasah atau wetting agent. Wetting agent adalah
surfaktan yang bila dilarutkan dalam air dapat menurunkan sudut kontak
yang sebelumnya ada, membantu pemindahan fase udara pada permukaan,
dan menggantikan fase tersebut dengan fase cair (Sinko, 2011).
Molekul surfaktan memiliki bagian polar (hidrofilik) yang larut dalam
air dan bagian nonpolar (hidrofobik) yang larut dalam minyak atau pelarut
nonpolar. Bagian hidrofilik molekul surfaktan dapat berupa gugus ionik
bermuatan positif atau negatif, atau gugus bersifat polar nonionik yang
bermuatan netral (Tang, M., Suendo, V., 2011). Surfaktan memiliki
struktur molekul khas, karena adanya gugus yang memiliki tarikan sangat
kecil terhadap pelarut, atau lebih dikenal sebagai gugus liofobik (tidak suka
dengan pelarutnya), bersama-sama dengan gugus yang memiliki tarikan
yang kuat terhadap pelarut disebut gugus liofilik (suka dengan pelarutnya),
ini disebut dengan struktur amfifilik (Salager, 2002). Gugus liofob
umumnya hidrokarbon yang terdiri dari 8- 22 atom C, sedangkan gugus
hidrofiliknya terdiri dari gugus karboksilat, sulfonat, sulfat, garam
ammonium kuartener (Supriyadi, 2008).
Apabila surfaktan terlarut dalam pelarut, adanya bagian liofobik di
bagian dalam pelarut tersebut menyebabkan terjadinya distorsi struktur
cairan pelarut tersebut, yakni menaikkan energi bebas dari sistem tersebut.
Di dalam larutan air surfaktan distorsi air disebabkan oleh bagian liofobik
(hidrofobik) surfaktan, dan menghasilkan kenaikan energi bebas sistem. Hal
tersebut berarti kerja yang dibutuhkan untuk membawa molekul surfaktan
ke permukaan lebih kecil daripada kerja yang dibutuhkan untuk membawa
molek ul surfaktan pada suatu sistem cairan cenderung terkonsentrasi pada
permukaan. O leh sebab kerja yang diperlukan untuk membawa molekul
9
surfaktan ke permukaan lebih kecil, berarti adanya surfaktan menurunkan
kerja yang diperlukan untuk membawa unit luas permukaan (energi bebas
permukaan atau tegangan permukaan). Adanya gugus liofilik (hidrofilik)
mencegah keluarnya surfaktan secara sempurna dari pelarut sebagai fasa
terpisah (Salager, 2002).
Sodium lauryl ether sulfate atau sodium laureth sulfate atau sodium 2-
(2-dodecyloxyethoxy)ethyl sulphate adalah salah satu contoh surfaktan
anionik yang telah digunakan secara luas sebagai surfaktan primer pada
produk kosmetik. Sodium laureth sulfate juga merupakan detergen atau
agen pembersih yang baik, agen pengemulsi, agen pembasah, dan agen
pembusa yang baik dan murah (Tania, 2012). Merupakan surfaktan
anionik yang paling banyak digunakan untuk kosmetika atau produk-
produk perawatan diri. SLES mudah mengental dengan garam dan
menunjukkan kelarutan dalam air yang baik. Kesesuain SLES terhadap
kulit dan mata dapat diterima pada kebanyakan aplikasi dan bisa
ditingkatkan melalui kombinasi dengan surfaktan sekunder yang tidak
terlalu kuat. Di Eropa, lauril eter sulfat (apalagi bentuk garam sodium)
paling biasa digunakan sebagai surfaktan primer dan lauril sulfat
menduduki peringkat kedua. Sodium lauril sulfat (SLS) lebih mudah
menyebabkan iritasi dari pada lauril eter sulfat (SLES). SLS lebih baik
sifat deterjensinya dari pada SLES, sedangkan untuk kelarutan dan
11
pembentukan busa, SLES lebih baik dari pada SLS.
12
Gambar 2.3 Struktur kokoamidopropil betain
Sumber : [Lie et al., 2013]
d) Gliserin
13
berwarna, tidak berbau,kental, cairan higroskopis serta rasa yang manis.
Sebagai humektan dan emolien, gliserin digunakan dalam formulasi
sediaan topikal dan kosmetik. Konsentrasi sebagai emolien kurang dari
30%. Sebaiknya, gliserin disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat
dingin dan kering (Rowe et al., 2009)
4
Op.Cit, 11-18.
14
Gambar 2.8 Struktur BHT
Sumber : [Rowe, et al., 2009]
g) Na EDTA
h) NaOH
Natrium hidroksida memiliki berat molekul 40 serta merupakan
basa kuat yang larut dalam air dan etanol. NaOH dapat berbentuk pelet,
serpihan, batang, atau bentuk lain. Selain itu juga memiliki warna yang
putih dan bersifat higroskopis. Bila dibiarkan di udara akan cepat
menyerap CO 2 dan lembab. Fungsi NaOH dalam formula sabun cair tanah
ini adalah sebagai agen pendapar untuk mendapatkan pH yang memenuhi
15
persyaratan (Anonim, 1995 & Rowe, et al., 2009).
i) Parfum
j) Akuades
Akuades adalah air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan. Air
murni ini dapat diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion,
osmosis terbalik, atau dengan cara yang sesuai (Rowe, et al., 2009).5
5
Ibid, 31.
16
BAB IV PENGEMASAN DAN EVALUASI EKONOMI
Sabun cuci tangan dengan merek FRESHCO tersedia dalam dua variant yaitu dengan
bau mawar dan lavender. Kemasan tersedia dalam Botol berukuran 1L yang di desain
semenarik mungkin agar konsumen tertarik kepada produk.
Sabun mandi / cuci tangan merupakan salah satu produk yang sudah menjadi
kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Karena itu, sejalan dengan meningkatnya
pertumbuhan jumlah penduduk, maka kebutuhan akan sabun juga meningkat.
17
Walaupun demikian, sebagai produk perawatan tubuh, perkembangan penggunaan
sabun masih dipengaruhi oleh daya beli dan pola penggunaan masyarakat. Ada
beberapa pertimbangan yang mempengaruhi penggunaan sabun, salah satunya yaitu
harga, citra merek, dan kualitas produk. Harga merupakan hal yang signifikan sebagai
isyarat ekstrinsik dan penawaran yang diterima dari informasi yang tersedia untuk
pelanggan. Oleh karena itu harga dapat diubah secara cepat, sehingga harga harus
sangat diperhatikan oleh perusahaan supaya para pelanggan tidak berpindah membeli
keproduk lain.
18
Sejalan dengan peningkatan jumlah permintaan terhadap produk sabun mandi,
peningkatan produksi sabun mandi juga terus meningkat. Dalam lima tahun terakhir,
produksi sabun mandi cair meningkat mencapai 16,09% setiap tahun, angka tersebut
dua kali lebih besar dari peningkatan produksi sabun mandi padat setiap tahun yang
hanya mencapai 8,34%.
4.2.2 Perhitungan BEP untuk produk Sabun Cuci tangan (500 Liter/ bulan)
Biaya
19
Break Event Point (BEP) atas nilai penjualan dalam satuan unit
(Liter)
Biaya Tetap
BEP unit=
Harga Jual−Biaya Variabel per unit
6.100 .000
BEP unit=
35.173−8.490
Break Event Point (BEP) atas nilai penjualan dalam Rupiah (Rp)
Biaya Tetap
BEP Rp=
Biaya Variabel per unit
1−
Harga Jual
6.100 .000
BEP Rp=
8.490
1−
35.173
Break Event Point (BEP) atas nilai penjualan dalam presentase (%)
Biaya Tetap
BEP= x 100%
Hasil Penjualan−Biaya Variabel
6.100 .000
BEP= x 100%
17.596 .500−4.245 .000
20
BEP=¿45.69 %
DAFTAR PUSTAKA
Dwinna Rahmi. 2020. Sabun Alami “Aman, Ekonomis Dan Ramah Lingkungan” Balai
Besar Kimia dan Kemasan .
Elok, Faikoh. 2017. Formulasi Sabun Cair Tanah Sebagai Penyuci Najis Mughalladzah
Dengan Variasi Tanah Kaolin Dan Bentonit. Uin Syarif Hidayatullah : Jakarta,
hlm. 9-10.
Kurnia, Farid Perdana & Ibnu Hakim. 2008. Pembuatan Sabun Cair Dari Minyak
Jarak Dan Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q .
Universitas Diponegoro : Semarang, hlm. 2.
Fauzi, Indah Gusti dkk. Industri Sabun. Universitas Negeri Padang : Padang
Wasitaatmadja, S. M. (2007) Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima , dalam
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Adi Djuanda,dkk-ed). Edisi V. FKUI : Jakarta,
hal.254-59
Ghaim, J. B., and Volz, E. D. 2001. “Skin Cleansing Bars” in Handbook of Cosmetic
Science and Technology. Marcel Dekker, Inc. : New York
Rosen, Gideon. 2004. Skepticism About Moral Responsibility. Princeton University : New
Jersey
21
LAMPIRAN
A. pH
Pengukuran pH berdasarkan aktivitas ion hidrogen secara potensiometri
dengan menggunakan pH meter.
22
organik yang tidak bereaksi, parfum, lemakalkanolamida, asam lemak
bebas dan wax) dapat terlarut dalam etanol. Bahan selain bahan aktif dapat
terlarut juga dalam petroleum eter.
2. Sebutkan kekurangan dan kelebihan penggunaan sabun cuci tangan berbahan dasar
surfaktan sintetik!
Kelebihan
- Tidak mengendap pada air sadah.
- Dapat dibuat dengan sifat-sifat khusus.
- Dalam sudut pandang industri, penggunaan surfaktan sintetik jauh lebih murah
dibanding biosurfaktan
- Penggunaan surfaktan sintetik dapat mengatasi keterbatasan surfaktan alami di
masa yang akan datang
Kekurangan
23
- Limbahnya menyebabkan buih pada air sehingga menimbulkan pencemaran
- Mengandung STTP (sodium tripolyphate) suatu senyawa fosfat sebagai bahan
aditif untuk mengatasi kesadahan dan mencegah kotoran melekat kembali
-
3. Jelaskan tiga teknik pembuatan sabun! (cold process, hot process, melt & pour)
- Cold Prosess Method (CPM).
Pembuatan sabun proses dingin, atau dapat disebut Cold Process "CP,"
adalah metode pembuatan sabun yang menggunakan kombinasi antara minyak
dan alkali, tanpa tambahan atau sumber panas eksternal, untuk membuat sabun.
Tidak seperti proses pembuatan sabun lainnya, yang menggunakan sumber
panas eksternal seperti crockpots, ceret, dan ruang panas
Metode ini bekerja dengan hanya dengan mencampurkan larutan NaOH
kedalam campuran minyak kemudian dibiarkan dalam suhu ruangan sampai
dingin dan menjadi sabun. Pencampuran dilakukan kitka larutan NaOH dan
minyak berada pada suhu 30-35 derajat celcius. Kemudian diaduk hingga
mencapai trace atau pengentalan.
Keunggulan dari metode ini adalah sabun mudah dibentuk karena
saat trace tidak terlalu kental sehingga ketika sudah jadi terlihat memiliki
nilai estetika. Selain itu metode ini menghasilkan sabun yang halus dan
baik untuk Kesehatan kulit karena kandungan gliserin pada proses
pembuatan terbawa
Kelemahannya adalah soal pewarnaan dan penambahan wangi-wangian.
Ketika memasuki masa curing atau proses menjadi sabun, mengalami
peningkatan suhu. Hal ini menyebabkan warna menjadi berubah dan
kesulitan menentukan warna yang diinginkan. Essential oil atau wangi-
wangian pun juga akan menurun sehingga ketika jadi sabun akan
mengalami penurunan kadar harumnya. Selain itu metode cold process
(CPM) harus menunggu sabun hingga 2-4 minggu sebelum digunakan.
Hal ini bertujuan untuk memastikan NaOH pada sabun benar-benar
menyatu dengan sempurna (proses saponifikasi) sampai tidak tersisa
ketika masa curing.
Digunakan untuk membuat sabun yang mampu meningkatkan Kesehatan
kulit, umumnya pada sabun kosmetik
24
- Hot Process Method (HPM)
Metode ini merupakan kelanjutan dari metode cold process. Ketika ketika
memasuki masa curing atau tepatnya sesuah mencampurkan larutan NaOH dan
minyak, adonan dipanaskan selama 2-4 jam baru dituangkan ke dalam cetakan.
Metode ini seperti memaksakan proses saponifikasi agar lebih cepat sehingga
kadar NaOH berkurang.
Keunggulan dari metode ini sabun tidak perlu menunggu waktu yang
lama untuk digunakan. Biasanya 5-7 hari setelah dikeluarkan dari cetakan.
Warna dan wangi-wangian yang digunakan juga tidak mengalami
penurunan sperti pada metode cold prosess.
Kekurangannya metode ini sabun susah dibentuk saat menuang ke
cetakan dan sabun terlihat tidak memiliki nilai estetika. Di samping itu,
kandungan gliserin yang dihasilkan saat proses pembuatan ikut terbuang.
Digunakan Ketika ingin membuat sabun dengan skala besar dalam waktu
yang singkat
25
- Fresh ingredients like milk and purees will eventually go bad in the
soap.
- Setelah dilelehkan, sabun menjadi cair dan tipis. Zat Aditif hanya akan
tenggelam ke dasar sabun apabila tidak ditambahkan saat suhu dingin
26