Anda di halaman 1dari 5

Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat Vol. 5, No.

1, Mei 2016: 29 - 33
ISSN 1410 - 5675

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN


PRODUK SABUN BERBASIS KOMODITAS LOKAL
DI KECAMATAN SUKAMANTRI CIAMIS

Widyasanti, A.,1 Putri, S.H.2 dan Dwiratna S.N.P.3


Departemen Teknik dan Manajemen Industri Pertanian,
1,2,3

Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran


E-mail : asriwidyasanti@gmail.com

ABSTRAK ABSTRACT
Desa Sindanglaya dan Mekarwangi merupakan daerah Sindanglaya and Mekarwangi villages are areas that bring
yang mengusung konsep menjadi kawasan Agrowisata, a concept into a regional of Agrotourism, Agroindustry
Agroindustri dan Agropolitan. Produk pertanian yang and Agropolitan. Agricultural products that are abundant
melimpah di Desa Sindanglaya adalah tomat organik, in Sindanglaya village are organic tomatoes, while
sedangkan Desa Mekarwangi menghasilkan kopi rakyat Mekarwangi village produces Mekarwangi folk-coffee that
Mekarwangi yang cukup terkenal. Selama ini kedua is quite well known. These two commodities have only been
komoditas tersebut hanya dimanfaatkan sebagai hasil used as fresh agricultural products by local community.
bumi yang dijual dalam kondisi segar oleh masyarakat Therefore, the further development of Agroindustry is still
setempat. Oleh karenanya perlu pengembangan Agro- needed in order to become a role model for other villages.
industri lebih lanjut agar menjadi percontohan bagi desa Transfering knowledge and skills about entrepreneurship
lainnya. Upaya pemberdayaan masyarakat agar mampu
and appropriate technology in handmade soap making
secara mandiri memanfaatkan potensi daerahnya salah
process is one way to empower the community to be able
satunya dengan pengetahuan dan ketrampilan mengenai
to independently utilize the potential commodity in the
wirausaha dan teknologi tepat guna proses pembuatan
region. It is expected that the handmade soap can be used
sabun handmade yang dapat dijadikan sebagai souvenir
as souvenirs from these villages and also for promoting
desa untuk pencitraan Kabupaten Ciamis secara luas.
Ciamis Regency widely. The aims of the community
Tujuan dari program pengabdian masyarakat ini adalah
service program are (1)to apply an appropriate technology
(1) Menerapkan teknologi tepat guna untuk proses
for making local agricultural and plantation commodities
pengolahan komoditas lokal pertanian dan perkebunan
menjadi produk sabun handmade; (2) Meningkatkan into handmade soap products; (2) to improve the skills,
ketrampilan, pengetahuan dan kesadaran masyarakat knowledge and awareness especially of housewives in
terutama kelompok ibu-ibu PKK untuk meningkatkan PKK groups in developing the added value of agriculture
nilai tambah produk perkebunan dan pertanian and plantation products so that it will raise their family
sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga; income; (3) to promote the handmade soap as non-food
(3) Mempromosikan sabun handmade sebagai souvenir souvenir from Ciamis Regency; and (4) to cooperate with
non-pangan dari Kabupaten Ciamis; dan (4) Menjalin related parties as well as technical assistance for further
kerjasama dengan pihak terkait serta pendampingan development of the soap business. It can be concluded
teknis untuk pengembangan bisnis sabun lebih lanjut. from the activities that: (1) PKM ‘Community Service’
Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan dapat ditarik activities can increase the business motivation, awareness,
kesimpulan bahwa: (1) Kegiatan PKM ini dapat knowledge and skills of society through the application of
meningkatkan motivasi usaha, kesadaran, pengetahuan appropriate technology in processing local commodities
dan ketrampilan masyarakat melalui penerapan tekno- into handmade soap products; (2) As the trainees especially
logi tepat guna untuk mengolah komoditas lokal menjadi the housewives of PKK groups have followed a series of
produk sabun handmade; (2) Peserta pelatihan terutama handmade soap making training, building a cooperation
kelompok ibu-ibu PKK telah mengikuti serangkaian with relevant parties needs to be done in order to manage
kegiatan pembuatan sabun handmade selanjutnya perlu the development of future handmade soap business.
dikembangkan kerjasama dengan pihak terkait untuk
pengembangan bisnis sabun handmade ke depannya.
Key words: appropriate technology, handmade soap
processing, local commodity, coffee soap,
Kata kunci: teknologi tepat guna, proses pembuatan sabun
tomato soap
handmade, komoditas lokal, sabun kopi,
sabun tomat
30 Upaya Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Pembuatan Produk Sabun Berbasis Komoditas Lokal

PENDAHULUAN reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan


natrium hidroksida atau soda kaustik (NaOH),
Sabun merupakan senyawa natrium dengan asam sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida
lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, (KOH) sebagai alkali. Sabun padat pun kini terdiri dari
berbentuk padat, busa dengan atau tanpa zat tambahan beberapa jenis antara lain sabun opaque, translucent
lain serta tidak menimbulkan iritasi terhadap kulit (BSN, dan transparan (Hambali et .al., 2005). Sabun opaque
1994). Komponen utama pembuatan sabun terdiri dari adalah jenis sabun mandi biasa digunakan sehari-hari
asam lemak dan garam sodium atau potassium. Asam yang berbentuk padat dan tidak transparan, sabun
lemak yang berikatan dengan garam sodium (NaOH) translucent dari segi penampakannya tampak cerah
akan menghasilkan sabun padat (hard soap), sedangkan dan tembus cahaya tapi tidak terlalu bening dan agak
asam lemak yang berikatan dengan garam potassium transparan, sedangkan sabun transparan penampakanya
(KOH) akan menghasilkan sabun cair (soft soap) (Kirk lebih berkilau dan lebih bening sehingga sisi belakang
et. al, 1954 dalam Purnamawati, 2006) sabun transparan jelas terlihat dari sisi depannya.
Sabun yang berkualitas baik juga dipengaruhi oleh Dalam pembuatan produk sabun, terdapat beberapa
bahan baku yang digunakan. Sabun mandi biasanya spesifikasi persyaratan mutu yang harus dipenuhi agar
dibuat dengan campuran lemak atau minyak. Produksi sabun tersebut layak untuk digunakan dan dipasarkan.
sabun saat ini sangat melimpah namun sebagian besar Spesifikasi persyaratan mutu yang harus dipenuhi pada
dalam pembuatannya masih menggunakan bahan produk sabun menurut SNI 06-3532-1994 meliputi
sintetik yang sangat membahayakan bagi kulit manusia. beberapa parameter sebagai berikut:
Contoh bahan aktif sintetik yang banyak disorot saat ini
Tabel 1. Syarat Mutu Sabun Mandi (SNI 06-3532-1994)
adalah diethanolamine (DEA), Sodium Lauryl Sulfate
(SLS) dan triclosan yang terdapat hampir di semua No Uraian Tipe I Tipe II Superfat
sabun mandi yang beredar di pasaran. Kegunaan sabun Maks. Maks.
1 Kadar air (%) Maks. 15
dapat ditingkatkan yang tadinya hanya menjadi bahan 15 15
Jumlah asam
pembersih menjadi sediaan obat jika ditambahkan 2 >70 64-70 <70
lemak (%)
bahan aktif tertentu. 3 Alkali bebas
Untuk mengantikan bahan sintetik, maka pada Dihitung
Maks Maks. Maks.
program KKN-PPMD ini dibuatlah sabun padat hand- sebagai NaOH
0,1 0,1 0,1
(%)
made dengan menggunakan bahan baku minyak zaitun,
Dihitung
minyak kelapa dan minyak sawit serta tambahan bahan Maks. Maks. Maks.
sebagai KOH
aktif berupa bubuk kopi khas “Mekarwangi”. Kopi 0,14 0,14 0,14
(%)
mengandung asam buah dan asam organik, lemak, Asam lemak
4 <2,5 <2,5 2,5 – 7,5
bebas (%)
allkaloid, mineral, potasium, magnesium, serta besi yang
5 Minyak mineral Negatif Negatif Negatif
sangat berguna bagi kecantikan kulit. Berfungsi untuk
menghaluskan kulit, menetralkan kulit yang teriritasi (Sumber : BSN, 1994)
dan memberi nutrisi, mengangkat sel kulit mati dan
Sabun tipe I merupakan sabun yang terbaik karena
memperbaiki jaringan kulit yang rusak serta membantu
mengandung jumlah asam lemak yang tinggi (lebih
menghilangkan bau badan. Pembuatan sabun padat ini
dari 70%) dengan asam lemak bebas yang rendah
diharapkan mampu menghasilkan produk sabun mandi
yaitu kurang dari 2,5%. Sabun tipe I, II, dan superfat
yang nyaman di kulit, ramah lingkungan dengan harga
merupakan sabun yang dapat dipasarkan di masyarakat
sebanding dengan khasiat bahan aktif herbalnya.
karena aman untuk digunakan. Sabun tipe II lebih baik
Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses
dari superfat karena kandungan asam lemak bebasnya
saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses
kurang dari 2,5%.
saponifikasi minyak akan memperoleh produk
sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi
METODE
tidak akan memperoleh gliserol (Spitz, 1996). Proses
saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida
Bahan baku utama yang digunakan antara lain tomat
dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi
organik Sindanglaya dan kopi rakyat Mekarwangi.
karena reaksi asal lemak bebas dengan alkali.
Tiga jenis minyak yang digunakan dalam pembuatan
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud,
sabun adalah minyak kelapa sawit, minyak kelapa
sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua
dan minyak zaitun. Bahan kimia yang untuk reaksi
wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam
saponifikasi adalah NaOH. Adapun bahan pelengkap
Widyasanti, A., Putri, S.H. dan Dwiratna S.N.P. 31

adalah air, pewangi kopi dan teh hijau. Alat-alat HASIL DAN PEMBAHASAN
yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan
digital, handmixer, cetakan sabun silicon, cutting Survei dan Penjajagan Potensi
guide, thermometer, panci stainlessteel, pemanas dan Survei dan penjajagan potensi desa dilakukan
spatula. untuk mendapatkan data mengenai upaya pemanfaatan
Pendekatan yang diterapkan dalam merealisasikan komoditas lokal berserta permasalahan kedua desa.
program PKM ini melalui metode participatory Selanjutnya dilakukan perencanaan formulasi sabun
approach. Upaya untuk merealisasikan program PKM kopi Mekarwangi dan sabun tomat Sindanglaya.
Integratif ini agar sesuai dengan tujuan dan outcome yang Tim pelaksana juga melakukan koordinasi persiapan
diharapkan, maka metode pelaksanaan program yang ATK, bahan habis pakai dan instrumen untuk kegiatan
dilakukan adalah sebagai berikut: pelatihan sabun diantaranya perancangan alat pencetak
1. pelaksanaan sosialisasi kepada aparat desa terkait sabun sederhana berupa cetakan kayu dan cetakan
program pelatihan pembuatan sabun handmade silikon beserta desain kemasan sabun.
sebagai kesatuan dengan kegiatan KKN maha-
siswa untuk memberikan pemahaman dan Pelatihan Pembuatan Sabun Handmade Berbasis
partisipasi aktif seluruh warga masyarakat. Komoditas Lokal
2. pengumpulan data dan survei terkait dengan metode Setelah dilakukan penjajagan, kegiatan selanjutnya
pembuatan, jenis sabun handmade, uji kualitas, adalah pelatihan pembuatan sabun handmade berbasis
jenis cetakan sabun dan kemasan yang ekonomis komoditas lokal. Desa Sindanglaya memanfaatkan tomat
agar masyarakat memiliki ketertarikan untuk organik sedangkan di Desa Mekarwangi menggunakan
mengembangkan pembuatan sabun handmade ke kopi rakyat Mekarwangi sebagai bahan baku sabun.
depannya. Kegiatan penyuluhan dilakukan di GOR Sindanglaya
3. pelatihan pembuatan produk sabun berbasis pada tanggal 18 Agustus 2015, kemudian dilanjutkan
komoditas lokal, meliputi: di Balai Desa Mekarwangi pada tanggal 19 Agustus
3.1 pelatihan cara membuat sabun handmade, pen- 2015. Tingkat partisipasi dari warga masyarakat terlihat
cetakan, pemotongan sampai ke pengemasan dan dari jumlah peserta yang mengikuti pelatihan di desa
pelabelan sabun, selengkapnya di Gambar 1. Sindanglaya sejumlah 16 orang dan di Mekarwangi
3.2 perumusan dan diskusi strategi pengembangan sejumlah 19 orang yang berasal dari perwakilan ibu-ibu
usaha produksi sabun handmade. PKK dari masing-masing dusun di Desa Sindanglaya
3.3 analisis kelayakan usaha industri sederhana dan Mekarwan
untuk produk sabun handmade dan penentuan
harga pokok penjualan Indikator Keberhasilan Pelatihan
4. pendampingan teknis, monitoring dan pembinaan Evaluasi kegiatan pelatihan PKM di Desa Sindanglaya
kelompok untuk memantau kelanjutan usaha dan Mekarwangi dilakukan dengan membandingkan
sabun handmade di tingkat masyarakat. tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan
sebelum dan sesudah pelatihan. Kegiatan pelatihan
dimulai dengan diadakannya pre-test untuk mengetahui
pengetahuan awal tentang serba-serbi pembuatan sabun.
Dari 10 pertanyaan peserta pelatihan dapat menjawab
rerata 3-4 pertanyaan. Diakhir pelatihan peserta pelatihan
melakukan post-test dengan jumlah jawaban benar rerata
7-8 pertanyaan. Sehingga dapat dinyatakan bahwa tingkat
pemahaman materi peserta terhadap materi penyuluhan
mengalami rerata kenaikan 31,11% untuk peserta di Desa
Sindanglaya dan sebesar 38% di Desa Mekarwangi.
Peserta pelatihan juga menyampaikan beberapa pesan,
saran dan kesan di belakang lembar posttest, sehingga data
tersebut bisa menjadi bhan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pelatihan. Adapun kriteria dan indikator keberhasilan
pelatihan ini terlihat pada Tabel. 2.
Gambar 1. Diagram alir Proses Pembuatan Sabun Kopi
Handmade
32 Upaya Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Pembuatan Produk Sabun Berbasis Komoditas Lokal

Tabel 2. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pelatihan penyediaan bahan, sarana dan prasarana pelatihan. Faktor
pendorong kedua adalah hasil analisis kelayakan usaha
No. Indikator Kriteria
1. Pengetahuan mengenai Peserta aktif dan perhitungan Harga Pokok Penjualan menunjukkan
pemanfaatan potensi mengemukakan saran dengan asumsi profit 50% sabun tomat handmade bisa
lokal pertanian dan pertanyaan selama
dijual Rp. 8.500, sedangkan sabun kopi handmade Rp.
perkebunan menjadi pelatihan sehingga terlihat
produk sabun kenaikan hasil dari uji 9.900 dengan asumsi profit 100%. Sehingga untuk
handmade pretest dan posttest memproduksi 80 unit saja sebulan bisa mendapatkan
pelatihan.
2. Minat dan ketrampilan Peserta sangat antusias omset 20,4 juta rupiah untuk sabun tomat handmade
masyarakat dalam dan bekerjasama dengan sedangkan sabun kopi handmade sebulannya omset bisa
proses pembuatan instruktur pelatihan
mencapai 23,6 juta rupiah. Selain itu peserta kegiatan
sabun handmade mulai dari kegiatan
mulai dari persiapan pencampuran, pencetakan, yang sangat kooperatif dan antusias untuk meluangkan
bahan, pencetakan, dan pengemasan pelabelan. waktu mengenal teknologi tepat guna pembuatan sabun
pengemasan hingga
ke promosi dan handmade.
pemasarannya
3, Kesesuaian materi Materi penyuluhan sudah Faktor Penghambat Kegiatan
pelatihan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat untuk
Faktor yang menghambat kegiatan adalah alokasi
meningkatkan nilai tambah waktu yang singkat, sehingga peserta diharuskan
komoditas lokalnya mendapatkan materi berupa pelatihan terkait teknis
4. Jaringan kerjasama Adanya inisiasi awal
sebagai dampak dibentuknya kelompok
pembuatan sabun dilanjutkan pengetahuan mengenai
penyuluhan industri sabun rumahan sisi manajerial meliputi strategi pengembangan industri
yang dimotori ibu-ibu kecil sabun, analisis kelayakan usaha sederhana serta
PKK dengan melibatkan
kerjasama antara Desa, contoh kolaborasi dalam upaya memasarkan produk
pemkab Ciamis dan sabun. Padahal untuk menghasilkan industri sabun
UNPAD.
5. Tingkat partisipasi Jumlah partisipasi warga
yang kompeten perlu persiapan baik dari sisi teknis,
peserta sudah melebihi target manajerial dan riset pengembangan. Upaya untuk
kegiatan yang sebelumnya menangulangi hambatan tersebut dilakukan dengan
hanya 10 orang dan
berasal dri perwakilan tiap memberikan penjelasan pada saat penyuluhan tentang
dusun. perlu terus diaplikasikan teknologi tepat guna pembuatan
sabun handmade berbasis komoditas lokal, penguatan
Adapun prototipe produk sabun handmade yang
dan pendampingan ketrampilan dan manajerial untuk
dihasilkan setelah pelatihan terlihat di Gambar 3
meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan
berikut:
perkebunan komoditas lokal menjadi produk khas
yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Rencana Keberlanjutan Program


Setelah kegiatan ini selesai dilaksanakan, pengkajian
lebih lanjut akan dilakukan, meliputi pengembangan
(a) Sabun handmade tomat
daerah agroindustri pengolahan sabun handmade yang
mencakup daerah yang lebih luas di tingkat Kabupaten
Ciamis karena sesuai program PemKab Ciamis potensi
wilayah Ciamis Utara sebagai kawasan Agropolitan,
Agroindustri dan Agrowisata sangat mendukung untuk
percontohan bagi kecamatan sekitarnya. Ekspansi pasar
akan dilakukan pada tahap kegiatan selanjutnya, karena
(b) Sabun handmade kopi rakyat Mekarwangi Kabupaten Ciamis memiliki banyak obyek wisata yang
Gambar 3. Prototipe produk sabun hasil pelatihan strategis sehingga dapat dimanfaatkan dalam skala luas
Faktor Pendorong Kegiatan sebagai lokasi pemasaran souvenir sabun handmade.
Faktor pendorong kegiatan PKM ini diantaranya Setelah kegiatan KKN PPMD ini selesai, ketua kelompok
adanya kerjasama yang baik antara tim dosen pelaksana dan peserta pengrajin sabun handmade di kedua desa
PKM, mahasiswa KKNM serta pihak desa dimulai sebaiknya terus menjalin komunikasi dengan pihak
dari proses mengundang peserta tiap dusun kemudian DRPM UNPAD dalam bentuk desa binaan UNPAD
Widyasanti, A., Putri, S.H. dan Dwiratna S.N.P. 33

sehingga bila ada masalah bisa dibantu jalan keluarnya DAFTAR PUSTAKA
dengan menghubungkan pada pihak terkait ataupun pada
kegaitan KKNM-PPMD integratif tahun berikutnya. Badan Standarisasi Nasional., 1994. Standar Mutu
Sabun Mandi. SNI 06-3532-1994. Dewan
SIMPULAN Standardisasi Nasional. Jakarta.
Hambali, E., Tatit K. B., Ani S., Giri A. K. 2005. Aplikasi
Kegiatan PKM ini dapat meningkatkan motivasi usaha,
Dietanolamida dari Asam Laurat Minyak Inti
kesadaran, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat
Sawit pada Pembuatan Sabun Transparan.
melalui penerapan teknologi tepat guna untuk mengolah
Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol 15 (2),
komoditas lokal menjadi produk sabun handmade.
46-53, Fakultas Teknologi Pertanian; Bogor.
Peserta pelatihan terutama kelompok ibu-ibu PKK
telah mengikuti serangkaian kegiatan pembuatan sabun Purnamawati, Debbi. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi
handmade selanjutnya perlu dikembangkan kerjasama Sukrosa dan Asam Sitrat terhadap Mutu Sabun
dengan pihak terkait untuk pengembangan bisnis sabun Transparan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian
handmade ke depannya dalam upaya mempromosikan , Institut Pertanian Bogor. Bogor
sabun handmade sebagai souvenir non-pangan dari Spitz, L. 1996. Soap and Detergent, A Theoretical
kabupaten Ciamis. and Practical Review. Illinois: AOCS Press

Anda mungkin juga menyukai