DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
LAMPIRAN............................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lilin
Lilin adalah jenis rantai panjang lemak nonpolar. Lilin alami biasanya ester
asam lemak dan alkohol rantai panjang. Lilin disintesis oleh banyak hewan dan
tumbuhan. Hewan ester lilin biasanya berasal dari berbagai asam karboksilat dan
alkohol lemak. Komposisi lilin tidak hanya tergantung pada spesies, tetapi juga
pada lokasi geografis dari organisme. Lilin hewan yang paling dikenal adalah lilin
lebah, tetapi serangga lainnya mengeluarkan lilin juga. Komponen utama dari lilin
lebah adalah palmitat ester myricyl, yang lebah gunakan untuk membangun sarang.
Spermaseti juga lilin yang terjadi dalam jumlah besar dalam minyak kepala paus
sperma. Salah satu konstituen utamanya adalah setil palmitat, ester dari asam lemak
dan alkohol lemak. Lilin tanaman yang berasal dari campuran hidrokarbon rantai
panjang yang mengandung gugus fungsional seperti alkana, asam lemak, alkohol,
diol, keton, dan aldehid. Tanaman juga menggunakan lilin sebagai lapisan
pelindung untuk mengontrol penguapan dan hidrasi dan mencegah mereka dari
kekeringan. Lilin berperan penting bagi tanaman dan hewan karena sifat hidrofobik
mereka. Hal ini membuat mereka tahan air, yang mencegah air menempel pada
permukaan.
Tidak seperti kebanyakan lilin alami, ester merupakan lilin sintetik terdiri dari
hidrokarbon rantai panjang kurang kelompok fungsional. Lilin paraffin adalah jenis
lilin sintetis berasal dari minyak bumi dan disempurnakan dengan distilasi vakum.
Lilin sintetik juga dapat diperoleh dari polyethylene. Jutaan lilin ini diproduksi
setiap tahun, dan digunakan dalam perekat, kosmetik, sealant dan pelumas,
insektisida, dan perlindungan UV. Lilin juga digunakan dalam makanan seperti
permen karet.
2
minyak, tidak berwarna, bebas atau praktis bebasdari fluoresensi, jika dingin tidak
berbau dan tidak berasa, jika dipanaskan berbau minyak tanah, lemah. Paraffin cair
larut dalam minyak atsiri, dapat bercampur dengan sebagian besar minyak lemak
kecuali minyak jarak, tidak larut dalam air dan etanol (95%). Nilai bobot jenis dari
paraffin cair adalah 0,845-0,905 dan nilai viskositasnya tidak kurang dari 34,5 cps.
Penetapan viskositas dilakukan pada suhu 40,0oC. Pada penandaannya, etiket
paraffin cair harus dicantumkan stabilisator yang digunakan dan disimpan dalam
wadah tertutup rapat (Kodeks Kosmetika Indonesia, 1993).
2.4 Pewarna
Pewarna yang digunakan pembuatan lilin ini adalah pewarna berwarna hijau
yang diencerkan dalam air. Larutan warna ini tidak dapat dicampurkan langsung
dalam bahan baku lilin yang dicairkan. Bahan baku lilin yang terdiri dari paraffin
cair dan asam stearat merupakan minyak yang tidak dapat bercampur dengan air.
Untuk mengikat larutan warna tersebut, larutan warna harus dicampurkan dengan
methanol terlebih dahulu. Pengenceran pewarna dalam air ini bertujuan agar warna
cepat merata dalam lilin dan tidak menimulkan endapan. Pewarna ini digunakan
sebagai bahan tambahan untuk mempercantik tampilan lilin.
3
2.5 Parfum
Parfum sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, kata "parfum" berasal dari
bahasa Latin perfume "melalui asap". Salah satu kegunaan parfum tertua berupa
bentuk pembakaran dupa dan herbal aromatik yang digunakan dalam pelayanan
keagamaan, kemenyan dan mur, dikumpulkan dari pohon. Mesir adalah yang
pertama memasukkan parfum ke budaya mereka diikuti oleh Cina kuno, Hindu,
Israel, Carthaginians, Arab, Yunani, dan Romawi. Penggunaan awal dari botol
parfum adalah di Mesir sekitar 1000 SM. Mesir menemukan gelas dan botol parfum
adalah salah satu penggunaan umum pertama untuk kaca.
Minyak parfum perlu diencerkan dengan pelarut karena minyak murni (alami
atau sintetis) mengandung konsentrat tinggi dari komponen volatil yang mungkin
akan mengakibatkan reaksi alergi dan kemungkinan cedera ketika digunakan
langsung ke kulit atau pakaian. Pelarut juga menguapkan minyak esensial,
membantu mereka menyebar ke udara.
Sejauh ini pelarut yang paling umum digunakan untuk pengenceran minyak
parfum adalah etanol atau campuran etanol dan air. Minyak parfum juga dapat
diencerkan dengan cara menetralkan bau lemak menggunakan jojoba, minyak
kelapa difraksinasi atau lilin.
4
BAB III
METODE PERCOBAAN
5
3.2 Alat dan Bahan Percobaan
3.2.1 Alat :
Beaker glass 250 cc 1 buah
Gelas ukur 25 cc 1 buah
Pipet tetes 1 buah
Spatula kayu 1 buah
Panci 1 buah
Cetakan 2 buah
Kompor 1 buah
3.2.2 Bahan :
Paraffin cair 1 cc
Asam Stearat 50 gram
Pewarna hijau 5 tetes
Methanol 1 cc
Parfum orange 35 tetes
Sumbu secukupnya
3.3 Gambar Alat
6
Gambar 3.3.3 Pipet tetes Gambar 3.3.4Spatula kayu
7
BAB IV
4.2 Pembahasan
8
akhirnya menghasilkan produk yang mempunyai kualitas bagus. Setelah
semua proses pencampuran selesai, larutan lilin dituangkan ke cetakan yang
telah diberi sumbu. Lilin ini dapat digunakan setelah proses pemadatan atau
pendinginan larutan lilin telah selesai.
Percobaan kami ini menghasilkan lilin dengan massa 49 gram, jika
dilihat dari komposisi dan massa jenis bahan-bahan yang digunakan, maka
massa tersebut sudah sesuai dan berarti tidak banyak massa yang hilang. Hal
ini merupakan salah satu yang perlu diperhatikan, agar pada proses
pembuatan keefektifan bahan yang digunakan dapat maksimal. Karena
warna yang digunakan pada lilin hanya sebagai pemenarik tampilan, jadi
warna lilin yang kami buat telah sesuai, dimana warna yang dihasilkan tidak
terlalu mencolok.
Wangi yang dihasilkan lilin buatan kami cukup harum dan tidak
berlebihan. Kuantitas parfum yang dipakai ini dapat menyesuaikan
kebutuhan masing-masing pembuat dan pemakai. Lilin buatan kami
mempunyai tekstur yang halus dan padat, ini membuktikan bahwa jumlah
asam stearat yang kami buat telah sesuai dengan perbandingan komposisi
dalam pembuatan lilin.
9
lilin. Sebelum larutan warna ini ditambahkan pada paraffin cair dan asam
stearat yang tela dipanaskan, larutan warna harus ditambah dengan
methanol untuk mengikat warna agar dapat bercampur dengan paraffin cair
dan asam stearat. Pewarna yang digunakan merupakan pewarna berbentuk
serbuk yang kemudian diencerkan dengan air, jika larutan tersebut langsung
ditambahkan pada bahan dasar lilin maka larutan pewarna tidak dapat
tercampur dan mengendap. Konsentrasi pewarna yang ditambahkan juga
harus diperhatikan, karena warna lilin pada saat kondisi cair lebih pekat
daripada saat kondisi padat.
Selain menambahkan pewarna sebagai pemenarik lilin, kami juga
menambahkan parfum orange sebagai nilai tambah pada lilin. Selain
berfungsi sebagai alat penerangan, lilin ini juga berfungsi sebagai
aromatherapy yang dapat menenangkan pikiran. Aroma dari lilin yang kami
buat sudah cukup harum dan baunya tidak terlalu semerbak. Penambahan
jenis dan jumlah parfum dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan.
Lilin yang kami buat memiliki tekstur yang halus dan padat. Tekstur
yang halus sangat berpengaruh pada tampilan lilin. Untuk membuat lilin
dengan tekstur yang halus dapat gunakan cetakan dengan permukaan yang
halus juga. Bentuk lilin yang padat berpengaruh pada proses pembakaran,
jika lilin yang dihasilkan lembek maka lilin akan cepat habis dan tidak
ekonomis.
Pada pembuatan lilin ini perlu dilakukan pengujian pada beberapa
kriteria seperti berapa lama lilin akan menyala dan bagaimana nyala apinya.
Dari pengujian tersebut dapat diketahui kekurangan lilin yang telah dibuat
dan kita juga bisa melakukan inovasi baru bagaimana membuat lilin agar
bertahan lebih lama dan nyala apinya terang.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pembuatan lilin memerlukan perbandingan yang sesuai dalam komposisinya,
perbandingan dapat disesuaikan kebutuhan masing-masing pembuat dan
pemakai
2. Suhu yang digunakan tidak perlu terlalu panas karena titik lebur asam stearat
hanya sekitar 50oC
5.2 Saran
1. Perbandingan bahan yang dipakai perlu diperhatikan, agar menghasilkan
lilin yang bertekstur halus, padat, beraroma wangi, dan dapat berfungsi
dengan baik sebagai penerangan maupun sebagai aromatherapy
2. Pengadukan dilakukan dengan perlahan dan stabil untuk menghomogenkan
seluruh bahan
3. Penuangan atau pencetakan sebaiknya dilakukan setelah larutan lilin tidak
terlalu panas agar lilin yang dihasilkan dapat padat sempurna dan tidak sulit
ketika dilepas dari cetakan
4. Peletakan sumbu dapat disesuaikan sebaiknya diletakan ditengah, ini
bertujuan untuk mengatur ketahanan nyala api lilin
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
13