Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Tujuan Percobaan ............................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 2

2.1 Lilin ................................................................................................................. 2

2.2 Paraffin Cair .................................................................................................... 3

2.3 Asam Stearat ................................................................................................... 3

2.4 Pewarna ........................................................................................................... 3

2.5 Parfum ............................................................................................................. 4

BAB III METODE PERCOBAAN ........................................................................... 5

3.1 Alur (Skema) Percobaan ................................................................................. 5

3.2 Alat dan Bahan Percobaan .............................................................................. 6

3.3 Gambar Alat .................................................................................................... 6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 8

4.1 Data Hasil Percobaan ...................................................................................... 8

4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 8

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 11

4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 11

4.2 Saran ................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

LAMPIRAN............................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lilin termasuk temuan paling awal dari dunia primitif. Sejarah mencatat bahwa
orang Mesir sudah menggunakan lilin sejak tahun 3000 SM. Lilin adalah sumber
penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat.
Sebelum abad ke-19, bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi
(yang banyak mengandung asam stearat). Sekarang yang biasanya digunakan
adalah paraffin. Dengan menyebarnya penerangan listrik, saat ini lilin lebih banyak
digunakan untuk keperluan lain, misalnya dalam upacara agama, perayaan ulang
tahun, pewangi ruangan, dan sebagainya. Catatan lainnya memperlihatkan bahwa
pada abad I, orang-orang Romawi menggunakan lilin yang sumbunya berupa alang-
alang. Selama perkembangannya, ada beberapa cara pembuatan lilin. Mulai dari
yang hanya mencelupkan sumbu ke dalam lilin, hingga menggunakan mesin
pencetak lilin, yang mulai dikembangkan pada abad XIX. Mesin itu terdiri atas
tangki logam yang dipanaskan, kemudian didinginkan bergantian. Cara kerjanya,
mula-mula sumbu disusupkan dari dasar cetakan, menembus lilin cair dalam
cetakan. Setelah cetakannya dingin dan lilin mengeras, sumbunya dipotong.
Dalam pembuatan komposisi bahan-bahan yang digunakan harus sesuai
takaran, agar lilin yang dihasilkan mempunyai tekstur dan kualitas yang bagus.
Selain asam stearat dan paraffin sebagai bahan baku lilin, dapat juga ditambahkan
bahan lain seperti pewarna atau parfum untuk mempercantik lilin dan sebagai
aromatherapy.

1.2 Tujuan Percobaan


 Sebagai pengetahuan bagi mahasiswa dalam penerapan ilmu kimia terapan
dikehidupan sehari-hari
 Mahasiswa dapat mengetahui formula dan fungsi bahan yang sesuai agar
didapatkan produk lilin yang berkualitas
 Mahasiswa dapat menganalisa hasil dari pembuatan lilin

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lilin
Lilin adalah jenis rantai panjang lemak nonpolar. Lilin alami biasanya ester
asam lemak dan alkohol rantai panjang. Lilin disintesis oleh banyak hewan dan
tumbuhan. Hewan ester lilin biasanya berasal dari berbagai asam karboksilat dan
alkohol lemak. Komposisi lilin tidak hanya tergantung pada spesies, tetapi juga
pada lokasi geografis dari organisme. Lilin hewan yang paling dikenal adalah lilin
lebah, tetapi serangga lainnya mengeluarkan lilin juga. Komponen utama dari lilin
lebah adalah palmitat ester myricyl, yang lebah gunakan untuk membangun sarang.
Spermaseti juga lilin yang terjadi dalam jumlah besar dalam minyak kepala paus
sperma. Salah satu konstituen utamanya adalah setil palmitat, ester dari asam lemak
dan alkohol lemak. Lilin tanaman yang berasal dari campuran hidrokarbon rantai
panjang yang mengandung gugus fungsional seperti alkana, asam lemak, alkohol,
diol, keton, dan aldehid. Tanaman juga menggunakan lilin sebagai lapisan
pelindung untuk mengontrol penguapan dan hidrasi dan mencegah mereka dari
kekeringan. Lilin berperan penting bagi tanaman dan hewan karena sifat hidrofobik
mereka. Hal ini membuat mereka tahan air, yang mencegah air menempel pada
permukaan.
Tidak seperti kebanyakan lilin alami, ester merupakan lilin sintetik terdiri dari
hidrokarbon rantai panjang kurang kelompok fungsional. Lilin paraffin adalah jenis
lilin sintetis berasal dari minyak bumi dan disempurnakan dengan distilasi vakum.
Lilin sintetik juga dapat diperoleh dari polyethylene. Jutaan lilin ini diproduksi
setiap tahun, dan digunakan dalam perekat, kosmetik, sealant dan pelumas,
insektisida, dan perlindungan UV. Lilin juga digunakan dalam makanan seperti
permen karet.

2.2 Paraffin Cair


Paraffin cair adalah campuran hidrokarbon cair yang diperoleh dari minyak
tanah, dapat mengandung stabilisator yang cocok. Berbentuk cairan bening, mirip

2
minyak, tidak berwarna, bebas atau praktis bebasdari fluoresensi, jika dingin tidak
berbau dan tidak berasa, jika dipanaskan berbau minyak tanah, lemah. Paraffin cair
larut dalam minyak atsiri, dapat bercampur dengan sebagian besar minyak lemak
kecuali minyak jarak, tidak larut dalam air dan etanol (95%). Nilai bobot jenis dari
paraffin cair adalah 0,845-0,905 dan nilai viskositasnya tidak kurang dari 34,5 cps.
Penetapan viskositas dilakukan pada suhu 40,0oC. Pada penandaannya, etiket
paraffin cair harus dicantumkan stabilisator yang digunakan dan disimpan dalam
wadah tertutup rapat (Kodeks Kosmetika Indonesia, 1993).

2.3 Asam Stearat


Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak
sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam heksadekanoat,
C16H32O2 (Farmakope Indonesia, 1979).
Asam lemak ini merupakan asam lemak jenuh, wujudnya padat pada suhu
ruang. Asam stearat diproses dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada
suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi minyak
nabati. Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan pembuatan lilin,
sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet. Asam stearat berbentuk zat
padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, berwarna putih atau kuning
pucat, keras, bau dan rasa lemah mirip lemak. Titik lebur dari asam stearat adalah
54oC dan bilangan iodiumnya tidak lebih dari 4. Kelarutan asam stearat adalah
sangat sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol, benzena kloroform, aseton,
karbon tetraklorida, karbon disulfida, amil asetat dan toluen.

2.4 Pewarna
Pewarna yang digunakan pembuatan lilin ini adalah pewarna berwarna hijau
yang diencerkan dalam air. Larutan warna ini tidak dapat dicampurkan langsung
dalam bahan baku lilin yang dicairkan. Bahan baku lilin yang terdiri dari paraffin
cair dan asam stearat merupakan minyak yang tidak dapat bercampur dengan air.
Untuk mengikat larutan warna tersebut, larutan warna harus dicampurkan dengan
methanol terlebih dahulu. Pengenceran pewarna dalam air ini bertujuan agar warna
cepat merata dalam lilin dan tidak menimulkan endapan. Pewarna ini digunakan
sebagai bahan tambahan untuk mempercantik tampilan lilin.

3
2.5 Parfum
Parfum sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, kata "parfum" berasal dari
bahasa Latin perfume "melalui asap". Salah satu kegunaan parfum tertua berupa
bentuk pembakaran dupa dan herbal aromatik yang digunakan dalam pelayanan
keagamaan, kemenyan dan mur, dikumpulkan dari pohon. Mesir adalah yang
pertama memasukkan parfum ke budaya mereka diikuti oleh Cina kuno, Hindu,
Israel, Carthaginians, Arab, Yunani, dan Romawi. Penggunaan awal dari botol
parfum adalah di Mesir sekitar 1000 SM. Mesir menemukan gelas dan botol parfum
adalah salah satu penggunaan umum pertama untuk kaca.

Minyak parfum perlu diencerkan dengan pelarut karena minyak murni (alami
atau sintetis) mengandung konsentrat tinggi dari komponen volatil yang mungkin
akan mengakibatkan reaksi alergi dan kemungkinan cedera ketika digunakan
langsung ke kulit atau pakaian. Pelarut juga menguapkan minyak esensial,
membantu mereka menyebar ke udara.

Sejauh ini pelarut yang paling umum digunakan untuk pengenceran minyak
parfum adalah etanol atau campuran etanol dan air. Minyak parfum juga dapat
diencerkan dengan cara menetralkan bau lemak menggunakan jojoba, minyak
kelapa difraksinasi atau lilin.

4
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alur (skema) Percobaan

Menimbang asam stearat dalambeaker glass 250 cc

Mengukur paraffin cair dalam gelas ukur 25 cc

Memanaskan asam stearat dan paraffin cair dalam panci,


kemudian diaduk sampai homogen (campuran A)

Mengukur pewarna hijau dan methanol dalam gelas ukur 25 cc

Mencampurkan pewarna dan methanol, diaduk sampai


homogen (campuran B)

Mencampurkan campuran B ke dalam campuran A, kemudian


diaduk sampai homogen (campuran C)

Mencampurkan parfum orange ke dalam campuran C,


kemudian diaduk sampai homogen

Lilin siap di cetak

Skema 3.1.1 Proses pembuatan lilin

5
3.2 Alat dan Bahan Percobaan
3.2.1 Alat :
 Beaker glass 250 cc 1 buah
 Gelas ukur 25 cc 1 buah
 Pipet tetes 1 buah
 Spatula kayu 1 buah
 Panci 1 buah
 Cetakan 2 buah
 Kompor 1 buah
3.2.2 Bahan :
 Paraffin cair 1 cc
 Asam Stearat 50 gram
 Pewarna hijau 5 tetes
 Methanol 1 cc
 Parfum orange 35 tetes
 Sumbu secukupnya
3.3 Gambar Alat

Gambar 3.3.1 Beakerglass 250 cc Gambar 3.3.2Gelas ukur25 cc

6
Gambar 3.3.3 Pipet tetes Gambar 3.3.4Spatula kayu

Gambar 3.3.5Panci Gambar 3.3.6 Cetakan

Gambar 3.3.7 Kompor

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan

 Diperoleh lilin dengan massa 49 gram


 Warna lilin yang dihasilkan bagus dan tidak terlalu mencolok
 Wangi dari lilin sudah cukup harum
 Tekstur dari lilin halus dan padat

4.2 Pembahasan

4.2.1 Rinto Krisnadi


Pada percobaan ini kami telah membuat lilin, jenis lilin yang kami buat
ialah lilin aromatherapy. Pembuatan lilin ini membutuhkan beberapa bahan
yang memiliki fungsi masing-masing. Diantaranya parafin yang berfungsi
sebagai bahan bakar pada lilin, asam stearat sebagai bahan baku utama,
parfun sebagai pewangi aromatherapy, pewarna sebagai pemenarik tampilan
lilin, methanol sebagai pelarut warna dan yang terakhir sumbu untuk
menyalakan api lilin.
Proses pembuatan lilin tentunya harus mengikuti prosedur yang
berurutan. Yang pertama ialah memanaskan asam stearat, ini bertujuan
untuk mencairkan asam stearat yang semula berbentuk padat pada titik
leburnya sekitar 54oC. Asam stearat akan memberi bentuk pada pada lilin
yang dibuat, dikarenakan asam stearat dapat kembali memadat jika telah
dingin. Selanjutnya penambahan parafin dengan perbandingan dengan asam
stearat 1:50 perbandingan ini dapat disesuaikan sesuai kebutuhan.
Perncampuran parafin dengan asam stearat bertujuan agar parafin yang
berwujud cair pada suhu kamar dapat memadat bersama asam stearat. Lalu
melarutkan pewarna dengan methanol, agar pewarna dapat bercampur
dengan sempurna pada lilin. Dan yang terakhir menambahkan parfum sesuai
kebutuhan. Semua prosedur dilakukan dengan pemanasan dan pengadukan
yang sesuai agar campuran dapat homogen dengan sempurna, dan pada

8
akhirnya menghasilkan produk yang mempunyai kualitas bagus. Setelah
semua proses pencampuran selesai, larutan lilin dituangkan ke cetakan yang
telah diberi sumbu. Lilin ini dapat digunakan setelah proses pemadatan atau
pendinginan larutan lilin telah selesai.
Percobaan kami ini menghasilkan lilin dengan massa 49 gram, jika
dilihat dari komposisi dan massa jenis bahan-bahan yang digunakan, maka
massa tersebut sudah sesuai dan berarti tidak banyak massa yang hilang. Hal
ini merupakan salah satu yang perlu diperhatikan, agar pada proses
pembuatan keefektifan bahan yang digunakan dapat maksimal. Karena
warna yang digunakan pada lilin hanya sebagai pemenarik tampilan, jadi
warna lilin yang kami buat telah sesuai, dimana warna yang dihasilkan tidak
terlalu mencolok.
Wangi yang dihasilkan lilin buatan kami cukup harum dan tidak
berlebihan. Kuantitas parfum yang dipakai ini dapat menyesuaikan
kebutuhan masing-masing pembuat dan pemakai. Lilin buatan kami
mempunyai tekstur yang halus dan padat, ini membuktikan bahwa jumlah
asam stearat yang kami buat telah sesuai dengan perbandingan komposisi
dalam pembuatan lilin.

4.2.2 Yuni Handarni


Pada percobaan pembuatan lilin ini, menghasilkan lilin dengan
aromatherapy bermassa 49 gram. Massa tersebut sudah sesuai dengan
komposisi bahan-bahan pembuat lilin seperti paraffin cair sebanyak 1 cc,
asam stearat 50 gram, pewarna 5 tetes, methanol 1 cc dan parfum orange 35
tetes. Massa yang hilang dapat disebabkan cairan lilin menempel pada panci
atau cetakan. Perbandingan jumlah bahan dasar lilin seperti paraffin cair dan
asam stearat harus diperhatikan agar menghasilkan lilin yang berkualitas.
Perbandingan yang digunakan pada pembuatan lilin ini antara paraffin cair
dan asam stearat adalah 1:50. Dari jumlah perbandingan tersebut telah
menghasilkan lilin yang sesuai.
Penambahan pewarna pada pembuatan lilin ini bertujuan agar lilin yang
dihasilkan lebih menarik. Kami menambahkan larutan pewarna hijau pada

9
lilin. Sebelum larutan warna ini ditambahkan pada paraffin cair dan asam
stearat yang tela dipanaskan, larutan warna harus ditambah dengan
methanol untuk mengikat warna agar dapat bercampur dengan paraffin cair
dan asam stearat. Pewarna yang digunakan merupakan pewarna berbentuk
serbuk yang kemudian diencerkan dengan air, jika larutan tersebut langsung
ditambahkan pada bahan dasar lilin maka larutan pewarna tidak dapat
tercampur dan mengendap. Konsentrasi pewarna yang ditambahkan juga
harus diperhatikan, karena warna lilin pada saat kondisi cair lebih pekat
daripada saat kondisi padat.
Selain menambahkan pewarna sebagai pemenarik lilin, kami juga
menambahkan parfum orange sebagai nilai tambah pada lilin. Selain
berfungsi sebagai alat penerangan, lilin ini juga berfungsi sebagai
aromatherapy yang dapat menenangkan pikiran. Aroma dari lilin yang kami
buat sudah cukup harum dan baunya tidak terlalu semerbak. Penambahan
jenis dan jumlah parfum dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan.
Lilin yang kami buat memiliki tekstur yang halus dan padat. Tekstur
yang halus sangat berpengaruh pada tampilan lilin. Untuk membuat lilin
dengan tekstur yang halus dapat gunakan cetakan dengan permukaan yang
halus juga. Bentuk lilin yang padat berpengaruh pada proses pembakaran,
jika lilin yang dihasilkan lembek maka lilin akan cepat habis dan tidak
ekonomis.
Pada pembuatan lilin ini perlu dilakukan pengujian pada beberapa
kriteria seperti berapa lama lilin akan menyala dan bagaimana nyala apinya.
Dari pengujian tersebut dapat diketahui kekurangan lilin yang telah dibuat
dan kita juga bisa melakukan inovasi baru bagaimana membuat lilin agar
bertahan lebih lama dan nyala apinya terang.

10
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pembuatan lilin memerlukan perbandingan yang sesuai dalam komposisinya,
perbandingan dapat disesuaikan kebutuhan masing-masing pembuat dan
pemakai
2. Suhu yang digunakan tidak perlu terlalu panas karena titik lebur asam stearat
hanya sekitar 50oC
5.2 Saran
1. Perbandingan bahan yang dipakai perlu diperhatikan, agar menghasilkan
lilin yang bertekstur halus, padat, beraroma wangi, dan dapat berfungsi
dengan baik sebagai penerangan maupun sebagai aromatherapy
2. Pengadukan dilakukan dengan perlahan dan stabil untuk menghomogenkan
seluruh bahan
3. Penuangan atau pencetakan sebaiknya dilakukan setelah larutan lilin tidak
terlalu panas agar lilin yang dihasilkan dapat padat sempurna dan tidak sulit
ketika dilepas dari cetakan
4. Peletakan sumbu dapat disesuaikan sebaiknya diletakan ditengah, ini
bertujuan untuk mengatur ketahanan nyala api lilin

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Ditjen POM. 1993. Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II volume I. Jakarta :


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 188-189.
2. Ditjen POM. 1994. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 57.
3. Samosir, Yustina. 2011. Sintesis Metil Ester Sulfonat dari Asam Stearat dan
Metil Ester Sulfonat dari Asam Oleat. Skripsi Program Ekstensi Sarjana
Farmasi Universitas Sumatra Utara. Medan
4. Anonim. 2011. Tentang Parfum.
http://www.rumahparfum.com/content.php?page=aboute
(diakses pada 18 November 2015)
5. Anonim. 2015. Pengertian Lilin.
http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-lilin/
(diakses pada 19 Desember 2015)
6. Tatangsma. 2015. Apa itu lilin. http://tatangsma.com/2015/01/apa-itu-lilin.html
(diakses pada 19 Desember 2015)

12
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Hasil Percobaan Lilin

13

Anda mungkin juga menyukai