Disusun oleh:
Kelompok III
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Pendirian pabrik asam asetat dengan penggunaan proses dan teknologi yang
lebih baik dari sebelumnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti
dalam bidang perindustrian di Indonesia. Tampil lebih baik adalah komitmen dasar
yang harus selalu diperhatikan agar dapat selalu lebih maju kedepan, selain tentunya
tidak lepas dari tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik yang ada.
Diharapkan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dapat semakin
dekat kita capai dan raih melalui pengembangan industri-industri dalam negeri yang
dikelola secara baik melalui pendirian pabrik-pabrik yang baru.
Agar dalam makalah ini tidak terjadi perluasan masalah, maka kami
membatasi dan menekankan permasalahannya mengenai asam asetat di industri.
3
1.4 Manfaat Penyusunan
Dalam setiap permasalahan yang dihadapi, termasuk permasalahan di atas,
pasti akan terkandung beberapa hikmah yang dapat kita petik. Kami berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
5
Proses lain yaitu Oksidasi Etana. Proses ini merupakan proses yang cukup baru
dikembangkan dalam proses pembuatan asam asetat. Proses ini mereaksikan etana
dengan oksigen pada reaktor multitubular pada 1-50 bar dan temperatur 150-500oC
dengan penambahan katalis. Selain itu, asam asetat juga dpat dibuat melalui proses
karbonilasi metanol yang pertama kali diaplikasikan pada tahun 1963 dengan proses
BASF dan proses Mosanto pada tahun 1968.
6
2.3 Industri Asam Asetat
Industri asam asetat merupakan salah satu industri kimia yang berprospek di
Indonesia. Kebutuhan asam asetat di dalam negeri terus meningkat seiring dengan
meningkatnya permintaan oleh industri penggunanya. Berdasarkan pada penggunaan
asam asetat Indonesia sampai tahun 2000, industri PTA ( Purified Terepthalic Acid )
merupakan pengkonsumsi asam asetat terbesar yaitu sekitar 59,1 % dari 139.242 ton
total asam asetat yang dikonsumsi ( PT CIC, Indochemical 330, hal 20 ). Konsumsi
industri PTA pada tahun 2005 diproyeksikan mencapai kurang lebih 54,1 % dari
194.025 ton total konsumsi asam asetat di Indonesia.
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5
juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri
petrokimia maupun dari sumber hayati.
Konsumsi asam asetat menurut sektor industri dapat dilihat pada tabel berikut :
7
2.4 Bahan Baku Asam Asetat
2.4.1 Asetaldehid
Rumus Senyawa : C2H4O
Sifat-sifat :
Massa molar : 44,05 g mol1
Penampilan : cairan tak berwarna, berbau tajam buah-buahan
Densitas : 0,788 g cm3
Titik lebur : 123,5 C
Titik didih : 20,2 C
Tekanan uap : 740 mmHg (20oC)
Mudah terbakar
Toksik
Eksplosif dalam udara 4-5%
Larut dalam air, alcohol, toluene, xylen, terpentin, aceton, nafta
Toleran 100ppm dalam udara
Dipasaran dengan label teknis 94%
2.4.2 Oksigen
Rumus Senyawa : O2
Sifat-sifat :
Penampilan : tak berwarna, tak berbau
Densitas : 1,309 g/L (25oC)
Titik lebur : -218,79oC
Titik didih : -183 C
Tekanan uap : 760 mmHg (-183oC)
Viskositas : 0,02075 cP (25oC)
Bahaya kesehatan : tidak ada efek signifikan
Bahaya fisik : wadah bisa pecah atau meledakjika terkena
panas
Larut dalam alcohol
8
2.4.3 Methanol
Rumus senyawa : CH3 OH
Sifat-sifat :
Berat molekul : 32,042 gr/gmol
Titik didih pada 1 atm : 64,7 C
Titik beku pada 1 atm : -97,7 C
Temperatur kritis : 239,43 C
Tekanan kritis : 79,9 atm
Densitas (250 C) : 250,7864 gr/cc
Specific gravity : 1,11 gr/cm3
Tekanan uap (250 C) : 127,2 mmHg
Viskositas : (cair, 25C=0,541 cp) (uap,25C = 0,00968 cp)
Gf (cair, 25C) : -39.869 kal/gmol
Hf (cair, 25C) : -57.130 kal/gmol
Specific Heat : (cair, 25C = 0,6054 kal/hC) (uap, 25C =
0,3274 kal/hC)
Konduktivitas termal : (cair, 25C = 163,5 kal/hmC) (uap, 25C = 12,1
kal/hmC)
Tegangan muka : (dalam air, 20 C = 22,6 dyne/cm)
Kelarutan dalam air Larut sempurna
9
Specific Heat ( volume konstan, 1 atm ) : (-100C = 5,01 kal/molC); (100C =
4,97 kal/molC); (0C = 5,03 kal/molC)
Specific Heat ( tekanan konstan, 1 atm ) (-100C = 7,01 kal/molC); (100C =
6,97 kal/molC); (0C = 7,05 kal/mol C)
Enthropy ( 1 atm ) (-100 C = 48,831 kal/molC); (100C = 46,656 kal/molC);
(0C = 43,457 kal/molC)
Enthalpy ( 1 atm ) (-100C = 4529,8 kal/molC); (100C = 3831,8 kal/molC);
(0C = 3130,6 kal/mol C)
10
Warna : merah
Berat jenis : 1,589 g/cm3 (tetrahidrat)
Titik lebur : 80oC (tetrahidrat)
Larut dalam air, methanol, aceton
Sebagian larut dalam air dingin, air panas
11
2.6 Sifat Produk (Asam Asetat)
Rumus molekul : CH3COOH
Berat molekul : 60,053 gr/gmol
Titik leleh pada 1 atm : 16,6C
Titik didih pada 1 atm : 117,9C
Densitas dan fasa : 1.049 g cm3(cairan), 1.266 g cm3
Specific Gravity : 1,051 gr/cm3
Penampilan : cairan tak berwarna (Kristal)
Keasaman (pKa) : 4,76 pada 25oC
Koefisien ekspansi ( 20 C ) : 1,07 x 10-3
Temperatur kritis ( cair ) : 594,45K
Tekanan kritis ( cair ) : 57,1 atm
Volume kritis ( cair ) : 2,85 cc/ gr
Titik nyala : 39oC
Batas min explosive : 4%
Batas max explosive : 19% pada 93oC
pH : 2,9
Surface Tension :(20C udara = 22,2 dyne/cm), (75 C, udara =
27,6 dyne/cm)
Viskositas : (20C, udara = 1,22 cp); (110 C = 0,42
cp)
Specific Heat : 0,487 kal/grC
Panas pelarutan dalam air ( 18 C ) : 6,3 kal/gr
Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan
sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa
12
konjugasinya adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira
sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Dimer siklis
Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan ikatan hidrogen.
Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan
etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia
bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa
non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat
bercambur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air,
13
kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini
membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.
Reaksi-reaksi kimia
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium,
dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat).
Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang
cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi
dengan cuka. Hapir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu
pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:
Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)
14
Anhidrida asetat dibentuk melalui kondensasi dua molekul asam asetat. Ester dari
asam asetat dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga pembentukan
amida. Pada suhu 440 C, asam asetat terurai menjadi metana dan karbon dioksida,
atau ketena dan air.
Deteksi
Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu, garam-garam
dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang menghasilkan warna
merah pekat yang hilang bila larutan diasamkan. Garam-garam asetat bila dipanaskan
dengan arsenik trioksida (AsO3) membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2),
yang mudah dikenali dengan baunya yang tidak menyenangkan.
2.7 Penamaan
Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan
merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin
acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat.
Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak
bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air membentuk kristal
mirip es pada 16.7 C, sedikit di bawah suhu ruang.
Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi
asam asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3C(=O).
Pada konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc, meskipun banyak
yang menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga tidak boleh disalahartikan dengan
lambang unsur Aktinium (Ac).
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
dengan tingkat selektivitas mencapai 90%. Pada tahun 1968, ditemukan katalis
kompleks Rhodium, cis[Rh(CO)2I2] yang dapat beroperasi dengan optimal pada
tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis
tersebut adalah perusahan kimia AS Monsanto pada tahun 1970, dan metode
karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi
metode produksi asam asetat paling dominan. Proses Monsanto berjalan pada tekanan
30-60 atm dan temperatur 150-200C. Proses ini memberikan selektivitas yakni lebih
besar dari 99%. Pada era 1990'an, perusahan petrokimia British Petroleum
mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh ruthenium.
Proses Monsanto dapat digantikan dengan proses Cativa, yang merupakan proses
serupa menggunakan katalis iridium. Proses Cativa sekarang lebih banyak digunakan
karena lebih ekonomis dan ramah lingkungan, sehingga menggantikan proses
Monsanto.
Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan proses Monsanto dan
proses Cativa. Adapun kelebihan atau kekurangan dari kedua proses tersebut sebagai
berikut:
1. Proses Monsanto
Texas City. Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang
rendah. Bahan dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah
iodinepromoted kobalt, namun kurang efektiv dalam hal biaya karena katalis ini
bekerja pada tekanan tinggi yakni sekitar 7.500 lb/in2. Sedangkan katalis rhodium
17
bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in2. Katalis rhodium menghasilkan asam
2. Penambahan katalis Rh (I) kompleks (d8 segi empat planar) ke dalam metil iodida
menghasilkan struktur baru koordinat 6 alkil rhodium (III) kompleks (d6). CH3I + [Rh-
kompleks]
Katalis Carbonylation terdiri dari dua komponen utama yaitu rhodium kompleks
yang larut dan iodida promotor. Hampir setiap sumber Rh dan I- akan bekerja dalam
reaksi ini karena akan dikonversi menjadi katalis [Rh (CO)2I2]- di bawah kondisi
Katalis ini sangat aktif sehingga akan memberikan reaksi dan distribusi produk
yang baik. Skema pembuatan dalam pabrik dapat dilihat seperti pada gambar berikut:
18
Proses yang terjadi ialah; pertama methanol dimasukkan dalam tangki reaktor
dan direaksikan dengan HI. Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus
pindah berikatan dengan CH3 membentuk kompleks seperti pada gambar 3 pada
diagram reaksi berikut. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas
terbentuknya kompleks pada gambar 4 maka gugus CH3COI mudah lepas. Kompleks
ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis rhodium yang terpisah.
19
Ditangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30 atm- 60 atm. Asetil iodida
yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan CH3COOH dan HI.
menjadi MeI yang akan masuk dalam proses reaksi.dan melanjutkan siklus. Sedangkan
asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurinian untuk dipisahkan dari
pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian dilaskukan dengan
20
Kelebihan dan kekurangan dari proses Monsanto
21
Ini akhirnya dapat menyebabkan proses yang tidak lagi tergantung pada
minyak.
Reaksi sangat cepat, dan katalis memiliki umur panjang.
2. Proses Cativa
Proses Cativa adalah metode lain untuk produksi asam asetat oleh carbonylation
dari metanol . Teknologi ini mirip dengan proses Monsanto hanya berbeda dalam
penggunaan katalis. Proses ini didasarkan pada iridium yang mengandung katalis
Chemicals dan lisensi oleh BP Plc. Pada awalnya kajian Monsanto telah menunjukkan
bahwa iridium kurang aktif dari rhodium untuk proses carbonylation metanol. Namun
bantuan ruthenium. Kombinasi ini menghasilkan sebuah katalis yang lebih unggul
22
daripada sistem berbasis rhodium. Penggunaan iridium memungkinkan penggunaan air
lebih sedikit dalam campuran reaksi. Dengan demikian dapat mengurangi jumlah
kolom pengeringan yang diperlukan, mengurangi produk samping dan menekan gas air
reaksi bergeser . Selain itu, proses ini memungkinkan loading katalis yang lebih
Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
23
Pertama methanol direaksikan dengan asam iodide menghasilkan Metil Iodida.
Setelah itu, metal iodida masuk dalam tangki reaktor bereaksi sengan katalis kompleks
ini dengan cepat direaksikan dengan gas CO sehingga I- akan keluar dari kompleks
digantikan CO sehingga terbentuk kompleks baru [Ir(CO)3I] (gambar 3), struktuir ini
(gambar 4). Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas, sehingga dengan adanya ion
I- di sekitar kompleks menyebabkan gugus CH3CO lepas dari kompleks dan bereaksi
menghasilkan asam asetat (CH3COOH) dan asam halida (HI). Dimana HI yang
terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam siklus bereaksi dengan methanol membentuk
Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan katalis. Asam asetat yang terbentuk
belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari pengotor maka dilakukan destilasi.
Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik dengan proses Cativa dapat
24
Kelebihan proses Cativa:
Seperti proses Monsanto, reaksi secara teoritis mencapai 100% efisien.
Penggunaan iridium / iodida sebagai katalisator memiliki banyak manfaat
dibandingkan dengan rhodium / iodide diantaranya:
Lebih ekonomis, penggunaan Iridium biaya yang digunakan hanya sekitar
seperlima dari rhodium
Proses ini lebih cepat dan lebih efektif, dan hanya membutuhkan katalis dalam
jumlah sedikit.
Iridium bahkan lebih selektif terhadap metanol, yang meningkatkan hasil
secara keseluruhan dan mengurangi produk samping, sehingga biaya
pemurnian yang lebih rendah dan mengurangi limbah.
Iridium kompleks lebih larut dalam campuran reaksi daripada kompleks
rhodium. Ini berarti bahwa katalis tidak hilang oleh hujan dan tidak harus
sering diganti. Kadar air dalam tangki reaksi juga dapat dikurangi, sehingga
mempercepat proses dan mengurangi energi yang dibutuhkan pada tahap
penyulingan dan pemurnian.
pembuatan asam asetat. Teknik ini dikembangkan pada tahun 1913, BASF
menemukan bahwa metanol dapat carbonylated untuk asam asetat. BASF memulai
carbonylation pabrik metanol pertama pada tahun 1960 menggunakan iodida kobalt
sebagai katalis. Sintesis berlangsung di sekitar 250oC dan pada tekanan sampai 10.000
psi. Pada tahun 1970-an, Monsanto mengembangkan system katalis rhodium / iodide
dan disempurnakan pada tahun 1986 oleh BP Chemicals dengan menggunakan katalis
iridium dengan bantuan ruthenium yang dikembangkan lebih lanjut proses. rhodium-
katalis metanol proses carbonylation sangat selektif dan beroperasi di bawah tekanan
reaksi ringan (sekitar 500 psi). Sistem katalis iridium memiliki aktivitas lebih tinggi
25
dibandingkan dengan proses rhodium, dimana produk hasil samping lebih sedikit dan
mampu beroperasi kadar air yang rendah (kurang dari 5% untuk Cativa dibandingkan
26
3.1.2 Oksidasi Asetaldehid
Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi
melalui oksidasi asetaldehida. Namun, metode manufaktur ini masih yang paling
penting, meskipun tidak sekompetitif dengan metode karbonilisasi metanol.
Dalam produksi asetaldehida dapat dihasilkan melalui oksidasi dari butana atau
nafta ringan, atau hidrasi dari etilena. Ketika butana atau cahaya nafta dipanaskan
dengan udara di hadapan berbagai logam ion, termasuk mangan, kobalt dan kromium;
peroksida bentuk dan kemudian membusuk untuk menghasilkan asam asetat sesuai
dengan persamaan kimia:
2C4H10 + 5O2 4CH3COOH + 2H2O
Dalam reaksi ini dijalankan pada suhu dan tekanan yang tinggi namun tetap
menjaga butana dalam keadaan cair. Tipikal kondisi reaksinya ialah pada temperature
150C dan tekanan 55 atm. Produk sampingan mungkin juga terbentuk termasuk
butanone, etil asetat, asam format, dan asam propionat. Produk sampingan ini juga
bernilai komersial, dan kondisi-kondisi reaksi dapat diubah untuk menghasilkan lebih
banyak dari mereka jika ini bermanfaat secara ekonomis. Namun, pemisahan asam
asetat dari produk tersebut dapat menambah biaya proses. Di bawah kondisi yang sama
dan menggunakan sejenis katalis sebagai digunakan untuk oksidasi butana,
asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen di udara untuk menghasilkan asam asetat
2CH3CHO + O2 2CH3COOH
Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat menghasilkan asam
asetat lebih besar dari 95%. Produk sampingan utama adalah etil asetat, asam format
dan formaldehida, yang semuanya memilki titik didih yang lebih rendah dari asam
asetat sehingga dapat dipisahkan dengan teknik destilasi.
27
Tahap kedua CH3Br dan CO direaksikan lagi dengan H2O dengan bantuan katalis
RhCl3 menghasilkan asam asetat dan asam bromide. Mekanisme reaksinya dapat
ditunjukkan:
28
3.1.6 Proses Destilasi Kayu Kering
Proses ini menggunakan serbuk kayu sebagai bahan baku. Perlakuan awal yaitu
serbuk kayu dikeringkan kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi. Asam asetat
yang dihasilkan dengan proses ini adalah sebesar 10%, sedikit aseton, methanol, dan
bagian yang terbanyak adalah tar. Pengambilan asam asetat pada destilat dilakukan
dengan menggunakan bantuan kalsium asetat dan katalis asam sulfat (H2SO4), baru
kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi.
Reaksi :
(CH3COO)2Ca + H2SO4 2CH3COOH + CaSO4
3.1.7 Fermentasi
Fermentasi merupakan proses mikrobiologi yang dikendalikan oleh manusia
untuk memperoleh produk yang berguna, dimana terjadi pemecahan karbohidrat dan
asam amino secara anaerob. Peruraian dari kompleks menjadi sederhana dengan
bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan energi. (Perry, 1999)
Asam asetat memiliki beberapa nama antara lain asam etanoat, vinegar
(mengandung minimal 4 gram asam asetat per 100 larutan), atau asam cuka. Asam
asetat merupakan senyawa organik yang mengandung gugus asam karboksilat. Rumus
29
molekul dari asam asetat adalah C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk
CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Peran biologis asam asetat ditemukan oleh ahli biokimia Konrad Emil Bloch di
pertengahan 1900-an. Ia menemukan bahwa asam asetat adalah prekursor utama dalam
produksi kolesterol tubuh. Asam asetat diubah menjadi kolesterol dalam hati melalui
serangkaian reaksi kimia 36. Bloch mampu menggunakan metode penandaan
radioaktif untuk menentukan karbon dari asam asetat dimasukkan ke kolesterol.
Penelitian ini penting untuk pemahaman kita tentang metabolisme kolesterol dan
perannya dalam penyakit jantung.
Asam asetat telah lama dikenal oleh bangsa Romawi dan Yunani dengan
proses pembuatan yang masih sangat sederhana, yaitu melalui oksidasi alkohol yang
terdapat dalam anggur yang ditempatkan dalam tong atau dibiarkan pada udara
terbuka. Produksi secara komersial dimulai pada akhir abad ke-19 dengan proses
oksidasi langsung hidrokarbon fase cair. Pada tahun 1911, produksi asam asetat
melalui oksidasi asetaldehid mulai beroperasi di Jerman. Proses karbonilasi methanol
pertama kali diaplikasikan pada tahun 1963 dengan proses BASF, kemudian proses
Monsanto mulai diperkenalkan pada tahun 1968.
Fermentasi Aerob
Acetobacter aceti
C6H12O6 2 C2H5OH 2 CH3COOH + H2O + 116 kal
Fermentasi Anaerob
Clostridium thermoaceticum
C6H12O6 3 CH3COOH
30
3.1.7.1 Bahan Baku dalam proses fermentasi pembuatan asam asetat :
Berbagai produk hasil pertanian yang mengandung gula yang tinggi dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi cuka, misalnya, buah-buahan,
kentang, biji-bijian, bahan yang mengandung cukup banyak gula, atau alcohol
31
Bakteri asam asetat digolongkan menjadi peroksidan jika mampu menumpuk
asetat.
Contoh peroksidan:Acetobacter acetii dan Acetobacter pasterinum
Acetobacter acetii merupakan bakteri gram negatif yang bergerak menggunakan
peritrich flagella,merupakan bakteri aerob obligat,tidak membentuk endospora dan
dapat tumbuh dimana-mana.
32
Kelebihan Metoda lambat (Slow Methods) :
-Proses sangat sederhana
Kekurangan Metoda lambat (Slow Methods) :
1) Proses relative lama,berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
2) Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat
asetifikasi.
33
- Panas yang timbul akibat reaksi oksidasi diambil dengan pendingin. Pendingin
dipasang pada aliran recycle cairan campuran(yang mengandung vinegar,etanol,
dan air) dari bagian bawah tangki. Temperatur operasi dipertahankan pada rentang
suhu 30-35 oC.
- Produk yang terkumpul di bagian bawah tangki mengandung asam asetat
optimum sebesar 10- 10,5 %. Sebagian produk direcycle dan sebagian yang lain di
keluarkan dari tangki.
- Bakteri asetat akan berhenti memproduksi asam asetat jika kadar asam asetat
telah mencapai 12-14 %.
- Bahan baku 2.500 gal dengan produk 10,5 % asam asetat memerlukan waktu
proses 8-10 hari.
34
- Umpan dimasukkan melewati bagian atas tangki.
- Udara didistribusikan dalam cairan yang difermentasi sehingga membentuk
gelembung- gelembung gas.Udara keluar tangki melewati pipa pengeluaran di bagian
atas tangki.
- Temperatur proses dipertahankan dengan menggunakan koil pendingin stainless
steel yang terpasang di dalam tangki.
- Defoamer yang terpasang di bagian atas tangki membersihkan busa yang terbentuk
dengan sistem mekanik.
35
c) Kontaminasi dengan organisme yang membutuhkan bisa diminimalisasi
karena bekerja pada kondisi anaerob.
d) Organisme yang hanya dapat hidup dalam kondisi mendekati pH netral akan
mati karena operasi fermentasi dilakukan pada kondisi asam pH 4,5.
Pemurnian
Distilasi/penyulingan
Dari distilasi bertingkat akan dihasilkan beberapa jenis asam asetat :
Asam asetat glasial(99,5%)
Asam asetat teknis(80%)
Secara komersial kadar asam asetat sebesar 6,28,30,36,60,70,dan 80 %
Pengendalian Fermentasi
Dalam proses pembuatan cuka, ada beberapa langkah pengendalian fermentasi yang
perlu dilakukan sehingga hasil fermentasi yang berupa vinegar sesuai yang diinginkan.
a) Pada saat fermentasi alkohol, nutrisi yang dibutuhkan oleh khamir untuk
melakukan fermentasi harus dipenuhi. Selain gula dan sebagian merupakan
padatan cider, substansi yang dinyatakan oleh keasaman dan abu sangat
diperlukan oleh khamir. Demikian pula dengan kebutuhan mineral dalam abu
yang penting untuk pertumbuhan mikroba.
b) Suhu 75 80oF merupakan suhu yang sesuai yang harus dipertahankan selama
fermentasi alkohol. Pada suhu mendekati 100oF fermentasi menjadi terhambat
dan berhenti pada suhu 105oF.
c) Fermentasi alkohol harus dilakukan dalam kemasan, sehingga sari buah tidak
terkena udara secara berlebihan. Suatu tong diletakkan secara horizontal
dengan lubang tong ditutup kapas atau perangkap udara. Untuk sejumlah kecil
36
dapat digunakan botol besar yang mulutnya disumbat dengan kapas.Kemasan
jangan ditutup rapat,sebab dapat meledak. Peristiwa ini terjadi karena adanya
tekanan dari gas yang dihasilkan.
d) Untuk mencegah pertumbuhan organisme yang tidak dikehendaki ialah dengan
menambahkan cuka yang kuat yang belum dipasteurisasikan kedalam sari buah
yang diperoleh sesudah fermentasi alkohol selesai. Penambahan cuka tersebut
dimaksudkan sebagai inokulasi yang penuh dengan bakteri asam cuka pada sari
buah beralkohol tersebut.
e) Sesudah fermentasi asetat berjalan sempurna, cuka tidak boleh kontak dengan
udara, sebab cuka dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi karbondioksida dan
air, sehingga kadar asam menurun agak lebih cepat sampai pada suatu kondisi
yang tidak diinginkan. Untuk mengatasi hal ini cuka harus ditempatkan dalam
kemasan yang tertutup rapat dengan isi yang penuh.
f) Fermentasi asam asetat terjadi sangat cepat, bila cider mengandung 6 8 %
alkohol, tetapi 12 % alkohol masih dapat ditolerir. Kegiatan fermentasi berjalan
lambat bila alkohol yang ada hanya 1 2 %. Selama kegiatan fermentasi,
dihasilkan panas yang cukup untuk menaikkan suhu generator (metode cepat).
Aktivitas fermentasi akan terus berlangsung pada suhu antara 68 96oF.
senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai
bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).
Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester.
Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.
senyawa kimia. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena
37
tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk
memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam
asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Juga sebagai
pengatur keasaman pada industry makanan dan pelunak air. Penggunaan asam asetat
Pada industri tekstil, terutama industri pencelupan kain dimana asam asetat
berfungsi sebagai pengatur pH. Dan pada industri benang karet, sebagai bahan
Cuka banyak digunakan dalam industri pengolahan pangan, industri farmasi dan
industri kimia.
Pada industri makanan:
1. Sebagai bahan pembangkit flavor asam dan pengawet.
2. Sebagai bahan penyedap rasa (edible vinegar).
Cuka banyak digunakan dalam industry:
1. Memproduksi asam alifatis terpenting.
2. Bahan warna (indigo) dan parfum.
3. Bahan dasar pembuatan anhidrat yang sangat diperlukan untuk asetilasi,
terutama dalam pembuatan selulosa asetat.
Dalam industri farmasi cuka /asam asetat digunakan untuk untuk pembuatan
obat-obatan (aspirin).
Beberapa negara di benua Amerika dan Eropa menggunakan sari buah dari
berbagai jenis buah-buahan sebagai bahan bakunya.Di Jepang,cuka diproduksi dengan
menggunakan bahan baku beras yang telah mengalami sakarifikasi.Di Indonesia,nira
38
aren sering digunakan oleh masyarakat pedesaan untuk membuat cuka lahang,yaitu
sejenis cuka yang dibuat secara tradisional melalui proses fermentasi spontan.
penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata
permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Asam asetat pekat juga dapat terbakar
di laboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang
melebihi 39C (102F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di
Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di lemari
asam karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer, seperti pada cuka,
tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi
manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asam asetat ( asam etanoat, asam cuka, Asam metanakarboksilat, Asetil
hidroksida Hidrogen asetat ) adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, yang
berupa cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam, dan berasa asam.
Asam asetat memiliki rumus empiris C2H4O2 . Rumus molekulnya
seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Prinsip pembuatan asam asetat, diantaranya ialah; karbonilasi methanol,
sintesis gas metan, oksidasi asetaldehida, oksidasi etilena, oksidasi
alkana, oksidatif fermentasi, dan anaerob fermentasi. Dalam pabrik
pembuatan asam asetat lebih sering menggunakan metode karbonilasi
methanol.
Katalis Carbonylation terdiri dari dua komponen utama yaitu rhodium
kompleks yang larut dan iodida promotor.
Reaksi pembentukan isopropil asetat adalah reaksi orde dua.
4.2 Saran
Proses Produksi asam asetat sebaiknya dilakukan pada tekanan besar dan
suhu rendah.
Industri asam asetat akan lebih baik jika menggunakan reactor CSTR.
40
DAFTAR PUSTAKA
Jones Jone H., The Cativa Process For The Manufacture Plant Of Acetic Acid Iridium
Catalyst Improves Productivity In An Established Industrial Process. BP
Chemicals Ltd., Hull Research &Technology Centre, Salt End, Hull HU12
8DS, U.K
Li Xuebing and Enrique Iglesia. The Synthesis of Acetic Acid from Ethane, Ethene, or
Ethanol on Mo-V-Nb Oxide. Department of Chemical Engineering,
University of California, Berkeley, CA 94720, USA
http://raz2305ans.multiply.com/journal/item/4
http://www.scribd.com/doc/55515855/Sintesis-asam-asetat-SMAK-bogor
http://www.scribd.com/doc/51773495/PIK-Pembuatan-Asam-Asetat
http://kimiadotcom.wordpress.com/2008/08/22/asam-asetat/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org
/wiki/Acetic_acid
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.icis.com/v
2/chemicals/9074780/acetic-acid/process.html
http://arenlovesu.blogspot.com/2010/04/asam-asetat.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11706/1/09E02253.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat
http://www.scribd.com/doc/31542834/Sintesis-Asam-Asetat
41