Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

INDUSTRI ASAM ASETAT


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Proses Industri Kimia 1

Dosen : Ir. Emmanuela MW

Disusun oleh:

Kelompok III

Diani Din Pertiwi (101424009)


Miman Munandar (101424022)
Nora Zahara (101424024)
Rifky Rachmansyah (101424026)
Kelas: 3A-TKPB

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2012

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era perdagangan bebas yang dilaksanakan di sebagian besar negara-negara
berkembang dan maju akan menimbulkan persaingan di berbagai sektor industri.
Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut dalam kesepakatan itu sedang berusaha
memacu perkembangan berbagai industri baik sektor hulu maupun hilir.
Pembangunan industri ditujukan untuk memperkokoh struktur ekonomi
nasional dengan keterkaitan yang kuat antar sektor, meningkatkan daya tahan
perekonomian nasional, memperluas lapangan kerja, meminimalisir ketergantungan
akan dana luar negeri dan impor melalui peningkatan produksi ekspor sekaligus
mendorong berkembangnya berbagai bidang pembangunan lainnya.
Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator yang menjembatani
perkembangan sektor industri dalam negeri. Bidang industri yang banyak menarik
perhatian adalah pengembangan dan pembangunan industri kimia dasar. Industri ini
sangat penting peranannya mengingat negara kita masih mengimpor sebagian besar
bahan kimia tersebut dikarenakan produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
tidak mencukupi.
Asam asetat merupakan salah satu bahan kimia yang diimpor oleh Indonesia
dari beberapa negara. Selama beberapa kurun waktu terakhir, kebutuhan asam asetat
cenderung mengalami kenaikan mengingat penggunaannya yang luas antara lain untuk
keperluan rumah tangga dan juga digunakan oleh industri yang memproduksi berbagai
jenis ester dan zat-zat warna propanon. Pertimbangan kebutuhan dalam negeri yang
semakin meningkat, di samping untuk mengurangi pengeluaran devisa negara dengan
mengimpor terus-menerus maka dianggap layak untuk mendirikan pabrik asam asetat
ini di Indonesia sebagai salah satu aset yang dapat membantu pemenuhan kebutuhan
pasar.

2
Pendirian pabrik asam asetat dengan penggunaan proses dan teknologi yang
lebih baik dari sebelumnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti
dalam bidang perindustrian di Indonesia. Tampil lebih baik adalah komitmen dasar
yang harus selalu diperhatikan agar dapat selalu lebih maju kedepan, selain tentunya
tidak lepas dari tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik yang ada.
Diharapkan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dapat semakin
dekat kita capai dan raih melalui pengembangan industri-industri dalam negeri yang
dikelola secara baik melalui pendirian pabrik-pabrik yang baru.

1.2 Tujuan Penyusunan


Adapun tujuan yang ingin kami capai dalam penyusunan makalah ini yaitu
sebagai berikut:
1) Mengetahui sejarah pembuatan asam asetat
2) Mengetahui bahan baku utama dan penunjang dalam pembuatan asam asetat
3) Mengetahui sifat dan karakteristik bahan baku serta produk
4) Mengetahui beberapa proses produksi dari asam asetat skala industri
5) Mengetahui bahaya asam asetat di industri
6) Mengetahui manfaat serta aplikasinya

1.3 Rumusan dan Pembatasan Masalah


Dari latar belakang yang telah kami kemukakan di atas, maka kami
merumuskan beberapa masalah yang perlu dibahas, di antaranya yaitu:
1) Bagaimana sejarah pembuatan asam asetat?
2) Apa saja bahan baku utama dan penunjang dalam pembuatan asam asetat?
3) Apa saja sifat dan karakteristik bahan baku serta produk?
4) Bagaimana proses produksi asam asetat?
5) Apa saja bahaya asam asetat di industri?

Agar dalam makalah ini tidak terjadi perluasan masalah, maka kami
membatasi dan menekankan permasalahannya mengenai asam asetat di industri.

3
1.4 Manfaat Penyusunan
Dalam setiap permasalahan yang dihadapi, termasuk permasalahan di atas,
pasti akan terkandung beberapa hikmah yang dapat kita petik. Kami berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

1.5 Metode Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini, metode penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan keterangan dalam permasalahan ini adalah dengan metode
pustaka, yakni mempelajari masalah dengan bersumberkan pada litelatur, teori, buku,
dan internet.

1.6 Sistematika Penulisan


Makalah ini terdiri dari empat bab, diantaranya:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, kami menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan penyusunan, rumusan
dan pembatasan masalah, , manfaat penyusunan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini kami memaparkan teori tentang sistem air pendingin.
BAB III PEMBAHASAN
Pada bab ini kami membahas dan menjawab rumusan masalah yang ada.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Sejarah dan Perkembangan Asam Asetat


Asam asetat yang lebih sering dikenal sebagai asam cuka merupakan salah satu
golongan asam karboksilat yang telah dikenal sejak lama dari zaman dahulu dan masih
banyak digunakan sampai saat ini. Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia
sudah dimulai sejak lama. Pada abat ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno
Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk
berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris, yaitu suatu
zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat.
Bangsa Romawi menghasilkan sapa, sebuah sirup yang amat manis, dengan
mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat
manis yang disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut
kepada peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.
Pada zaman dahulu asam setat telah dapat dibuat dengan proses yang secara
ilmiah disebut Proses Orkana. Ini adalah proses pertama yang digunakan oleh
Schutzenbach dengan melakukan oksidasi pada minuman yang berisi alkohol
menggunakan oksigen dari udara memanfaatkan bantuan bakter-bakteri. Eksperimen
ini mengawali pembuatan asam asetat pada zaman sekarang dengan menggunakan
proses destilasi kayu kering dengan menggunakan katalis H2SO4. Proses inilah yang
nantinya akan menghasilkan asam asetat biasa yang disebut dengan asam cuka kayu
(wood acetic acid). Ilmu yang lebih sempurna untuk proses pembuatan asam asetat di
antaranya adalah Oksidasi Asetaldehid yang dilakukan pada kondisi tekanan 15
atmosfir (15 atm) dan temperatur 200oC dengan adanya penambahan katalis. Proses
lain yaitu Oksidasi Butana. Proses ini dilakukan pada tekanan 3,5 atmosfir (3,5 atm)
dan temperatur 120 oC. Proses ini juga menggunakan bantuan katalis dan berlangsung
dalam fase gas.

5
Proses lain yaitu Oksidasi Etana. Proses ini merupakan proses yang cukup baru
dikembangkan dalam proses pembuatan asam asetat. Proses ini mereaksikan etana
dengan oksigen pada reaktor multitubular pada 1-50 bar dan temperatur 150-500oC
dengan penambahan katalis. Selain itu, asam asetat juga dpat dibuat melalui proses
karbonilasi metanol yang pertama kali diaplikasikan pada tahun 1963 dengan proses
BASF dan proses Mosanto pada tahun 1968.

2.2 Pengertian Asam Asetat


Asam asetat telah diketahui manusia selama berabad-abad. Kemungkinan besar
bahwa itu ditemukan tidak sengaja selama proses pembuatan anggur. Ketika proses
fermentasi adalah jus buah dibiarkan terlalu lama, anggur spontan bentuk cuka, encer
bentuk asam asetat. Akibatnya, asam asetat namanya berasal dari acetum kata Latin
yang berarti cuka.
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik
yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka
memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-
COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial)
adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7C. Asam asetat
merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan
asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan
bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer
seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai
macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai
pengatur keasaman. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5
juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya
diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.

6
2.3 Industri Asam Asetat
Industri asam asetat merupakan salah satu industri kimia yang berprospek di
Indonesia. Kebutuhan asam asetat di dalam negeri terus meningkat seiring dengan
meningkatnya permintaan oleh industri penggunanya. Berdasarkan pada penggunaan
asam asetat Indonesia sampai tahun 2000, industri PTA ( Purified Terepthalic Acid )
merupakan pengkonsumsi asam asetat terbesar yaitu sekitar 59,1 % dari 139.242 ton
total asam asetat yang dikonsumsi ( PT CIC, Indochemical 330, hal 20 ). Konsumsi
industri PTA pada tahun 2005 diproyeksikan mencapai kurang lebih 54,1 % dari
194.025 ton total konsumsi asam asetat di Indonesia.
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5
juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri
petrokimia maupun dari sumber hayati.
Konsumsi asam asetat menurut sektor industri dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2. Total Konsumsi Asam Asetat di Indonesia 1996 2000

Konsumsi Asam Asetat ( ton )


Konsumen
1996 1997 1998 1999 2000

Industri PTA 240721 45.538 58.915 76.065 82.294

Industri Ethyl Acetat 4.950 4.172 4.402 5.125 23.912

Industri Benang Karet 2.276 1.558 1.457 2.133 2.286

Industri Asam Cuka 2.445 2.931 2.868 2.796 2.920

Industri Tekstil 9.780 11.274 18.925 23.988 24.367

Industri industri lain 3.827 7.331 8.056 19.560 3.463

Total 47.999 72.804 94.623 129.667 139.242

( Sumber : PT CIC, Indochemical 330, hal 20 )

7
2.4 Bahan Baku Asam Asetat
2.4.1 Asetaldehid
Rumus Senyawa : C2H4O
Sifat-sifat :
Massa molar : 44,05 g mol1
Penampilan : cairan tak berwarna, berbau tajam buah-buahan
Densitas : 0,788 g cm3
Titik lebur : 123,5 C
Titik didih : 20,2 C
Tekanan uap : 740 mmHg (20oC)
Mudah terbakar
Toksik
Eksplosif dalam udara 4-5%
Larut dalam air, alcohol, toluene, xylen, terpentin, aceton, nafta
Toleran 100ppm dalam udara
Dipasaran dengan label teknis 94%

2.4.2 Oksigen
Rumus Senyawa : O2
Sifat-sifat :
Penampilan : tak berwarna, tak berbau
Densitas : 1,309 g/L (25oC)
Titik lebur : -218,79oC
Titik didih : -183 C
Tekanan uap : 760 mmHg (-183oC)
Viskositas : 0,02075 cP (25oC)
Bahaya kesehatan : tidak ada efek signifikan
Bahaya fisik : wadah bisa pecah atau meledakjika terkena
panas
Larut dalam alcohol

8
2.4.3 Methanol
Rumus senyawa : CH3 OH
Sifat-sifat :
Berat molekul : 32,042 gr/gmol
Titik didih pada 1 atm : 64,7 C
Titik beku pada 1 atm : -97,7 C
Temperatur kritis : 239,43 C
Tekanan kritis : 79,9 atm
Densitas (250 C) : 250,7864 gr/cc
Specific gravity : 1,11 gr/cm3
Tekanan uap (250 C) : 127,2 mmHg
Viskositas : (cair, 25C=0,541 cp) (uap,25C = 0,00968 cp)
Gf (cair, 25C) : -39.869 kal/gmol
Hf (cair, 25C) : -57.130 kal/gmol
Specific Heat : (cair, 25C = 0,6054 kal/hC) (uap, 25C =
0,3274 kal/hC)
Konduktivitas termal : (cair, 25C = 163,5 kal/hmC) (uap, 25C = 12,1
kal/hmC)
Tegangan muka : (dalam air, 20 C = 22,6 dyne/cm)
Kelarutan dalam air Larut sempurna

2.4.4 Karbon Monoksida


Rumus senyawa : CO
Sifat-sifat :
Berat molekul : 28,01 gr/gmol
Densitas pada STP : 1,250 gr/cm3
Temperatur kritis : -140,23 C
Tekanan kritis : 34,529 atm
Volume kritis : 93,06 cm3

9
Specific Heat ( volume konstan, 1 atm ) : (-100C = 5,01 kal/molC); (100C =
4,97 kal/molC); (0C = 5,03 kal/molC)
Specific Heat ( tekanan konstan, 1 atm ) (-100C = 7,01 kal/molC); (100C =
6,97 kal/molC); (0C = 7,05 kal/mol C)
Enthropy ( 1 atm ) (-100 C = 48,831 kal/molC); (100C = 46,656 kal/molC);
(0C = 43,457 kal/molC)
Enthalpy ( 1 atm ) (-100C = 4529,8 kal/molC); (100C = 3831,8 kal/molC);
(0C = 3130,6 kal/mol C)

2.5 Katalis Pembuatan Asam Asetat


2.5.1 Kalium Permanganat
Rumus molekul :KMnO4
Sifat-sifat :
Berbentuk padatan
Penampilan : tak berbau
Berat molekul : 158,034 g/mol
Kepadatan : 2,703 gr/cm3
Warna : keunguan
Titik lebur : 270oC
Larut dalam air, methanol, aceton
Sebagian larut dalam air dingin, air panas

2.5.2 Mangan Asetat


Rumus molekul : Mn(CH3COO)2.4H2O
Sifat-sifat :
Berbentuk Kristal padat
Penampilan : tak berbau
Berat molekul : 245,1 g/mol
Kepadatan : 2,703 gr/cm3

10
Warna : merah
Berat jenis : 1,589 g/cm3 (tetrahidrat)
Titik lebur : 80oC (tetrahidrat)
Larut dalam air, methanol, aceton
Sebagian larut dalam air dingin, air panas

2.5.3 Silica Oksida


Rumus molekul : SiO2
Sifat-sifat :
Berat Molekul : 60.08 g/mol
Bentuk : Kristal transparan
Densitas : 2.680 g/cm3
Titik lebur : 1600-1725oC
Titik didih : 2230oC
Kelarutan dalam air : 0.079 g/L

2.5.4 Rhodium (III) Klorida


Rumus molekul : RhCl3
Sifat-sifat :
Berat molekul : 209.26 g/mol
Bentuk : padatan berwarna merah gelap, deliquescent
Densitas : 5.38 g/cm3
Titik lebur : 450oC
Titik didih : 717oC
Kelarutan dalam air : tidak larut
Larut dalam OH-, aqua regia, dan sianida

11
2.6 Sifat Produk (Asam Asetat)
Rumus molekul : CH3COOH
Berat molekul : 60,053 gr/gmol
Titik leleh pada 1 atm : 16,6C
Titik didih pada 1 atm : 117,9C
Densitas dan fasa : 1.049 g cm3(cairan), 1.266 g cm3
Specific Gravity : 1,051 gr/cm3
Penampilan : cairan tak berwarna (Kristal)
Keasaman (pKa) : 4,76 pada 25oC
Koefisien ekspansi ( 20 C ) : 1,07 x 10-3
Temperatur kritis ( cair ) : 594,45K
Tekanan kritis ( cair ) : 57,1 atm
Volume kritis ( cair ) : 2,85 cc/ gr
Titik nyala : 39oC
Batas min explosive : 4%
Batas max explosive : 19% pada 93oC
pH : 2,9
Surface Tension :(20C udara = 22,2 dyne/cm), (75 C, udara =
27,6 dyne/cm)
Viskositas : (20C, udara = 1,22 cp); (110 C = 0,42
cp)
Specific Heat : 0,487 kal/grC
Panas pelarutan dalam air ( 18 C ) : 6,3 kal/gr

Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan
sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa

12
konjugasinya adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira
sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.

Dimer siklis

Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan ikatan hidrogen.

Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat


berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen.[3] Dimer juga
dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di
dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat
murni.[4] Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air).
Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.066.0 kJ/mol, entropi disosiasi
sekitar 154157 J mol1 K1.[5] Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat
sederhana lainnya.

Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan
etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia
bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa
non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat
bercambur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air,

13
kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini
membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.

Reaksi-reaksi kimia
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium,
dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat).
Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang
cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi
dengan cuka. Hapir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu
pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:
Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)

NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)

Aluminium merupakan logam yang tahan terhadap korosi karena dapat


membentuk lapisan aluminium oksida yang melindungi permukaannya. Karena itu,
biasanya asam asetat diangkut dengan tangki-tangki aluminium.

Dua reaksi organik tipikal dari asam asetat


Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan
garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi
dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi
dengan garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam
asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam
karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik.

14
Anhidrida asetat dibentuk melalui kondensasi dua molekul asam asetat. Ester dari
asam asetat dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga pembentukan
amida. Pada suhu 440 C, asam asetat terurai menjadi metana dan karbon dioksida,
atau ketena dan air.

Deteksi
Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu, garam-garam
dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang menghasilkan warna
merah pekat yang hilang bila larutan diasamkan. Garam-garam asetat bila dipanaskan
dengan arsenik trioksida (AsO3) membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2),
yang mudah dikenali dengan baunya yang tidak menyenangkan.

2.7 Penamaan

Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan
merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin
acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat.
Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak
bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air membentuk kristal
mirip es pada 16.7 C, sedikit di bawah suhu ruang.

Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi
asam asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3C(=O).
Pada konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc, meskipun banyak
yang menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga tidak boleh disalahartikan dengan
lambang unsur Aktinium (Ac).

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Macam-macam Peoses Pembuatan Asam Asetat


Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pembuatan asam asetat,
diantaranya ialah; karbonilasi methanol, sintesis gas metan, oksidasi asetaldehida,
oksidasi etilena, oksidasi alkana, oksidatif fermentasi, dan anaerob fermentasi.
Karbonilisasi methanol merupakan teknik yang umum digunakan dalam produksi
industry asam asetat dan menjadi teknik penghasil asam asetat lebih dari 65% dari
kapasitas global. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75%
diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui
metode-metode alternatif.

3.1.1 Karbonilisasi methanol


Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi
ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri
terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI CH3I + H2O
(2) CH3I + CO CH3COI
(3) CH3COI + H2O CH3COOH + HI
Karbonilasi metanol sejak lama merupakan metode paling menjanjikan dalam
produksi asam asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida merupakan
bahan mentah komoditi. Proses karbonilisasi pertama yang melibatkan perubahan
metanol menjadi asam asetat dikomersialisasikan pada tahun 1960 oleh BASF. Pada
metode BASF ini digunakan katalis kobalt dengan promotor iodida dalam tekanan
yang sangat tinggi (600 atm) dan suhu tinggi (230oC) menghasilkan asam asetat

16
dengan tingkat selektivitas mencapai 90%. Pada tahun 1968, ditemukan katalis
kompleks Rhodium, cis[Rh(CO)2I2] yang dapat beroperasi dengan optimal pada
tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis
tersebut adalah perusahan kimia AS Monsanto pada tahun 1970, dan metode
karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi
metode produksi asam asetat paling dominan. Proses Monsanto berjalan pada tekanan
30-60 atm dan temperatur 150-200C. Proses ini memberikan selektivitas yakni lebih
besar dari 99%. Pada era 1990'an, perusahan petrokimia British Petroleum
mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh ruthenium.
Proses Monsanto dapat digantikan dengan proses Cativa, yang merupakan proses
serupa menggunakan katalis iridium. Proses Cativa sekarang lebih banyak digunakan
karena lebih ekonomis dan ramah lingkungan, sehingga menggantikan proses
Monsanto.

Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan proses Monsanto dan
proses Cativa. Adapun kelebihan atau kekurangan dari kedua proses tersebut sebagai
berikut:

1. Proses Monsanto

Metode ini pertama kali dikembangkan oleh pabrik Perusahaan Monsanto di

Texas City. Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang

rendah. Bahan dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah

methanol. Prinsip pembuatannya ialah methanol direaksikan dengan gas CO2

mengahsilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium. Sebelumnya pembuatan asam

asetat dengan teknik BASF dapat dilakukan dengan menggunakan katalis

iodinepromoted kobalt, namun kurang efektiv dalam hal biaya karena katalis ini

bekerja pada tekanan tinggi yakni sekitar 7.500 lb/in2. Sedangkan katalis rhodium

17
bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in2. Katalis rhodium menghasilkan asam

asetat sampai 99 % sedangkan katalis iodinepromoted kobalt hanya sekitar 90 % saja.

Mekanisme kerja proses monsanto berjalan dengan beberapa tahap,

1. Siklus katalitik konversi metanol menjadi metiliodida

CH3OH + HI CH3I + H2O

2. Penambahan katalis Rh (I) kompleks (d8 segi empat planar) ke dalam metil iodida

menghasilkan struktur baru koordinat 6 alkil rhodium (III) kompleks (d6). CH3I + [Rh-

kompleks]

Mekanisme Reaksi Katalis

Katalis Carbonylation terdiri dari dua komponen utama yaitu rhodium kompleks

yang larut dan iodida promotor. Hampir setiap sumber Rh dan I- akan bekerja dalam

reaksi ini karena akan dikonversi menjadi katalis [Rh (CO)2I2]- di bawah kondisi

reaksi. Struktur katalis [Rh(CO)2I2]- dapat dilihat seperti gambar berikut.

Katalis ini sangat aktif sehingga akan memberikan reaksi dan distribusi produk

yang baik. Skema pembuatan dalam pabrik dapat dilihat seperti pada gambar berikut:

18
Proses yang terjadi ialah; pertama methanol dimasukkan dalam tangki reaktor

dan direaksikan dengan HI. Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan

konversi methanol menjadi metil iodide:

Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus

katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]-

sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]- (Gambar 2). Kemudian dengan cepat CO

pindah berikatan dengan CH3 membentuk kompleks seperti pada gambar 3 pada

diagram reaksi berikut. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas

CO berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium-alkil kemudian

membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III) (Gambar 4). Dengan

terbentuknya kompleks pada gambar 4 maka gugus CH3COI mudah lepas. Kompleks

ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis rhodium yang terpisah.

19
Ditangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30 atm- 60 atm. Asetil iodida

yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan CH3COOH dan HI.

Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi methanol

menjadi MeI yang akan masuk dalam proses reaksi.dan melanjutkan siklus. Sedangkan

asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurinian untuk dipisahkan dari

pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian dilaskukan dengan

cara destilasi. Mekanisme reaksinya dapat dilihat pada gambar berikut:

20
Kelebihan dan kekurangan dari proses Monsanto

Keuntungan dari Proses Monsanto:


Proses ini memiliki efisiensi yang tinggi hingga mencapai 100%, semua atom
dalam reaktan akan menjadi produk.
Energy yang dibutuhkan dalam seluruh proses kurang, terutama untuk
pemisahan dan pemurnian produk.
Memiliki hasil tinggi, sekitar 98% berdasarkan metanol (90% didasarkan pada
karbon monoksida).
Menggunakan metanol, sebuah bahan baku lebih murah daripada sebelumnya
nafta / butana.
Meskipun metanol biasanya dibuat dari gas sintesis, yang dihasilkan dari
minyak, juga dapat dihasilkan dari biomassa (kayu), limbah kota dan limbah.

21
Ini akhirnya dapat menyebabkan proses yang tidak lagi tergantung pada
minyak.
Reaksi sangat cepat, dan katalis memiliki umur panjang.

Kekurangan dari Proses Monsanto ialah:


Rhodium logam sangat mahal - lebih mahal daripada emas
Rhodium dan bentuk garam iodida larut seperti RHI3, sehingga air konten
dalam tangki reaksi harus tetap relatif tinggi untuk mencegah hal ini. Langkah
terakhir distilasi diperlukan untuk menghapus air, menambah biaya dan
permintaan energi. Setiap terjadi hujan menghapus katalis, yang harus kembali
dan kembali ke reaktor utama.
Rhodium juga mengkatalisis reaksi-reaksi samping seperti:
CO + H2O CO2 + H2
Hal ini mengurangi tekanan parsial karbon monoksida, sehingga campuran
harus dibuang dari tanki reaksi dan diganti dengan lebih banyak karbon
monoksida.

2. Proses Cativa

Proses Cativa adalah metode lain untuk produksi asam asetat oleh carbonylation

dari metanol . Teknologi ini mirip dengan proses Monsanto hanya berbeda dalam

penggunaan katalis. Proses ini didasarkan pada iridium yang mengandung katalis

seperti kompleks Ir[(CO)2I2]. Proses ini pertama kali dikembangkan oleh BP

Chemicals dan lisensi oleh BP Plc. Pada awalnya kajian Monsanto telah menunjukkan

bahwa iridium kurang aktif dari rhodium untuk proses carbonylation metanol. Namun

penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa katalis iridium bisa dipromosikan dengan

bantuan ruthenium. Kombinasi ini menghasilkan sebuah katalis yang lebih unggul

22
daripada sistem berbasis rhodium. Penggunaan iridium memungkinkan penggunaan air

lebih sedikit dalam campuran reaksi. Dengan demikian dapat mengurangi jumlah

kolom pengeringan yang diperlukan, mengurangi produk samping dan menekan gas air

reaksi bergeser . Selain itu, proses ini memungkinkan loading katalis yang lebih

tinggi. Dibandingkan dengan proses Monsanto, proses Cativa menghasilkan asam

propionat sangat kecil dalam produk.

Struktur katalis kompleks Ir[(CO)2I2] dapat dilihat seperti gambar beriktut:

Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:

23
Pertama methanol direaksikan dengan asam iodide menghasilkan Metil Iodida.

Setelah itu, metal iodida masuk dalam tangki reaktor bereaksi sengan katalis kompleks

iridium (gambar 1) membentuk [Ir(CO)2I3CH3]- (gambar 2), setelah terbentuk struktur

ini dengan cepat direaksikan dengan gas CO sehingga I- akan keluar dari kompleks

digantikan CO sehingga terbentuk kompleks baru [Ir(CO)3I] (gambar 3), struktuir ini

kurang stabil sehingga untuk menstabilkan CO di mutasi berikatan dengan CH3

(gambar 4). Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas, sehingga dengan adanya ion

I- di sekitar kompleks menyebabkan gugus CH3CO lepas dari kompleks dan bereaksi

dengan I- membentuk CH3COI. Senyawa CH3COI ini kemudian dihidrolisis

menghasilkan asam asetat (CH3COOH) dan asam halida (HI). Dimana HI yang

terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam siklus bereaksi dengan methanol membentuk

Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan katalis. Asam asetat yang terbentuk

belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari pengotor maka dilakukan destilasi.

Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik dengan proses Cativa dapat

dipresentasikan seperti berikut ini.

24
Kelebihan proses Cativa:
Seperti proses Monsanto, reaksi secara teoritis mencapai 100% efisien.
Penggunaan iridium / iodida sebagai katalisator memiliki banyak manfaat
dibandingkan dengan rhodium / iodide diantaranya:
Lebih ekonomis, penggunaan Iridium biaya yang digunakan hanya sekitar
seperlima dari rhodium
Proses ini lebih cepat dan lebih efektif, dan hanya membutuhkan katalis dalam
jumlah sedikit.
Iridium bahkan lebih selektif terhadap metanol, yang meningkatkan hasil
secara keseluruhan dan mengurangi produk samping, sehingga biaya
pemurnian yang lebih rendah dan mengurangi limbah.
Iridium kompleks lebih larut dalam campuran reaksi daripada kompleks
rhodium. Ini berarti bahwa katalis tidak hilang oleh hujan dan tidak harus
sering diganti. Kadar air dalam tangki reaksi juga dapat dikurangi, sehingga
mempercepat proses dan mengurangi energi yang dibutuhkan pada tahap
penyulingan dan pemurnian.

Karbonilasi methanol merupakan teknik yang utama digunakan dalam industry

pembuatan asam asetat. Teknik ini dikembangkan pada tahun 1913, BASF

menemukan bahwa metanol dapat carbonylated untuk asam asetat. BASF memulai

carbonylation pabrik metanol pertama pada tahun 1960 menggunakan iodida kobalt

sebagai katalis. Sintesis berlangsung di sekitar 250oC dan pada tekanan sampai 10.000

psi. Pada tahun 1970-an, Monsanto mengembangkan system katalis rhodium / iodide

dan disempurnakan pada tahun 1986 oleh BP Chemicals dengan menggunakan katalis

iridium dengan bantuan ruthenium yang dikembangkan lebih lanjut proses. rhodium-

katalis metanol proses carbonylation sangat selektif dan beroperasi di bawah tekanan

reaksi ringan (sekitar 500 psi). Sistem katalis iridium memiliki aktivitas lebih tinggi

25
dibandingkan dengan proses rhodium, dimana produk hasil samping lebih sedikit dan

mampu beroperasi kadar air yang rendah (kurang dari 5% untuk Cativa dibandingkan

dengan 14-15% Proses Monsanto). Semua faktor ini menggabungkan untuk

memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka dengan

biaya modal yang relatif rendah.

Tahun 1980-an, Celanese mengembangkan teknologi AO eksklusif Plus (Asam

Pengoptimalan Plus), yang dapat meningkatkan proses Monsanto. Teknologi

AO Plus ini dapat meningkatkan stabilitas katalis rhodium dengan

menambahkan iodida anorganik (terutama litium iodida) dalam konsentrasi

tinggi, yang memungkinkan penurunan drastis konsentrasi air (kira-kira 4-5%

air) dalam reactor.

Proses penggunaan carbonylation metanol masih berlanjut. Chiyoda baru-baru


ini mengembangkan proses asam asetat, Acetica, yang menggunakan katalis heterogen
didukung sistem dan reaktor kolom gelembung. Dilaporkan bahwa sistem katalis yang
didukung ini menghasilkan produktivitas yang tinggi, peningkatan aktivitas rhodium,
dan menghasilkan asam asetat lebih dari 99% dari metanol. Proses Acetica dapat
dioperasikan pada kadar air yang rendah dalam kisaran 3-8 wt% dari cairan reaktor.
Dalam reaktor kosentrasi hidrogen iodida diperkecil sehingga kurang korosif.
Penggunaan reaktor kolom gelembung mengurangi kebutuhan tekanan tinggi yang
diperlukan dengan mengaduk segel tangki reaktor. Fitur ini memungkinkan kemurnian
karbon monoksida karena tekanan rendah operasi dapat ditingkatkan (sampai dengan
900 psi) untuk mempertahankan tekanan parsial karbon monoksida. Dalam kebutuhan
konsumsi, asam asetat diproduksi melalui teknik fermentasi. Karena lebih aman dari
segi kesehatan. Teknik ini sudah diketahui sejak dahulu kala dalam pembuatan bir dari
buah anggur.

26
3.1.2 Oksidasi Asetaldehid
Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi
melalui oksidasi asetaldehida. Namun, metode manufaktur ini masih yang paling
penting, meskipun tidak sekompetitif dengan metode karbonilisasi metanol.
Dalam produksi asetaldehida dapat dihasilkan melalui oksidasi dari butana atau
nafta ringan, atau hidrasi dari etilena. Ketika butana atau cahaya nafta dipanaskan
dengan udara di hadapan berbagai logam ion, termasuk mangan, kobalt dan kromium;
peroksida bentuk dan kemudian membusuk untuk menghasilkan asam asetat sesuai
dengan persamaan kimia:
2C4H10 + 5O2 4CH3COOH + 2H2O
Dalam reaksi ini dijalankan pada suhu dan tekanan yang tinggi namun tetap
menjaga butana dalam keadaan cair. Tipikal kondisi reaksinya ialah pada temperature
150C dan tekanan 55 atm. Produk sampingan mungkin juga terbentuk termasuk
butanone, etil asetat, asam format, dan asam propionat. Produk sampingan ini juga
bernilai komersial, dan kondisi-kondisi reaksi dapat diubah untuk menghasilkan lebih
banyak dari mereka jika ini bermanfaat secara ekonomis. Namun, pemisahan asam
asetat dari produk tersebut dapat menambah biaya proses. Di bawah kondisi yang sama
dan menggunakan sejenis katalis sebagai digunakan untuk oksidasi butana,
asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen di udara untuk menghasilkan asam asetat
2CH3CHO + O2 2CH3COOH
Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat menghasilkan asam
asetat lebih besar dari 95%. Produk sampingan utama adalah etil asetat, asam format
dan formaldehida, yang semuanya memilki titik didih yang lebih rendah dari asam
asetat sehingga dapat dipisahkan dengan teknik destilasi.

3.1.3 Sintesis gas metan


Asam asetat disintesis dari metana melalui dua tahap. Tahap pertama, gas
metan, bromina dalam bentuk hidrogen bromida (40 wt% HBr/H2O) dan oksigen
direaksikan dengan menggunakan katalis Ru/SiO2 menghasilkan CH3Br dan CO.

27
Tahap kedua CH3Br dan CO direaksikan lagi dengan H2O dengan bantuan katalis
RhCl3 menghasilkan asam asetat dan asam bromide. Mekanisme reaksinya dapat
ditunjukkan:

3.1.4 Oksidasi Alkana


Dalam metode ini asam asetat dibuat dari etilena dengan melalui proses
Wacker menghasilkan asetaldehida dan kemudian dioksidasi seperti dalam metode
oksidasi asetaldehida menghasilkan asam asetat. Teknik ini dikembangkan oleh
perusahaan kimia Showa Denko yang membuka pabrik etilen oksidasi di Oita, Jepang,
pada tahun 1997. Proses ini dikatalisis oleh paladium didukung katalis logam pada
heteropoly asam seperti asam tungstosilicic.

3.1.5 Elektrolisis Etanol (Elektrosintesis)


Elektro oksidasi etanol menjadi asam asetat menggunakan kawat elektroda
platinum dan media asam. Platinum (Pt) dikenal sebagai logam inert dan katalis yang
kuat untuk reaksi elektrokimia pada umumnya. Banyak komponen yang dapat
teradsorpsi pada permukaan adsorpsi Pt dan hidrogen. Mekanisme reaksinya ialah:

28
3.1.6 Proses Destilasi Kayu Kering
Proses ini menggunakan serbuk kayu sebagai bahan baku. Perlakuan awal yaitu
serbuk kayu dikeringkan kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi. Asam asetat
yang dihasilkan dengan proses ini adalah sebesar 10%, sedikit aseton, methanol, dan
bagian yang terbanyak adalah tar. Pengambilan asam asetat pada destilat dilakukan
dengan menggunakan bantuan kalsium asetat dan katalis asam sulfat (H2SO4), baru
kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi.
Reaksi :
(CH3COO)2Ca + H2SO4 2CH3COOH + CaSO4

3.1.7 Fermentasi
Fermentasi merupakan proses mikrobiologi yang dikendalikan oleh manusia
untuk memperoleh produk yang berguna, dimana terjadi pemecahan karbohidrat dan
asam amino secara anaerob. Peruraian dari kompleks menjadi sederhana dengan
bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan energi. (Perry, 1999)

Berdasarkan Silcox dan Lee, proses fermentasi yang baik adalah:

1. Mikroorganisme dapat membentuk produk yang diinginkan


2. Organisme ini harus berpropagasi secara cepat dan dapat mempertahankan
keseragaman biologis, sehingga memberikan yield yang dapat diprediksi.

3. Raw material sebagai substrat ekonomis


4. Yieldnya dapat diterima
5. Fermentasi cepat
6. Produk mudah diambil dan dimurnikan

Asam asetat memiliki beberapa nama antara lain asam etanoat, vinegar
(mengandung minimal 4 gram asam asetat per 100 larutan), atau asam cuka. Asam
asetat merupakan senyawa organik yang mengandung gugus asam karboksilat. Rumus

29
molekul dari asam asetat adalah C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk
CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Peran biologis asam asetat ditemukan oleh ahli biokimia Konrad Emil Bloch di
pertengahan 1900-an. Ia menemukan bahwa asam asetat adalah prekursor utama dalam
produksi kolesterol tubuh. Asam asetat diubah menjadi kolesterol dalam hati melalui
serangkaian reaksi kimia 36. Bloch mampu menggunakan metode penandaan
radioaktif untuk menentukan karbon dari asam asetat dimasukkan ke kolesterol.
Penelitian ini penting untuk pemahaman kita tentang metabolisme kolesterol dan
perannya dalam penyakit jantung.

Asam asetat telah lama dikenal oleh bangsa Romawi dan Yunani dengan
proses pembuatan yang masih sangat sederhana, yaitu melalui oksidasi alkohol yang
terdapat dalam anggur yang ditempatkan dalam tong atau dibiarkan pada udara
terbuka. Produksi secara komersial dimulai pada akhir abad ke-19 dengan proses
oksidasi langsung hidrokarbon fase cair. Pada tahun 1911, produksi asam asetat
melalui oksidasi asetaldehid mulai beroperasi di Jerman. Proses karbonilasi methanol
pertama kali diaplikasikan pada tahun 1963 dengan proses BASF, kemudian proses
Monsanto mulai diperkenalkan pada tahun 1968.

Asam asetat diproduksi secara fermentasi melalui beberapa cara :


Fermentasi Aerob
Fermentasi Anaerob

Fermentasi Aerob
Acetobacter aceti
C6H12O6 2 C2H5OH 2 CH3COOH + H2O + 116 kal

glukosa etanol cuka asam

Fermentasi Anaerob
Clostridium thermoaceticum
C6H12O6 3 CH3COOH

glukosa asam asetat

30
3.1.7.1 Bahan Baku dalam proses fermentasi pembuatan asam asetat :

Berbagai produk hasil pertanian yang mengandung gula yang tinggi dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi cuka, misalnya, buah-buahan,
kentang, biji-bijian, bahan yang mengandung cukup banyak gula, atau alcohol

1. Bakteri Asam Asetat


Golongan bakteri yang mengoksidasi etanol menjadi asam asetat diklasifikasikan
menjadi 2 genera yaitu:
Gluconobacter
Mengoksidasi etanol menjadi asam asetat.
Acetobacter
Mengoksidasi asam asetat lebih lanjut menjadi O2 dan H2O.

Bakteri asam asetat mempunyai kemampuan membentuk asam dari alkohol


secara oksidasi diekspresikan ke dalam medium.Bakteri ini termasuk bakteri gram
negatif yang bergerak lambat dengan flagella peritrik,memiliki toleransi terhadap asam
yang tinggi,dan aktivitas peptolitik yang rendah. Fermentasi asam asetat dilakukan
oleh bakteri asam asetat terhadap larutan yamg mengandung alkohol.

Bakteri asam asetat tersebut termasuk dalam famili Pseudomonadaceae yang


memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Sel berbentuk batang pendek atau bola
Bakteri gram negatif
Sel bergerak dan tidak bergerak
Tidak mempunyai endospora
Tidak bersifat patogen
Bersifat aerob
Energi diperoleh dari oksidasi etanol menjadi asam asetat
Mampu hidup dalam air, padatan, daun, buah, dan lain-lain.

31
Bakteri asam asetat digolongkan menjadi peroksidan jika mampu menumpuk
asetat.
Contoh peroksidan:Acetobacter acetii dan Acetobacter pasterinum
Acetobacter acetii merupakan bakteri gram negatif yang bergerak menggunakan
peritrich flagella,merupakan bakteri aerob obligat,tidak membentuk endospora dan
dapat tumbuh dimana-mana.

Proses fermentasi pembuatan asam asetat atau vinegar :


1) Fermentasi secara Aerob
Aceto Bacteri
C6H12O6 + 2C2H5OH 2CH3COOH + H2O +116 kal
(Glukosa) (Etanol) Asam cuka

a. Metoda lambat (Slow Methods)


- Biasanya untuk bahan baku berupa buah-buahan.
- Etanol tidak banyak bergerak atau mengalir karena proses dilakukan pada suatu
tangki batch.
- Memasukan jus buah, yeast, dan bakteri vinegar ke dalam tangki
- Sebagian jus buah terfermentasi menjadi etanol (11-13% alkohol) setelah
beberapa hari.
- Fermentasi etanol menjadi asam asetat terjadi pada permukaan tangki.
- Bakteri vinegar di permukaan larutan yang membentuk lapisan agar-agar tipis
mengubah etanol menjadi asam asetat atau vinegar(asetifikasi).
- Proses ini memerlukan temperatur 21- 29 oC.
- Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat
asetifikasi. Permasalahan ini bisa dicegahdengan memasang lapisan yang dapat
mengapungkan lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar.

32
Kelebihan Metoda lambat (Slow Methods) :
-Proses sangat sederhana
Kekurangan Metoda lambat (Slow Methods) :
1) Proses relative lama,berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
2) Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat
asetifikasi.

b. Metoda cepat (Quick Methods) atau German process


- Biasanya untuk bahan baku berupa etanol cair.
- Bahan baku untuk basis 1 ton asam asetat(100%) :
Alkohol(95 %) sebanyak 1.950 lb
Sedikit nutrisi
Udara sebanyak 11.000 lb
- Etanol mengalami perpindahan selama proses.
- Proses fermentasi terjadi di dalam tangki pembentukan (Frings generator) yang
terbuat dari kayu atau besi.
- Bagian-bagian dari tangki pembentukan :
a) Bagian atas, tempat alkohol dimasukkan
b) Bagian tengah, terdapat bahan isian (berupa:kayu, tongkol jagung,
rottan) di bagian ini untuk memperluas bidang kontak rektan (etanol
dan oksigen). Bahan isian mulamula disiram dengan larutan vinegar
yang mengandung bakteri asetat sehingga dipermukaan bahan isian
akan tumbuh bakteri asetat.
c) Bagian bawah,digunakan sebagai tempat mengumpulkan produk
vinegar.
- Mendistribusikan campuran etanol cair (10,5 %), vinegar(1 %), dan nutrisi
melalui bagian atas tangki dengan alat sparger
- Campuran mengalir turun melalui bahan isian dengan sangat lambat
- Udara dialirkan secara countercurrent melalui bagian bawah tangki

33
- Panas yang timbul akibat reaksi oksidasi diambil dengan pendingin. Pendingin
dipasang pada aliran recycle cairan campuran(yang mengandung vinegar,etanol,
dan air) dari bagian bawah tangki. Temperatur operasi dipertahankan pada rentang
suhu 30-35 oC.
- Produk yang terkumpul di bagian bawah tangki mengandung asam asetat
optimum sebesar 10- 10,5 %. Sebagian produk direcycle dan sebagian yang lain di
keluarkan dari tangki.
- Bakteri asetat akan berhenti memproduksi asam asetat jika kadar asam asetat
telah mencapai 12-14 %.
- Bahan baku 2.500 gal dengan produk 10,5 % asam asetat memerlukan waktu
proses 8-10 hari.

Kelebihan Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :


1) Biaya proses rendah, relatif sederhana dan kemudahan dalam
mengontrol.
2) Konsentrasi produk asam asetat besar.
3) Tangki proses membutuhkan sedikit tempat peletakannya.
4) Penguapan sedikit.

Kekurangan Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :


1) Waktu tinggal terlalu lama bila dibandingkan Metoda Perendaman
(Submerged Method).
2) Pembersihan tangki cukup sulit.

c. Metoda Perendaman (Submerged Method)


- Umpan yang mengandung 8-12 % etanoldiinokulasi dengan Acetobacter
acetigenum.
- Temperatur proses dipertahankan pada rentang suhu 24-29 oC.
- Bakteri tumbuh di dalam suspensi antara gelembung udara dan cairan yang
difermentasi.

34
- Umpan dimasukkan melewati bagian atas tangki.
- Udara didistribusikan dalam cairan yang difermentasi sehingga membentuk
gelembung- gelembung gas.Udara keluar tangki melewati pipa pengeluaran di bagian
atas tangki.
- Temperatur proses dipertahankan dengan menggunakan koil pendingin stainless
steel yang terpasang di dalam tangki.
- Defoamer yang terpasang di bagian atas tangki membersihkan busa yang terbentuk
dengan sistem mekanik.

Kelebihan Metoda Perendaman (Submerged Method):


a) Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi.
b) Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar.
Kekurangan Metoda Perendaman (Submerged Method):
a) Biaya operasi relatif mahal.

2) Fermentasi secara Anaerob


Clostridium thermoaceticum
C6H12O6 CH3OOH + Q
glukosa asam asetat
- Menggunakan bakteri Clostridium thermoaceticum.
- Mampu mengubah gula menjadi asam asetat.
- Temperatur proses sekitar 45- 65 oC; pH 2-5.
- Memerlukan nutrisi yang mengandung karbon, nitrogen dan senyawa anorganik.

Kelebihan proses anaerob :


a) Mengubah gula menjadi sama asetat dengan satu langkah.
b) Bakteri tumbuh dengan baik pada temperatur 60 oC.Perbedaan temperatur
yang besar antara suhu media dengan suhu air pendingin memudahkan dalam
pembuangan panas.

35
c) Kontaminasi dengan organisme yang membutuhkan bisa diminimalisasi
karena bekerja pada kondisi anaerob.
d) Organisme yang hanya dapat hidup dalam kondisi mendekati pH netral akan
mati karena operasi fermentasi dilakukan pada kondisi asam pH 4,5.

Kekurangan proses anaerob :


a) Konsentrasi asam asetat lebih rendah dibandingkan dengan proses aerob.
b) Biaya proses lebih mahal dibandingkan dengan proses aerob.

Pemurnian
Distilasi/penyulingan
Dari distilasi bertingkat akan dihasilkan beberapa jenis asam asetat :
Asam asetat glasial(99,5%)
Asam asetat teknis(80%)
Secara komersial kadar asam asetat sebesar 6,28,30,36,60,70,dan 80 %

Pengendalian Fermentasi
Dalam proses pembuatan cuka, ada beberapa langkah pengendalian fermentasi yang
perlu dilakukan sehingga hasil fermentasi yang berupa vinegar sesuai yang diinginkan.
a) Pada saat fermentasi alkohol, nutrisi yang dibutuhkan oleh khamir untuk
melakukan fermentasi harus dipenuhi. Selain gula dan sebagian merupakan
padatan cider, substansi yang dinyatakan oleh keasaman dan abu sangat
diperlukan oleh khamir. Demikian pula dengan kebutuhan mineral dalam abu
yang penting untuk pertumbuhan mikroba.
b) Suhu 75 80oF merupakan suhu yang sesuai yang harus dipertahankan selama
fermentasi alkohol. Pada suhu mendekati 100oF fermentasi menjadi terhambat
dan berhenti pada suhu 105oF.
c) Fermentasi alkohol harus dilakukan dalam kemasan, sehingga sari buah tidak
terkena udara secara berlebihan. Suatu tong diletakkan secara horizontal
dengan lubang tong ditutup kapas atau perangkap udara. Untuk sejumlah kecil

36
dapat digunakan botol besar yang mulutnya disumbat dengan kapas.Kemasan
jangan ditutup rapat,sebab dapat meledak. Peristiwa ini terjadi karena adanya
tekanan dari gas yang dihasilkan.
d) Untuk mencegah pertumbuhan organisme yang tidak dikehendaki ialah dengan
menambahkan cuka yang kuat yang belum dipasteurisasikan kedalam sari buah
yang diperoleh sesudah fermentasi alkohol selesai. Penambahan cuka tersebut
dimaksudkan sebagai inokulasi yang penuh dengan bakteri asam cuka pada sari
buah beralkohol tersebut.
e) Sesudah fermentasi asetat berjalan sempurna, cuka tidak boleh kontak dengan
udara, sebab cuka dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi karbondioksida dan
air, sehingga kadar asam menurun agak lebih cepat sampai pada suatu kondisi
yang tidak diinginkan. Untuk mengatasi hal ini cuka harus ditempatkan dalam
kemasan yang tertutup rapat dengan isi yang penuh.
f) Fermentasi asam asetat terjadi sangat cepat, bila cider mengandung 6 8 %
alkohol, tetapi 12 % alkohol masih dapat ditolerir. Kegiatan fermentasi berjalan
lambat bila alkohol yang ada hanya 1 2 %. Selama kegiatan fermentasi,
dihasilkan panas yang cukup untuk menaikkan suhu generator (metode cepat).
Aktivitas fermentasi akan terus berlangsung pada suhu antara 68 96oF.

3.2 Kegunaan Asam Asetat


Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai

senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai

bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).

Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester.

Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.

Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai

senyawa kimia. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena

37
tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.

Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk

memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam

asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Juga sebagai

pengatur keasaman pada industry makanan dan pelunak air. Penggunaan asam asetat

lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.

Pada industri tekstil, terutama industri pencelupan kain dimana asam asetat

berfungsi sebagai pengatur pH. Dan pada industri benang karet, sebagai bahan

penggumpal (co-agulant) ketika latex dikeluarkan dari extruder. Dalam industri

farmasi asam asetat digunakan untuk untuk pembuatan obat-obatan (aspirin).

Cuka banyak digunakan dalam industri pengolahan pangan, industri farmasi dan
industri kimia.
Pada industri makanan:
1. Sebagai bahan pembangkit flavor asam dan pengawet.
2. Sebagai bahan penyedap rasa (edible vinegar).
Cuka banyak digunakan dalam industry:
1. Memproduksi asam alifatis terpenting.
2. Bahan warna (indigo) dan parfum.
3. Bahan dasar pembuatan anhidrat yang sangat diperlukan untuk asetilasi,
terutama dalam pembuatan selulosa asetat.
Dalam industri farmasi cuka /asam asetat digunakan untuk untuk pembuatan
obat-obatan (aspirin).

Beberapa negara di benua Amerika dan Eropa menggunakan sari buah dari
berbagai jenis buah-buahan sebagai bahan bakunya.Di Jepang,cuka diproduksi dengan
menggunakan bahan baku beras yang telah mengalami sakarifikasi.Di Indonesia,nira

38
aren sering digunakan oleh masyarakat pedesaan untuk membuat cuka lahang,yaitu
sejenis cuka yang dibuat secara tradisional melalui proses fermentasi spontan.

3.3 Bahaya Asam Asetat


Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan

penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata

permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Asam asetat pekat juga dapat terbakar

di laboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang

melebihi 39C (102F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di

udara (ambang ledakan: 5.4%-16%).

Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di lemari

asam karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer, seperti pada cuka,

tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi

manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem

pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.

39
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asam asetat ( asam etanoat, asam cuka, Asam metanakarboksilat, Asetil
hidroksida Hidrogen asetat ) adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, yang
berupa cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam, dan berasa asam.
Asam asetat memiliki rumus empiris C2H4O2 . Rumus molekulnya
seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Prinsip pembuatan asam asetat, diantaranya ialah; karbonilasi methanol,
sintesis gas metan, oksidasi asetaldehida, oksidasi etilena, oksidasi
alkana, oksidatif fermentasi, dan anaerob fermentasi. Dalam pabrik
pembuatan asam asetat lebih sering menggunakan metode karbonilasi
methanol.
Katalis Carbonylation terdiri dari dua komponen utama yaitu rhodium
kompleks yang larut dan iodida promotor.
Reaksi pembentukan isopropil asetat adalah reaksi orde dua.

4.2 Saran
Proses Produksi asam asetat sebaiknya dilakukan pada tekanan besar dan
suhu rendah.
Industri asam asetat akan lebih baik jika menggunakan reactor CSTR.

40
DAFTAR PUSTAKA

Jones Jone H., The Cativa Process For The Manufacture Plant Of Acetic Acid Iridium
Catalyst Improves Productivity In An Established Industrial Process. BP
Chemicals Ltd., Hull Research &Technology Centre, Salt End, Hull HU12
8DS, U.K

Li Xuebing and Enrique Iglesia. The Synthesis of Acetic Acid from Ethane, Ethene, or
Ethanol on Mo-V-Nb Oxide. Department of Chemical Engineering,
University of California, Berkeley, CA 94720, USA

Roth J. F. The Production of Acetic Acid Rhodium Catalysed Carbonylation Of


Methanol. Monsanto Co., St. Louis, Missouri

Shakhashiri. 2008. Acetic Acid & Acetic Anhydride. General Chemistry.

http://raz2305ans.multiply.com/journal/item/4
http://www.scribd.com/doc/55515855/Sintesis-asam-asetat-SMAK-bogor
http://www.scribd.com/doc/51773495/PIK-Pembuatan-Asam-Asetat
http://kimiadotcom.wordpress.com/2008/08/22/asam-asetat/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org
/wiki/Acetic_acid
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.icis.com/v
2/chemicals/9074780/acetic-acid/process.html
http://arenlovesu.blogspot.com/2010/04/asam-asetat.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11706/1/09E02253.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat
http://www.scribd.com/doc/31542834/Sintesis-Asam-Asetat

41

Anda mungkin juga menyukai