Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KIMIA ANALISIS

RANGKUMAN TITRASI ASAM BASA DAN TITRASI


REDOKS

Disusun Oleh :
Kelompok 7
 Clara Natalia  Sonia Fatmala Putri
 Fajriatul Eka Sri Wardani  Turiyani
 Rusnida Shopia  Yussep Aldi
 Sri Utami

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ”Rangkuman Titrasi Asam Basa
Dan Titrasi Redoks” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk sekarang dan kedepannya nanti

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Titraasi Asam Basa
B. Prinsip Titrasi Asam Basa
C. Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Asam Basa
D. Jenis – Jenis Titrasi Asam Basa
E. Rumus Umum Titrasi Asam Basa
F. Pengertian Titrasi Redoks
G. Jenis-jenis Titrasi Redoks
H. Prinsip kerja Titrasi Redoks
I. Faktor yang Mempengaruhi Titrasi Redoks
J. Perbedaan titrasi asam basa dan titrasi redoks

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat


dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi
yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi
penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-
basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa
lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah.
Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point)
dengan menggunakan indikator asam-basa.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan
kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titran dan
analit. Titrasi redoks banyak digunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator maupun reduktor. Karena melibatkan
reaksi redoks maka pengetahuan akan reaksi redoks memegang peranan penting,
selain itu, pengetahuan mengenai sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga
sangat berperan penting dalam titrasi redoks.
Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi
redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator
yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel
dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Prosedur titrasi yang
berdasarkan reaksi redoks dapat memerlukan suhu yang dinaikkan, penambahan
katalis, atau pereaksi berlebih disusul dengan titrasi kembali. Pereaksi berlebih
biasanya ditambahkan dan kita harus dapat mengambil kelebihannya dengan
mudah sehingga ia tidak akan bereaksi dengan titran pada titrasi
selanjutnya. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen
dari oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor.
Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titran dan
analit. Titrasi redoks banyak digunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator maupun reduktor. Karena melibatkan
reaksi redoks maka pengetahuan akan reaksi redoks memegang peranan penting,
selain itu, pengetahuan mengenai sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga
sangat berperan penting dalam titrasi redoks.
Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi
redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator
yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel
dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Prosedur titrasi yang
berdasarkan reaksi redoks dapat memerlukan suhu yang dinaikkan, penambahan
katalis, atau pereaksi berlebih disusul dengan titrasi kembali. Pereaksi berlebih
biasanya ditambahkan dan kita harus dapat mengambil kelebihannya dengan
mudah sehingga ia tidak akan bereaksi dengan titran pada titrasi
selanjutnya. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen
dari oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor.

B. Tujuan
Adapun pembuatan makalah ini bertujuan.
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian, prinsip, kelebihan dan
kekurangan, jenis-jenis dan rumus umum dari titrasi asam basa.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian, jenis-jenis, prinsip
kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi Titrasi/reaksi Redoks
3. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan tittasi asam basa dan
titrasi redoks.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Titrasi Asam Basa
Asidi-alkalimetri (lebih dikenal sebagai Titrasi asam-basa) adalah teknik
analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering
disebut titrasi asam-basa.[1] Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu
larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat
yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk
menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain.[1] Larutan yang
ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah
titran disebut titrat (dalam hal ini titran dan titrat berupa asam dan basa
atau sebaliknya).[1] Pada saat ekivalen, penambahan titran harus
dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi.[1] Untuk mengetahui
keadaan ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat
yang dinamakan indikator asam-basa.[1] Indikator asam-basa adalah zat
yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah.[1] Asidi-
alkalimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-
basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah,
dan basa kuat-garam dari basa lemah.[1]

B. Prinsip Dasar Titrasi Asam Basa


Dalam titrasi, titran yang dikalibrasi dalam buret perlahan-lahan
diteteskan ke analit yang sudah diketahui volumenya dengan indikator
yang sesuai di dalam labu erlenmeyer. Ketika terjadi perubahan warna
dari larutan analit tersebut, maka titrasinya telah berhasil dan dicatat
volume titran yang dipakai lalu dibuat perhitungan untuk mengetahui
konsentrasi dari analit tersebut. Indikator digunakan sebagai pertanda
akhir dari suatu titrasi.

Asam biasanya terbentuk oleh padatan dan gas dengan menerima elektron valensi
yang dibutuhkan. Asam juga dapat membagikan atau metransfer elektron ke zat
yang lain. Basa biasanya terbentuk oleh padatan dan gas-gas dengan mendonasi
elektron valensi atau transfer elektron ke zat lain.

Reaksi antara asam dan basa, dapat berupa asam kuat atau lemah denganbasa
kuat atau lemah, meliputi berikut ini:

Jenis Asam Jenis Basa pH Titik Ekivalen (TE)


Asam kuat Basa kuat = 7 (netral)
Contoh: HCl Contoh: NaOH
Asam kuat Basa lemah < 7 (asam)
Contoh: HCl Contoh: NH4OH
Asam lemah Basa kuat > 7 (basa)
Contoh: Contoh: NaOH
CH3COOH
Asam lemah Basa lemah Tergantung pada harga Ka asam
Contoh: Contoh: NH4OH lemah dan Kb basa lemahnya.
CH3COOH Bila Ka > Kb maka pH TE < 7,
Ka < Kb maka pH TE > 7, bila
Ka = Kb maka pH TE = 7.

ARA MENGETAHUI TITIK EKUIVALEN


Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa,
antara lain:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik
ekuivalen”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes
(sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan
berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ASAM BASA
Menurut Arrhenius, larutan bersifat asam jika senyawa tersebut melepaskan ion
hidronium (H3O+) saat dilarytkan dalam air, atau asam adalah zat yang dalam air
melepaskan ion H+.
Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dapat melepas ion hidroksida
(OH-) jika dilarutkan dalam air.
Kelebihan dan kekurangan teori asam basa arrhenius, yaitu :
1. Kelebihan
Mampu menyempurnakan teori asam yang dikemukakan oleh Justus Von Liebig.
Liebig menyatakan bahwa setiap asam memiliki hidrogen (asam berbasis
hidrogen). Pernyataan ini tidak tepat, sebab basa juga memiliki hidrogen.
2. Kekurangan
a. Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak dapat
menjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa
pelarut.
b. Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada
molekul, belum mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti kation dan
anion.
c. Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa yang mengandung
hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk
membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
d. Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-,
seperti Na2CO3 memiliki karakteristik seperti basa.
JENIS – JENIS TITRASI ASAM BASA
Titrasi asam basa dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Basa Lemah vs Asam Kuat
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam lemah
dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva
titrasi asam lemah vs basa kuat. Sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1 M
NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NH4OH + HCl -> NH4Cl + H2O
2. Asam Lemah vs Basa Kuat
Asam lemah yang dicontohkan disini adalah asam asetat CH3COOH (biasanya
kita singkat menjadi HOAc) dan dititrasi dengan basa kuat NaOH. Reaksi yang
terjadi dapat ditulis sebagai berikut:
HOAc + NaOH -> NaOAC + H2O
Titrasi Asam-Basa
Ini adalah jenis titrasi dimana dua larutan yaitu larutan asam dan basa terlibat.
Jenis reaksi antara spesies merupakan reaksi netralisasi asam-basa, dengan
pembentukan air sebagai produk sampingan.

Indikator asam-basa biasanya ditambahkan ke larutan basa dalam tabung titrasi


untuk menentukan titik ekivalen/titik akhir titrasi. Indikator asam-basa mampu
menampilkan satu warna dalam medium dasar dan warna lain dalam media asam.

Setelah netralisasi lengkap, ketika penurunan tambahan asam ditambahkan dari


buret ke dasar dalam tabung titrasi, pergantian media dari dasar untuk asam.
Warna indikator juga berubah, dan titrasi dengan demikian terhenti.

Ketika asam kuat dititrasi dengan basa kuat, titik ekivalen adalah pada pH = 7,
tapi perubahan kurva pH jika asam / basa yang digunakan adalah lemah sebagai
gantinya.
RUMUS UMUM TITRASI
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-
ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan
volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
N asam x V asam = N asam x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa)
Titrasi Redoks
Titrasi redoks adalah titrasi yang mengambil bentuk reaksi oksidasi/reduksi,
sedangkan satu spesies akan teroksidasi, spesies lain akan berkurang. Dan ini
menentukan kelayakan reaksi redoks berlangsung.

Ketika spesies tertentu akan teroksidasi, melepaskan elektron yang pada


gilirannya menimbulkan bilangan oksidasi nya. Dan ketika spesies mendapatkan
dikurangi, ia menerima elektron, dan bilangan oksidasi menurun.

Oleh karena itu dalam reaksi redoks, jumlah elektron yang beredar tetap konstan,
yang berarti bahwa elektron yang dilepaskan oleh spesies pengoksidasi harus
mendapatkan diterima oleh spesies mengurangi, tergantung pada stoikiometri
reaksi.

Macam-macam Titrasi Redoks


Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi
redoks, maka dikenal beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri
dan permanganometri.
1. Iodimetri dan Iodometri
Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung), dan
iodometri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai
oksidator, sedangkan dalam iodometri ion iodida digunakan sebagai reduktor.
Baik dalam iodometri ataupun iodimetri penentuan titik akhir titrasi didasarkan
adanya I2 yang bebas. Dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk
mentitrasi iodium yang dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar
sekunder dan dapat distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium iodidat.
2. Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi redoks menggunakan larutan standar Kalium
permanganat. Reaksi redoks ini dapat berlangsung dalam suasana asam maupun
dalam suasana basa. Dalam suasana asam, kalium permanganat akan tereduksi
menjadi Mn2+ dengan persamaan reaksi :
MnO4- + 8 H+ + 5 e → Mn2+ + 4 H2O
Berdasarkan jumlah ellektron yang ditangkap perubahan bilangan oksidasinya,
maka berat ekivalen Dengan demikian berat ekivalennya seperlima dari berat
molekulnya atau 31,606.
Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena penambahan asam sulfat, dan
asam sulfat cukup baik karena tidak bereaksi dengan permanganat.
3. Dikromatometri
Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat
sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih
lemah dari permanganat. Kalium dikromat merupakan standar primer.
Penggunaan utama dikromatometri adalah untuk penentuan besi(II) dalam asam
klorida (Zulfikar, 2010).
4. Serimetri
Serimetri adalah titrasi menggunakan larutan baku serium sulfat, untuk zat uji
yang bersifat reduktor. Contoh : Titrasi zat uji yang mengandung ion
ferro. Prinsip :Larutan zat uji dalam suasana asam dititrasi dengan larutan baku
serium sulfat (Ce(SO4)2). Reaksi : (untuk zat uji yang mengandung ion ferro)
Fe2+ → Fe3+ + e oksidasi
Ce4+ + e →Ce3+ reduksi
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+ redoks
Reaksi yang terjadi : Perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi adalah dari
merah menjadi biru pucat.
5. Nitrimetri
Metode Nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-
senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan
kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatic) dengan
natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garam diazonium. Reaksi ini
dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung dalam dua
tahap seperti dibawah ini :
NaNO2 + HCl → NaCl + HONO
Ar- NH2 + HONO + HCl → Ar-N2Cl + H2O
6. Bromometri dan Bromatometri
Bromometri merupakan penentuan kadar senyawa berdasarkanreaksi reduksi-
oksidasi dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine berjalan
lambat) sehingga dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan menambahkan
bromine berlebih. Sedangkan bromatometri dilakukan dengan titrasi secara
langsung karena proses titrasi berjalan cepat.
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengandasar reaksi
oksidasi dari ion bromat ( BrO3 ).
BrO3 + 6 H + 6 e —-> Br + 3 H2O
Dari persamaan reaksi ini ternyata bahwa satu gram ekuivalen samasengan 1/6
gram molekul. Disini dibutuhkan lingkungan asam karenakepekatan ion H+
berpengharuh terhadap perubahan ion bromat menjadi ion bromida.
1. Prinsip Kerja Titrasi Redoks
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron
yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang
ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi
redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion
elektron). Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut:
Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan
elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus
listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan
sel elektrolisis adalah sel elektrokimia.
Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel adalah
persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila
memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator
dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi
antara analit dengan titran (Steven, 2012).
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA REAKSI
REDOKS
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya reaksi redoks yaitu terjadinya
proses pengikatan dan pelepasan elektron ,terjadinya penambahan dan
pengurangan bilangan oksidasi ,bilangan oksidasi adalah bilangan yang
menunjukkan muatan yang yang disumbangkan oleh suatu atom molekul atau ion
yang di bentuknya ,terjadinya reaksi pengikatan dan pelepasan oksigen ,dalam
reaksi redoks yaitu terjadi peristiwa reduksi
Perbedaan Antara Titrasi Asam-Basa dan Titrasi Redoks
Dalam titrasi asam-basa, larutan yang terlibat adalah asam dan basa. Sedangkan
titrasi redoks adalah titrasi yang terjadi di antara spesies redoks.
Dalam titrasi asam-basa, spesies mengambil bagian dalam reaksi netralisasi
membentuk molekul air.sedangkan dalam titrasi redoks, spesies bereaksi melalui
reaksi oksidasi dan reduksi
Asam lemah dan basa lemah digunakan sebagai indikator untuk titrasi asam-basa.
Sementara dalan titrasi redok, beberapa spesies redoks bertindak sebagai self-
indikator dan untuk sebagian besar kasus indikator redoks khusus yang
digunakan.
Titrasi asam-basa adalah yang lebih umum karena dapat berlangsung antara
bentuk asam dan basa / lemah dan kuat. Sedangkan titrasi redoks yang biasa
terlihat di antara blok ‘d’ elemen.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi juga
dikenal sebagai analisis volumetri, dimana zat yang akan dianalisis
dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan
2. Asam adalah zat yang bila dilarutkandi dalam air meningkatkan konsentrasi ion H+
(aq), memberikan (donor) proton, dan aseptor pasangan elektron bebas
sedangkan basa adalah donor pasangan elektron bebas, penerima (akseptor)
proton, dan zat yang bila dilarutkan didalam air dapat meningkatkan konsentrasi
ion OH-(aq).
3. Secara umum reaksi asam basa adalah sebagai berikut : HA + BOH --> BA + H – OH
(BA merupakan garam)
4. Titrasi asam basa dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam)
dengan penerima proton (basa).
5. Hidrolisis yaitu reaksi ion-ion yang berasal dari asam lemah atau ion-ion yang
berasal dari basa lemah dalam air.
6. Larutan penyangga adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH
tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung
7. Reaksi oksidasi (pengoksigenan) adalah peristiwa penggabungan suatu zat dengan
oksigen, pelepasan elektron dan naiknya / bertambahnya bilangan oksidasi suatu
unsur sedangkan reaksi reduksi adalah peristiwa pengeluaran oksigen dari suatu
zat, penangkapan elektron dan turunnya / berkurangnya bilangan oksidasi.
8. Sel Volta (sel galvani) memanfaatkan reaksi spontan ( G<0) untuk
membangkitkan energy listrik, selisih energ reaktan (tinggi) dengan produk
(rendah) diubah menjadi energy listrik. Sistem reaksi melakukan kerja
terhadap lingkungan
9. Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan
reaksi redoks mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk
berupa bahan kimia yang diinginkan.
10. Korosi adalah kerusakan pada logam-logam akibat proses elektrokimia.
B. Saran
Titrasi asam basa dan titrasi redoks dalam makalah ini, dapat dijadikan
referensi ataupun untuk menambahkan wawasan bagi pembaca sehingga dapat
membedakannya dan dapat menerapkan secara tepat.
Ughi.2013.”Kimia
Abadi”https://everlastingchemistry.wordpress.com/2013/12/11/titrasi-
redoks/(diakses tanggal 15 februari 2019)
Lestari, Rizky Putri.2016.”Titrasi
Redoks”.http://rizkiputriles.blogspot.com/2016/02/titrasi-redoks.html.(Diakses
tanggal 14februari 2019)
Tussa'adah, Hilya.2016.http://hilyatussaa.blogspot.com/2016/02/makalah-titrasi-
asam-basa.html.”Makalah Titrasi Asam Basa”.(diakses tanggal 14 februari 2019)
Wangi, Yoeselyn.2017.”Prinsip Titrasi Asam
Basa”http://yoeselynwangi.blogspot.com/2017/07/prinsip-titrasi-asam-
basa.html.(diakses tanggal 15 februari 2019)

Anda mungkin juga menyukai