No Urut : 37
Kelas : 3 IPA 5
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Siswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang
mengandung asam dan basa
Siswa mampu menstandarisasi larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar larutan
asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer
tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer
tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini
disebut sebagai ―titik ekuivalen‖, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi
basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang
dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator disebut sebagai ―titik akhir titrasi‖. Titik akhir titrasi ini mendekati
titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik
akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer
yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran,
volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah satu contoh titrasi asam
basa yaitu titrasi basa lemah dan asam kuat, seperti NH3 (Amonia) dan HCl (Asam klorida),
persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin
acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa
digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling
menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah
jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam asetat, dan asam
tanak dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat telah
dibuat sejak abad pertengahan, salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh
para peneliti untuk memisahkan emas dan perak.
1. Asam Kuat
Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi
berkesudahan. Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan sebagai
berikut.
HA(aq) ⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq)
2. Asam Lemah
Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi
kesetimbangan.
Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat dirumuskan
sebagai berikut.
HA(aq) ←⎯⎯⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq)
Makin kuat asam maka reaksi kesetimbangan asam makin condong ke
kanan, akibatnya Ka bertambah besar. Oleh karena itu, harga Ka merupakan
ukuran kekuatan asam, makin besar Ka makin kuat asam.
Berdasarkan persamaan di atas, karena pada asam lemah [H+] = [A–],
maka persamaan di atas dapat diubah menjadi:
3. Basa Kuat
Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi ion-ionnya.
Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan.
Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi menjadi ion-
ionnya.
Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai berikut.
Makin kuat basa maka reaksi kesetimbangan basa makin condong ke kanan, akibatnya Kb
bertambah besar.
Oleh karena itu, harga Kb merupakan ukuran kekuatan basa, makin besar Kb makin kuat
basa.
Berdasarkan persamaan di atas, karena pada basa lemah [M+] = [OH–], maka persamaan di
atas dapat diubah menjadi:
A. Cara mengetahui titik ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara lain:
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit mungkin)
pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam
basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perubahan warnanya
dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah
dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai
dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut
sebagai ―titik akhir titrasi‖.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa,
maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai:
N × Vasam = N × Vbasa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator fenolftalein. Tabel
berikut ini merupakan karakteristik dari indikator fenolftalein.
Ph <0 0−8.2 8.2−12.0 >12.0
Asam atau mendekati
Kondisi Sangat asam Basa Sangat basa
netral
Tidak
Warna Jingga Tidak berwarna pink keunguan
berwarna
Gambar
Selain itu terdapat pula indicator Metil merah. Tabel berikut merupakan karakteristik dari
indicator metil merah :
Gambar
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Pada titrasi 25 ml larutan NH3 0,32 M dengan larutan HCl 0,1 M dimana Kb = 10-5
[OH-] = Kb ×M
pH = 11 + log 1,79
pH = 11,25
V HCl = 80 ml
Sehingga titik ekuivalen dicapai ketika volume HCl = 80 ml. Maka untuk menentukan pH pada
titik ekuivalen terlebih dahulu kita harus menentukan konsentrasi garam.
B: 8 8 8
S: - - 8
Sehingga hasil campuran kedua larutannya (garamnya) akan terhidrolisis
𝐾𝑤
[𝐻 + ] = × garam × n
𝐾𝑏
10−14 8
[𝐻 +] = × ×1
10−5 105
Berikut adalah tabel indicator yang sering digunakan pada titrasi asam basa beserta rentang pH-
nya :
Berdasarkan tabel di atas indicator yang tepat digunakan ketika pH titik ekuivalen 5,06 adalah
Metil merah, karena range perubahan warna pada metil merah antara pH 4,2 – 6,3 dimana pH
titik ekuivalen berada di antara range tersebut, sehingga terlihat jelas / kontras pada saat kapan
kita berhenti melakukan titrasi.
10 ml 0,1 M
NH3 + HCl → NH4Cl
M: 8 1 -
B: 1 1 1
S: 7 - 1
Melihat pada sisanya, maka terjadi larutan Buffer
20 ml 0,1 M
NH3 + HCl → NH4Cl
M: 8 2 -
B: 2 2 2
S: 6 - 2
30 ml 0,1 M
NH3 + HCl → NH4Cl
M: 8 3 -
B: 3 3 3
S: 5 - 3
Melihat pada sisanya, maka terjadi larutan Buffer
40 ml 0,1 M
NH3 + HCl → NH4Cl
M: 8 4 -
B: 4 4 4
S: 4 - 4
Melihat pada sisanya, maka terjadi larutan Buffer
𝑚𝑜𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑙𝑒𝑚𝑎ℎ
[𝑂𝐻− ] = 𝐾𝑏 ×
𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 × 𝑛
4
[𝑂𝐻− ] = 10−5 × 4 ×1 = 1× 10−5
pOH = 5
pH = 9
50 ml HCl 0,1 M
NH3 + HCl → NH4Cl
M: 8 5 -
B: 5 5 5
S: 3 - 5
3
[𝑂𝐻− ] = 10−5 × = 6× 10−6
5 ×1
4.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan ujian praktek percobaan tentang titrasi asam basa, selain
diperkenalkan alat titrasi oleh guru, siswa harus sudah melakukan praktikum tersebut sendiri
sejak kelas 2 SMA. Selain itu seharusnya SMA Budi Mulia harus menyediakan alat praktikum
yang memadai.