Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN VI

POTENSIOMETRI

HARI TANGGAL : RABU, 09 JUNI 2020

NAMA : NADYA HUMAIRA

NIM : 191320007

KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN : Hurria, S.Farm.,M.Sc.,Apt

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PRODI FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO

2020
PENDAHULUAN

I.1. LatarBelakang

Pengukuran kadar asam maupun basa dapat dilakukan dengan beberapa cara
baik secara manual menggunakan titrasi volumetrik (acidi alkalimetri) maupun
cara pembacaan langsung menggunakan alat potensiometri terutama pH meter.
Alat ini digunakan berdasarkan prinsip perubahan pH/potensial elektroda yang
cukup besar antara suatu elektroda indikator dengan elektroda pembanding dalam
suatu titrasi.
Perbedaan dari metode acidi alkalimetri dan potensiometri adalah pada acidi
alkalimetri menggunakan indicator untuk mengetahui kapan terjadinya TAT (Titik
Akhir Titrasi). Karena acidi alkalimetri dilakukan secara manual dengan cara
menghitung berapa volume titran yang ditambahkan untuk mencapai TE (Titik
Ekivalen).
Berbeda dengan metode potensiometri, metode ini merupakan cabang ilmu
kimia yang mempelajari pengukuran perubahan potensial dari elektroda untuk
mengetahui konsentrasi dari suatu larutan. Jadi pada potensiometri tidak
menggunakan indikator yang menyebabkan perubahan warna, tetapi
menggunakan elektroda untuk mengukur perubahan potensial dari suatu larutan,
ketika terjadi lonjakan perubahan potensial yang tinggi, maka saat itulah terjadi
TE (TitikEkivalen).

1.2. RumusanMasalah

a. Menentukan kadar NaOH dan HCl dengan potensiometri, sertadapat


menentukan titik ekivalen pada titrasi asambasa.

1.3 TujuanPercobaan

a. Menentukan kadar NaOH dan HCl dengan potensiometri untuk mendapatkan


titik ekivalen pada titrasi asambasa.
TINJAUAN
PUSTAKA

II.1. Landasan Teori


Potensiometri adalah metode penetapan kadar suatu zat
dengan mengukur beda potensialnya. Prinsipnya yaitu
berdasarkan persamaan “Nerst”.

Dimana: 𝐸 0 = Potensial elektroda standar yang konstan dengan


logam

P = Tetapan gas

T = Temperatut mutlak

F = Tetapan Faraday

n = valensi ion

𝑎 𝑀𝑛+= aktivitas ion dengan larutan

Persamaan diatas disederhanakan menjadi :

𝑎
(konsentrasi ion dengan molar)
Untuk temperature 250C (298 K)
II.2. Pengertian dan Prinsip Metode Potensiometrik
Metode potensiometrik merupakan suatu metode analisa kimia yang
berdasarkan hubungan antara potensial elektroda konstan dengan konsentrasi
larutan dalam suatu sel kimia. Pada metode potensiometrik dilakukan
pengukuran potensial listrik antara elektroda indikator sebagai elektroda
pengukur oleh elektroda pembanding dapat diukur dengan pH meter. Selain itu
besarnya potensial elektroda sangat penting untuk menentukan arah reaksi.
Dalam metode potensiometrik, dikenal 2 metode pengukuran yakni metode
potensiometrik langsung dan titrasi langsung.

II.3. Potensiometri Langsung


Salah satu metode potensiometri adalah dengan melakukan pengukuran ion
spesifik untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen atau suatu ion lain dalam
larutan dengan menggunakan pH meter.

II.4. Titrasi Potensiometrik


Titrasi potensiometrik melibatkan pengukuran potensial antara suatu elektroda
indikator dan elektroda pembanding selama titrasi. Selisih potensialnya diukur
dengan alat pH meter agar lebih akurat hasilnya. Suatu potensiometer biasa
tidak dapat digunakan bersama suatu elektroda kaca karena tinggi resistansinya,
1-100 megaohm, dari elketrodanya. pH meter adalah suatu alat pengukur
voltase yang dirancang untuk digunakan dengan sel-sel beresistensi tinggi
sehingga arusnya akan rendah, juga dapat membaca pengukuran berbanding
lurus dengan pH.
II.5. Fisis dan Chemist Reagen
a. Asam Oksalat
 Rumus Molekul : C2H2O4
 Massa Molar : 90,03 g/mol (anhidrat)
126,07 g/mol (dihidrat)
 Wujud : Kristal Putih
 Densitas : 1,9 g/cm3 (anhidrat)
1,653 g/cm3 (dihidrat)
 Kelarutan : 14,3 g/100 ml
(250 C) pada
air 23,7 g/100
ml (150 C)
pada etanol
1,49 g/100 ml (150 C) pada dietel eter
 Keasaman (pKa) : 1,25 ; 4,14
 Titik nyala : 1660 C
 Titik Lebur : 189 − 1910 C

b. HCl
 Rumus Molekul : HCl
 Massa Molar : 36,46 g/mol
 Wujud : Cairan tak berwarna sampai dengan kuning
pucat
 Densitas : 1,18 g/cm3
 Titik Lebur : −27,320C larutan 38%
 Titik didih : 1100C larutan 20,2%
480C larutan 38%
 Kelarutan : Bercampur penuh dengan air
 Keasaman (pKa) : -8,0
 Viskositas : 1,9 mPas pada 250C larutan 31,5%

c. NaOH
 Rumus Molekul : NaOH
 Massa Molar : 39,9971 g/mol
 Wujud : Zat padat putih
 Densitas : 2,1 g/cm3
 Titik Lebur : 3180C
 Titik didih : 13900C
 Kelarutan : 111 g/100 mol (200C) pada air
 Kebasaan (pKb) : -2,93

II.6. Aplikasi Potensiometri di Bidang Industri

Dalam metode potensiometri, informasi mengenai komposisi yang


terdapat dalam sampel diperoleh melalui perbedaan antara dua elektroda.
Metode ini telah dikenal sejak abad 20 dan penggunaanya menjadi sangat lus
sejak 25 tahun belakangan ini dan telah digunakan untuk sejumlah aplikasi
analitik yang dikembangkan dengan menggunakan elektroda selektif ion (ESI)
yang sifat elektroniknya lebih sensitive dan stabil. Potensiometri dipergunakan
di bidan industri seperti analisis klorida dalam pulp dan kertas,
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1. Alat dan Bahan

III.1.1 Bahan

1. Asam oksalat

2. NaOH

3. HCl

4. Aquadest

III.1.2 Alat
III.2. Gambar Alat Utama

III.3. Keterangan Gambar Alat Utama

1. Statif : Untuk menyangga buret

2. Klem : Penghubung antara statif dan buret

3. Buret : Sebagai tempat untuk titran

4. Gelas Kimia : Sebagai tempat untuk analit

5. Magnetic Bar : Sebagai pengaduk magnetic stirrer

6. Magnetic Stirrer : Sebagai pengaduk analit

7. Elektroda : Tempat elektroda pembanding dan elektroda referensi

8. Penyangga : Untuk memgatur elektroda agar berada di analit

9. pH meter : Memunculkan harga pH dari elektroda


III.4. Cara Kerja

III.4.1. Standarisasi Larutan NaOH

1. Kalibrasi pH meter dengan menggunakan larutan buffer standar pada dua


harga pH atau tiga harga pH.

2. Masukkan 70 ml NaOH ke dalam gelas kimia dan masukkan magnetic bar


ke dalamnya, tempatkan gelas kimia tersebut di atas magnetic stirer atur
kecepatannya pada sekitar skala 6.

3. Masukkan asam oksalat ke dalam buret, tempatkan ujung karet pada mulut
gelas kimia yang berisi NaOH.

4. Pasangkan elektroda pH sampai tercelup pada cairan dalam gelas kimia

5. (selalu lakukan pembilasan dan pengeringan setiap kali elektroda


dimasukkan ke dalam cairan yang baru).

6. Catat pH yang terbaca oleh pH meter.

7. Alirkan asam oksalat 2 ml, catat perubahan pH yang terjadi, lakukan


penambahan setiap 2 ml dan cata pH setiap penambahan (sampai pH
menunjukan harga asam yang stabil).

8. Ulangi proses diatas (nomor 2-6) dengan larutan NaOH yang baru tetapi
pencatatan pH dilakukan setiap penambahan PH 0,1 ml pada daerah yang
mengalami lonjakan pH sedangkan pada daerah lain tetap 2 ml

9. Buat kurva titrasi antara pH vs volume asam oksalat dan tentukan titik
ekivalennya.

10. Hitung kadar NaOH.

III.4.1.Penetapan kadar HCl


1. Lakukan proses seperti tahap pembakuan dengan sampel HCl yang akan
ditentukan dan NaOH sebagai larutan standar.
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

1V.1. Hasil Percobaan

Tabel IV.1.1. Tabel Percobaan Asam Oksalat + NaOH

Nomor Volume pH Nomor Volume pH


1 0 10,356 7 +12 5,049
2 +2 10,323 8 +14 5,334
3 +4 10,497 9 +16 4,936
4 +6 10,470 10 +18 4,519
5 +8 10,239 11 +20 4,166
6 +10 9,166 12 +22 3,833

Tabel IV.1.2. Tabel Percobaan NaOH + HCl

Nomor Volume pH Nomor Volume pH Nomor Volume pH


1 0 2,336 13 +24 1,756 25 +48 1,769
2 +2 2,333 14 +26 1,721 26 +50 1,869
3 +4 2,427 15 +28 1,702 27 +52 2,011
4 +6 2,025 16 +30 1,699 28 +54 2,211
5 +8 1,967 17 +32 1,692 29 +56 2,981
6 +10 1,956 18 +34 1,685 30 +58 9,588
7 +12 1,940 19 +36 1,683 31 +60 9,713
8 +14 1,914 20 +38 1,672 32 +62 10,799
9 +16 1,872 21 +40 1,630 33 +64 10,947
10 +18 1,828 22 +42 1,576 34 +66 11,036
11 +20 1,795 23 +44 1,620 35 +68 11,141
12 +22 1,786 24 +46 1,697 36 +70 11,203
As. Oksalat = NaOH NaOH = HCl
V1N1 = V2N2 V1N1 = V2N2
11.0,1 = 70.N2 57.0,016 = 70.N2
N2 = 0,016 N N2 = 0,013 N
Kadar sebenarnya = 0,096 N

(0,096−0,013)
Persen error =
0,096
= 86,46 %

IV.2. Pembahasan
IV.2.1. Penemuan Kadar HCl yang Lebih Kecil
Normalitas HCl praktis yaitu 0,013 N lebih kecil dari normalitas
sebenarnya yaitu 0,096 N dengan persen kesalahan sebesar 86,46 %. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Basa dan Galat Karbonat
Galat adalah perbedaan numerik antara nilai sebenarnya dari suatu
senyawa. Sumber umum galat bermacam-macam. Pada percobaan selalu
digunakan NaOH yang terkontaminasi oleh sejumlah kecil pengotor,yaitu
natrium karbonat.karena NaOH mudah menyerap CO2,maka terjadi reaksi
antara NaOH dengan CO2, sebagai berikut:
-
CO2 + 2OH CO32-+H2O

Ion karbonat adalah basa tapi ion ini dapat bergabung dengan ion hidrogen 2
tahap :
Dihasilkan H2CO3 yang merupakan asam yang dapat menaikkan pH lebih
cepat.
(Underwood 154)
b. Temperatur Saat Titrasi yang Tidak Sesuai Standar
Temperatur berpengaruh pada laju reaksi saat titrasi. Partikel dalam zat
selalu bergerak. Jika suhu reaksi dinaikkan, partikel semakin aktif bergerak
karena energinya bertambah. Sehingga terjadi tumbukan yang menghasilkan
laju reaksi bertambah. Pada umumnya untuk setiap kenaikan suhu sebesar 100
C, laju reaksi akan naik menjadi 2 hingga 3 kali lipat lebih cepat dari semula,
keadaan suhu saat titrasi di laboratorium tidak dipastikan secara tepat
sehingga reaksi penetralan dapat berlangsung semakin cepat. Hal ini yang
menyebabkan konsentrasi HCl yang kami temukan lebih kecil.
(kimia.upi.edu/staf/nurul/web/2012/0905762/isi_materi
_3.html)
c. Keterbatasan Elektroda Kaca
Pada larutan dengan pH yang sangat tinggi, spesifitas untuk H+ hilang.
Ketergantungan tegangan terhadap pH berkurang, dan potensial menjadi
terganrung pada aNa . Batas atas pH bergantung pada kation lainnya (misal
+

Na+ atau K+) dan tipe dari kaca. Dengan demikian, akan berpengaruh pada
kurva titrasi yang terbentuk.
(Underwood, 315
dan 316)
HCl mudah menguap karena senyawa ini termasuk senyawa volatil. Titik
didih HCl 530 C sehingga pada suhu ruangan akan membentuk fume.

IV.2.2.Aplikasi Potensiometri
Metode potensiometri banyak digunakan untuk menentukan
kandungan ion-ion tertentu di dalam suatu larutan, salah satunya yaitu
penerapan metode potensiometri pada penentuan kandungan karbon organic
total tanah menggunakan elektroda selektif CO2 sebagai elektroda petunjuk.
Prinsip penentuan kandungan karbon menjadi CO2 yang dihasilkan diukur
konsentrasinya berdasarkan perubahan potensial elektroda yang ditunjukkan
oleh elektroda selektif CO2. Konsentrasi CO2 yang didapat sebanding dengan
konsentrasi karbon organik.

(Watoni, Abdul Haris dan


Buchari, 2000)

IV.2.3.Macam-Macam Larutan Standar


Larutan standar adalah larutan yang konsentrsinya sudah diketahui dan
biasanya berfungsi sebagai titran dan alat ukur volume larutan beku. Larutan
standar ada dua macam yaitu :
1. Larutan Standar Primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya
diketahui secara tepat melalui metode gravimetri, dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Contoh K2CrO7,
As2O3, NaCl, asam oksalat, dan asam benzoat. Syarat-syaratnya yaitu :
a. Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan, dan disimpan
dalam keadaan murni
b. Tidak berubah berat dalam penimbangan di udara
c. Dapat diuji kadar pengotornya dengan uji-uji kuantitatif dan kepekaan
tertentu
d. Mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar
e. Mudah larut
f. Bersifat langsung
2. Larutan Standar Sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan
tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Contoh: AgNO3,
KMnO4, Fe(SO4)2. Syarat-syaratnya yaitu :
a. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku
primer
b. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi
c. Stabil dalam penyimpanan
(http://jurnal.unej.ac.id/inde.php/JAGT/article/downloa
d/37/16)

IV.2.4.Gambar Grafik

Grafik 4.1.Grafik perbandingan pH pertambahan volume asam oksalat pada NaOH

12

10

6
pH

0
0 2 4 6 810121416182022
V Asam Oksalat (ml)
Grafik 4.2.Grafik perbandingan pH pertambahan volume NaOH pada HCl

12

10

4 0 2 4 6 8 10121416182022242628303234363840424446485052545658606264666870

2 V NAOH (ml)

Grafik 4.3. Grafik perbandingan pH titrasi 70 ml HCl dengan NaOH 0,1 N


antara teoritis dan praktis tiap 2ml

12

10

4 pH Praktis
pH teoritis

0
40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 70
Volume Titran
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
1. Kadar HCl yang ditemukan lebih kecil disebabkan oleh faktor basa
dan galat karbonat, temperatur saat titrasi yang tidak sesuai standar,
dan keterbatasan elektroda kaca.
2. Potensiometri dapat diaplikasikan dalam bidang industri yaitu
menentukan kandungan organik total tanah menggunakan elektroda
selektif CO2 sebagai elektroda-elektroda penunjuk.
3. Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu larutan standar primer dan
larutan standar sekunder.

V.2. Saran
1. Mencuci bersih alat setelah dan sebelum digunakan .
2. Melakukan kalibrasi pH dengan menggunakan aquadest di awal
praktikum.
3. Memasukkan titran sedikit demi sedikit ke dalam sampel agar tidak
terlewat saat mencatat pH.
4. Sebelum memasukkan titran, menunggu pH meter sampai
menunjukkan pH yang stabil.
5. Hindari HCl kontak langsung dengan udara karena bisa menguap.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.http://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki/B10/penentuan-pH.htm. Diakses 11
November 2013.17:37
Anonim.http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JAGT/article/download/37/16. Diakses 11
November 2013.17:49
Anonim.kimia.upi.edu/staf/nurul/web2012/0905762/isi-materi3.html. Diakses 11
November 2013.17:32
Day and Underwood,A.I.Analisa Kimia Kuantitatif edisi ke 4.Erlangga.Jakarta.1986
Metter,Julia.2005.”Cloud Formation”.Diakses 7 Desember 2013.12:03

Perry,R.H,and Green.Perry’s Chemical Engineering Hand Book 6th edition.Mc Graw


Hill Book Co.Singapore.1984

Vogel,A.I.A Text Book Of Quantitative Anorganic Analysis. 5th edition.Longman


Co.London.1988

Watoni, Abdul Haris dan Buchari. 2000.http://journal.fmipa.itb.ac.id/jms/article/view


/52/46.Diakses 7 Desember 2013.17:45
LAMPIRAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai