Prinsip :
Reaksi :
Cara kerja :
Dititrasi dengan
HCl 0,5 N dicatat volume
sampai titik akhir akhir tittrasi
merah
dimasukkan
erlenmeyer,
Sampel ditimbang Sampel direfluks
ditambahkan
sebanyak 1 gram selama 1 jam
KOH-alkohol 0,05
M sebanyak 20 ml
Ditambahkan
indikator kanji,
dititrasi kembali dicatat hasil titrasi
sampai titik akhir
biru kehijauan
Ditambahkan
dititrasi kembali
Ditambahkan KI indikator kanji,
sampai mendekati
10% 15 ml; dititrasi kembali
titik akhir
akuades 50 ml sampai titik akhir
berwarna kuning
tak berwarna
Ditambahkan
dititrasi kembali
indikator kanji,
sampai mendekati
dititrasi kembali Dicatat hasil titrasi
titik akhir berwarna
sampai titik akhir tak
kuning
berwarna
Perhitungan :
Boraks = Na2B4O7 ( yg pas standardisasi HCl rumusnya salah)
Regulasi :
Syarat menurut Bridgeston Tires : Bil. Penyabunan (190-220 gr) ; Bil. Iod (20 gr/100 gr)
Produk Ban
Ban adalah material komposit, biasanya dari karet alam / karet isoprena yang
digunakan untuk ban truk dan ban mobil penumpang seperti pada sabuk
tapak, sidewall, carcassply, dan innerliner. Ban terdiri atas filler (pengisi),
pelunak, accelerator, activator, vulkanisator, anti degradan, dll.
Crude oil / minyak bumi → olefin → butadiena → karet sintetis / alami (nilon, SBR) → ban
Asam stearat
Asam lemak jenuh yang memiliki rantai panjang, mudah diperoleh dari lemak hewani
Digunakan sebagai bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk
melunakkan karet. Selain itu digunakan untuk mengubah konsistensi atau suhu leleh suatu
produk, sebagai pelumas, atau mencegah oksidaasi.
Sifat fisik :
o BM : 284,478 g/mol
o Titik Lebur : 69,6 °C
o Titik didih : 291 °C
o Densitas : 0,847 g/cm2 pada 70 °C
Rumus Molekul : C18H36O2
Karena pada percobaan ini kita akan menetapkan mutu pada asam lemaknya, sehingga
penetapannya menggunakan .
Dari blanko
Sampel awalnya mengandung 100% KOH, ketika disabunkan, KOH lama kelamaan
berkurang dan menghasilkan sisa, sisanya yang dititar dengan HCl
Standardisasi HCl menggunakan baku primer boraks, dengan indikator MM
(perubahan warna : kuning ke merah)
Semakin tinggi bilangan penyabunan, maka semakin baik kualitasnya
Larutan wijs untuk memutuskan ikatan rangkap dalam lemak atau minyak
Lar. Wijs mengandung iodin yang masuk ke ikatan rangkap yang terputus,
membuat minyak / lemak mengalami ketidakjenuhan.
Disimpan di ruang gelap agar bereaksi dan tidak mudah teroksidasi
Perubahan warna saat titrasi :
(+) KI : warna coklat kekuningan
≈ dititar dengan tio : warna jadi kuning
(+) kanji : warna jadi biru kehitaman
≈ dititar kembali : warna biru hilang
Kanji sebagai indikator, ditambahkan di akhir agar I2 tidak terperangkap
Mencari I2 yang bereaksi : (I2 awal – I2 sisa)
Dari blanko
Kembali pada jenis asam stearat, asam stearat termasuk asam lemak jenuh
dimana tidak memiliki ikatan rangkap sehingga secara teoritis tidak memiliki
bilangan iod. Kalaupun menghasilkan, maka nilainya sangat kecil.
Tujuan :
a. Untuk mengetahui kadar surfaktan anionik secara biru metilen menggunakan spektrofotometer serapan uv-vis
b. Dapat mengoperasikan spektrofotometer uv - vis dengan benar dan sesuai SOP
Prinsip :
c. Prinsip Alat
Prinsip kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu apabila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian
cahaya tersebut diserap (I), sebagian dipantulkan (lr), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Adapun yang melandasi pengukuran
spektrofotometer ini dalam penggunaannya adalah hukum Lambert-Beer dimana saat cahaya monokromatik melalui suatu media,
maka sebagian cahaya akan diserap, sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan. Semakin tinggi konsentrasi
suatu larutan, maka semakin tinggi pula absorbansinya.
d. Prinsip Percobaan
Surfaktan anionik bereaksi dengan metilen blue membentuk pasangan ion yang berwarna biru yang larut dalam kloroform.
Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer uv-vis dengan panjang gelombang 653 nm. Serapan yang
terukur setara dengan kadar surfaktan anionik.
Reaksi :
Cara kerja :
Dihomogenkan
Ditambahkan Aquadest
dengan cara dikocok
hingga tera
tujuh kali
Dihomogenkan
Ditambahkan Aquadest
dengan cara dikocok
hingga tera
tujuh kali
c. Pembuatan Deret Standar
Ditambahkan 6,25 mL
25 mL Larutan deret Dimasukkan kedalam
metilen blue dan 2,5
standart corong pemisah
kloroform
larutan diukur
absorbansinya dengan
Lapisan bawah ditera
spektro uv vis
dengan kloroform
memakai panjang
gelombang 652 nm
e. Preparasi Sampel
1 mL sampel
ditambahkan 3-5 tetes ditambahkan asam
diencerkan di LT 100
pp dan larutan NaOH 1 sulfat 1 N tetes per
mL, kemudian dipipet
N tetes per tetes tetes hingga warna
25 mL ke dalam
hingga merah muda menghilang
corong pemisah
larutan diukur
absorbansinya dengan
lapisan bawah ditera
spektro UV-Vis
dengan kloroform
(panjang gelombang
652 mm)
Perhitungan :
Regulasi :
Emulgator tidak bisa menggantikan surfaktan karena emulgator hanya bisa mengemulsi tapi
tidak memiliki fungsi pembusaan.
Detergen lebih kompleks karena dari surfaktan, sedangkan sabun lebih sederhana karena
terbuat dari penambahan NaOH/KOH dengan daya pembusa sedikit. Jika menginginkan sabun
dengan jumlah busa yang banyak, maka dapat ditambahkan surfaktan seperti SLS / SLES.
→ digunakan pada produk pembersih, peledak, bahan pangan (biasanya surfaktan dari CPO),
plastik, dll.
Melalui sintesis
Biosurfaktan (dari fermentase)
Menambah lemak atau minyak ke gabah padi yang dibakar / diabukan. Ternyata gabah
padi mengandung NaOH, dan ketika dicampur dengan lemak / minyak menghasilkan
bagian yang licin.
Pertama kali ditemukan ABS, namun ternyata tidak ramah lingkungan. Kemudian
ditemukan LAS yang sampai sekarang dipakai, namun harus selalu diupdate
pemakaiannya dan persyaratannya.
Penggunaan surfaktan yang secara terus menerus membuat semakin banyak surfaktan
yang tertinggal dilingkungan akibat surfaktan yang tidak mudah teruari hal ini
mengakibatkan pencemaran air tanah dan menurunkan kesuburan tanah. Pencemaran ini
sifatnya berantai sehingga berpengaruh pada berbagai aspek lingkungan. Selain itu
penggunaan surfaktan yang berlebih juga dapat berdampak pada kesehatan seperti
keracunan atau terjadinya iritasi kulit akibat pemakaian kosmetik yang mengandung
surfaktan.
Jika menggunakan AAS, maka tidak perlu screening karena pada AAS lampu katodanya
sudah spesifik
Karena percobaan kita menggunakan menggunakan spektro uv-vis, maka harus
dilakukan screening panjang gelombang terlebih dahulu (400 – 800) nm.
Surfaktan anionik akan berikatan dengan metilen biru membentuk senyawa kompleks
berwarna biru yang larut dalam kloroform ketika diekstraksi. Ekstraksi dilakukan berulang
kali agar senyawa kompleks yang dihasilkan terekstrak seluruhnya. Senyawa kompleks yang
terekstrak terdapat dalam fasa organik kloroform karena senyawa ini bersifat hidrofobik.
Penambahan larutan pencuci berfungsi untuk menghilangkan senyawa polar lainnya.
Pengukuran absorbansi senyawa kompleks berwarna biru pada kloroform
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 652 nm dimana
sebelumnya dilakukan screening panjang gelombang terlebih dahulu. Intensitas warna biru
yang dihasilkan dalam fase organik merupakan ukuran dari MBAS dimana sebanding dengan
jumlah surfaktan anionik yang terdapat pada sampel dan standar.
Tujuan :
Prinsip :
Analisis dilakukan dengan menggunakan benang wol yang sifatnya dapat mengadsorbsi zat warna. Pada pengujian secara
kualitatif benang wol dicelupkan pada berbagai larutan pereaksi seperti asam klorida 10%, asam sulfat 10%, ammonium hidroksida 12%
dan natrium hidroksida 10% kemudian diamati perubahan warna yang terjai dan dibandingkan dengan standar. Pada pengujian seacara
kuantitatif, zat warna ditetapkan kadarnya dengan membandingkan bobot zat warna yang diserap dengan bobot sampel.
Cara kerja :
a. Uji Kualitatif
b. Uji Kuantitatif
25 gram contoh
Benang dikeringkan
Benang wol (20 cm) ditimbang kemudian
dan ditimbang sebagai
dicuci dengan heksana dilarutkan dengan
bobot awal
H2SO4 sebanyak 50 mL
Pewarna buatan yang berasal dari bahan kimia. Zat pewarna ini digunakan
sebagai bahan tambahan yang dapat memperbaiki warna makanan dan
mempertinggi nilai pangan.
Pewarna Alami : kurkumin, riboflavin, karmin dan ekstrak cochineal, klorofil, karamel,
karbon tanaman, beta-karoten, ekstrak anato, karotenoid, merah bit, antosianin, dan
titanium dioksida
Pewarna Sintetis yang diperbolehkan namun dibatasi ; tartrazin, kuning kuinolin, kuning
FCF, karmoisin, ponceau, eritrosin, merah allura, indigotin, biru berlian FCF, hijau
FCF, dan cokelat HT.
Penggunaan pewarna sintetik secara terus menerus membuat pewarna sintetik ini akan
menumpuk pada tubuh kita, hingga akhirnya merusak fungsi organ tubuh terutama hati
dan ginjal. Hati dan ginjal terpaksa bekerja keras untuk merombak zat tersebut agar dapat
dikeluarkan dari tubuh. Jika gagal dikeluarkan, maka dapat memicu berbagai macam
gangguan / penyakit seperti kanker, gangguan ginjal, kemandulan pada pria, melemahkan
sistem kekebalan tubuh, hiperaktifitas pada anak-anak, dan komplikasi.
Pada analisis kualitatif, sampel dan standard diasamkan menggunakan HCl 10% agar
proses penyerapan warna oleh benang wol berjalan optimal. Standar tartrazin dan
ponceau digunakan untuk membandingkan perubahan warna yang diperoleh pada sampel.
Setelah sampel dan standard diasamkan, kemudian benang wol di rendam dalam sampel
dan standard lalu dididihkan selama 30 menit agar zat warna dari sampel dan standard
terserap maksimal. Pencucian dilakukan untuk menghilangka sisa – sisa zat warna yang
tidak terserap dengan baik. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan meneteskan pereaksi
asam dan basa pada benang wol yang telah direndam. Jika hasil analisis menunjukkan hasil
yang sebanding, maka sampel tersebut mengandung zat warna sesuai standard, sehingga
dapat dikatakan bahwa sampel positif mengandung zat warna tersebut.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan metode Gravimetri berdasarkan selisih
penimbangan benang wol sesudah dan sebelum perlakuan.
Tujuan :
Prinsip :
Penetapan kadar BTX dalam sampel bensin menggunakan kromatografi gas. Pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih
molekul serta laju migrasi yang disebabkan oleh adanya perbedaan kepolaran dari masing-masing komponen diantara dua fase ,yaitu
fase diam dan fase gerak. Fase gerak yang digunakan dalam kromatografi gas adalah gas yang bersifat inert seperti
helium dan nitrogen. Fase diam terdapat dalam kolom. Sampel yang dibawa fase gerak menuju ke kolom kemudian
diterjemahkan dalam bentulk puncak-puncak kromatogram. Kadar benzena, toluena, dan xylene dalam sampel didapat dengan
membandingkan luas area benzena, toluena, dan xylene dalam sampel dengan luas area standar benzena, toluena, dan xylene.
Cara kerja :
a. Persiapan Sampel
Larutan standar
Wadah botol kaca Benzena dimasukkan
disiapkan ke dalam botol
kemudian ditutup rapat
c. Pengondisian GC
d. Pengukuran
Perhitungan :
= 1,72 %
3628918
= 291302927 × 100%
= 1,24 %
Regulasi :
Persyaratan mutu berdasarkan MSDS Premium RON 88 PT. Pertamina 2007 dimana kadar benzena dalam bensin < 5% (v/v)
Bensin merupakan produk berbahan dasar minyak bumi yang memiliki rantai
C5 sampai dengan C10, dimana pembuatannya melalui proses penyulingan.
Bensin disebut dengan gasoline, digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor.
Jenis Bensin : Terdapat berbagai jenis bensin yang beredar di pasaran, yang umumnya
digunakan oleh masyarakat adalah bensin jenis premium, pertalite, dan pertamax.
Jenis-jenis bensin dibedakan berdasarkan kandungan timbal dan bilangan oktannya.
Pertalite → 90
Pertamax → 92
Zat tersebut berfungsi untuk meningkatkan bilangan oktan dan meningkatkan ketahanan
oksidasi. Zat antiknocking merupakan salah satu contoh zat aditif. Zat tersebut
digunakan untuk melindungi mesin agar tidak cepat rusak dan mengurangi emisi. Contoh
zat antiknocking adalah BTEX (Benzena, Toluena, Etilbenzen, dan Xilen). BTEX
merupakan senyawa organik yang mudah menguap yang menonjol dari bensin dan
mempengaruhi kesehatan manusia. Dapat menyebabkan gangguan sel dalam darah,
saraf pusat, dan bersifat karsinogenik. WHO telah mengklasifikasikan bahwa BTEX
merupakan senyawa bersifat karsinogenik golongan I sehingga tidak dianjurkan untuk
berinteraksi dengan benzena terlalu lama dan sering. Sumber utama yang menyebabkan
BTEX sampai pada manusia adalah paparan uap bensin, tumpahan bensin, dan
kebocoran dari penyimpanan bensin.
Prinsip :
a. Prinsip Percobaan
Kadar logam Pb dalam sampel pipa PVC dapat dianalisis menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Sampel didestruksi
kering (600°C) agar diperoleh abu yang meruakan oksida logam dan dilarutkan dengan HNO3, destruksi basah dengan HNO3 1:3. Lalu
diukur absorbansinya menggunakan SSA pada panjang gelombang 283,3 nm. Absorbansi ini kemudian diinterpolasikan ke persamaan
regresi deret standar Pb agar diperoleh kadar Pb dalam sampel pipa PVC.
b. Prinsip Alat
Cara kerja SSA ini berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom
bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Katoda Lamp) yang
mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur menurut panjang gelombang tertentu
menurut jenis logamnya.
Cara kerja :
4. Preparasi Sampel
a. 0,5 gram sampel dalam cawan porselen dibakar di meker selama 10 menit
b. Sampel dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 600°C selama 60 menit
c. Sampel didinginkan dalam desikator
d. Sampel dilarutkan dengan HNO3 pekat
e. Larutan sampel disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL
f. Larutan sampel ditera menggunakan HNO3 1:3
g. Larutan sampel diukur absorbansinya menggunakan SSA pada panjang gelombang 283,3 nm
Perhitungan :
𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Cterukur (mg/L) = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
𝑚𝑔
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 ( )−𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐿𝑇 (𝐿)
CSampel (mg/kg) = 𝐿
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑘𝑔)
fishbone :
Regulasi :
Persyaratan mutu berdasarkan SNI 06 0084 2002 kadar Pb yang terkandung pada pipa air minum maksimum adalah 0,3 mg/L
Pipa PVC adalah bahan bangunan yang sangat umum digunakan dalam
instalasi plumbing di seluruh dunia sejak tahun 1930. Pipa PVC memiliki
berbagai keunggulan untuk menggantikan instalasi pipa sebelumnya yang
terbuat dari logam. Berbeda dengan logam, material pipa PVC memiliki
karakter material yang ringan, kuat, fleksibel, tahan terhadap api,
kebocoran, dan korosi, serta mudah dari segi perakitan sehingga material ini
sangat ideal dalam menjalankan fungsinya.
Karena yang kita ukur adalah logam total dari Pb, maka instrumen yang digunakan
adalah AAS
Keuntungan menggunakan AAS :
o Sensitivitas AAS lebih tinggi
o Lebih efisien dalam pengerjaan karena tidak perlu screening panjang gelmbang
Pb dapat dianalisis menggunakan spektro, namun harus direaksikan dengan senyawa lain
terlebih dahulu. Spektro juga dipakai ketika ingin menganalisis ion logamnya. Namun
karena Pb berbahaya dalam bentuk ion (Pb2+ dan Pb4+) maka yang diukur lebih baik
logam totalnya saja.
Link : http://oscartigasembilan03.blogspot.com/2015/04/komponen-komponen-atomic-
absorption.html
Gas yang dapat digunakan untuk mengatomisasi logam pada SSA terbagi menjadi tiga.
Udara propana; merupakan gas yang memiliki nyala relatif lebih dingin (1800°C)
dibandingkan dengan jenis nyala lainnya, udara propana akan menghasilkan
sensitivitas yang baik apabila logam yang diukur mudah terionisasi seperti Na dan
K.
Udara asetilen; merupakan gas yang paling umum dipakai karena temperatur yang
dihasilkan sekitar 2300°C dimana mampu mengatomisasi hampir semua elemen,
cocok untuk oksida-oksida stabil seperti Ca, Pb, dan Cu.
Nitrous oksida; merupakan gas yang memiliki nyala paling panas (3000°C) dan
sangat baik digunakan untuk menganalisis sampel yang banyak mengandung logam-
logam oksida seperti Al, Si, dan Ti.
Setiap logam yang akan dianalisis harus disesuaikan dengan suhu atomisasinya, karenaa
jika suhu atomisasi terlalu rendah maka tidak akan terjadi atomisasi, sedangkan jika
suhunya terlalu tinggi maka sebagian atom terion sehingga tidak dapat menyerap panjang
gelombang yang diharapkan.
Lampu yang digunakan pada AAS adalah hollow cathode lamp (lampu katoda) yang
biasanya mengandung argon
Lampu ini memiliki panjang gelmbang yang spesifik sesuai dengan logam yang akan
dianalisis
Cara memastikan panjang gelombang :
Cek panjang gelombang lampu dan panjang gelombang AAS nya, kalo sama berarti
yaudah bener.
Tujuan :
Mengindentifikasi gugus fungsi dalam sampel plastik kemasan dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR).
Prinsip :
Radiasi dari sumber radiasi inframerah dipecah oleh pencacah sinar menjadi dua bagian yang sama dengan arah yang saling
tegak lurus, kemudian kedua radiasi tersebut dipantulkan kembali oleh kedua cermin sehingga bertemu kembali di pencacah sinar untuk
saling berinteraksi. Sinar tersebut dipancarkan ke cuplikan baik kerosin, gliserol, maupun urea yang dapat menyerap energi. Setelah itu,
terjadilah transisi di antara tingkat energi vibrasi dasar dan tingkat vibrasi tereksitasi berupa berkas radiasi inframerah yang ditangkap
oleh detektor, kemudian sinyal yang dihasilkan oleh detektor direkam sebagai spektrum inframerah yang berbentuk puncak-puncak
adsorpsi berupa garis. Sebagian sinar dari pencacah akan dikembalikan atau dibalikkan ke sumber gerak.
Cara kerja :
Sampel dipotong
FTIR dinyalakan dan Sampel ditaruh di
sedemikian rupa
diwarming up sampel holder
agar mudah diteliti
Dicatat bilangan
gelombang yang
Tuas penekan Ditembakkan sinar
muncul pada tiap
diturunkan agar infra red pada
peak, dibandingkan
sampel terbaca panjang gelombang
dengan spektrum IR
dengan baik 400-1000 cm-1
pada tiap bilangan
gelombang
Link : https://about-kimia.blogspot.com/2017/10/fourier-transform-infra-merah-
ftir.html#:~:text=FTIR%20terdiri%20dari%205%20bagian,sumber%20radiasi%20y
ang%20sangat%20stabil%20.
Sampel
ATR Crystal
Sumber IR Detektor
Spektra ATR menghasilkan bentuk spectra yang sama seperti transmisi spectra.
Perbedaannya, pada transmisi spectra semua gelombang harus melewati sampel yang
dengan jarak yang sama. Pada ATR, cahaya yang dipancarkan merupakan fungsi dari
Panjang gelombang dan indeks bias pada sampel yang artinya jika Panjang gelombang
berbeda menghasilkan Panjang jalur yang berbeda.
Jika sampel yang sama diberikan panjang gelombang yang berbeda maka hasil yang
diberikan dari spectra atr dan transmisi akan berbeda. Pegeseran pita pada spectra bisa
berubah dikarenakan hasil absorbsnya.
Pemakaian
- Forensik
- Monitroing reaksi
- Perbedaan cannabinoid
- Analisis rutin