Anda di halaman 1dari 5

 NAMA : MUHAMMAD ISMI AZIZ

 NIM / KELAS : 1818182 / 3 B


 TUGAS : KIMIA POLIMER

1. Metode Standar untuk Pengujian Produk Plastik

Metode standar uji penetrasi pengujian helm dengan bahan dasar ABS ( Akrilonitril
Butadiena Stiren ) berdasarkan SNI 1811-2007
- Uji penetrasi
 Prinsip
Paku pemukul dijatuhkan ke arah bagian paling atas dari helm. Jika paku
pemukul menembus kepala bagian dalam, maka helm dinyatakan tidak sesuai.

 Peralatan
Peralatan yang sesuai ditunjukkan pada Gambar dibawah. Balok uji
setengah lingkaran yang terbuat dari kayu keras dengan logam lunak
dimasukkan pada puncak sumbu pusat yang dipasang pada suatu landasan
keras. Tali pengikat disediakan untuk mengamankan helm. Pada posisi paku
pemukul dipasang, posisi di bawahnya sedemikian rupa sehingga paku
pemukul dapat dijatuhkan dengan sedikit gesekan pada jatuhan tertentu ke atas
pusat logam lunak dimasukkan. Paku dan logam lunak dimasukkan sehingga
dapat dihubungkan dengan indikator listrik antara keduanya.
Paku pemukul yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
 Berat 3,0 kg gram 45 0  
 Sudut titik radius kepala pemukul 60o ± 0,5o
 Jari-jari bagian titik kepala pemukul 0,5 mm ± 0,1 mm
 Tinggi minimum kerucut 40 mm
 Kekerasan 50 - 45 rockwell - C
 Prosedur
1. Ikat helm hingga aman pada balok uji dengan cara menambatkan sabuk di
atas helm.
2. Lepaskan paku pemukul jatuh secara bebas dari ketinggian 1,6 m ± 5 mm
(diukur dari batang dari paku sampai titik benturan) terhadap helm pada
dua tempat dengan jarak minimal 75 mm satu sama lain dan dari pusat
tempat benturan yang digunakan untuk uji peredam kejut.
3. Catat baik ada atau tidak ada hubungan listrik yang terjadi antara paku
dengan logam lunak pada balok pengujian.
4. Setelah setiap benturan, dilakukan bentuk kembali permukaan asli dari
plat logam lunak jika perlu.
5. Untuk helm yang dikondisikan dengan cara perendaman air, lengkapi uji
penetrasi seperti uji untuk peredam kejut dan kekuatan sistem penahan
dalam waktu 60 menit untuk melengkapi prosedur pengeringan.
Gerzibar 6b Bio+I uji untuk perrgujian ketahanars penetras i
2. Essay berdasarkan materi dari https://www.metrotvnews.com/play/kewCXlx8- cerdik-
pilih-plastik-2 (min. 200 kata)

Cerdik Memilih Plastik

Plastik merupakan benda yang tak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari.
Penggunaannya meluas mulai dari wadah penyimpanan hingga perabotan rumah tangga. Plastik
banyak digunakan karena alasan praktis dan harganya yang cenderung murah. Namun, apakah
plastik aman digunakan? Apakah ia bisa terurai?

Plastik merupakan suatu polimer yang ditambahkan zat additif (tambahan) tertentu. Jika
dicermati, dalam tiap produk plastik ada tujuh kode angka sesuai dengan peruntukkannya. Plastik
yang terbuat dari Polietilena tereftalat (PET) ditandai dengan kode angka 1, digunakan sebagai
kemasan barang konsumsi sekali pakai, contohnya botol air mineral. Selanjutnya ada plastik
yang terbuat dari High Density Polyethylene (HDPE) ditandai dengan kode angka 2, biasa
digunakan sebagai kemasan produk susu, minyak, dan detergen. Lalu plastik yang terbuat dari
Polivinil Klorida (PVC) ditandai dengan kode angka 3, biasa digunakan sebagai bahan
pembuatan pipa air, bahan ini sulit didaur ulang.

Kemudian ada plastik Low Density Polyethylene (LDPE) ditandai dengan kode angka 4,
digunakan untuk kantong plastik. Lalu polipropilena (PP) ditandai dengan kode angka 5, bersifat
tahan panas hingga 140 °C dan biasa digunakan sebagai wadah makanan dan minuman yang
dapat digunakan berulang (aman digunakan). Plastik yang terbuat dari polistirena ( PS) yang
biasa dikenal masyarakat umum sebagai styrofoam/gabus, ditandai dengan kode angka 6.
Styrofoam atau PS ini jika terkena panas akan menghasilkan zat yang berbahaya, sehingga tidak
diperbolehkan untuk wadah makanan/minuman yang panas. Selanjutnya produk plastik yang
dengan kode angka 7, menunjukkan plastik terbuat dari bahan bahan lain, yaitu akrilonitril
butadiena stirena (ABS), stirena akrilonitril (SAN), stirena akrilonitril (SAN), nilon, dan
polikarbonat ( PC ) yang oleh Kementerian Kesehatan sangat melarang keras penggunaan jenis
plastik ini untuk menjadi bahan baku kemasan makanan dan minuman karena sangat berbahaya
bagi kesehatan.

Terjadi miskonsepsi di masyarakat, di mana mereka menganggap produk plastik ada


yang tidak bisa terurai. Sebenarnya semua jenis polimer dapat terurai, hanya masalahnya berapa
lama waktu yang dibutuhkan. Waktu degradasi polimer ini bergantung dengan jenis polimer,
juga situasi dan kondisinya, bisa dipercepat atau bahkan bisa diperlambat. Namun umumnya
memang banyak plastik memakan waktu yang lama untuk terurai secara alami dalam ekosistem
seperti Styrofoam. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang mengkampanyekan anti plastik dan
mulai menggunakan tas belanja. Padahal, tas belanja tersebut masih terbuat dari plastik atau
polimer. Namun gerakan tersebut sudah cukup baik untuk menghindari plastik sekali pakai.

Ada cara untuk mendaur ulang plastik agar tidak terbuang sia-sia ke alam dan mencemari
lingkungan. Daur ulang sampah plastik dapat dibedakan menjadi empat cara, yaitu daur ulang
primer, daur ulang sekunder, daur ulang tersier dan daur ulang quartersier. Daur ulang primer
adalah daur ulang plastik dalam bentuk bahan baku, atau kembali ke bentuk aslinya. Daur ulang
cara ini dapat dilakukan pada sampah plastik yang bersih, tidak terkontaminasi dengan material
lain dan terdiri dari satu jenis plastik saja. Sedangkan daur ulang sekunder adalah daur ulang
yang menghasilkan produk yang sejenis dengan produk aslinya tetapi dengan
kualitas dibawahnya, inilah yang banyak dilakukan di masyarakat. Daur ulang tersier adalah daur
ulang sampah plastik menjadi bahan kimia atau menjadi bahan bakar. Daur ulang quarter adalah
proses untuk mendapatkan energi yang terkandung di dalam sampah plastik (Kumar dkk., 2011
dalam Surono, 2013).

Terdapat 3 elemen dasar dalam daur ulang. Pertama adalah produsen, yang kedua adalah
konsumen, dan yang ketiga adalah pelaku daur ulang itu sendiri. Produsen di sini dapat berperan
dengan memproduksi suatu plastik dengan polimer yang “biodegradable” atau mudah terurai
oleh alam. Hal ini dikarenakan jika berbeda jenis polimernya, maka berbeda pula cara mendaur
ulangnya. Dengan beragamnya jenis polimer yang digunakan untuk membuat plastik, maka akan
menyebabkan sulitnya mendaur ulang plastik-plastik tersebut. Di sinilah peran dari pemerintah
untuk melakukan standarisasi dan mengambil kebijakan yang tepat. Pihak konsumen dapat
berperan dengan tidak terlalu bergantung kepada produk plastik sekali pakai, dan dengan
membuang plastik yang sudah tidak digunakan sesuai tempatnya (sampah non-organik).
Sedangkan pihak pendaur ulang dapat berperan dengan melakukan kerjasama dengan
pemerintah, sehingga mengetahui jenis polimer apa saja yang umum digunakan masyarakat dan
bagaimana cara mendaur ulangnya. Juga diperlukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
tentang polimer dan plastik.

Dengan memaksimalkan 3 elemen tersebut, maka akan tercipta siklus daur ulang yang
baik, tidak mencemari lingkungan, dan dapat membawa manfaaat bagi sesama. Jadi
kesimpulannya adalah cerdik dan bijaklah dalam memilih plastik sesuai peruntukannya, agar
terhindar hal-hal yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai