Anda di halaman 1dari 7

Stabilitas Bentuk dan Dimensi Plastik Polypropylene Terhadap Kecepatan Putaran Screw (Ariefin)

STABILITAS BENTUK DAN DIMENSI PLASTIK POLYPROPYLENE


TERHADAP KECEPATAN PUTARAN SCREW MESIN EKSTRUSI
Ariefin
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
Jl. Banda Aceh-Medan Km. 280 P.O. Box 90, Buketrata, Lhokseumawe 24301
E-mail: arieting62@yahoo.com

Abstract
Research aim is to analyze the influence of the screw rotation speed to change the shape to
and dimensions of the product by a single screw extrusion. This study a model of the form of
the product produced square shaped rectangular. Material type of plastic is polypropylene
(PP). Extrusion machine used is a single screw with a ratio l/d barrel- screw is 14. Speed
greatly depending on the size pulleys diameter that used. At this study, variation in screw
rotation is done by varying the amount of difference that used. Each pulley diameter pulleys
varied rotation speed is measured using a rotation speed variation tachometer. As for will do
are 100, 80, 60, 40, and 20 showed rpm. Results screw ratation speed extrusion machine
approximates the shape of die is at 100 rpm. Difference diameter dimensions die and cross
section products range from 12 % to 38 %.
Keywords: Shaped and dimension, ekstrusion, single screw, speed, polypropylene

PENDAHULUAN
Produk plastik telah mendominasi
setiap bidang dari kehidupan manusia sekarang
ini, mulai dari peralatan rumah tangga,
pertanian, industri, rumah sakit, sampai pada
teknologi ruang angkasa menggunakan
plastik.Trend penggunaan bahan plastik
cenderung terus meningkat dari tahun ke
tahun.Di Indonesia pemakaian bahan plastik,
baik untuk keperluan industri, rumah tangga,
pengemasan dan keperluan lainnya terus
meningkat.Tetapi penggunaan plastik di
Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan
negara di Asia Tenggara [1].
Ketertinggalan
Indonesia
dalam
penggunaan plastik dikarenakan oleh salah satu
faktor yaitu kurangnya teknologi tentang
pengolahan plastik, baik dari segi peralatan
maupun teknik produksinya.Produk plastik
dapat diproduksi melalui proses-proses tertentu
sesuai dengan kebutuhannya. Persentase
penggunaan dari setiap proses adalah Extrusion
36%, Injection 32%, Blow molding 10%,
Calendering 6%, Coating 5%, Compression
3%, Powder (Roto) 2%, dan lain-lain 6% [2].
Dari persentase di atas dapat kita lihat,
kebanyak produk plastik diproduksi dengan
menggunakan proses ekstrusi. Pada proses
ekstrusi bentuk produk dengan dimensi
toleransi yang ketat tidak mudah didapat,
karena terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara
lain, yaitu: kecepatan putaran screw, besarnya
tekanan dan temperatur yang digunakan.
Ketepatan dan stabilitas dimensi
produk yang baik sangat diharapkan dalam
proses pembentuk plastik, tetapi itu tidak
mudah didapat, sehingga banyak produk yang
mempunyai ukuran yang tidak sesuai dengan
harapan. Ketepatan dan stabilitas dimensi
tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor
(kecepatan putaran screw, besarnya tekanan dan
temperatur proses) sehingga dimensi dapat
menyimpang dari yang direncanakan. Melalui
penelitian ini akan dilihat pengaruh kecepatan
screw terhadap dimensi produk dengan
mengkondisikan temperatur proses sebagai
variabel tetap.
Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka perlu dilakukan penelitian yang
berkenaan dengan variabel-variabel yang
mempengaruhi hasil proses pembentukan

plastik. Pada penelitian ini ruang lingkup


dibatasi hanya dengan memvariasikan salah
satu faktor yang dapat merubah dimensi dan
bentuk produk yaitu kecepatan putaran screw.
Untuk temperatur diatur konstan sebesar 1800C,
berdasarkan hasil penelitian [3] untuk mesin
ekstrusi single screw yang akan digunakan
nantinya.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis
pengaruh kecepatan putaran screw terhadap
perubahan bentuk dan dimensi produk yang
dihasilkan oleh mesin ekstrusi single screw.
Mesin ekstrusi tanpa menggunakan sistem
penepatan dan pendingin.
Konsep dasar ekstrusi mirip injection
molding yaitu material lewat melalui hopper ke
dalam barrel yg mana dicairkan dan didorong
keluar karena pergerakan dari screw. Proses
ekstrusi biasanya untuk membentuk komponenkomponen yang kontinyu dengan bentuk profil
yang konstan seperti misalnya film, sheet,
filament, pipa, batangan dan lain-lain.
Perbedaan utama ekstrusi dengan injection
moulding adalah ekstrusi beroperasi pada
tekanan rendah (1-10 MPa) namun bisa juga
mencapai (35-70 MPa) sedang injection
moulding beroperasi pada tekanan tinggi (14210 MPa).
Material yang masuk ke barrel dibawa
mengalir oleh screw ke sepanjang barrel hingga
keluar melalui die, dengan putaran sekitar 60
rpm. Screw mempunyai peran yang penting
untuk mendorong material hingga keluar
menjadi produk. Screw dibagi menjadi tiga
bagian yaitu: (1) feed section, bagian ini
merupakan bagain awal dimana material
berpindah dari hooper ke barrel dan bagian
dimana terjadi pemanasan awal;
(2)
compression section, bagian dimana plastik
bertransformasi menjadi liquid hingga menjadi
melt dan material ditekan ke depan; dan (3)
metering section, bagian dimana terjadi
pengadukan untuk mendapatkan melt yang
homogen, dan material terdorong melewati die
hingga keluar menjadi produk.
Screw dan barrel adalah dua komponen
utama dari sebuah mesin ekstrusi. Screw
berfungsi sebagai poros pendorong, pemotong,
dan pengaduk plastik panas yang terdapat di
dalam barrel. Sedangkan barrel adalah
selongsong yang merupakan ruang pemanas
dimana screw berada di dalamnya. Barrel
berfungsi sebagai tempat proses plastisisasi.

Jurnal Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2013 : 11-15

Menurut Rosato [2], untuk menjamin


kelangsung proses, rasio diameter screw dan
diameter barrel (clearance) dianjurkan sebesar
0.0005 s.d 0.002 in (0,05 mm).
Dalam penggunaannya diameter screw
mempengaruhi laju aliran plastik dalam barrel.
Pemilihan diameter dan panjang screw
didasarkan pada rasio perbandingan (L/D)
dengan range 6 s.d 48, akan tetapi kebanyakan
proses plastik mengambil ratio L/D sebesar 24
s.d 36 [2]. Sedangkan Groover [4] menyatakan
bahwa secara tipikal, diameter dalam barrel
berkisar dari 1 s.d 6 in (25 s.d 150 mm).Panjang
barrel relatif terhadap diameter biasanya rasio
perbandingan antara 10 s.d 30.
Istilah plastik mencakup produk
polimerisasi sintetik atau semi-sintetik.Mereka
terbentuk dari kondensasi organik atau
penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari
zat lain untuk meningkatkan performa atau
ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang
termasuk plastik. Plastik dapt dibentuk menjadi
film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari
fakta bahwa banyak dari mereka "malleable",
memiliki properti keplastikan. Plastik didesain
dengan variasi yang sangat banyak dalam
properti yang dapat menoleransi panas, keras,
"reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan
kemampuan adaptasinya, komposisi yang
umum dan beratnya yang ringan memastikan
plastik digunakan hampir di seluruh bidang
industri.
Amstead
[5]
mengelompokan
polypropylene
ke
dalam
kelompok
termoplastik. Bahan ini memiliki sifat-sifat
listrik yang baik, nilai impak dan kekuatan yang
tinggi dan sangat tahan terhadap suhu dan
bahan-bahan kimia. Contoh produk dari bahan
ini antara lain: alat-alat untuk rumah sakit,
mainan anak-anak, koper, perabot, lembaran
untuk pengemasan makanan, kotak televisi dan
isolasi listrik..
Beberapa penelitian tentang plastik
telah dilakukan seperti, Indra [6] meneliti
tentang pengaruh temperatur melting PP pada
proses
ekstrusi,
dari hasil penelitian
menunjukan temperatur melting yang berbeda
menghasilkan dimensi yang berbeda pula.
Michaeli [7] melalui papernya memaparkan
metode baru desain geometri die untuk ekstrusi.
Metode ini menggunakan gabungan finite
element analisis (FEA) dan flow analisis
network (FAN). Hasil risetnya dalah algoritma
untuk optimasi aliran pada saluran dies ekstrusi
secara aoutomatis. Michaeli [8] juga meneliti
gesekan polypropelene (PP) di dalam feed

section dari single screw ekstrusi, yang


menghasilkan additive, filler dan bentuk pellet
berpengaruh terhadap gesekan di dalam
extruders.
Groover
[4]
dalam
bukunya
menyatakan polypropylene (PP) diperkenalkan
sejak tahun 1950 dan saat ini menjadi plastik
utama yang banyak digunakan dalam
pembuatan produk plastik. Polypropylene
mempunyai simbol kimia (C3H6)n. Karakteristik
PP menurut [4] antara lain: mempunyai
modulus elastisitas 1400 MPa, tensile strength
35 MPa, elongation 10% s.d 500%, glasstransitiontemperature -200 C, dan melting
temperature 1760 C. Howe [9] menyatakan
polimer jenis polypropylene (PP) banyak
digunakan untuk produk pipa, tubing,
kontainer, interior otomotif dan lain-lain.

METODE
Pada penelitian ini, model dari produk
yang dianalisis berbentuk persegi empat. Bahan
plastik yang digunakan adalah bahan plastik
jenis polypropylene (PP). Bahan PP ini
termasuk dalam kategori bahan polimer
termoplastik. Mesin ekstrusi yang digunakan
adalah mesin ekstrusi singlescrew dengan per
bandingan L/D barrel- screw adalah 14.
Kecepatan putaran screw sangat
tergantung dari besarnya diameter puli yang
digunakan. Pada penelitian ini, variasi putaran
screw dilakukan dengan memvariasikan
perbedaan besaran diameter puli yang
digunakan. Setiap puli yang divariasikan diukur
kecepatan putaran menggunakan tachometer.
Adapun variasi kecepatan yang akan dilakukan
adalah 100, 80, 60, 40, dan 20 rpm
Adapun prosedur pengujian:
a. Setting ukuran puli sesuai dengan putaran
yang diinginkan. Pengukuran kecepatan
screw dilakukan dengan tachometer.
b. Lakukan
pemanasan
dengan
cara
menghidupkan heater hingga mencapai
temperatur 1800C dan tahan (holding time)
hingga 15 menit pada temperatur tersebut.
Tujuan dari holding time selama 15 menit
tersebut adalah untuk mendapatkan
temperatur yang homogen dibagian luar
dan dalam barrel.
c. Hidupkan motor listrik untuk mendapatkan
putaran screw. Putaran motor listrik
dengan sistem transmisi sabuk direduksi

oleh gear box reduksi dan puli kemudian


diteruskan ke poros screw.
d. Masukan butiran plastik ke dalam
pengumpan (hooper). Dengan gaya
gravitasi butiran plastik masuk ke dalam
barrel dan dengan screw yang berputar
memindahkan material ke sepanjang barrel.
Elemen pemanas (heater) meleburkan
butiran plastik hingga mencapai temperatur
melting. Melalui pergerakan screw dalam
barrel, butiran plastik yang telah menjadi
viskos plastik ditekan ke dalam die.
e. Produk yang keluar dari cetakan dapat
didinginkan dengan udara.
f. Potong bagian produk dan ukur
dimensinya.
g. Untuk analisis permukaan, penampang
produk yang dipotong diamplas dan
dilakukan pengamatan melalui mikroskop
atau scanner.
Die dibuat dari baja St 37 dengan
diamter persegi empat 10 mm. Die yang
digunakan diperlihatkan pada gambar 1.

diameter rata-rata produk (12,65 mm), diameter


die 10 mm. Terjadi selisih ukuran produk lebih
besar 21% dari ukuran diameter die. Pada
batangan masih terlihat butiran plastik yang
belum mencair sempurna.

Gambar 2. Posisi puli putaran 100 rpm dan


penampang produk
b. Putaran 80 rpm
Putaran 80 rpm didapat dari penggunaan puli
motor 4 inchi, reduser 4 inchi dan 5 inchi dan
screw 3 inchi. Posisi puli tampak depan dan
bentuk penampang produk diperlihatkan pada
gambar 3.

Gambar 1. Bentuk die

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari
hasil
pengujian
dengan
menggunakan temperatur 1800C dengan variasi
putaran 100, 80, 60, 40, dan 20 rpm dihasilkan
beberapa karakteristik bentuk produk yang
berbeda sebagai berikut.
a. Putaran 100 rpm
Putaran 100 rpm didapat dari penggunaan puli
motor 4 inchi, reduser 4 inchi dan 8 inchi dan
screw 4 inchi. Posisi puli tampak depan dan
bentuk penampang produk diperlihatkan pada
gambar 2.
Bentuk penampang produk yang
dihasilkan pada putaran 100 rpm mendekati
bentuk segi empat, akan tetapi masih terjadi
perubahan dimensi. Pengukuran dimensi

Gambar 3. Posisi puli putaran 80 rpm dan


penampang produk
Bentuk penampang produk yang
dihasilkan pada putaran 80 rpm mendekati
bentuk segi empat. Dimensi diameter die 10
mm dan diameter rata-rata produk (15,15 mm),
disini terjadi selisih ukuran produk lebih besar
34% dari ukuran diameter die. Pada batangan
masih terlihat juga butiran plastik yang belum
mencair sempurna.

Jurnal Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2013 : 11-15

c. Putaran 60 rpm
Putaran 60 rpm didapat dari penggunaan puli
motor 4 inchi, reduser 4 inchi dan 4 inchi dan
screw 3 inchi. Posisi puli tampak depan dan
bentuk penampang produk diperlihatkan pada
gambar 4.
Bentuk penampang produk yang
dihasilkan pada putaran 60 rpm berbentuk
batangan segi empat. Dari pengukuran dimensi,
diameter rata-rata produk (16 mm), diameter
die 10 mm. Terjadi selisih ukuran produk lebih
besar 38% dari ukuran diameter die. Pada
batangan butiran plastik telah mencair
sempurna.

Gambar 4. Posisi puli putaran 60 rpm dan


penampang produk
d. Putaran 40 rpm
Putaran 40 rpm didapat dari penggunaan puli
motor 4 inchi, reduser 4 inchi dan 4 inchi dan
screw 5 inchi. Posisi puli tampak depan dan
bentuk penampang produk diperlihatkan pada
gambar 5.

Bentuk penampang produk yang dihasilkan


pada putaran 40 rpm berbentuk batangan segi
empat. Dari pengukuran diameter rata-rata
produk (15 mm) dan diameter die 10 mm.
Terjadi selisih ukuran produk lebih besar 33%
dari ukuran diameter die. Pada batangan butiran
plastik telah mencair sempurna.
e. Putaran 20 rpm
Putaran 20 rpm didapat dari penggunaan puli
motor 4 inchi, reduser 4 inchi dan 3 inchi dan
screw 9 inchi. Posisi puli tampak depan dan
bentuk penampang produk diperlihatkan pada
gambar 6.

Gambar 6. Posisi puli putaran 20 rpm dan


penampang produk
Bentuk penampang produk yang dihasilkan
pada putaran 20 rpm berbentuk batangan segi
empat. Dari pengukuran diameter rata-rata
produk (13,45 mm), diameter die 10 mm.
Terjadi selisih ukuran produk lebih besar 25%
dari ukuran diameter die. Pada batangan butiran
plastik telah mencair sempurna.

KESIMPULAN

Gambar 5. Posisi puli putaran 40 rpm dan


penampang produk

Dari hasil penelitian dapat diambil


kesimpulan; Selisih ukuran dimensi diameter
die dan penampang produk berkisar antara
12% sampai dengan 38%. Kecepatan putaran
screw yang semakin tinggi akan menghasilkan
bentuk penampang produk yang mendekati
bentuk die. Pada putaran screw yang semakin
tinggi, plastik belum mencair sempurna.
Kecepatan screw mesin ekstrusi yang
mendekati bentuk die pada kecepatan 100 rpm.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Suratno, B.,. 2003. Polimer and Composite
Material, Seminar Dosen Tamu di
Magister T. Mesin USU, Sentra Teknologi
Polimer, Serpong
[2] Rosato, D. 1997. Plastics Processing Data
Handbook, Ed.2, Chapman & Hall,
London.
[3] Indra., M. 2007, Analisis Bentuk
Ekstruded
Polypropylene
Akibat
Perbedaan
Temperatur
Proses
Menggunakan Single Screw Extrusion,
Jurnal Sistem Teknik Industri USU, Vol. 8.
No.1, 2007
[4] Groover. Mikel P. 1996. Fundamentals of
Modern
Manufacturing
Materials,
Processes and Systems, John Wiley &
Sons Inc. New York
[5] Amstead B.H, 1991. Teknologi Mekanik.
Jilid 1, Erlangga, Jakarta
[6] Indra., M 2005, Analisis Temperatur
Melting
Polypropylene
Terhadap
Perubahan Bentuk Produk Dengan
Menggunakan Desain Extrusi SingleScrew,
Prosiding Research Grant TPSDP Batch
III. Jakarta
[7] Michaeli,W., Imhoff, A. Friction in the
Feed Section of Single Screw Extruders
Dependent on Pellet Shape, Fillers and
Additives, Journal of Applied Polymer
Engineering, Vol. 24, No. 5, 2004
[8] Michaeli,W., Kaul,S. Approach of an
Automati Extrusion Die Optimization,
Journal of Applied Polymer Engineering,
Vol. 24, No. 5, 2004
[9] Howe, David. 1999. Polimer Data
Handbook. Oxford University Press, Inc
NewYork

Anda mungkin juga menyukai