Anda di halaman 1dari 22

PENGUJIAN PASIR CETAK

II. TEORI DASAR


Cetakan dan teras merupakan bagian yang akan bekerja menerima
panas dan tekanan dari logam cair yang dituang sebagai bahan produk,
oleh karena itu pasir sebagai bahan cetakan harus dipilih sesuai
dengan kualifikasi kebutuhan bahan yang akan dicetak baik sifat
penuangannya maupun ukuran benda yang akan dibentuk dalam
penuangan ini dimana semakin besar benda tuangan maka tekanan
yang disebut tekanan metallostatic akan semakin besar dimana
cetakan maupun teras harus memiliki kestabilan mekanis yang
terandalkan. ( Sudjana, 2008).

Cetakan pasir ini memberikan keuntungan seperti, bisa di gunakan


berulang-ulang sehingga memperkecil biaya produksi, mudah dalam
pembuatan cetakan sehingga menghemat waktu produksi, dalam
permeabilitas yang baik akan menghasilkan produk coran yang baik
pula, kekuatan cetakan yang tepat akan memberikan hasil dan kualitas
yang baik. Adapun kekurangan dari penggunaan cetakan pasir ini
yaitu untuk membuat produk yang sangat rumit seperti misalnya
patung secara utuh atau sekali cor memang tidak bisa dilaksanakan,
namum apabila dibuat (dicor) perbagian akan lebih mudah dibuat,
sehingga kekurangan ini bisa teratasi. (Astika, 2010).

Untuk membuat cetakan pasir biasanya dipilih pasir alami yang telah
di bersihkan atau pasir buatan yang telah dicampur dengan zat-zat
pengikat seperti: bentonit, resin furan, air kaca, resin fenol, yang mana
tujuannya untuk memperkuat atau mempermudah pada proses
pembuatan cetakan. Untuk tujuan tersebut penulis tertarik untuk

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

meneliti jenis pasir cetak dan zat pengikat bentonit terhadap sifat
permeabilitas dan kekuatan tekan basah cetakan pasir. Pasir cetak
yang umum digunakan adalah pasir gunung, pasir pantai, pasir sungai
dan pasir silika (pasir kuarsa). Beberapa dari pasir tersebut ada yang
langsung dapat dipakai tetapi ada yang harus dipecah-pecah dulu .
Jika kadar tanah liatnya kurang mencukupi, biasanya ditambahkan
bahan pengikat.(Astika, 2010.)

Dalam proses pembentukan bahan cetakan Pasir cetakan dicampur


dengan bubuk batu bara untuk menhindari terbakarnya butiran pasir
ini terutama bagian yang berhubungan langsung dengan sumber panas
dan pengerjaan lanjutan atau penyelesaian setelah cetakan ini
terbentuk, permukaan bentuk benda kerja diperhalus dengan cara
memolesnya dengan larutan graphite atau yang disebut penghitaman
dan digunakan pada cetakan yang menggunakan pasir kering. Tetapi
untuk cetakan yang pasir basah biasanya penghitaman diberikan
dengan menyemprotkan tepung batu bara tersebut, melalui proses ini
juga akan diperoleh benda tuangan yang memilki permukaan yang
halus. Dalam keadaan padat cetakan ini juga harus porous sehinga
dapat membuang gas yang terbentuk akibat pemanasan, untuk tujuan
ini biasanya dimasukan jerami.(Sudjana, 2008).

Bahan baku pembuatan cetakan pasir dapat dibagi menjadi dua


golongan yaitu , bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama
pembentuk cetakan pasir, yaitu bahan yang mesti ada dalam
pembuatan cetakan, yang terdiri dari pasir, zat pengikat dan air. Bahan

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

tambahan, yaitu bahan yang bisa ditambahkan pada pembuatan


cetakan, misalnya grafit, bubuk arang, tepung ataupun minyak nabati.
Bahan-bahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat
mekanis maupun sifat fisis cetakan. (Astika, 2010)

Pasir tanah liat ialah pasir yang komposisinya terdiri atas campuran
pasir-kwarsa dengan tanah liat yang berfungsi sebagai pengikat. Pasir
tanah liat ini dapat dibedakan menjadi dua macam menurut cara
pemakaiannya yaitu, Pasir kering yaitu jenis pasir tanah liat dimana
setelah dibentuk menjadi cetakan harus dikeringkan terlebih dahulu.
Pasir ini sangat cocok digunakan untuk pengecoran benda-benda yang
kecil maupun yang besar. Pasir basah ialah jenis pasir tanah liat yang
telah dibentuk menjadi cetakan tidak perlu dilakukan pengeringan atau
pembakaran terlebih dahulu. Pasir ini hanya digunakan untuk
pengecoran benda-benda yang berukuran kecil saja . ( Sudjana,
2008 ).

Untuk dapat menghasilkan benda tuang yang baik, maka pasir cetak
memerlukan sifat-sifat yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1.) Mempunyai sifat mampu bentuk yang baik. Pasir cetak harus
dengan mudah dapat dibentuk menjadi bentuk-bentuk cetakan yang
diharapkan, baik cetakan berukuran besar maupun cetakan berukuran
kecil. 2.) Permeabilitas yang cocok. Permeabilitas dapat diartikan
sebagai kemampuan cetakan untuk mengalirkan gas-gas dan uap air
yang ada di dalamnya keluar dari cetakan. 3.) Distribusi besar butir
pasir yang cocok. Butiran pasir yang terlalu halus akan mengurangi

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

permeabilitas cetakan, sedangkan butiran yang terlalu kasar akan


meningkatkan permeabilitas cetakan. Untuk itu distribusi besar butir
yang cocok perlu dipertimbangkan 4.) Tahan terhadap temperatur
tinggi. Butir pasir dan pengikat harus mempunyai derajat tahan api
tertentu terhadap temperatur tinggi kalau logam cair dengan
temperatur tinggi ini dituang ke dalam cetakan. 5.) Mampu dipakai
lagi. Setelah proses pengecoran selesai, cetakan harus dapat dibongkar
dengan mudah dan pasirnya dapat dipakai berulangulang supaya
ekonomis. 6.) Mempunyai kekuatan yang baik. ( Astika, 2010).

Pasir minyak ialah pasir kwarsa yang dalam pemakaiannya dicampur


dengan minyak sebagai bahan pengikatnya, sifatnya yang sangat baik
dan cocok digunakan dalam pembuatan teras baik ukuran kecil
maupun besar, setelah pembentukan, teras dikeringkan dan dipoles
dengan cairan serbuk batu bara. Teras dengan bahan pasir minyak ini
dimana pengikatnya adalah minyak setelah penuangan minyak akan
terbakar sehingga teras mudah untuk dikeluarkan. Pasir dammar
buatan (Resinoid) Pasir dammar buatan ialah pasir cetak dengan
komposisi yang terdiri dari pasir kwarsa dengan 2% dammar buatan.
Pasir jenis ini hamper tidak perlu ditumbuk dalam pemadatannya.
Pasir ini juga memiliki sifat yang baik setelah mengeras dan
pengerasannya dapat diatur dengan sempurna serta cocok digunakan
untuk membentuk benda-benda dengan ukuran yang cukup besar.
(Sudjana, 2008).

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

Cetakan pasir adalah cetakan yang terbuat dari pasir yang diberi bahan
pengikat. Pasir yang paling banyak digunakan adalah pasir silika baik
pasir silika dari alam maupun pasir silika buatan dari kwarsit. Sifat-
sifat cetakan itu sendiri sangat tergantung pada distribusi besar butir
pasir cetak, persentase zat pengikat dan persentase kadar air, sehingga
perlu adanya penelitian untuk mendapatkan jenis pasir cetak yang
cocok sebagai cetakan pasir pada pengecoran logam.Timbulnya cacat-
cacat tersebut dipengaruhi oleh kemampuan alir gas (Permeabilitas)
dan kekuatan cetakan yang kurang baik, hal itu bisa disebabkan
karena campuran kadar air pada pasir cetak basah dengan bahan
pengikat yang kurang ataupun kadarnya yang berlebihan. Bahan
pengikat dalam hal ini adalah bentonit. Campuran kadar air dapat
merubah sifat dari campuran pasir cetak dengan pengikat lempung
atau bentonit, sehingga pengaturan campuran kadar air pada
kandungan pasir cetak khususnya pasir cetak basah adalah faktor yang
sangat penting. Apabila kadar air bertambah, kekuatan tekan dan
permeabilitasnya akan betambah atau naik sampai pada titik maksimal
dan selanjutnya apabila kadar airnya bertambah terus maka kekuatan
tekan dan permeabilitasnya akan menurun, hal ini dikarenakan
ruangan antara butir-butir pasir ditempati oleh bentonit yang kelebihan
air sehingga kemampuan alir gasnya sulit untuk keluar.Khususnya
untuk cetakan material logam yang biasa dipakai untuk cetakan genta,
gong (musik tradisional Bali), uang gepeng dan lain lain bisa
menggunakan cetakan pasir. (Tata Surdia, 1984)

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

Cetakan pasir ini memberikan keuntungan seperti bisa di gunakan


berulang-ulang sehingga memperkecil biaya produksi mudah dalam
pembuatan cetakan sehingga menghemat waktu produksi dalam
permeabilitas yang baik akan menghasilkan produk coran yang baik
pula.Kekuatan cetakan yang tepat akan memberikan hasil dan kualitas
yang baik.Adapun kekurangan dari penggunaan cetakan pasir ini yaitu
untuk membuat produk yang sangat rumit seperti misalnya patung
secara utuh atau sekali cor memang tidak bisa dilaksanakan, namum
apabila dibuat (dicor) perbagian akan lebih mudah dibuat, sehingga
kekurangan ini bisa teratasi.Untuk membuat cetakan pasir biasanya
dipilih pasir alami yang telah di bersihkan atau pasir buatan yang telah
dicampur dengan zat-zat pengikat seperti bentonit, resin furan, air
kaca, resin fenol,yang mana tujuannya untuk memperkuat atau
mempermudah pada proses pembuatan cetakan.Untuk tujuan tersebut
penulis tertarik untuk meneliti jenis pasir cetak dan zat pengikat
bentonit terhadap sifat permeabilitas dan kekuatan tekan basah
cetakan pasir. (Tata Surdia, 1984).

Bahan pengikat yang paling banyak digunakan adalah


bentonit.Karakteristik baik digunakan untuk membuat cetakan harus
memenuhi sesuai dengan syarat syarat nya yaitu mempunyai sifat
mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dan
memiliki kekuatan yang sesuai sehingga tidak rusak jika dipindah-
pindah letaknya dan mampu menahan logam cair saat dituang
kedalam rongga cetak,permeabilitas pasir yang sesuai. Permeabilitas

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

berhubungan erat dengan keadaan permukaan coran. Permeabilitas


menentukan seberapa besar kemampuan pasir cetak mengalirkan gas-
gas dari cetakan atau logam cair mampu dilepaskan selama
penuangan. Permeabilitas yang rendah menyebabkan kulit coran lebih
halus karena gelembung udara terjebak didalam cetakan dan
mengahasilkan cacat permukaan pada coran.Distribusi ukuran besar
butir pasir sesuai. Hal ini terkait dengan dua hal diatas agar terpenuhi
sifat mampu bentuk yang baik dan mudahnya gas-gas keluar dari
dalam rongga cetakan.Tahan terhadap tingginya suhu logam cair
selama penuangan. (Tata Surdia, 1984).

Pasir dan bahan pengikat harus tahan suhu tinggi sehingga dinding
dalam rongga cetakan tidak rontok saat penuangan logam cair.Pasir
dapat didefinisikan sebagai butiran-butiran yang terjadi akibat
penghancuran batu-batuan. Ukuran dari butir-butir pasir adalah tidak
lebih besar dari 1/12 in dan tidak lebih kecil dari 1/400 in. Pasir
merupakan bahan yang paling banyak digunakan dalam pembuatan
cetakan, karena pasir dapat digunakan untuk logam ferrous dan non
Ferrous.bahan baku pembuatan cetakan pasir dapat dibagi menjadi
dua golongan yaitu bahan utama pembentuk cetakan pasir, yaitu bahan
yang mesti ada dalam pembuatan cetakan, yang terdiri dari pasir, zat
pengikat dan air. Bahan tambahan, yaitu bahan yang bisa ditambahkan
pada pembuatan cetakan, misalnya grafit, bubuk arang, tepung
ataupun minyak nabati. Bahan-bahan tersebut dimaksudkan untuk
memperbaiki sifat-sifat mekanis maupun sifat fisis cetakan. (Tata
Surdia, 1984).

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

Pada proses pengecoran dengan cetakan sekali pakai, untuk


mengeluarkan produk corannya cetakan harus dihancurkan. Sehingga
selalu dibutuhkan cetakan yang baru untuk setiap pengecoran baru
sehingga laju proses pengecoran akan memakan waktu yang relatif
lama. Tetapi untuk beberapa bentuk geometri benda cor tersebut. Pada
proses cetakan permanen, cetakan biasanya di buat dari bahan logam,
sehingga dapat digunakan berulang-ulang. Dengan demikian laju
proses pengecoran lebih cepat dibanding dengan menggunakan
cetakan sekali pakai, tetapi logam coran yang digunakan harus
mempunyai titik lebur yang lebih rendah dari pada titik lebur logam
cetakan.(Groover, 2010).

Cetakan Pasir merupakan cetakan yang paling banyak digunakan,


karena memiliki keunggulan dapat mencetak logam dengan titik lebur
yang tinggi, seperti baja, nikel dan ttitanium,dapat mencetak benda cor
dari ukuran kecil sampai dengan ukuran besar,jumlah produksi dari
satu sampai jutaan.Beberapa tahapan pengecoran logam dengan
cetakan pasir diawali dengan pembuatan pola, sesuai dengan bentuk
coran yang akan dibuat,persiapan pasir cetak, pembuatan cetakan,
pembuatan inti (bila diperlukan),peleburan logam, penuangan logam
cair kedalam cetakan, pendinginan dan pembekuan,pembongkaran
cetakan pasir, pembersihan dan pemeriksaan hasil coran,produk cor
selesai.beberapa tahapan pembuatan cetakan pasir yaitu pemadatan
pasir cetak di atas pola,pelepasan pola dari pasir cetak rongga
cetak,pembuatan saluran masuk dan riser,pelapisan rongga cetak,Bila
coran memiliki permukaan dalam, misalnya lubang, maka dipasang

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

inti, penyatuan cetakan, cetakan siap untuk digunakan. (Groover,


2010).

Cetakan pasir adalah cetakan yang terbuat dari pasir yang diberi bahan
pengikat. Pasir yang paling banyak digunakan adalah pasir silika baik
pasir silika dari alam maupun pasir silika buatan dari kwarsit. Bahan
pengikat yang paling banyak digunakan adalah bentonit. Cetakan pasir
yang digunakan pada pengecoran logam bukan besi (logam non
ferrous) selaim magnesium menggunakan campuran sebagai berikut:

1. Pasir silika dengan AFS fineness 130 dan butiran pasir subangular :
81,5%

2. Bentonit : 16%

3. Graphite : 2%

4. Corn flour : 0,5%

5. Kadar air : 4-5%

Campuran cetakan pasir ini memiliki kekuatan tekan basah (green


compressive strength) sebesar 0,55 sampai 0,7 kg/cm2 dan
permeability sebesar 25 sampai 35 cm3/min. (T R. Bunga, 1981)

Pasir dapat didefinisikan sebagai butiranbutiran yang terjadi akibat


penghancuran batubatuan. Ukuran dari butir-butir pasir adalah tidak
lebih besar dari 1/12 in dan tidak lebih kecil dari 1/400 in. pasir
merupakan bahan yang paling banyak digunakan dalam pembuatan
cetakan, karena pasirdapat digunakan untuk logam ferrous dan non
ferrous. Bahan baku pembuatan cetakan pasir dapat dibagi menjadi

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

dua golongan yaitu 1. Bahan utama pembentuk cetakan pasir, yaitu


bahan yang mesti ada dalam pembuatan cetakan, yang terdiri dari
pasir, zat pengikat dan air. 2. Bahan tambahan, yaitu bahan yang bisa
ditambahkan pada pembuatan cetakan, misalnya grafit, bubuk arang,
tepung ataupun minyak nabati. Bahan-bahan tersebut dimaksudkan
untuk memperbaiki sifat-sifat mekanis maupun sifat fisis cetakan.
(Tata Surdia, 1984)

Bentuk butir pasir dari pasir cetak digolongkan menjadi beberapa jenis
yang ditunjukkan dalam gambar yaitu butir pasir bundar, butir pasir
sebagian bersudut, butir pasir bersudut, butir pasir kristal, dan
sebagainya. Tata Surdia,1984

Pasir cetak dengan tanah lempung atau bentonit sebagai pengikat


menunjukkan berbagai sifat sesuai dengan kadar air. Hubungan antara
kadar air dengan berbagai sifat pasir dengan pengikat tanah lempung.
Karena kadar lempung dibuat tetap dan kadar air ditambah, maka
kekuatan berangsur-angsur bertambah sampai titik maksimum dan
seterusnya menurun. Kecenderungan serupa timbul kalau kadar air
dibuat tetap dan kadar lempung ditambah. Dengan kelebihan kadar air
kekuatan dan permeabilitas akan menurun karena ruangan antara
butir-butir pasir ditempati oleh lempung yang kelebihan air. Tata
Surdia, 1984

Hubungan antara kadar air, kekuatan dan permeabilitas dari pasir


dengan pengikat bentonit. Kalau kadar air bertambah, kekuatan dan
permeabilitas naik sampai titik maksimum dan turun kalau kadar air
bertambah terus. Untuk pasir dengan pengikat bentonit, kadar air yang

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

menyebabkan kekuatan basah maksimum dan yang menyebabkan


permeabilitas maksimum sangat berdekatan satu sama lain. Tata
Surdia, 1984

Cetakan mengalami temperatur tinggi dan tekanan tinggi dari logam


cair pada waktu penuangan, sehingga kekuatan panas, pemuaian
panas, dan sebagainya harus diketahui sebelumnya. Pemuaian panas
berubah sesuai dengan jenis pasir cetak seperti pasir pantai dan pasir
gunung mempunyai pemuaian panas yang lebih kecil dibandingkan
dengan pasir silika, sedangkan pasir olivin dan pasir sirkon
mempunyai pemuaian panas sangat kecil. Pemuaian panas bertambah
sebanding dengan kadar air dari pasir dan menurun kalau kadar yang
dapat terbakar bertambah. (Tata Surdia, 1984)

Bentonit merupakan satu jenis dari tanah lempung. Bentonit terdiri


dari butir-butir halus dari 10 sampai 0,0 µ yang fasa penyusun
utamanya adalah monmorillonite (Al2O3.4SiO2.H2O). keplastisan
terjadi karena penggelembungan dengan menambahkan air padanya.
(Tata Surdia, 1984)

Bentonit digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan cetakan


pasir karena mempunyai sifat-sifat yang diperlukan yaitu :

1. Menghasilkan daya ikat yang tinggi.

2. Menjadi liat bila basah, sehingga akan memudahkan dalam


pembentukan pada proses pembuatan cetakan.

3. menjadi keras setelah dikeringkan.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

Kemampuan daya serap (absorpsi) beberapa mineral lempung


terhadap muatan positif (cations) ternyata berbeda-beda sebagaimana
tertera pada tabel di bawah ini. (Dieter, George E. 1992)

Ruang antara butir-butir pasir perlu untuk cetakan agar gas dari
cetakan atau dari logam cair dapat melepaskan diri selama waktu
penuangan. Permeabilitas menunjukkan kemampuan cetakan untuk
melepaskan gas-gas yang terperangkap dalam cetakan. Permeabilitas
berhubungan erat dengan keadaan permukaan coran. Permeabilitas
yang kecil menyebabkan kulit coran yang halus dan
gelembunggelembung udara. Sedangkan permeabilitas yang besar
menyebabkan kulit yang kasar serta penetrasi. Permeabilitas dapat
dihitung dengan rumus berikut : (sumber : Tata Surdia, 1991)

Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan


logam cari dan cetakan untuk menghasilkan barang jadi dengan
bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi.
Pengecoran merupakan sebuah proses untuk membuat komponen atau
benda dengan cara menuagkan bahan yang dicairkan dalam furnance
(dapur kupola) sampai titik cair bahan tersebut kedalam cetakan.
Teknik pengecoran dapat dibedakan menjadi dua yaitu, teknik
pengecoran tradisional dan teknik pengecoran non-tradisional. Teknik
pengecoran tradisioanal merupakan teknik yang menggunakan cetakan
tidak tetap, seperti: sand casting (cetakan pasir), low pressure sand
casting, shell mold casting, dan full mold casting. Sedangkan teknik
pengecoran non-tradisional merupakan teknik yang biasa digunakan
untuk produksi massal, dimana teknik penecoran ini menggunakan

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

cetakan tetap atau permanen, sehingga dapat digunakan secara


berulang-ulang, contoh pengecoran non-tradisional seperti: high-
pressuse die casting, low-pressure die casting, permanent-mold
casting, centrifugal casting, plaster-mold, dan invesment casting.
(Raharja 2011)

Pengecoran merupakan suatu cara atau metode yang memanfaatkan


logam cair. Logam cair akan dituangkan atau ditekan kedalam cetakan
yang memiliki rongga sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Terdapat beberapa cara atau metode yang dapat digunakan dalam
pengecoran logam diantaranya, metode cetakan pasir, invesment
casting, lost foam casting, highpressuse die casting, low-pressuse die
casting, centrifugal casting, dan gravity die casting. (Ade Sanjaya,
2010)

Untuk membuat coran, dilakukan proses-proses seperti: pencairan


logam, membuat cetakan, menuang, membongkar dan membersihkan
coran. Setelah proses penuangan coran dikeluarkan dari cetakan untuk
dibersihkan, bagianbagian yang tidak perlu dibuang dari coran.
Kemudian diselesaikan dan dibersihkan dengan disemprot mimis atau
semacamnya agar memberikan rupa yang baik(Surdia dan Chijiwa,
2000).

Mudah tidaknya pembuatan coran tergantung pada bentuk dan ukuran


benda coran. Coran yang tebalnya seragam, tipis dan lebar atau
tuangan yang memerlukan inti tipis dan panjang adalah sangat sukar
dibuat. Disamping itu coran-coran yang memerlukan ketelitian atau

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

sudut-sudut tajam kemungkinan akan sulit untuk dibuat (Surdia dan


Chijiwa, 2000).

Untuk mempermudah proses pengecoran maka perlu dilakukan


tahaptahap sebagai berikut :

1. Pembuatan Cetakan Cetakan terbagi menjadi


2. bagian utama yaitu : cetakan pasir dan cetakan tanah liat.
Cetakan tanah liat dibuat dari campuran pasir khusus,
digunakan untuk pengecoran besi berat. Cetakan-cetakan
dibentuk atau 13 dicetak pada bentuk yang diinginkan sesuai
dengan pola. (Love dan Harun, 1986)

Cetakan pasir merupakan jenis cetakan yang lazim digunakan,


beberapa pasir cetak mengandung tanah lempung sebagai pengikat,
sedangkan yang lainnya menggunkan zat pengikat khusus. Cetakan
pasir dapat dibuat menggunkan tangan atau dapat juga dibuat dengan
mesin cetakan. Pembuatan cetakan dengan tangan dilakukan jika
diproduksi dalam jumlah yang kecil (Surdia dan Chijiwa, 2000)

Pembuatan cetakan dengan tangan dari pasir basah dilakukan dengan


urutan sebagai berikut:

1) Papan cetakan diletakkan pada lantai yang rata.

2) Pola dan rangka cetakan untuk drag diletakkan di atas papan


cetakan. Rangka cetakan harus cukup besar sehingga tebal pasir 30
sampai 50 mm. Tentukan letal saluran turun terlebih dahulu.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

3) Pasir muka yang telah diayak ditaburkan hingga menutupi


permukaan pola dalam rangkan cetak. Lapisan pasir muka dibuat
setebal 30 mm.

4) Pasir cetak ditimbun di atasnya dan dipadatkan menggunakan


penumbuk. Proses penumbukan harus dilakukan dengan hati-hati agar
pola tidak terdorong oleh penumbuk. Kemudian pasir yang tertumpuk
melewati tepi atas dari rangka cetakan digaruk dan diangkat bersama
pola dari papan cetakan.

5) Cetakan dibalik dan diletakkan pada papan cetakan, dan setengah


pola lainnya bersama-sama rangka cetakan untuk cup dipasangkan di
14 atasnya. Kemudian bahan pemisah ditaburkan di permukaan pisah
dan di permukaan pola.

6) Batang saluran turun atau pola untuk penambah dipasang.


Kemudian pasir muka dan pasir cetak dimasukkan dalam rangka
cetakan dan dipadatkan. Kemudian jika rangka-rangka cetak tidak
memiliki pen dan kuping, maka rangka-rangka cetak harus ditandai
agar tidak keliru dalam penutupannya. Selanjutnya cup dipisahkan
dari drag dan diletakkan mendatar pada papan cetakan.

7) Pengalir dan saluran dibuat dengan menggunakan spatula. Pola


untuk pengalir dan saluran dipasang sebelumnya yang bersentuhan
dengan pola utama jadi tidak perlu menggunakan spatula. Pola
diambil dari cetakan dengan hati-hati. Inti yang cocok dipasang pada
rogga cetakan dan kemudian cup dan drag ditutup. Maka pembuatan
cetakan selesai. (Surdia dan Chijiwa, 2000)

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

Pola yang digunakan untuk pembuatan cetakan benda coran, dapat


digolongkan menjadi pola logam dan pola kayu (termasuk plastik)
pola logam dipergunakan agar dapat menjada ketelitian ukuran benda
coran, terutama dalam masa produksi, sehingga plat akan tahan lebih
lama dan produktivitas lebih tinggi. Pola kayu dibuat dari kayu, murah
cepat dibuatnya dan mudah diolahnya dibandingkan dengan pola
logam. Oleh karena itu pola kayu umumnya dipakai untuk cetakan
pasir. Sekarang sering dipakai pola kayu yang permukaannya dilapisi
dengan lapisan plastik. (Surdia dan Chijiwa, 2000)

Semua logam akan menyusut pada waktu pendinginan dan pembekuan


yang besarnya bervariasi bergantung pada jenis logam yang
digunakan. Penyusutan harus diantisipasi dengan cara memperbesar
ukuran pola yang ditentukan menggunakan mistar.(Surdia dan Chijiwa
2000)

Inti adalah suatu bentuk dari pasir ang dipasang pada rongga cetakan
untuk mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya
berbentuk lubang atau berbentuk rongga dalam suatu coran. Inti
mempunyai banyak macam, yaitu inti minyak, inti kulit. Inti CO2, inti
udara dan sebagainya, nama-nama itu ditentukan menurut pengikat
atau macam proses pembuatan inti, disamping pasir dengan pengikat
tanah lempung.(Surdia dan Chijiwa, 2000)

Sistem saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan
ke dalam rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama, dari mulai cawan
tuang dimana logam cair dituangkan dari ladel. Sampai saluran masuk

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

ke dalam rongga cetakan. Nama-nama itu ialah : cawan tuang, saluran


turun, pengalir dan saluran masuk (Surdia dan Chijiwa, 2000)

Cawan tuang merupakan penerima yang menerima cairan logam


langsung dari ladel. Saluran turun adalah saluran pertama yang
membawa cairan logam dari cawan tuang ke dalam pengalir dan
saluran masuk. Pengalir merupakan saluran yang membawa logam
cair dar saluran turun ke bagian-bagian yang cocok pada cetakan.
Saluran masuk adalah saluran yang mengisikan logam cair dari
pengalir ke dalam rongga cetakan (Surdia dan Chijiwa, 2000)

Berbagai macam sistim saluran yang dipakai menurut bentuk coran


yaitu:

(a)saluran pisah,

(b)saluran langsung,

(c)saluran bawah,

(d)saluran cincin,

(e)saluran terompet,

(f)saluran pensil,

(g)saluran bertingkat dan saluran baji. (Surdia dan Chijiwa, 2000)

Pada peleburan bukan besi, dapur-dapur cawan dipanaskan dengan


gas, minyak atau kokas atau tipe semburan tidak langsung lainnya.
Dapur ungkit tergantung pada kapasitas dari bengkel dan banyaknya
logam yang akan dilebur. Dapur cawan dengan penyalaan gas yang

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

kecil cocok untuk bengkel kecil untuk peleburan ingot atau rongsokan
dalam jumlah kecil (Love dan Harun, 1986)

Hal penting dalam proses peleburan adalah logam harus dipanaskan


sampai suhu yang tepat sebelum dilakukan penuangan dan ini
dikontrol menggunakan pyrometer yang merupakan thermometer suhu
tinggi. Ada beberapa macam pyrometer yaitu thermoelectric
pyrometer dan optical pyrometer. (Love dan Harun, 1986)

Logam yang sudah dicairkan dalam tungku akan dituangkan kedalam


cetakan melalui ladel. Ladel biasanyaberbentuk kerucut atau silindris.
Jenis cerek the dan jenis tuang dasar dapat dipakai untuk mencegah
terbawanya terak dan inklusi. Ladel-ladel tersebut dibuat dari plat baja
dan bagian dalamnya dilapisi bahan tahan api, seperti bata tahan api
(Surdia dan Chijiwa, 2000)

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penuangan logam cair


kedalam cetakan adalah sebagai berikut (Surdia dan Chijiwa, 2000) :

(1) Pengeringan ladel. Pengeringan ladel yang tidak sempurna akan


menyebabkan turunnya temperatur logam, oksidasi dari cairan, dan
cacat coran seperti rongga udara, lubang jarum.

(2) Pembuangan terak. Sebelum penuangan terak yang ada pada cairan
harus dibuang terlebih dahulu.

(3) Temperatur penuangan, jika temperatur terlalu rendah


menyebabkan waktu pembekuan yang pendek, kecairan yang buruk
dan menyebebkan cacat coran seperti rongga penyusutan, rongga
udara, salah alir.
LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM
PENGUJIAN PASIR CETAK

(4) Waktu penuangan. Penuangan dilakukan dengan tenang dan cepat.


Waktu penuangan perlu ditentukan, dengan mempertimbangkan berat
dan tebal coran, sifat cetakan.

Setelah proses penuangan, coran dikeluarkan dari cetakan dan


dibersihkan, bagian-bagian yang tidak perlu dibuang dari coran.
Kemudian dilakukan pemeriksaan dengan pengelihatan terhadap rupa
dan kerusakan, dan akhirnya dilakukan pemeriksaan terhadap dimensi.
Disamping itu pemeriksaan metalurgi dilakukan untuk mencari
kerusakan dalam, seperti dengan pengujian getaran, kekuatan, struktur
mikro dan komposisi kimia (Surdia dan Chijiwa, 2000)

Pasir cetak yang lazim digunakan adalah pasir gunung, pasir pantai,
pasir sungai, dan pasir silika yang disediakan alam. Beberapa dari
mereka dipakai begitu saja dan yang lain dipakai setelah dipecah
menjadi butir-butir dengan ukuran yang cocok. Jika pasir memiliki
kadar lempung yang cocok dan bersifat adhesi, maka pasir tersebut
dapat langsung digunakan, jika sifat adhesinya kurang maka perlu
ditambahkan lempung pada pasir tersebut, selain lempung biasanya
dapat digunakan zat pengikat lainnya (Surdia dan Chijiwa, 200)

Pasir gunung umumnya digali dari lapisan tua yang mengandung


lempung dan kebanyakan dapat dipakai setelah dicampur dengan air.
Pasir pantai diambil dari pantai, pasir kali diambil dari kali. Pasir
silika dalam beberapa hal dapat diambil dari gunung dalam keadaan
ilmiah atau bias juga dengan jalan memecah kuarsit. Pasir pantai, pasir
kali pasir silika alam dan pasir silika buatan tidak melekat dengan
sendirinya, oleh karena itu dibutuhkan pengikat untuk mengikat butir-

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

butirnya satu sama lain dan baru dipakai setelah pencampuran (Surdia
dan Chijiwa, 2000)

Air berfungsi sebagai pengikat, namun air juga menjadi sumber gas
saat cairan logam dituangkan. Semakin tinggi kadar air, semakin besar
pula volume gas yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air, semakin
mudah partikel pasir mengalir karena air juga berfungsi sebagai
pelumas. Dengan demikian saat proses pembuatan cetakan, pasir dapat
mengisi ruang rangka cetak dan menirukan permukaan pola dengan
baik (Widayat dan Budiyono, 2014)

Air diperlukan sebagai bahan pengikat partikel pasir cetak. Saat pasir
dalam kondisi kering, partikel pasir tidak mampu bersatu meskipun
diberi tekanan. Jika kadar air berlebihan, partikel pasir dapat saling
terikat, namun kekuatan ikatannya lemah. Kekuatan ikatan antar
partikel lebih rendah daripada ikatan partikel dengan materi lainnya
misalnya permukaan cetakan atau permukaan tangan. Pasir tanpa
tambahan air tidak punya daya ikat antar partikel sehingga ketika
rangka cetak dibuka, pasir langsung terurai kembali sehingga tidak
daat terbentuk cetakan. Saat kadar air berlebih, partikel pasir tidak
hanya 27 terikat dengan partikel pasir lainnya tetapi juga akan terikat
dengan materi lainnya. Jika hal ini terjadi, maka sebagian pasir cetak
akan melekat di tangan atau di diding cetakan atau di permukaan pola
pada saat pembuatan cetakan (Widayat dan Budiyono, 2014).

Pola solid adalah pola padat dalam satu kesatuan. Biasanya digunakan
untuk bagian geometris sederhana yang diproduksi dalam jumlah
rendah. Pola split adalah pola padat yang mempunyai 2 bagian

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

terpisah yang memenuhi sepanjang garis perpisahan dari cetakan.


Biasa digunakan untuk bagian geometris yang kompleks. Pola ini
hampir sama dengan pola split, tetapi pada pola ini terdapat piringan
tunggal yang melekat di setiap setengah bagian pola. (Raharja, 2011)

Saluran langsung Saluran langsung merupakan saluran yang hanya


mempunyai satu saluran yang digunakan sebagai saluran masuk,
keluarnya angin, dan penambah dan Saluran tak langsung Saluran tak
langsung merupakan saluran yang mempunyai dua atau lebih saluran,
pada saluran tak langsung dapat dipastikan tidak ada udara yang
terjebak didalam rongga cetakan. Saluran tak langsung juga berfungsi
untuk menambah cairan apabila ada coran yang menyusut. (Raharja
2011)

Aluminium diperoleh dengan mengekstraksi Alumine (Aluminium


Oxide) dari Bauxite melalui proses kimia, kemudian alumina tersebut
larut ke dalam elektrolit cair ketika arus listrik mengalir melalui
Alumine. Hal tersebut mengakibatkan aluminium metal terkumpul
pada katoda. Umumnya, kemurniannya mencapai 99,85%. Dengan
mengelektrolisa kembali, maka akan didapat aluminium dengan
kemurnian 99,99%. Namun aluminium murni memiliki sifat mekanik
yang buruk, sehingga untuk memperbaiki sifat-sifat mekaniknya perlu
diberi unsur-unsur tambahan seperti silicon, tembaga, mangan, ferro,
magnesium, serta unsur-unsur lain yang dapat memperbaiki sifat
aluminium itu sendiri. (Surdia dan Saito, 1999)

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENGUJIAN PASIR CETAK

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM

Anda mungkin juga menyukai