Untuk membuat cetakan pasir biasanya dipilih pasir alami yang telah
di bersihkan atau pasir buatan yang telah dicampur dengan zat-zat
pengikat seperti: bentonit, resin furan, air kaca, resin fenol, yang mana
tujuannya untuk memperkuat atau mempermudah pada proses
pembuatan cetakan. Untuk tujuan tersebut penulis tertarik untuk
meneliti jenis pasir cetak dan zat pengikat bentonit terhadap sifat
permeabilitas dan kekuatan tekan basah cetakan pasir. Pasir cetak
yang umum digunakan adalah pasir gunung, pasir pantai, pasir sungai
dan pasir silika (pasir kuarsa). Beberapa dari pasir tersebut ada yang
langsung dapat dipakai tetapi ada yang harus dipecah-pecah dulu .
Jika kadar tanah liatnya kurang mencukupi, biasanya ditambahkan
bahan pengikat.(Astika, 2010.)
Pasir tanah liat ialah pasir yang komposisinya terdiri atas campuran
pasir-kwarsa dengan tanah liat yang berfungsi sebagai pengikat. Pasir
tanah liat ini dapat dibedakan menjadi dua macam menurut cara
pemakaiannya yaitu, Pasir kering yaitu jenis pasir tanah liat dimana
setelah dibentuk menjadi cetakan harus dikeringkan terlebih dahulu.
Pasir ini sangat cocok digunakan untuk pengecoran benda-benda yang
kecil maupun yang besar. Pasir basah ialah jenis pasir tanah liat yang
telah dibentuk menjadi cetakan tidak perlu dilakukan pengeringan atau
pembakaran terlebih dahulu. Pasir ini hanya digunakan untuk
pengecoran benda-benda yang berukuran kecil saja . ( Sudjana,
2008 ).
Untuk dapat menghasilkan benda tuang yang baik, maka pasir cetak
memerlukan sifat-sifat yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1.) Mempunyai sifat mampu bentuk yang baik. Pasir cetak harus
dengan mudah dapat dibentuk menjadi bentuk-bentuk cetakan yang
diharapkan, baik cetakan berukuran besar maupun cetakan berukuran
kecil. 2.) Permeabilitas yang cocok. Permeabilitas dapat diartikan
sebagai kemampuan cetakan untuk mengalirkan gas-gas dan uap air
yang ada di dalamnya keluar dari cetakan. 3.) Distribusi besar butir
pasir yang cocok. Butiran pasir yang terlalu halus akan mengurangi
Cetakan pasir adalah cetakan yang terbuat dari pasir yang diberi bahan
pengikat. Pasir yang paling banyak digunakan adalah pasir silika baik
pasir silika dari alam maupun pasir silika buatan dari kwarsit. Sifat-
sifat cetakan itu sendiri sangat tergantung pada distribusi besar butir
pasir cetak, persentase zat pengikat dan persentase kadar air, sehingga
perlu adanya penelitian untuk mendapatkan jenis pasir cetak yang
cocok sebagai cetakan pasir pada pengecoran logam.Timbulnya cacat-
cacat tersebut dipengaruhi oleh kemampuan alir gas (Permeabilitas)
dan kekuatan cetakan yang kurang baik, hal itu bisa disebabkan
karena campuran kadar air pada pasir cetak basah dengan bahan
pengikat yang kurang ataupun kadarnya yang berlebihan. Bahan
pengikat dalam hal ini adalah bentonit. Campuran kadar air dapat
merubah sifat dari campuran pasir cetak dengan pengikat lempung
atau bentonit, sehingga pengaturan campuran kadar air pada
kandungan pasir cetak khususnya pasir cetak basah adalah faktor yang
sangat penting. Apabila kadar air bertambah, kekuatan tekan dan
permeabilitasnya akan betambah atau naik sampai pada titik maksimal
dan selanjutnya apabila kadar airnya bertambah terus maka kekuatan
tekan dan permeabilitasnya akan menurun, hal ini dikarenakan
ruangan antara butir-butir pasir ditempati oleh bentonit yang kelebihan
air sehingga kemampuan alir gasnya sulit untuk keluar.Khususnya
untuk cetakan material logam yang biasa dipakai untuk cetakan genta,
gong (musik tradisional Bali), uang gepeng dan lain lain bisa
menggunakan cetakan pasir. (Tata Surdia, 1984)
Pasir dan bahan pengikat harus tahan suhu tinggi sehingga dinding
dalam rongga cetakan tidak rontok saat penuangan logam cair.Pasir
dapat didefinisikan sebagai butiran-butiran yang terjadi akibat
penghancuran batu-batuan. Ukuran dari butir-butir pasir adalah tidak
lebih besar dari 1/12 in dan tidak lebih kecil dari 1/400 in. Pasir
merupakan bahan yang paling banyak digunakan dalam pembuatan
cetakan, karena pasir dapat digunakan untuk logam ferrous dan non
Ferrous.bahan baku pembuatan cetakan pasir dapat dibagi menjadi
dua golongan yaitu bahan utama pembentuk cetakan pasir, yaitu bahan
yang mesti ada dalam pembuatan cetakan, yang terdiri dari pasir, zat
pengikat dan air. Bahan tambahan, yaitu bahan yang bisa ditambahkan
pada pembuatan cetakan, misalnya grafit, bubuk arang, tepung
ataupun minyak nabati. Bahan-bahan tersebut dimaksudkan untuk
memperbaiki sifat-sifat mekanis maupun sifat fisis cetakan. (Tata
Surdia, 1984).
Cetakan pasir adalah cetakan yang terbuat dari pasir yang diberi bahan
pengikat. Pasir yang paling banyak digunakan adalah pasir silika baik
pasir silika dari alam maupun pasir silika buatan dari kwarsit. Bahan
pengikat yang paling banyak digunakan adalah bentonit. Cetakan pasir
yang digunakan pada pengecoran logam bukan besi (logam non
ferrous) selaim magnesium menggunakan campuran sebagai berikut:
1. Pasir silika dengan AFS fineness 130 dan butiran pasir subangular :
81,5%
2. Bentonit : 16%
3. Graphite : 2%
Bentuk butir pasir dari pasir cetak digolongkan menjadi beberapa jenis
yang ditunjukkan dalam gambar yaitu butir pasir bundar, butir pasir
sebagian bersudut, butir pasir bersudut, butir pasir kristal, dan
sebagainya. Tata Surdia,1984
Ruang antara butir-butir pasir perlu untuk cetakan agar gas dari
cetakan atau dari logam cair dapat melepaskan diri selama waktu
penuangan. Permeabilitas menunjukkan kemampuan cetakan untuk
melepaskan gas-gas yang terperangkap dalam cetakan. Permeabilitas
berhubungan erat dengan keadaan permukaan coran. Permeabilitas
yang kecil menyebabkan kulit coran yang halus dan
gelembunggelembung udara. Sedangkan permeabilitas yang besar
menyebabkan kulit yang kasar serta penetrasi. Permeabilitas dapat
dihitung dengan rumus berikut : (sumber : Tata Surdia, 1991)
Inti adalah suatu bentuk dari pasir ang dipasang pada rongga cetakan
untuk mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya
berbentuk lubang atau berbentuk rongga dalam suatu coran. Inti
mempunyai banyak macam, yaitu inti minyak, inti kulit. Inti CO2, inti
udara dan sebagainya, nama-nama itu ditentukan menurut pengikat
atau macam proses pembuatan inti, disamping pasir dengan pengikat
tanah lempung.(Surdia dan Chijiwa, 2000)
Sistem saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan
ke dalam rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama, dari mulai cawan
tuang dimana logam cair dituangkan dari ladel. Sampai saluran masuk
(a)saluran pisah,
(b)saluran langsung,
(c)saluran bawah,
(d)saluran cincin,
(e)saluran terompet,
(f)saluran pensil,
kecil cocok untuk bengkel kecil untuk peleburan ingot atau rongsokan
dalam jumlah kecil (Love dan Harun, 1986)
(2) Pembuangan terak. Sebelum penuangan terak yang ada pada cairan
harus dibuang terlebih dahulu.
Pasir cetak yang lazim digunakan adalah pasir gunung, pasir pantai,
pasir sungai, dan pasir silika yang disediakan alam. Beberapa dari
mereka dipakai begitu saja dan yang lain dipakai setelah dipecah
menjadi butir-butir dengan ukuran yang cocok. Jika pasir memiliki
kadar lempung yang cocok dan bersifat adhesi, maka pasir tersebut
dapat langsung digunakan, jika sifat adhesinya kurang maka perlu
ditambahkan lempung pada pasir tersebut, selain lempung biasanya
dapat digunakan zat pengikat lainnya (Surdia dan Chijiwa, 200)
butirnya satu sama lain dan baru dipakai setelah pencampuran (Surdia
dan Chijiwa, 2000)
Air berfungsi sebagai pengikat, namun air juga menjadi sumber gas
saat cairan logam dituangkan. Semakin tinggi kadar air, semakin besar
pula volume gas yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air, semakin
mudah partikel pasir mengalir karena air juga berfungsi sebagai
pelumas. Dengan demikian saat proses pembuatan cetakan, pasir dapat
mengisi ruang rangka cetak dan menirukan permukaan pola dengan
baik (Widayat dan Budiyono, 2014)
Air diperlukan sebagai bahan pengikat partikel pasir cetak. Saat pasir
dalam kondisi kering, partikel pasir tidak mampu bersatu meskipun
diberi tekanan. Jika kadar air berlebihan, partikel pasir dapat saling
terikat, namun kekuatan ikatannya lemah. Kekuatan ikatan antar
partikel lebih rendah daripada ikatan partikel dengan materi lainnya
misalnya permukaan cetakan atau permukaan tangan. Pasir tanpa
tambahan air tidak punya daya ikat antar partikel sehingga ketika
rangka cetak dibuka, pasir langsung terurai kembali sehingga tidak
daat terbentuk cetakan. Saat kadar air berlebih, partikel pasir tidak
hanya 27 terikat dengan partikel pasir lainnya tetapi juga akan terikat
dengan materi lainnya. Jika hal ini terjadi, maka sebagian pasir cetak
akan melekat di tangan atau di diding cetakan atau di permukaan pola
pada saat pembuatan cetakan (Widayat dan Budiyono, 2014).
Pola solid adalah pola padat dalam satu kesatuan. Biasanya digunakan
untuk bagian geometris sederhana yang diproduksi dalam jumlah
rendah. Pola split adalah pola padat yang mempunyai 2 bagian