BAB VII
MEMPERSIAPKAN PASIR CETAK
A. Sub Kompetensi
Pasir cetak pada proses pengecoran logam dapat dipahami dan dijelaskan dengan
benar.
C. Uraian Materi
Syarat Pasir Cetak
Pasir cetak yang baik digunakan untuk membuat cetakan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:12
a. Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dan
memiliki kekuatan yang sesuai sehingga tidak rusak jika dipindah-pindah
letaknya dan mampu menahan logam cair saat dituang kedalam rongga cetak.
b. Permeabilitas pasir yang sesuai. Permeabilitas berhubungan erat dengan
keadaan permukaan coran. Permeabilitas menentukan seberapa besar
kemampuan pasir cetak mengalirkan gas-gas dari cetakan atau logam cair
mampu dilepaskan selama penuangan. Permeabilitas yang rendah menyebabkan
kulit coran lebih halus karena gelembung udara terjebak didalam cetakan dan
mengahasikan cacat permukaan pada coran.
c. Distribusi ukuran besar butir pasir sesuai. Hal ini terkait dengan dua hal diatas
agar terpenuhi sifat mampu bentuk yang baik dan mudahnya gas-gas keluar dari
dalam rongga cetakan.
d. Tahan terhadap tingginya suhu logam cair selama penuangan. Pasir dan bahan
pengikat harus tahan suhu tinggi sehingga dinding dalam rongga cetakan tidak
rontok saat penuangan logam cair.
e. Perbandingan komposisi yang sesuai antara bahan baku pasir dengan bahan
pengikat atau tambah lainnya.
f. Pasir harus dapat digunakan berulang-ulang sehingga lebih ekonomis.
12
Surdia and Chijiwa, Teknik Pengecoran Logam.
68
Macam Pasir
Pasir cetak yang umum digunakan adalah pasir gunung, pasir pantai, pasir
sungai dan pasir silika (pasir kuarsa).13 Beberapa dari pasir tersebut ada yang
langsung dapat dipakai tetapi ada yang harus dipecah-pecah dulu sehingga ukuran
butirannya sesuai. Jika kadar tanah liatnya kurang mencukupi biasanya
ditambahkan bahan pengikat seperti bentonit, ter, grafit maupun resin (furan
maupun fenol) sehingga daya ikatnya lebih baik. Pasir gunung yang umumnya
mengandung lempung dan kebanyakan dapat dipakai setelah dicampur air. Pasir
dengan kadar lempung 10-20 % dapat dipakai begitu saja. Pasir dari daerah Juwana,
Pati dan dari daerah Ceper, Klaten adalah contoh pasir yang langsung dapat dipakai.
Pasir pantai diambil dari pantai dan pasir kali diambil dari kali. Pasir pantai,
pasir kali, pasir silika alam, dan pasir silika buatan tidak melekat dengan sendirinya,
oleh karena itu dibutuhkan pengikat untuk mengikat butir-butirnya satu sama lain
dan baru dipakai setelah pencampuran.
13
Ibid.
69
berurutan dan sisanya dari ukran mesh berikutnya. Jadi pasir dengan ukuran
butiran beragam adalah lebih baik.
b. Bahan tambah
Selain pasir sebagai bahan baku dalam jumlah banyak dibutuhkan (sampai
85 %) pada pembuatan cetakan, juga dibutuhkan bahan tambah lainnya.14 Tanah
liat/ lempung dengan ukuran butir antara 0,005 mm s.d 0,02 mm ditambahkan
sebagai pengikat pasir dengan jumlah maksimum 16%. Bentonit sejenis tanah
liat sangat baik digunakan sebagai pengikat pasir silika mencapai ±10%.
Biasanya campuran pasir cetak ditambah pula bahan pengikat tambahan
seperti; air (1,5 – 8 %) , tetes gula (8 –10 %), dekstrin atau kanji (±1%), semen
(±10%), resin (4-7%), dan atau tepung grafit (±1%). Tidak ada ketentuan pasti
mengenai komposisi campuran pasir cetak, dikarenakan banyak variabel lain
yang sangat berkaitan satu dan lainnya.
14
Tiwan, Modul Ilmu Bahan Teknik.
15
Surdia and Chijiwa, Teknik Pengecoran Logam.
70
Gambar 6. 3 Pengaruh kadar air dan bentonit pada kekuatan pasir cetak
(Sumber: Surdia & Chijiwa, 2013)
16
Ibid.
71
4) Sifat-sifat panas
Karakteristik pasir cetak terhadap suhu tinggi dari cairan logam saat
dituangkan disebut sebagai sifat-sifat panas pasir cetak. Karakteristik ini
meliputi: kekuatan panas, pemuaian pasir dan perubahan bentuk pasir cetak
saat dikenai logam cair. Gambar 6. 4. memperlihatkan karakteristik
pemuaian panas pasir cetak, sedang Gambar 6. 5. memperlihatkan
karakterisitik kekuatan tekan panas dan deformasi panas pasir cetak
17
Ibid.
72
5) Sifat-sifat sisa
Sifat-sifat sisa pasir cetak berkaitan dengan sifat pasir setelah
penuangan. Pasir cetak yang baik memiliki sifat mampu ambruk yang baik
pada saat pembongkaran cetakan. Sifat mampu ambruk yang baik ini
dibutuhkan agar mudah membersihkan sisa-sisa pasir cetak dari coran
setelah proses penuangan. Kemudahan membersihkan sisa pasir dari coran
menjadikan pasir tidak tercecer kemana-mana sehingga mudah
dikumpulkan dan dapat didaur ulang untuk digunakan lagi.
d. Pasir Furan
Pasir cetak dengan pengikat resin furan atau fenol. Kompisisi pasir ini
adalah:19
1) Pasir kuarsa: 90 %.
2) Resin Furan atau Fenol: 0,8- 1,2 %.
3) Pengeras (hardener):
a) Resin furan: asam fosfat (H3P04)
b) Fenol: biasanya Asam Tolualsulfon (PTS)
Pasir cetak akan segera mengeras dengan sendirinya jika resin bertemu
dengan pengeras, oleh karena itu biasanya pengeras dicampurkan dengan cara
ditaburkan setelah campuran pasir cetak dan resin dimasukkan ke dalam rangka
cetak. Jika pengeras telah dicampurkan ke dalam adukan pasir dan resin, maka
pasir cetak harus segera dimasukkan ke dalam rangka cetak sebelum pasir
mengeras.
18
LogamCeper.com, “Pasir Cetak Dalam Pengecoran,” last modified 2014, accessed October 6, 2020,
https://logamceper.com/?s=pasir+cetak+dalam+pengecoran.
19
Ibid.
20
Tiwan, Modul Ilmu Bahan Teknik.
75
a. Penggilingan pasir
Pasir alam atau pasir sisa pengecoran masih berbentuk gumpalan-
gumpalan. Pasri yang masih menggumpal dihancurkan menjadi butiran pisah
melalui perlakuan penggilingan. Proses ini dilakukan menggunakan alat bantu
mesin giling. Penggilingan dilakukan sampai semua butiran pasir terpisah.
Contoh mesin penggiling pasir tampak pada Gambar 6. 7.
b. Pencampuran pasir
Kualitas pasir cetak biasanya dijaga dengan cara menyampur pasir sisa
dengan pasir baru. Penyampuran pasir dilakukan dengan mesin penyampur
pasir seperti terlihat pada Gambar 6. 8.
c. Pengayakan pasir
Pasir cetak perlu di ayak untuk memisahkan gumpalan-gumpalan pasir
yang masih tersisa serta kotoran-kotoran yang terdapat dalam pasir cetak. Mesin
pengayak pasir dapat dilihat pada gambar 6. 9.
e. Pendinginan pasir
Pendinginan pasir dilakukan pada pasir cetak sisa yang suhunya masih
relatit tinggi. Proses pendinginan dilakukan dengan mengangin-anginkan pasir
cetak sehingga didinginkan oleh udara. Mesin pendingin pasir cetak dapat
dilihat pada gambar 6. 10.
2) Kadar lempung
Pengujian kadar lempung dilakukan dengan peralatan pencuci pasir
(Gambar 6. 12). Kadar lempung yang rendah pada pasir cetak mennurunkan
78
3) Permeabilitas
Pori-pori di antara butir-butir pasir cetak diperlukan untuk pada
cetakan pasir agar gas-gas dari rongga cetakan atau yang keluar dari logam
cair dapat bergerak keluar selama proses penuangan. Prosedur pengujiannya
adalah: 1) ambil pasir cetak dan buat benda uji berukuran Ø 50 mm x 50
mm dengan memadatkan pasir cetak menggunakan sand reamer (Gambar
6. 13); 2) Pasang benda uji tersebut pada alat uji permeabilitas (Gambar 6.
14); 3) Lakukan pengujian dengan mengamati dan mencatat perbedaan
tekanan dan waktu yang diperlukan untuk melewatkan 2000 cm3 udara
melewati benda uji pasir cetak; 4) Nilai permeabilitas dihitung dengan
persamaan 6. 3.
79
$ . &
! = … … … … … … … … … . . … … … … … … … … … … . . … … … … … … … … (6. 3)
' . ( . )
dengan:
P = Nilai permeabilitas pasir.
Q = Volume udara yang melewati spesimen = 2000 cm3.
L = Panjang spesimen uji = 5 cm.
A = Luas penampang spesimen uji = 19,625 cm3.
p = Tekanan udara (cm water) dibaca dari Manometer saat menenunjuk
angka 1000.
T = Waktu yang diperlukan untuk melewatkan udara melalui spesimen
(menit).
4) Kekerasan pasir
Kekerasan permukaan pasir cetak yang telah dipadatkan dapat
ditentukan langsung dengan menggunakan uji kekerasan pasir cetak, Green
Hardness Tester. (Gambar 6. 15). Sedangkan uji kekerasan pada bahan
spesimen inti dengan alat khusus. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah pasir cetak yang telah dipadatkan telah memiliki kekerasan atau
kepadatan yang sudah cukup atau belum. Cara kerja alat uji kekerasan ini
adalah: 1) Siapkan spesimen pasir cetak yang telah dipadatkan
menggunakan sand reamer; 2) Posisikan ujung dengan bola baja pada alat
tersebut secara tegak lurus terhadap permukaan pasir yang akan diuji; 3).
Tekankan alat uji sehingga bola baja menekan permukaan; 4) Kekerasan
permukaan pasir cetak akan terbaca pada skala penunjuk kekerasan.
80
Gambar 6. 15 Alat uji kekerasan pasir cetak analog (kiri) dan digital (kanan)
5) Kekuatan pasir
Pengujian kekuatan pasir cetak dilakukan pada mesin uji universal
(Gambar 6. 16). Sampel pasir cetak berukuran Ø 50 mm x 50 mm
dipadatkan menggunakan sand reamer. Pengujian kekuatan pasir cetak
meliputi uji tekan dan geser. Kekuatan pasir cetak dapat ditentukan pada
kondisi basah dan atau kondisi dikeringkan sesuai keperluan jenis
pengujiannya. Pada jenis uji kekuatan kering pasir cetak dikeringkan
terlebih dahulu dengan pemanasan pada suhu antara 105 – 110 0C.
Prosedur pengujian kekuatan pasir harus mengikuti petunjuk
operasional mesin uji sesuai buku manualnya masing-masing. Kekuatan
cetakan pasir berbeda-beda dan ditentukan variasi jenis dan jumlah bahan
pengikat serta kadar air. Kekuatan cetakan pasir yang kurang akan
mejadikan cetakan rentan pecah. Sedang kekuatan cetakan pasir yang
berlebihan akan mencegah timbulya cacat retak akibat susut coran namun
pembongkaran cetakan pasir menjadi sulit. Kekuatan tekan cetakan pasir
basah adalah 0 – 1,0 kg/cm2, sedang kekuatan tekan cetakan kering adalah
0 – 10 kg/cm2.
D. Soal Latihan
1. Jelaskan pasir yang memenuhi persyaratan sebagai pasir cetak!
2. Pasir apakah yang sering digunakan sebagai pasir cetak?
3. Terdiri dari bahan apakah yang menyusun pasir cetak? Jelaskan!
4. Bahan pengikat apa saja yang dapat digunakan untuk membuat cetakan pasir?
5. Sifat-sifat apa saja yang dimiliki pasir cetak? Jelaskan!
6. Bagaimanakah pengaruh kadar air terhadap kekuatan pasir cetak?
7. Jelaskan secara singkat proses pengolahan pasir cetak!
8. Mengapa pasir cetak harus diuji?
9. Bagaimanakah caranya menguji kadar air pada pasir cetak?
10. Jelaskan cara menguji permeabilitas pasir cetak!
11. Jelaskan cara menguji kadar lempung pada pasir cetak!
12. Pada pengujian kekuatan pasir cetak meliputi pengujian apa saja?
13. Bagaimanakah caranya menentukan kehalusan butir pasir ?