BAB 5
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
A. SUB KOMPETENSI
Pembuatan cetakan pasir dan inti pada proses pengecoran logam dapat
dipahami dan dijelaskan dengan benar.
C. URAIAN MATERI
Cetakan pasir merupakan bagian yang menerima panas dan tekanan dari logam
cair yang dituangkan sebagai bakal produk. Pasir cetak sebagai bahan cetakan harus
dipilih sesuai dengan kebutuhan krakteristik bahan yang akan dicetak baik sifat
penuangannya maupun ukuran benda yang akan dibuat. Semakin besar benda
tuangan maka tekanan yang disebut tekanan metallostatic akan semakin besar.
Cetakan pasir harus memiliki kestabilan mekanis andal.
1. Rangka Cetak
Rangka tuang atau sering disebut rangka cetak (frame) yang berfungsi sebagai
tempat membuat cetakan pasir (Ngatiman, 2016). Rangka cetak dapat dibuat dari plat
baja, besi atau kayu. Rangka cetak (frame) harus mampu mempertahankan bentuk
apabila cetakan menerima beban dari logm cair maupun saat dipindah-pindahkan.
Rangka cetak dapat berbentuk persegi panjang, segi empat atau lingkaran. Gambar
5.1 s.d Gambar 5.3). Pemilihan macam dan bentuk rangka cetak disesuaikan dengan
benda yang akan dibuat, bahan, volume, tingkat kerumitan, dan jumlah produk.
Rangka cetak biasanya terdiri dari 2 pasang bingkai dapat di pisahkan yang saat proses
penuangan disatukan. Bingkai bagian atas disebut kup (cope) dan bagian bawah
disebut drag. Kedua bingkai di ikat oleh pin.
1
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
Gambar 5.2 Rangka cetak bentuk persegi panjang dari plat besi.
Drag
Gambar 5.3 Rangka cetak bentuk silinder dari plat besi (Sudjana, 2008)
2
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
3. Sistem Saluran
Sistem saluran merupakan jalan masuknya logam cair ke dalam rongga cetakan.
Sistem saluran harus di rencanakan secara baik karena berperan penting pada proses
penuangan logam cair. Hasil produk pengecoran ditentukan oleh sistem saluran.
Sistem saluran secara umum terdiri beberapa bagian: cawan tuang, saluran
turun, pengalir dan saluran masuk. (Gambar 5.5).
3
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
Gambar 5.5. Sistem saluran pada proses penuangan (Surdia & Chijiiwa, 1976)
a. Cawan tuang
Cawan tuang berfungsi menerima logam cair ladel. Cawan tuang dibuat untuk
mengarahkan logam cair agar lebih mudah masuk ke saluran turun. Ukuran cawan
tuang harus cukup agar logam cair yang dituang tidak meluber. Bentuk dan ukuran
cawan tuang yang disarankan tampak Gambar 5.6.
Gambar 5.6. bentuk dan ukuran cawan tuang (Surdia & Chijiiwa, 1976)
Ukuran “d” adalah diameter saluran masuk. Cawan tuang yang terlalu besar akan
menyebabkan sisa logam cair yang berlebihan. Sebaliknya cawan tuang yang terlalu
kecil akan menyebabkan masuknya logam cair tertahan dan logam cair dapat meluap.
4
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
b. Saluran turun
Saluran turun merupakan saluran masuknya logam cair dari cawan tuang ke
saluran pengalir. Saluran turun berpenampang lingkaran, lurus dari atas ke bawah.
Penampangnya dapat dibuat sama dari atas ke bawah atau mengecil ke bawah.
Penampang yang sama akan memberikan aliran yang cepat dan lancar. Penampang
yang mengecil ke bawah berdampak dapat menahan kotoran sebanyak mungkin.
Ukuran saluran turun untuk besi tuang tampak pada tabel 5.1. (Surdia & Chijiiwa, 1976).
Tabel 5.1. Ukuran saluran turun, saluran penglir dan saluran masuk untuk besi tuang.
c. Saluran pengalir
Saluran pengalir berfungsi mengalirkan logam cair dari saluran turun ke saluran
masuk. Saluran pengalir umumnya berpenampang trapesium atau setengh lingkaran.
Secara prinsip, ukuran saluran pengalir harus dibuat sebesar mungkin agar logam cair
membeku dalam waktu yang lebih lama yang lama. Sebagai patokan ukuran saluran
pengalir dapat dilihat pada Gambar 5.7.
Logam cair yang melewati saluran pengalir masih membawa kotoran berupa
terak. Kemungkinan masuknya terak ke rongga cetakan dapat diminimalkan dengan
beberapa cara, yaitu (Gambar 5.8):
1) Pada ujung saluran pengalir dapat diperpanjang untuk tempat pengotor.
2) Pada saluran masuk dibuatkan kolam putar agar saat masuk logam cair
berputar secara tangensial sehigga kotoran berkumpul ditengah.
3) Membuat saluran bantu turun.
4) Menambahkan saringan yang terbuat dari keramik pada saluran turun.
5
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
6
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
d. Saluran masuk
Saluran masuk yang menghubungkan saluran pengalir dan rongga cetak adalah
saluran masuknya logam cair dari saluran pengalir ke rongga cetakan. Penampang
saluran masuk umumnya dibuat lebih kecil dari saluran pengalir agar dapat mencegah
kotoran masuk ke rongga cetak. Ukuran saluran pengalir untuk besi cor tampak pada
Tabel 5.1, sedang Gambar 5.9 memperlihatkan bentuk saluran masuk. Saluran masuk
dengan penampang yang lebih lebar pada rongga cetak dimaksudkan agar logam cair
lebih tenang masuk ke dalam rongga cetakan. Dampaknya ialah meminimalkan
turbulens pada lirani logam cair mereduksi timbulnya gelembung-gelembung gas.
Sebaliknya saluran masuk dengan penampang yang lebih sempit pada rongga cetak
diterapkan untuk membuat benda coran berukuran yang lebih besar.
e. Penambah
Penambah ditujukan untuk mengantisipasi kekurangan logam cair saat logam
cair didalam rongga cetak menyusut akibat pembekuan. Logam cair pada penambah
di desain agar membeku paling akhir. Hal ini dilakukan dengan cara ukuran/volume
penambah dibuat cukup besar sehingga mampu menambahkan kekurangan logam
cair pada rongga cetakan yang menyusut. Bagaimanapun, ukuran penambah yang
terlalu besar akan membuat proses pengecoran menjadi tidak efisien karena sisa
logam yang terbuang terlalu banyak. Ukuran penambah yang terlalu kecil juga tidak
diinginkan. Ukuran penambah yang terlalu kecil menyebabkan penambah akan terlalu
cepat membeku. Akibatnya penambah menjadi tidak berfungsi untuk mengantisipasi
kekurangan logam cair di dalam rongga cetakan.
7
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
Tabel 5.2. Prosentasi berat penambah terhadap berat coran (Surdia & Chijiiwa, 1976)
Tabel 5.3. Ukuran diameter penambah berdasarkan kekuatan tarik bahan besi cor
(Surdia & Chijiiwa, 1976)
8
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
Gambar 5.11. Ukuran penambah untuk besi cor (Surdia & Chijiiwa, 1976)
Ukuran penambah untuk bahan logam paduan selain besi tuang tampak pada
gambar 5.12. Ukuran efektif penambah berdasar tebal coran disajikan pada tabel 5.4.
9
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
3) Tentukan volume penuangan per satuan waktu (Q) dari berat yang dituang W,
waktu tuang T dan berat jenis logam menggunakan persmaan 5.2:
........................................................................................... (5.2)
√ ............................................................................................. (5.3)
Dimana g adalah percepatan grafitasi 980 cm/s2 dan C adalah koefisien aliran
yaitu 0,5-0,6 untuk saluran yang rumit dan 0,9-1.0 untuk saluran sederhana.
5) Jika digunakan lebih dari 2 saluran masuk, luas irisan penampang a dibagi degan
banyaknya saluran masuk. Ukuran saluran masuk ditentukan sesuai luas irisannya.
6) Ukuran saluran turun dan pengalir ditentukan dari jumlah luas irisan saluran
masuk. Untuk besi cor biasanya ditentukan dari: luas irisan penampang saluran
turun > luas irisan penampang saluran pengalir > luas irisan penampang saluran
11
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
masuk. Perbandingan dari ketiga ini diambil 1 : 0,9 : 0,8 atau 1 : 0,75 : 0,5. Namun
untuk saluran bawah, luas saluran masuknya lebih besar dan kadang-kadang
diambil perbandingan 1 : 1,1 : 1,2 atau 1 : 1,25 : 1,5. Cara termudah untuk
menentukan ukuran sistem saluran dipergunakan ukuran standar, dimana hanya
perlu memilih salah satu harga yang cocok. Tabel 5.5 adalah salah satu contoh
dari saluran turun yang lebih besar dari saluran masuk.
Tabel 5.5. Contoh ukuran saluran turun, pengalir dan masuk untuk coran besi cor
(Surdia & Chijiiwa, 1976).
4. Pembuatan Cetakan
a. Pembuatan cetakan dengan tangan
Secara umum tahapan-tahapan pembuatan cetakan pasir tampak pada Gambar
5.14. dan Gambar 5.15.
1) Penempatan rangka cetak drag, penempatan pola. Masukan pasir muka yaitu
pasir cetak yang diayak sampai menutupi permukaan pola.
Gambar 5.14. Tahapan proses pembuatan cetakan (Surdia & Chijiiwa, 1976)
12
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
Gambar 5.15. Tahapan proses pembuatan cetakan dengan inti (Kalpakjian, 1985)
13
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
14
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
2) Mesin Pengguncang
Keuntungan cara ini adalah pasir cetak dapat mencapai kepadatan maksimum di
sekitar pola, tetapi bagian pasir yang jauh dari pola kekerasannya kurang. Selain
itu, mesin pengguncang menimbulkan suara bising dan banyak kerusakan pada
pola akibat guncangan.
3) Mesin Guncang-Desak
Mesin ini mengkombinasikan guncangan dan desakan pada pembuatan cetakan
pasir (Gambar 5.17). Jika kedalaman rangka cetak tidak terlalu besar, kup dan drag
dapat dibuat secara bersamaan.
Gambar 5.17. Mesin pembuat cetakan guncang-desak (Surdia & Chijiiwa, 1976)
Gambar 5.18. Mekanisme mesin pelempar pasir (Surdia & Chijiiwa, 1976).
15
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
5. Pembuatan inti
Inti adalah pasir yang dibentuk dan dipadatkan kemudian ditempatkan pada
rongga cetakan untuk mencegah masuknya logam cair ke bagian-bagian yang didesain
berbentuk lubang atau berongga dalam suatu coran. Macam-macam inti dibedakan
berdasar pengikatnya atau cara pembuatannya, antara lain: inti minyak, kulit, CO2,
udara dan sebagainya, disamping pasir dengan pengikat tanah lempung.
Pembuatan inti membutuhkan kotak inti sebagai tempat untuk mencetak inti.
a. Kotak ini ini terbuat dari kayu atau tripleks dan diukir dengan pahat. Sesuai untuk
membuat inti dengan ukuran kecil (Gambar 5.19).
b. Kotak inti biasa berbentuk persegi dengan permukaan yang terluas merupakan
permukaan tumbuk. Bagian-bagian menonjol terdapat di samping atau di dasar
(Gambar 5.19).
c. Kotak inti lengkung dipakai untuk membuat inti dengan diameter besar yang
terbagi menjadi beberapa bagian yang sama. (Gambar 5.19).
d. Kotak inti setengah dengan pelat penyapu berupa setengah kotak dengan sebuah
penggeret yang dapat diputar di sekeliling poros pada kedua ujung kotak (Gambar
5.19).
e. Kotak inti untuk membuat tebal dipakai untuk membuat inti yang bertebal tetap.
(Gambar 5.20).
f. Kotak inti untuk mesin pembuat cetakan digunakan dengan memasangnya pada
mesin pembuat cetakan. Ukurannya harus cocok dengan ukuran mesin. Di dalam
kotak dipasang pola. Penggunaannya jika benda coran harus mempunyai ketelitian
tinggi atau sukar untuk membuat cetakan dengan tangan. (Gambar 5.20).
16
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
Gambar 5.20. (a) Kotak inti untuk membuat tebal; (b) Kotak inti untuk mesin pembuat inti.
(Surdia & Chijiiwa, 1976)
17
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
6. Penempatan inti
Inti adalah bagian dari cetakan yang dibuat terpisah. Fungsi inti adalah untuk
membuat profil didalam maupun diluar benda. Inti lebih dikenal untuk membuat
lubang pada coran. Inti ditempatkan pada telapak inti pada cetakan utama.
Pada pembuatan pola untuk benda-benda berlubang harus diperhitungkan
penempatan telapak inti. Telapak inti merupakan bagian yang menyatu dengan pola.
Telapak inti ini berfungsi untuk:
meletakkan inti pada cetakan saat penuangan.
memegang inti.
menyalurkan udara dan gas.
Telapak inti memiliki bentuk bermacam-macam sesuai penempatannya.
1) Telapak inti mendatar bertumpu dua (Gambar 5.21).
2) Telapak inti dasar tegak (Gambar 5.21).
3) Telapak inti tegak bertumpu dua (Gambar 5.21).
4) Telapak inti untuk penghalang (sebagian) (Gambar 5.22)
5) Telapak inti lebih (Gambar 5.22).
6) Telapak inti pancang (Gambar 5.23).
7) Telapak inti berhubungan (Gambar 5.23).
Gambar 5.21. Telapak inti bertumpu dua, beralas tegak dan tegak bertumpu dua
(Surdia & Chijiiwa, 1976)
18
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MEMBUAT CETAKAN PASIR DAN INTI
Gambar 5.22. Telapak inti penghalang dan telapak inti lebih (Surdia & Chijiiwa, 1976)
Gambar 5.23. Telapak inti pancang dan berhubungan (Surdia & Chijiiwa, 1976)
19
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Wikipedia. (2016, Januari 7). Retrieved Juli 26, 2016, from Wikipedia.org:
https://en.wikipedia.org/wiki/Lost-foam_casting
Ammen , C. (1979). The Complete Handbook of Sand Casting. New York: TAB Books.
Amshori, N. C. (2014). Metalurgi. Retrieved Juli 24, 2016, from Pola Pengecoran:
http://nandachoirul.blogspot.co.id/2014/10/proses-pengecoran-bagian-2-pola.html
Callister, Jr., W. D. (2001). Fundamentals of Materials Science adn Engineering. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Kalpakjian, S. (1985). Manufacturing Processes for Engineering Materials. USA: Addison Wesley
Publishing Company.
Logam Ceper. (2014, Agustus 18). Aluminium dalam Pengecoran. Retrieved Juli 19, 2016, from
logamceper.com: http://logamceper.com/aluminium-dalam-pengecoran-logam/
Logam Ceper. (2014, Agustus 18). Pasir cetak dalam Pengecoran Logam. Retrieved April 16, 2016,
from logamceper.com: http://logamceper.com/?s=pasir+cetak+dalam+pengecoran
Logam Ceper. (2014, Agustus 19). Tembaga dalam Pengecoran. Retrieved Juli 19, 2016, from
logamceper.com: http://logamceper.com/tembaga-dalam-pengecoran-logam/
Ngatiman. (2016). Modul Pengecoran Logam Aluminium. Yogyakarta: Pendidikan Teknik Mesin, FT
UNY.
Sudjana, H. (2008). Teknik pengecoran (Vol. 2). Jakarta: DP SMK, DirJen Manajemen DikDasMen,
Departemen Pendidikaan Nasional.
Supendi, V. (2012). Pola. Retrieved Juli 24, 2016, from Jejak Metalurgis:
http://jejakmetalurgis.blogspot.co.id/2012/09/pola.html
Surdia, T., & Chijiiwa, K. (1976). Teknik Pengecoran Logam. Jakarta: PT. PRADNYA PARAMITA.
20
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG