PENGERTIAN
Untuk menghasilkan hasil cor yang berkualitas maka diperlukan pola yang
berkualitas tinggi, baik dari segi konstruksi, dimensi, material pola, dan kelengkapan
lainnya. Pola digunakan untuk memproduksi cetakan. Pada umumnya, dalam proses
pembuatan cetakan, pasir cetak diletakkan di sekitar pola yang dibatasi rangka cetak
kemudian pasir dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai kepadatan tertentu. Pada
lain kasus terdapat pula cetakan yang mengeras/menjadi padat sendiri karena reaksi
kimia dari perekat pasir tersebut. Pada umumnya cetakan dibagi menjadi dua bagian
yaitu bagian atas (cup) dan bagian bawah (drag) sehingga setelah pembuatan cetakan
selesai pola akan dapat dicabut dengan mudah dari cetakan.
Inti dibuat secara terpisah dari cetakan, dalam kasus ini inti dibuat dari pasir
kuarsa yang dicampur dengan Airkaca (Water Glass / Natrium Silikat), dari
campuran pasir tersebut dimasukan kedalam kotak inti, kemudian direaksikan dengan
gas CO2 sehingga menjadi padat dan keras. Inti diseting pada cetakan. Kemudian
cetakan diasembling dan diklem.
Sembari cetakan dibuat dan diasembling, bahan -bahan logam seperti ingot,
scrap, dan bahan paduan, dilebur di bagian peleburan. Setelah logam cair dan
homogen maka logam cair tersebut dituang ke dalam cetakan. Setelah itu ditunggu
hingga cairan logam tersebut membeku karena proses pendinginan. Setelah cairan
membeku, cetakan dibongkar. Pasir cetak, inti, dan benda tuang dipisahkan. Pasir
cetak bekas masuk ke instalasi daur ulang, inti bekas dibuang, dan benda tuang
diberikan ke bagian fethl ing untuk dibersihkan dari kotoran dan dilakukan
pemotongan terhadap sistem saluran pada benda tersebut. Setelah fethling selesai
apabila benda perlu perlakuan panas maka diproses di bagian perlakuan panas.
Proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi du a macam, yaitu traditional
casting dan non-traditional/contemporary casting.
Teknik traditional terdiri atas :
1. Sand-Mold Casting
2. Dry-Sand Casting
3. Shell-Mold Casting
4. Full-Mold Casting
5. Cement-Mold Casting
6. Vacuum-Mold Casting
2. Permanent-Mold Casting
3. Centrifugal Casting
4. Plaster-Mold Casting
5. Investment Casting
6. Solid-Ceramic Casting
PROSES PENGECORAN
Menurut jenis cetakan yang digunakan proses pengecoran dapat
diklasifikan menjadi dua katagori :
1. Pengecoran dengan cetakan sekali pakai.
2. Pengecoran dengan cetakan permanen.
Pada proses pengecoran dengan cetakan sekali pakai, untuk
mengeluarkan produk corannya cetakan harus dihancurkan. Jadi selalu
dibutuhkan cetakan yang baru untuk setiap pengecoran baru, sehingga laju
proses pengecoran akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi untuk
beberapa bentuk geometri benda cor tersebut, cetakan pasir dapat
menghasilkan coran dengan laju 400 suku cadang perjam atau lebih.
Pada proses cetakan permanen, cetakan biasanya di buat dari bahan
logam, sehingga dapat digunakan berulang -ulang. Dengan demikian laju
proses pengecoran lebih cepat dibanding dengan menggunakan cetakan
sekali pakai, tetapi logam coran yang digunakan harus mempunyai titik
lebur yang lebih rendah dari pada titik lebur logam cetakan.
Bertitik tolak pada cara kerja proses ini, maka proses pembuatan
jenis ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Proses penuangan dan
2. Proses pencetakan.
Proses penuangan adalah proses pembuatan benda kerja dari logam
tanpa adanya penekanan sewaktu logam cair mengisi cetakan. Cetakan
biasanya dibuat dari pasir, plaster keramik atau bahan tahan api lainnya.
Proses pencetakan adalah proses pembuatan benda kerja dari logam
cairdisertai dengan tekanan sewaktu logam cair tersebut mengisi rongga
cetak. Pada proses ini, cetakan biasanya dibuat dari logam.
Dengan memperhatikan kondisi diatas, secara umum proses pengecoran
dapat dibagi menjadi :
1. Pengecoran dengan cetakan pasir (Sand Casting)
2. Pengecoran dengan cetakan permanen (Permanent Mold Casting)
3. Pengecoran sentrifugal (Centrifugal Casting)
4. Pengecoran cetak-tekan (Die Casting)
5. Pengecoran dengan cetakan plaster (Plaster Mold Casting)
6. Pengecoran dengan pola hilang (Investment Casting)
Gambar 3.3 (a) Inti disangga dengan chaplet, (b) vhaplet, (c) hasil coran
dengan lubang pada bagian dalamnya
Ukuran butir yang kecil akan menghasilkan permukaan coran yang baik,
tetapi ukuran butir yang besar akan menghasilkan permeabilitas yang baik,
sehingga dapat membebaskan gas-gas dalam rongga cetak selama proses
penuangan. Cetakan yang dibuat dari ukuran bu tir yang tidak beraturan
akan menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dari pada butir yang bulat,
tetapi permeabilitasnya kurang baik.
Beberapa indikator untuk menentukan kualitas cetakan pasir :
(1) Kekuatan, kemampuan cetakan untuk mempertahankan bentu knya dan
tahan terhadap pengikisan oleh aliran logam cair. Hal ini tergantung pada
bentuk pasir, kualitas pengikat dan faktor -faktor yang lain.
(2) Permeabilitas, kemampuan cetakan untuk membebaskan udara panas dan
gas dari dalam cetakan selama operasi pengecoran melalui celah-celah pasir
cetak.
(3) Stabilitas termal, kemampuan pasir pada permukaan rongga cetak untuk
menahan keretakan dan pembengkokan akibat sentuhan logam cair.
(4) Kolapsibilitas (collapsibility), kemampuan cetakan membebaskan coran
untuk menyusut tanpa menyebabkan coran menjadi retak.
(5) Reusabilitas, kemampuan pasir (dari pecahan cetakan) untuk digunakan
kembali (didaur ulang).
Cetakan pasir basah, dibuat dari campuran pasir, lempung, dan air.
Keunggulan :
Memiliki kolapsibilitas yang baik.
Permeabilitas baik.
Reusabilitas yang baik, dan
Murah.
Kelemahan :
Uap lembab dalam pasir dapat menyebabkan kerusakan pada berberapa
coran, tergantung pada logam dan geometri coran.
Cara pembuatan :
(1) Pada logam dipanaskan dan diletakan diatas kotak yang telah berisi
campuran pasir dengan resin termoset;
(2) Kotak dibalik sehingga campuran pasir dan resin jatuh diatas pola yang
masih panas, membentuk lapisan campuran yang melapisi permukaan pola
sehingga membentuk kulit keras;
(3) Kotak dikembalikan ke posisi semula, sehingga keleb ihan campuran
pasir kembali jatuh kedalam kotak;
(4) Kulit pasir dipanaskan dalam oven selama beberapa menit hingga
seluruhnya mengering;
(5) Cetakan kulit dilepaskan dari polanya;
(6) Dua belahan cetakan kulit dirakit, di support dengan pasir atau butiran
logam dalam sebuah rangka cetak, dan kemudian dilakukan penuangan;
(7) Coran yang telah selesai dengan saluran turun dilepaskan dari cetakan.
Cetakan Vakum :
Cetakan vakum disebut juga proses-V, menggunakan cetakan pasir
yang disatukan dengan tekanan vakum. Jadi istilah vakum pada proses ini
adalah metode pembuatan cetakan, bukan metode pengecoran.
Contoh Penggunaan :
cetakan logam untuk mencetak plastik, karet,
sudu-sudu pompa dan turbin, dan
produk coran lainnya yang memiliki geometri yang rumit.
Tabel 3.1 Perbedaan antara mesin cetak tekan ruang panas dan mesin cetak
tekan ruang dingin
Mesin cetak tekan ruang panas Mesin cetak tekan ruang dingin
1. Tungku peleburan1. Tungku peleburan terpisah, silinder
terdapat pada mesin dan silinder injeksi diisi logam cair secara
injeksi terendam dalam logam manual atau mekanis.
cair 2. Tekanan injeksi berkisar antara 14
2. Tekanan injeksi berkisar sampai 140 Mpa.
antara 7 sampai 35 MPa 3. Digunakan untuk logam cor dengan
3. Digunakan untuk logam titik lebur lebih tinggi seperti Al, Cu,
cor dengan titik lembur rendah Mg.
seperti Sn, Pb, Zn. 4. Laju produksi lebih lambat
4. Laju produksi cepat, dibandingkan cetak tekan ruang
bisa mencapai 500 produk/jam. panas.
Kelemahan :
1) Geometri benda cor harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
dikeluarkan dari dalam cetakan;
2) Sering terjadi efek cil, terutama bila temperatur tuang logam cair terlalu
rendah.
5. Pengecoran Sentritugal
Pengecoran sentritugal dilakukan dengan menuangkan logam cair ke
dalam cetakan yang berputar. Akibat pengaruh gaya sentritugal logam cair
akan terdistribusi ke dinding rongga cetak dan kemudian membeku.
Jenis–jenis pengecoran sentritugal :
1) Pengecoran sentritugal sejati;
2) Pengecoran semi sentritugal;
3) Pengecoran sentrifuge.
Densitas logam dalam akhir pengecoran lebih besar pada bagian luar
dibandingkan dengan bagian dalam coran yaitu bagian yang dekat dengan
pusat rotasi. Kondisi ini dimanfaatkan untuk membuat benda dengan lubang
ditengah, seperti roda, puli. Bagian tengah yang memiliki densitas rendah
mudah dikerjakan dengan pemesinan.
Pengecoran sentrifuge :
Dalam pengecoran sentrifuge cetakan dirancang dengan beberapa
rongga cetak yang diletakkan disebelah luar dari pusat rotasi sedemikian
rupa sehingga logam cair yang dituangkan ke dalam cetakan akan
didistribusikan kesetiap rongga cetak dengan gaya sentrifugal, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 3.15.
Kualitas pengecoran
Gambar 3.20 menunjukkan beberapa jenis cacat yang sering terjadi pada
proses pengecoran adalah :
Gambar 3.20 Beberapa jenis cacat yang sering terjadi dalam coran
Gambar 3.21 Beberapa jenis cacat dalam pengecoran dengan cetakan pasir
(a) Gas dalam pasir (sand blow), rongga gas berbentuk balon yang timbul
akibat adanya pelepasan gas cetakan selama penuangan. Hal ini terjadi di
dekat permukaan coran, yang disebabkan oleh permeabilitas yang rendah
dan kelembaban yang tinggi pada cetakan pasir.
(b) Lubang peniti (pinhole), lubang – lubang kecil yana terjadi di bawah
permukaan cetakan akibat terperangkapnya gas di dalam rongga cetakan.
(c) Pengikisan dinding cetakan (sand wish), terjadi pada saat logam cair
dituang, sehingga bentuk benda cor akan mengikuti bentuk rongga cetak
yang terkikis.
(d) Scabs, daerah kasar pada permukaan benda cor akibat adanya pasir yang
terlepas selama penuangan dan tertanam pada permukaan benda cor.
(e) Penetrasi, terjadi bila fluiditas logam cair tinggi, sehingga dapat
merembus ke dalam cetakan pasir atau inti pasir. Setelah pembekuan,
permukaan benda cor terdiri dari campuran butir – butir pasir dan logam.
(f) Pergeseran belahan cetakan (mold shift), yaitu pergeseran antara kup
(bagian atas cetakan) dan drug (bagian bawah cetakan) sehingga
menghasilkan benda cor yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan.
(g) Pergeseran inti (core shift), pergeseran serupa terjadi pada inti dan pada
umumnya ke arah vertikal.
(h) Keretakan cetakan (mold crack), terjadi bila kekuatan cetakan tidak
memadai sehingga logam cair dapat mengisi celah retakan tersebut.