Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

TEKNIK PENGECORAN LOGAM


POLA DAN INTI

IRFAN MASYKUR
21050117130112

DOSEN PENGAMPU : YUSUF UMARDANI ST, MT.

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengecoran logam merupakan bagian dari industri hulu dalam bidang
manufaktur, terdiri dari proses mencairkan logam yang kemudian cairan logam
tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan hingga membeku.
Urutan proses pengecoran logam terdiri dari pembuatan pola, pembuatan cetakan
dan inti, peleburan, pembongkaran, pembersihan dan pengerjaan akhir, pengujian-
pengujian serta perlakuan panas (Heat Treatment). Hal utama yang harus
diperhatikan dalam pembuatan benda cor adalah tuntutan-tuntutan dari produk
coran tersebut, sehingga produk pengecoran yang dihasilkan dapat berfungsi
dengan baik sesuai tuntutan. Tuntutan-tuntutan dari produk pengecoran tersebut
meliputi fungsi benda cor, kekuatan yang harus dimiliki, kekerasan yang diinginkan,
hingga permasalahan harga yang ekonomis. Pembuatan suatu profil barang
diperlukan pola untuk membuat cetakan barang yang diinginkan serta inti cor yang
berguna utuk membuat profi dalam seperti rongga pada cetakan untuk mencegah
pengisian logam
Pola yang digunakan untuk pembuatan cetakan benda coran dapat
digolongkan menjadi pola logam dan pola kayu (termasuk pola plastik dan
sterofom). Pola kayu dibuat dari kayu, murah, cepat dibuatnya dan mudah
diolahnya dibandingkan dengan pola logam. Oleh karena itu pola kayu umumnya
dipakai untuk cetak pasir maupun pasir cetak CO2 proses.
Inti adalah pasir yang dibentuk dan dipadatkan kemudian dipasangkan pada
rongga cetakan untuk mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya
berbentuk lubang atau rongga dalam suatu coran. Macam-macam inti dibedakan
berdasar pengikatnya atau cara pembuatannya, antara lain: inti minyak, kulit, CO2,
udara dan sebagainya, disamping pasir dengan pengikat tanah lempung.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian pengecoran logam

2. Pengertian pola cor (pattern)


3. Pengertian inti cor (core)

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Dapat memahami apa yang dimaksut pengecoran logam

2. Memahami tentang pola cor (pattern)

3. Memahami mengenai pola inti (core)


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pengecoran Logam


Pengecoran logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan
logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bentuk yang mendekati bentuk
geometri akhir produk jadi. Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam
cetakan yang memiliki rongga cetak (cavity) sesuai dengan bentuk atau desain yang
diinginkan. Setelah logam cair memenuhi rongga cetak dan tersolidifikasi,
selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor dapat digunakan untuk proses
selanjutnya.
Untuk menghasilkan hasil cor yang berkualitas maka diperlukan pola yang
berkualitas tinggi, baik dari segi konstruksi, dimensi, material pola, dan
kelengkapan lainnya. Pola digunakan untuk memproduksi cetakan. Pada umumnya,
dalam proses pembuatan cetakan, pasir cetak diletakkan di sekitar pola yang
dibatasi rangka cetak kemudian pasir dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai
kepadatan tertentu. Pada lain kasus terdapat pula cetakan yang mengeras/menjadi
padat sendiri karena reaksi kimia dari perekat pasir tersebut. Pada umumnya
cetakan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas (cup) dan bagian bawah (drag)
sehingga setelah pembuatan cetakan selesai pola akan dapat dicabut dengan mudah
dari cetakan.
Inti dibuat secara terpisah dari cetakan, dalam kasus ini inti dibuat dari pasir
kuarsa yang dicampur dengan air kaca (Water Glass/ Natrium Silikat), dari
campuran pasir tersebut dimasukan kedalam kotak inti, kemudian direaksikan
dengan gas CO2 sehingga menjadi padat dan keras. Inti diseting pada cetakan.
Kemudian cetakan diasembling dan diklem.
Sembari cetakan dibuat dan diasembling, bahan-bahan logam seperti ingot,
scrap, dan bahan paduan, dilebur di bagian peleburan. Setelah logam cair dan
homogen maka logam cair tersebut dituang ke dalam cetakan. Setelah itu ditunggu
hingga cairan logam tersebut membeku karena proses pendinginan. Setelah cairan
membeku, cetakan dibongkar. Pasir cetak, inti, dan benda tuang dipisahkan. Pasir
cetak bekas masuk ke instalasi daur ulang, inti bekas dibuang, dan benda tuang
diberikan ke bagian fethling untuk dibersihkan dari kotoran dan dilakukan
pemotongan terhadap sistem saluran pada benda tersebut. Setelah fethling selesai
apabila benda perlu perlakuan panas maka diproses di bagian perlakuan panas.

2.2 Pola (Pattern)


Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat
dibuat dari kayu, plastik/polimer atau logam. Pemilihan material pola tergantung
pada bentuk dan ukuran produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk cor dan jenis
proses pengecoran yang digunakan. Pola dapat berguna agar menjaga ketelitian
ukuran benda coran. Pasir atau tanah dapat menyapu atau strickled ke dalam bentuk
logam yang tidak sempurna selama pembekuan, dan ini mungkin tidak seragam
karena pendinginan tidak merata. Oleh karena itu, pola harus sedikit lebih besar
dari bentuk aslinya, perbedaan yang dikenal sebagai penyisihan kontraksi.
2.2.1 Macam-macam Pola

a. Pola Pejal

Pola pejal adalah pola yang bentuknya hampir serupa dengan bentuk coran,
macamnya antara lain: pola tunggal,pola belahan, pola setengah, pola belahan
banyak, pola penarikan terpisah dan pola penarikan sebagian.
b. Pola Plat Pasangan
Pola plat pasangan merupakan plat yang pada kedua sisinya ditempelkan
pola dan sitem salurannya. Pola ini cocok untuk produksi masa coran berukuran
kecil.
c. Pola Pelat Kup Dan Drag

Pola dilekatkan pada dua buah pelat, demikian juga saluran masuk, saluran
turun, pengalir dan penambah
d. Pola Cetakan Sapuan
Pola untuk benda coran bentuk silinder atau putar. Pola ini dibuat dari pelat
dengan sebuah penggeret atau pemutar ditengahnya.
e. Pola Penggeret Dengan Penuntun

Pola ini dipergunakan untuk pipa lurus atau lengkung dengan penampang
tidak berubah.
f. Pola Penggeret Dengan Rangka Cetak

Untuk kondisi dimana pola dapat ditukar secara konsentris.

2.2.2 Bahan - Bahan Untuk Pembuatan Pola


Bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatan pola adalah kayu, resin atau
logam. Dalam hal-hal tertentu atau pemakaian khusus juga bisa dipakai bahan
seperti plaster atau lilin.
Kayu yang dipakai untuk pola adalah kayu saru, kayu aras, kayu pinus, kayu
mahoni, kayu jati dan lain-lain. Pemilihan kayu menurut macam dan ukuran pola,
jumlah produksi, dan lamanya pemakaian.
Dari berbagai macam resin sintetis hanya resin epoksi yang termasuk bahan
resin termoset banyak dipakai untuk membuat pola resin, karena penyusutan yang
kecil pada waktu mengeras dan tahan aus. Penambahan zat pengencer, pemlastis
atau zat penggemuk akan memperbaiki sifat-sifat resin epoksi.
Resin polistirena dipakai sebagai bahan untuk pola sekali pakai pada
pembuatan cetakan yang lengkap. Pola dibuat dengan menambahkan zat pembuat
busa pada polistirena untuk membuat berbutir, mudah dikerjakan, tetapi tak dapat
menahan penggunaan yang berulang-ulang.
Bahan pola logam yang umum digunakan adalah besi cor kelabu, karena
tahan aus, tahan panas dan tidak mahal. Selain itu dapat pula dipakai pola dengan
bahan logam alumunium yang ringan dan mudah dikerjakan.

2.3 Inti (Core)


Inti cor merupakan bagian yang penting dalam pengecoran logam yang
berfungsi membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah dengan cetakan
dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti harus mampu menahan
temperatur cair logam biasanya bahannya dari pasir.
Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin
kendaraan diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam rongga cetak sebelum penuangan
untuk membentuk permukaan bagian dalam produk dan akan dibongkar setelah
cetakan membeku dan dingin. Seperti cetakan, inti harus kuat, permeabilitas baik,
tahan panas dan tidak mudah hancur (tidak rapuh).
Pemasangan inti didalam rongga cetak kadang-kadang memerlukan
pendukung agar posisinya tidak berubah pendukung tersebut disebut chaplet, yang
dibuat dari logam yang memiliki titik lebur benda cor. Sebagai contoh chaplet baja
digunakan pada pengecoran besi tuang, setelah penuangan dan pembekuan chaplet
akan melekat pada benda cor bagian chaplet yang menonjol ke luar dari benda cor
selanjutnya dipotong. Untuk membuat cetakan diperlukan pola sedangkan untuk
membuat inti dibutuhkan kotak inti.

Gambar 2.1 (a) Inti disangga dengan chaplet, (b) Chaplet, (c) Hasil pengecoran
berlubang di bagian tengah.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Pengecoran logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan


logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bentuk logam yang mendekati
geometri akhir produk jadi.
2. Pola (pattern) merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat.
Pola dapat dibuat dari kayu, plastik/polimer atau logam. Pemilihan material
pola tergantung pada bentuk dan ukuran produk cor, akurasi dimensi,
jumlah produk cor dan jenis proses pengecoran yang digunakan. Macam-
macam Pola diantaranya : Pola Pejal, Pola plat pasangan, Pola pelat kup dan
drag, Pola cetakan sapuan, Pola penggeret dengan penuntun, Pola penggeret
dengan rangka cetak.
3. Inti (core) adalah sebuah profil yang dibuat untuk membuat rongga pada
benda coran dengan cara diletakkan ke dalam cetakan yang dihasilkan pola.
Inti dibuat terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan
digunakan. Bahan inti harus tahan menahan temperatur cair logam
umumnya bahan dari pasir. Pemasangan inti didalam rongga cetak kadang-
kadang memerlukan pendukung agar posisinya tidak berubah pendukung
tersebut disebut chaplet.
DAFTAR PUSTAKA

Jumadil, 2019. “Teknik Pengecoran Logam”.

http://digilib.polban.ac.id/download.php?id=17247. (dikases : 07 Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai