Anda di halaman 1dari 11

MehcanicalXplore – Vol. 01 No.

01, Juli 2020 ISSN: 2528-0821

ANALISIS PENGARUH RADIUS BENDING PADA PROSES BENDING


MENGGUNAKAN PELAT SPCC-SD TERHADAP PERUBAHAN
STRUKTUR MIKRO
Istianto Budhi Rahardja1, Nana Rahdiana2*, Abduh Al Afghani3, Anwar Ilmar Ramadhan4, Sumanto5,
Sukarman6
1Program Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Kelapa Sawit, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, Bekasi, 17520
2Program Studi Teknik Industri, Universitas Buana Perjuangan, Jl. HS Ronggowaluyo Telukjambe, Karawang, 41361
3Program Studi Teknik Mesin, Universitas Buana Perjuangan, Jl. HS Ronggowaluyo Telukjambe,Karawang, 41361
4Program Studi Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jl Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta, 10510
5Program Studi Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik Karawang, Jl. Surotokunto No.2, Karawang, 41371
6Program Studi Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Tekologi Wastukancana, Jl. Cikopak No. 53, Purwakarta, 41151

*nana.rahdiana@ubpkarawang.ac.id
___________________________________________________________________________

ABSTRAK
Paper ini membahas tentang pengaruh radius bending pada kualitas hasil bending dan pengaruhnya terhadap perubahan
microstructure. Proses bending merupakan salah satu proses pembentukan logam (metal forming) dengan metode
pembentukan dingin. Pada proses bending salah satu hal yang harus diperhatikan adalah penggunaan radius bending
dan besarnya gaya yang diberikan. Penelitian ini menggunakan metode ekperimental dengan menggunakan material
baja carbon rendah SPCC-SD dengan ketebalan 1.0 mm. Spesifikasi material SPCC-SD mengacu pada JIS-3141.
Peneitian dilakukan pada proses bending dengan menggunakan mesin power press berkapasitas 40 ton pada proses
pembuatan omega clamp 1.5 Inchi. Pengamatan difokuskan pada zona radius bending R 0.8 mm dan R 2.5 mm. Hasil
pengujian mengkonfirmasi bahwa terjadi keretakan disekitar zona bending R 0.8 mm sedangkan pada zona radius
bending R 2.5 mm tidak ditemukan. Penelitian ini juga mengkonfirmasi adanya perubahan microstructure pada
penggunaan radius bending R 0.8 mm. Pada penggunaan zona bending R 0.8 mm telah dikonfirmasi terjadi perubahan
menjadi butiran pearlite berdiameter 3.09 𝜇𝑚-6.97 µm. Sementara pada zona bending R 2.0 hanya terjadi perubahan
pergeseran pearlite ke pusat bending dan tidak sampai terbentuk butiran pearlite.

Kata kunci: Struktur micro, Pembentukan baja, Baja karbon rendah, Pearlit, Radius penekukan

ABSTRACT
This paper study the influence of bending radius on bending results' quality and its effect on microstructure changes. The
bending process is one of metal forming type with the cold forming process. In the bending process, one thing to consider
is using a bending radius, and a total force applied. This study used an experimental method using low-carbon steel
material SPCC-SD with a thickness of 1.0 mm. SPCC-SD material specifications used according to JIS-3141. The
research was carried out in the bending process using a 40-ton capacity power press machine for the 1.5-inch omega
clamp manufacturing process. The investigation focused on bending radius zones. It found cracks around R 0.8 mm'
bending zone while the R 2.5 mm bending radius zone not observed. The investigation confirmed the changes in the
microstructure in the use of a 1.0 mm bending radius. Using the R 0.8 mm bending zone, confirmed that there changed
size grain to 3.09 μm-6.97 μm diameter pearlite. While in the bending zone R 2.0, there was only a change in the pearlite
shift to the bending center and without changed the pearlite grain.

Keywords: Microstructure, Metal forming, Low-carbon steel, Pearlite, Bending radius

PENDAHULUAN industri manufaktur, teknologi metal forming


Teknologi pembentukan logam (metal sehingga penggunaan produk lembaran logam
forming) dengan menggunakan lembaran logam telah banyak digunakan di hamper semua sektor
(sheet metal) merupakan salah satu teknologi industri, sperti industri otomotif, elektronik,
manufaktur paling awal yang dikembangkan industri pertambangan, industri pesawat
dalam industri manufaktur [1]. Bersamaan terbang dan lain-lain [2-4]. Salah satu bentuk
dengan terus meningkatnya perkembangan proses metal forming adalah proses bending
MehcanicalXplore – Vol. 01 No. 01, Juli 2020 ISSN: 2528-0821

(penekukan). Pendekatan penekukan logam dari bahan yang sama yang dikeraskan pada 35
telah banyak dikembangkan dalam menanggapi HRC hingga 40 HRC hanya memiliki umur
meingkatnya ketelitian toleransi pembentukan total hanya 30.000 unit [11].
logam, munculnya beragam bentuk, dan Baja karbon rendah memiliki ≤ 0,30%
berbagai tipe spesifikasi plat [5-6]. karbon. Umumnya disuplai sebagai produk
Berdasarkan perlakukan suhu, metode lembaran atau strip, dalam kondisi cold-rolled
pembentukan logam dibagi dalam dua proses atau kondisi anil [12]. Untuk baja dengan
yaitu pembentukan dingin (cold working) yang formabilitas tinggi, kandungan karbon kurang
dilakukan pada suhu kamar dan pembentukan dari 0,1% dengan kadar magnesium 0,4%,
panas (hot working) dengan temperatur tinggi digunakan untuk panel bodi mobil, pelat tipis,
[4]. Proses pembentukan dingin dilakukan dan produk kawat. Untuk pelat dan bagian
tanpa pemanasan benda kerja. Pembentukan struktural baja canai, kandungan karbonnya
dingin merupakan pembentukan plastis logam adalah 0,3% dengan kandungan magnesium
di bawah suhu rekristalisasi dan dilakukan di 1,5%, digunakan untuk proses stamping,
suhu kamar [8]. forging, tabung seamless atau plate boiler [8].
Tipe proses pembentukan logam lainya Penelitian tentang pembentukan logam
didasarkan pada tipe penekukanya ada dua (metal forming) telah banyak dilakukan. Huang
yaitu, pembentukan kinematic (kinematic melakukan penelitian microstructure untuk
shaping) dan pembentukan dengan dies Peregangan-Bending Baja Dual-Fase dengan
(shaping with rigid tools). Proses pembentukan pendekatan Representative volume elements
kinematik lebih fleksibel. Bentuk akhir (RVE). Penelitian menggunakan material
komponen dari proses kinematic shaping tidak DP590 and DP780. Mode kegagalan
ditentukan oleh bentuk alat, tetapi ditentukan mikrostruktur dalam berbagai kondisi
oleh gerakan relatif alat dan benda kerja. pembebanan dalam uji regangan-tekuk
Pembentukan dengan dies dipengaruhi oleh dipelajari, dan berbagai mekanisme kegagalan
geometri benda kerja yang diinginkan, terutama dalam tekukan-regangan dianalisis. Hasil
yang berkaitan dengan lengkungan, dan faktor komputasi dan analisis distribusi tegangan-
springback setelah penekanan. Karena geometri regangan menunjukkan bahwa dalam model
dies dan benda tetap, proses pembentukan ini RVE, regangan sebagian besar terjadi pada fase
menghasilkan reproduktifitas tinggi dan waktu ferit, sedangkan fase martensit melakukan
pemrosesan lebih pendek dalam banyak kasus sebagian besar tegangan tanpa regangan yang
[9]. signifikan. Kegagalan adalah hasil dari
Proses bending termasuk metal forming dehomogeneity deformasi antara fase martensit
jenis cold working. Proses bending bisa dan fase ferit. Berbagai tampilan dan
silakukan dengan metode kinematic shaping pertumbuhan rongga awal berbeda tergantung
ataupun dengan dies (shaping with rigid tools) pada radius bending [13].
[10]. Beberapa faktor yang mempengaruhi Pada penelitian lainya, Liu melakukan
umur pemakaian dies antara lain kekerasan die, penelitian mikro struktur dan evolusi tekstur
tingkat kedalaman alur atau konfigurasi lain selama ekstrusi dan deformasi bending-shear
dalam cetakan, apakah flash diizinkan atau dengan menggunakan baja paduan magnesium
tidak, dan komposisi logam kerja. Kekerasan AZ31. Penelitian menggunakan teknologi
dies memiliki pengaruh besar pada umur severe plastic deformation (SPD) dengan
pemakaian dies. Dies yang dikeraskan menjadi mengunakan metode Direct Extrusion and
50 hingga 55 HRC sering kali memiliki umur Bending–Shear (DEBS). Teknik SPD baru —
total 190.000 hingga 200.000 unit pada proses DEBS — dapat secara efektif memperbaiki
metal forming baja karbon rendah ke bentuk butiran dan meningkatkan struktur mikro
sederhana. Dalam aplikasi yang serupa, dies paduan AZ31 Mg. Ukuran butir berkurang

2
MehcanicalXplore – Vol. 01 No. 01, Juli 2020 ISSN: 2528-0821

secara signifikan dari 253 𝜇𝑚 lm menjadi 6,2 JIS 3141 [12] [16] . Penelitian dilakukan
𝜇𝑚 setelah ekstrusi pada 370o C karena adanya dengan mengambil studi kasus pada proses
dynamic recrystallization (DRX). Deformasi bending dengan menggunakan dies stamping
bending-shear ditemukan sangat penting untuk pada pembuatan omega clamp 1.25” sebagai
tekstur tuning paduan AZ31 karena pembukaan objek penelitian. Uji metallography dilakukan
sistem slip non-basal dan inisiasi DRX selama dengan memotong secara melintang benda
DEBS, yang mengarah pada perubanah kerja pada dua titik di R1 dan R2 untuk
homogenitas pda struktur mikro lanjut. Evolusi dilakukan uji metallography.
tekstur menyatakan bahwa tekstur basal yang
kuat yang terbentuk dalam ekstrusi langsung METODE PENELITIAN
dapat lebih lanjut dilemahkan oleh deformasi
Omega clamp dan Material
bending-shear [14]. Proses bending omega clamp dilakukan
Penelitian lanjutan juga dilakukan oleh Su dengan dies dan punch sehingga termasuk
dengan melakukan investigasi proses roll metode shaping with rigid tools. Omega clamp
dengan menggunakan kondisi batas merupakan salah satu klem pipa yang banyak
pembentukan lima batas (five-boundary) digunakan untuk mengikat atau menjepit pipa
fungusi distribusi. Penelitian ini menggunakan pada dinding beton atau kayu. Kapaisitas beban
material baja Q235, SUS 304 dan DP780. Pada omega clamp ditentukan oleh panjang dan tebal
baja Q235 untuk ketebalan 2.0 mm memiliki
pipa yang digunakan Kapasitas penjepit
butir mikroskopis yang sedikit berubah ditentukan oleh panjang pipa yang digunakan.
dibandingkan dengan ukuran butir mikroskopis Ketika mengacu pada perpipaan, omega clamp
berdasarkan fungsi distribusi kondisi lima juga digunakan untuk menghubungkan pipa ke
batas. Namun, perubahan butiran mikroskopis
unit gantungan pipa.
dengan ketebalan yang berbeda terlihat jelas. Penelitian ini membahas pengaruh radius
Ini menunjukkan bahwa ketebalan lembaran terhadap perubahan microstructure pada proses
berpengaruh signifikan terhadap regangan stamping omega clamp 1.25”. Material yang
transversal dari zona pembentukan material digunakan adalah SPCC-SD (JIS 3141) dengan
(forming zone). Butir mikroskopis di zona ketebalan 1.0 mm. Proses bending
bending baja DP780 berbentuk topi menggunakan mesin power press kapasitas 40
menunjukkan fenomena ketegangan dan ton. Sedangkan uji metalografi dilakukan di
kompresi, tetapi perubahan dalam ukuran butir laboratorium teknik mesin Universitas Buana
tidak jelas. Secara bersamaan, regangan tarik Perjuangan.
butir di lapisan luar zona lentur di sepanjang Material yang digunakan diambil dari heat
arah ketebalan lembaran lebih besar dari no. SP45572 yang merupakan plat produksi dari
regangan tekan di lapisan dalam, yang PT X. Spesifikasi material SPCC-SD yang
menunjukkan bahwa pengurangan ketebalan di digunakan adalah tersaji pada Tabel 1.
zona lentur tidak bisa dihindari [15].
Berbeda dengan penelitian-penelitian di Tabel 1. Sifat-sifat mekanik pelat SPCC-SD
atas, penelitian ini dilakukan untuk
Mechanical properties Standard Actual
mengivestigasi pengaruh radius bending pada
UTS (MPa) ≥ 270 316
proses stamping terhadap perubahan
YS (MPa) ≤ 240 179
microstructure dan kualitas hasil bending.
Elongation (%) ≥ 46 46
Proses bending dalam penelitian ini
Harness (HRB), max. ≤ 57. 44.1
menggunakan radius R 0.8 dan R 2.5 mm.
Metode yang digunakan adalah metode
Sementara itu komposisi kimia material yang
ekperimental dengan menggunakan material
digunakan tersaji pada tebel 2.
baja carbon rendah (SPCC-SD) mengacu pada

3
MehcanicalXplore – Vol. 01 No. 01, Juli 2020 ISSN: 2528-0821

Tabel 2. Komposisi kimia pelat SPCC-SD clamp dirancang dengan menggunakan R 0.8
mm pada radius R1 dan R 2.5 mm pada radius
Unsur Standard Aktual
R2. Material Dies dan Punch menggunakan
C ≤ 0.12 0.0343 material SKD11 yang dikeraskan (hardening
Mn ≤ 0.5 0.205 process). Kekerasan material berkisar antara 55
S ≤ 0.45 0.0032 – 59 HRC. Prosed bending omega clamp tersaji
P ≤ 0.40 0.0077 pada Gambar 2.
Si - 0.002 Nilai radius bending akan mempengaruhi
dimensi total dan kegagalan material (keretakan
Dengan melihat prosentase unsur karbon pda material). Nilai radius bending berbanding lurus
tabel 2 dapat diketahui bahwa material SPCC- dimensi blank material yang kita gunakan yang
SD (JIS 3141) merupakan jenis baja karbon akan mempengaruhi efisiensi penggunaan
rendah dan ekuivalen dengan standar ASTM material. Ketidaktepatan saat menentukan
A366-91 [17] [18]. Ekperimen ini radius bending akan berpengaruh pada dimensi
menggunakan sample dengan dua radius akhir suatu komponen. Pada sisi lain juga harus
bending yaitu radius bending R 0.8 mm dan R dihindari adanya keretakan hasil bending yang
2.5 mm. Gambar omega clamp yang digunakan bisa mempengaruhi ketangguhan suatu
dalam penelitian ini tersaji pada gambar 1. komponen. Hal terpenting untuk mencegah
keretakan material pada proses bending adalah
dengan menggunakan radius bending yang
tidak terlalu kecil [19].
Tensile strength dan ketebalan merupakan
variebel yang akan mempengaruhi dimensi dan
kualitas proses metal forming. Karenanya,
penentuan radius bending harus memperhatikan
tensile strength dan ketebalan material yang
Gambar 1. Omega clamp 1.25 inchi akan digunakan. Radius minimum untuk
material dengan tensile strength sampai dengan
Proses Bending Omega clamp 490 N/m2 tersaji pada Tabel 3 [19].
Radius bending akan mempengaruhi
kualitas hasil bending. Dies bending omega

Gambar 2. Proses bending omega clamp 1.5 inchi

4
MehcanicalXplore – Vol. 01 No. 01, Juli 2020 ISSN: 2528-0821

Tabel. 3 Minimum radius bending


Tensile Bending Ketebalan material
strength direction 1.0 > 1 - 1,5 > 1.5 - > 2,5 – > 3.0 –
[N/mm2] 2,5 3.0 4.0
≤ 390 transverse 1.0 1.6 2.5 3.0 5.0
longitudinal 1.0 1.6 2.5 3.0 6.0
390 - 490 transverse 1.2 2.0 3.0 4.0 5.0
longitudinal 1.2 2.0 3.0 4.0 6.0

Mikroskop optik dan Struktur mikro fasa yang ada, presentase dan distribusi fasa,
Pengujian microstructure dilakukan di inklusi (pengotor), presipitat maupun ukuran
laboratorium Universitas Buana Perjuangan butir. Contoh microstructure dari low-carbon
(UBP) Karawang, dengan menggunakan steel dan high-strength low-alloy steel setelah
microscop optik yang dihubungkan dengan proses rolling tersaji pada Gambar 3.
camera beta ke perangkat komputer. Struktur Proses pengujian diawali dengan
mikro merupakan struktur yang bisa diamati melakukan polishing permukaan sample yang
melalui mikroskop baik itu mikroskop optik sudah dimounting pada resin. Setelah proses
maupun mikroskop elektron. Beberapa pemolesan dilakukan proses etching dengan
informasi yang bisa diperoleh dari struktur menggunakan nital 5%. Proses pengujian
mikro antara lain identifikasi masing-masing Microstructure tersaji pada Gambar 4.

(a) low-carbon steel (b) high-strength low-alloy steel


Gambar 3. Microstructure setelah proses rolling

Gambar 4. Pengujian Microstructure menggunakan mounting.

5
MehcanicalXplore – Vol. 01 No. 01, Juli 2020 ISSN: 2528-0821

Ferrite merupakan larutan padat besi yang Paduan-paduan ini juga mengandung kembar
mengandung karbon atau satu atau lebih unsur anil dalam kondisi larutan anil yang ditempa
paduan seperti silikon, kromium, mangan, dan [19] [20].
nikel [ASM Vol.20]. Fasa Ferrite berwarna Fasa pearlite berwarna hitan yang
putih dan disebut juga fasa alpha (α). Fasa merupakan campuran mekanis yang terdiri dari
Ferrite mempunyai karateristik yang lunak dan dua fasa, yaitu ferrit dengan kadar karbon
liat. Pada suhu ruang, kadar karbonnya 0,008%, 0,025% dan semetite dalam bentuk lamellar
sehingga dapat dianggap besi murni. Kadar (lapisan pipih) dengan kadar karbon 6,67%
maksimum karbon sebesar 0,025% pada suhu yang berselang-seling rapat terletak
723o C. Ferrite bersifat magnetik sampai suhu bersebelahan. Pearlit merupkan struktur mikro
768o C. Baja feritik sepenuhnya diperoleh dari reaksi eutektoid lamellar. Sifat pearlite
hanya ketika kandungan karbonnya rendah. adalah lebih keras dan lebih kuat dari pada
Fitur mikrostruktur yang paling jelas adalah Ferrite tetapi kurang liat dan tidak magnetis.
batas butir ferit. Ferit adalah fase kekuatan Perlit merupakan campuran ferit dan sementit di
rendah yang lunak. Jika ukuran butir ferit halus, mana dua fase terbentuk dari austenit dalam
daktilitas dan kemampuan bentuk yang baik pola lamelar bergantian. Pembentukan perlit
diperoleh. Karena ferit memiliki struktur kristal membutuhkan pendinginan yang relatif lambat
body-centered cubic (bcc), baja feritik pada daerah austenit dan tergantung pada
menunjukkan transisi dari perilaku ulet menjadi komposisi baja. Bentuk perlit pada suhu di
getas saat suhu menurun atau ketika laju bawah suhu kritis lebih rendah dari baja yang
regangan meningkat [19]. Dua jenis larutan bersangkutan dan dapat dibentuk secara
padat memberikan karakteristik berbeda untuk isotermal atau dengan pendinginan terus
ferit. Larutan padatan interstitial dari besi dan menerus. Kenaikan kekerasan baja dapat
karbon merespon dengan cepat selama ditingkatkan dengan menaikan laju pendinginan
perlakuan panas, sedangkan larutan padatan tanpa pembentukan konstituen lainnya. Saat
substitusi berperilaku lamban selama perlakuan suhu reaksi isotermal menurun atau laju
panas, seperti dalam homogenisasi. pendinginan meningkat, jarak antarlam
Fasa austenite adalah campuran besi dan menurun. Kekuatan dan ketangguhan baja
karbon yang terbentuk karena adanya pearlitic meningkat seiring dengan penurunan
pembekuan. Pada proses pendingin selanjutnya jarak interlamellar [4][19][20].
austenite berubah menjadi ferrit dan pearlit dan Bainit merupakan fasa yang terjadi akibat
sementite. Austenite juga merupakan fase transformasi pendinginan yang sangat cepat
dengan kekuatan rendah yang lunak. Sifat lunak pada fasa austenite ke suhu antara 250oC-550oC
dari fasa austenite karena memiliki struktur dan ditahan pada suhu tersebut (ishotermal).
kristal face-centered cubic (FCC) dan paduan Seperti perlit, bainit merupakan komposit dari
austenitik tetap elastis terlepas dari suhu atau ferit dan sementit [19]. Tidak seperti perlit, ferit
laju regangan kecuali perubahan fasa terjadi. memiliki morfologi asikuler dan karbida adalah
Untuk memperoleh baja austenit sepenuhnya partikel diskrit. Karena perbedaan morfologis
diperlukan komposisi kimia yang cermat ini, bainit memiliki karakteristik properti yang
dengan sejumlah besar elemen penstabil jauh berbeda dari perlit. Secara umum, baja
austenit — karbon, nitrogen, nikel, dan mangan bainitik memiliki kekuatan tinggi ditambah
— harus ada dibandingkan dengan elemen yang dengan ketangguhan yang baik, sedangkan baja
menstabilkan ferit. Beberapa contoh dari pearlitic memiliki kekuatan tinggi dengan
paduan besi austenitik adalah baja tahan karat ketangguhan yang buruk [19].
austenitik dan baja mangan austenitik. Fitur Martensite merupakan fasa dimana ferrite
mikrostruktur yang paling terlihat dari paduan dan sementite bercampur, tetapi bukan dalam
fase-tunggal ini adalah batas butir austenit. lamellar, melainkan jarum-jarum sementite.

6
MehcanicalXplore – Vol. 01 No. 01, Juli 2020 ISSN: 2528-0821

Fasa ini terbentuk dari austenite meta stabil Karbida besi (sementite) merupakan baja
didinginkan dengan laju pendinginan cepat paduan yang melebihi batas daya larut
tertentu. Terjadinya hanya prespitasi Fe3C membentuk fasa kedua. Karbida besi
unsur paduan lainnya tetapi larut transformasi mempunyai komposisi kimia Fe3C.
ishotermal pada 260o C untuk membentuk Dibandingkan dengan ferrit, karakteristik fasa
dispersi karbida yang halus dalam metriks sementite sangat keras. Senyawa karbida besi di
ferrit. Martensite bilah (lath martensite) dalam ferrit akan meningkatkan kekerasan baja,
terbentuk jika kadar C dalam baja sampai 0,6% tetapi karakteristik dari karbida besi murni tidak
sedangkan di atas 1 % C akan terbentuk liat. Karbida ini tidak dapat menyesuaikan diri
martensite pelat (plate martensite). Perubahan dengan adanya konsentrasi tegangan sehingga
dari tipe bilah ke pelat terjadi pada interval kurang kuat. Secara umum karakteristik dari
0,6% < C < 1, 08%. Secara umum Sifat dari karbida besi (sementite) adalah keras, rapuh dan
martensite adalah rapuh dan keras, kekerasan magnetis [19][20]. Sifat keraas dan rapuh pada
tergantung dari komposisi karbon. Martensite karbida besi (sementit) mirip dengan
berbentuk seperti jarum. Contoh microstrukture karakteristik martensite.
(deteksi preferensial) dalam sampel baja Diagram fasa baja cabon tersaji pada
stainless AISI 416 tersaji pada Gambar 5 Gambar 6 [19].
[19][20].

Gambar 5. Microstructure baja stainless AISI 416 - dietsa dengan reagen Vilella. (a) Gambar aktif (b)
Mangan sulfida (putih). (c) Martensit temper (putih). (d) Deteksi preferensi δ-ferit (putih)

7
MehcanicalXplore – Vol. 01 No. 01, Juli 2020 ISSN: 2528-0821

Gambar 6. Diagram fasa baja carbon

HASIL DAN PEMBAHASAN dibandingkan daerah lainya. Tingginya


tegangan geser pada daerah ini disebabkan oleh
Evaluasi Hasil Bending
kecilnya radius pada zona bending tersebut.
Proses bending omega clamp menggunakan
Kondisi ini sesuai dengan teori bahwa tegangan
material 1.0 mm. Fokus pengamatan dilakukan
geser berbanding terbalaik dengan luas zona.
pada pengamatan visual pada zona bending R
Artinya semakin kecil radius bending akan
0.8 mm dan R 2.5 mm. Pada zona radius
semakin kecil pulan zona bendingnya dan akan
bending R 0.8 mm ditemukan adanya keretakan
semakin besar tegangan geser yang terjadi pada
kecil disebagian besar alur bending. Keretakan
lokasi tersebut. Sementara pada R 2.5 mm tidak
terjadi pada luasan 120o dari arah gaya axial
ditemukan adanya keretakan pada semua sisi
proses bending. Hal ini dapat dipahami karena
bending. Keretakan pada zona bending R 0.8
daerah ini mendapatkan tegangan geser
mm tersaji pada Gambar 7.
tertinggi dari gaya aksial yang diberikan

120o Lokasi retak

Gambar 7. Lokasi retak pada zona redius bending R 0.8 mm

8
MehcanicalXplore – Vol. 01 No. 01, Juli 2020 ISSN: 2528-0821

Analisis Microstructure data microstructure pada zona R 2.5 mm. Pada


Analisis regangan transversal pada zona zona bending R 2.5 mm tidak mengalami
bending lembaran baja SPCC-SD dipelajari keretakan proses bending. Dari gambar tersebut
berdasarkan pada struktur mikro dari bahan dan trlihat adanya perubahan butiran pearlite yang
pengaruh radius pada proses bending pada tidak terlalu signifikan. Pearlite yang berwarna
struktur mikro lembaran baja. Hasil hitam hanya sedikit terkontrenstari pada sekitar
pengamatan microstructure pada kedua area zona bending R 2.5 mm. Kondisi ini terlihat
tersebut tersaji pada 8. berbeda jika dibandingkan dengan zona
Gambar 8.a menunjukan data bending R 0.8 mm. Meskipun mendapatkan
microstructure pada zona R 0.8 mm yang gaya aksial pada proses bendingnya tetapi
mengalami keretakan proses bending. Dari masih lebih renadah jika dibandingkan dengan
gambar tersebut trlihat adanya perubahan zona radius R 0.8 mm. Terjadi pergeseran
butiran pearlite menjadi bentuk bulat hitam butiran pearlite juga mengindikasikan adanya
karena adanya gaya aksial yang lebih tinggi sedikit peningkatan kekerasan dan ketangguhan
tepat pada radius bending R 0.8 mm. Perubahan pada daerah tersebut. Penelitian ini
butiran pearlite menjadi butiran lebih kecil mengkonfirmasi bahwa agar tidak terjadi
mengindikasikan adanya peningkatan keretakan, minimum radius bending yang
kekerasan dan ketangguhan pada daerah digunakan untuk ketebalan material 1.0 mm
tersebut. Fasa ferite pada zona R 0.8 mm juga adalah radius R 1.0 mm [18].
terlihat lebih sedikit. Gambar 8.b menunjukan

(a) Microstructure pada zona R 0.8 mm

(b) Microstructure pada zona R 2.5 mm


Gambar 8. Microstruture baja carbon rendah dengan etching nital 5% perbesaran 500 x

9
MehcanicalXplore – Vol. 01 No. 01, Juli 2020 ISSN: 2528-0821

KESIMPULAN Process. Technol., vol. 209, no. 3, pp.


Dalam penelitian ini, sampel baja SPCC- 1588–1596, 2009.
SD dengan ketebalan 1.0 mm digunakan [3] Z. Sun and L. Lang, “Effect of stress
sebagai objek penelitian untuk menginvestigasi distribution on springback in
pengaruh radius bending terhadap perubahan hydroforming process,” Int. J. Adv.
microstructure pada lokasi kegagalan retak di Manuf. Technol., vol. 93, no. 5–8, pp.
zona bending R 0.8 mm. Semakin kecil radius 2773–2782, 2017.
bending maka tegangan geser/lateral yang [4] S. L. Semiatin, Forming and Forging,
dialami sebagai akibat gaya aksial yang Fourth. ASM International, 1996.
ditimbulkan pada zona bending akan semakin [5] F. Vollertsen, A. Sprenger, J. Kraus,
tinggi. Hal ini dikonfirmasi pada hasil bending and H. Arnet, “Extrusion, channel, and
yang mengalami keretakan pada zona bending profile bending: A review,” J. Mater.
R 0.8 mm sedangkan pada zona bending R 2.5 Process. Technol., vol. 87, no. 1–3, pp.
1–27, 1999.
mm tidak terjadi keretakan. Pengaruh
penggunaan radius bending terhadap perubahan [6] S. K. Ghosh, “Handbook of metal
microstructure dikonfirmasi bahwa semakin forming,” Journal of Mechanical
Working Technology, vol. 16, no. 3. pp.
kecil raadius bending akan membentuk butiran
353–356, 1988.
pearlite yang signifikan dimana pada
pengamatan microstructure pada zona radius R [7] N. P. Padghan, P. D. Deshpande, and C.
N. Sakhale, “Force Analysis of Metal
0.8 mm terjadi pembentukan butiran pearlite
Sheet in Bending Operation on Sheet
yang lebih halus, sementara pada zona bending Bending Machine,” vol. 4, no. 01, pp.
R 2.5 mm hanya terjadi pergesetan letak 267–271, 2015.
pearlite di sekitar pusat bending. Penelitian
[8] M. Fahmi, Metallurgy II. Metallurgy.
selanjutnya akan dilakukan dengan Surabaya: Metallurgy Laboratory
menganalisis kekuatan tarik dan kekerasan pada Mechanical Enggineering Dep ITS-
zona bending R 0.8 mm dan R 2.5 mm. Surabaya, 2008.
[9] S. Huang, C. F. He, and Y. X. Zhao,
UCAPAN TERIMA KASIH “Microstructure-Based RVE Approach
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan for Stretch-Bending of Dual-Phase
kepada Universitas Buana Perjuangan Steels,” J. Mater. Eng. Perform., vol.
Karawang yang telah memberikan fasilitas 25, no. 3, pp. 966–976, 2016.
pengujian microstructure. Terima kasih juga [10] X. Y. Liu, L. W. Lu, K. Sheng, and T.
peneliti sampaikan kepada P.T. Isaka Alindo Zhou, “Microstructure and Texture
Nusantara yang telah memberikan kesempatan Evolution During the Direct Extrusion
dalam pengambilan data dan sample pada and Bending–Shear Deformation of
AZ31 Magnesium Alloy,” Acta Metall.
proses bending.
Sin. (English Lett., vol. 32, no. 6, pp.
710–718, 2019.
REFERENSI
[1] Z. C. Lin and D. A. Y. Chang, [11] D. Sun, L. Y. Yang, and C. J. Su,
“Selection of sheet metal bending “Research on roll forming based on
machines by the PRISM-inductive bending angle distribution function,”
learning method,” J. Intell. Manuf., vol. Suxing Gongcheng Xuebao/Journal
7, no. 4, pp. 341–349, 1996. Plast. Eng., vol. 26, no. 4, pp. 107–112,
2019.
[2] V. Miguel, J. Coello, A. Calatayud, M.
C. Manjabacas, A. Martínez, and C. [12] S. Mark, JIS G 3141 Cold-reduced
Ferrer, “An approach to evaluation of carbon steel sheets and strips. 2005.
sheet bending force under successive [13] S. T. Pasaribu, S. Sukarman, A. D.
multiaxial stress condition,” J. Mater. Shieddieque, and A. Abdulah,

10
MehcanicalXplore – Vol. 01 No. 01, Juli 2020 ISSN: 2528-0821

“Optimasi Parameter Proses Resistance


Spot Welding pada Pengabungan Beda
Material SPCC,” 2019, no. September.
[14] W. Stichel, Handbook of comparitative
world steel standards; USA-United
Kingdom-Germany-France-Russia-
Japan-Canada-Australia-International.
Hrsg.: Albert & Melilli, 552 Seiten.
ASTM Data Series DS 67, American
Society for Testing and Materials, PA,
USA 1996, £ 195.00, vol. 48, no. 6.
1997.
[15] T. Altan, Metal Forming Handbook,
no. 5. Springer Verlag Berlin, 1998.
[16] Vander Voort and W. Baldwin,
“Metallography and Microstructures
Handbook,” ASM Int., vol. 9, p. 2733,
2004.
[17] R. LeSar and R. LeSar, “Materials
selection and design,” Introd. to
Comput. Mater. Sci., pp. 269–278,
2013.

11

Anda mungkin juga menyukai