Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimasa yang serba modern ini, sangat dibutuhkan tenaga yang terampil
baik di kota ataupun di desa. Karena dengan adanya teknologi yang serba canggih
ini juga sangat membantu dan mempermudah dalam melakukan suatu pekerjaan.

Teknik membubut dan pengelasan merupakan salah satu dasar dan


merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa teknik mesin.
Pada umumnya setiap mahasiswa teknik mesin harus dapat memahami serta
menguasai teknik-teknik dalam membubut pada mesin bubut dan dalam
pengelasan. Di dalam praktikum mesin bubut ini juga akan membahas tentang cara
dalam proses membubut, pengenalan mesin bubut, alat-alat yang digunakan dalam
praktikum mesin bubut dan faktor-faktor keamanan selama praktikum mesin bubut.

Dengan menguasai teknik-teknik dasar membubut pengelasan, diharapkan


agar setiap mahasiswa teknik mesin mempunyai keahlian yang dapat diandalkan
untuk mengimbangi kemajuan teknologi.

Praktikum ini bertujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam


mengikuti mata kuliah Praktek pembentukan logam disini di ajarkan caranya
menjalankan mesin-mesin, memakai alat-peralatan kerja dan alat bantu lainnya,
sehingga di harapkan semua mahasiswa mengetahui dan memahaminya.

Untuk menghasilkan produk bermutu tinggi dan standard dalam pengerjaan


mesin, maka sangat di perlukan tenaga kerja yang sangat baik dan profesional.
Mesin-mesin yang ada seperti mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda, mesin las
dan lain-lain, memang di desain untuk melakukan salah satu jenis pekerjaan sesuai
dengan fungsi dan kapasitasnya

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu menggunakan mesin bubut dengan baik


2. Dapat memilih pahat bubut yang tepat
3. Dapat mengasah pahat bubut dengan tepat

1
4. Mahasiswa mampu menggunakan mesin bor untuk melubangi
5. Mahasiswa mampu melakukan pengelasan SMAW
6. Dapat menggunakan alat alat bantu mesin bubut dan pengelasan dengan tepat
dan benar
7. Mahasiswa mampu membaca gambar gambar teknik sederhana

1.3 Manfaat

1. Melatih kemampuan mahasiswa teknik mesin dalam mengoperasikan


mesin bubut dan mesin las.
2. Mahasiswa teknik mesin dapat mengetahui komponen– komponen dan fungsi
dari mesin bubut dan mesin las.
3. Mahasiswa teknik mesin dapat mengetahui proses dan langkah- langkah
pengerjaan benda kerja dengan menggunakan mesin bubut dan mesin las
4. Mahasiswa teknik mesin dapat mengetahui dari jenis-jenis alat dan bahan yang
digunakan dalam parktikum bubut dan pengelasan.
5. Mahasiswa teknik mesin tebiasa dalam pembuatan setiap laporan

2
BAB II

PROSES PEMBUBUTAN

2.1 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan melatih mahasiswa agar dapat mengoprasikan


mesin bubut yang baik dan benar sesuai dengan SOP pada mesin bubut dan
memahami fungsi dari setiap komponen yang ada pada mesin bubut hingga
dapat menghasilkan sebuah produk dari proses pembubutan.

2.2 Dasar Teori

Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk


memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses
pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda
kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar
dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut
gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan.
Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan
translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar
yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi
yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.

Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan


pembuatan ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi
besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127.
Roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai kekhususan karena
digunakan untuk konversi dari ulir metrik ke ulir inci.

3
Gambar 2.1 mesin bubut. Gambar 2.2 mesin bubut.

2.2.1 Prinsip Kerja Pada Mesin Bubut

Bubut merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang


sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian
dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan
sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak
potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan.

Benda kerja di cekan dengan poros spindel dengan bantuan chuck


yang memiliki rahang pada salah satu ujungnya. Poros spindel akan
memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda
gigi pada poros spindel. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan
disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros ulir
tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang membawa pahat.
Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir.

2.2.2 Bagian-bagian Utama Mesin Bubut

1. Sumbu Utama (Main Spindle)


Sumbu utama atau dikenal dengan main spindle merupakan suatu
sumbu utama mesin bubut yang berfungsi sebagai dudukan chuck
(cekam), plat pembawa, kolet, senter tetap dan lain-lain. (Gambar 2.3 a)
adalah sebuah sumbu utama mesin bubut yang terpasang sebuah chuck
atau cekam diamana didalamnya terdapat susunan roda gigi yang dapat
digesergeser melalui handel/tuas untuk mengatur putaran mesin sesuai
kebutuhan pembubutan. (Gambar 2.3 b) adalah jenis lain sumbu utama
mesin bubut yang ujungnya sedang terpasang sebuah senter tetap (G),
yang berfungsi sebagai tempat dudukan benda kerja pada saat pembubutan

4
dintara dua senter. Putaran yang dihasilkan ada dua macam yaitu putaran
cepat dan putaran lambat.

Gambar 2.3 A .Sumbu utama mesin bubut yang terpasang sebuah chuck

Gambar 2.3 B . sumbu utama mesin bubut yang ujungnya sedang


terpasang sebuah senter tetap (G)

2. Meja Mesin (bed)

Meja mesin bubut ( Gambar 20) berfungsi sebagai tempat dudukan


kepala lepas, eretan, penyangga diam (steady rest) dan merupakan
tumpuan gaya pemakanan waktu pembubutan. Bentuk alas ini bermacam-
macam, ada yang datar dan ada yang salah satu atau kedua sisinya
mempunyai ketinggian tertentu.

Gambar 2.4 . Meja mesin ( Bed )

5
3. Eretan (carriage)
Eretan (Gambar 21) terdiri atas eretan memanjang (longitudinal
carriage) yang bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang (cross
carriage) yang bergerak melintang alas mesin dan eretan atas (top
carriage), yang bergerak sesuai dengan posisi penyetelan d atas eretan
melintang. Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan
yang besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur
dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya.

Gambar 2.5 Eretan

4. Kepala Lepas (tail stock)


Kepala lepas sebagaimana (Gambar 22) digunakan untuk dudukan
senter putar sebagai pendukung benda kerja pada saat pembubutan,
dudukan bor tangkai tirus dan cekam bor sebagai menjepit bor.
Kepala lepas ini terdiri dari terdapat dua bagian yaitu alas dan badan.

Gambar 2.6 Kepala lepas (tail stock)

5. Tuas Pengatur Kecepatan Transporter dan Sumbu Pembawa

6
Tuas pengatur kecepatan (A) pada gambar 23, digunakan untuk
mengatur kecepatan poros transporter dan sumbu pembawa. Ada dua
pilihan kecepatan yaitu kecepatan tinggi dan kecepatan rendah. Kecepatan
tinggi digunakan untuk pengerjaan benda-benda berdiameter kecil dan
pengerjaan penyelesaian sedangkan kecepatan rendah digunakan untuk
pengerjaan pengasaran, ulir, alur, mengkartel dan pemotongan (cut off).

Gambar 2.7 Tuas Pengatur Kecepatan Transporter

dan Sumbu Pembawa

6. Pelat tabel
Pelat tabel (B) pada gambar 24, adalah tabel besarnya kecepatan yang
ditempel pd mesin bubut yg menyatakan besaran perubahan antara
hubungan roda-roda gigi di dalam kotak roda gigi ataupun terhadap roda
pulley di dalam kepala tetap (headstock).
Tabel ini sangat berguna untuk pedoman dalam pengerjaan sehingga
dapat dipilih kecepatan yang sesuai dengan besar kecilnya diameter
benda kerja atau menurut jenis pahat dan bahan yang dikerjakan.

7. Tuas pengubah pembalik transporter dan sumbu pembawa


Tuas pembalik putaran (C) pada gambar 24, digunakan untuk
membalikkan arah putaran sumbu utama, hal ini diperlukan bilamana
hendak melakukan pengerjaan penguliran, pengkartelan, ataupun membubut
permukaan.

7
Gambar2.8 Tuas pengubah pembalik transporter dan sumbu pembawa

8. Plat Tabel Kecepatan Sumbu Utama

Plat tabel kecepatan sumbu utama (E) pada Gambar 25, menunjukkan
angka-angka besaran kecepatan sumbu utama yang dapat dipilih sesuai
dengan pekerjaan pembubutan.

Gambar 2.9 plat Tabel Kecepatan Sumbu Utama

9. Tuas-Tuas Pengatur Kecepatan Sumbu Utama


Tuas pengatur kecepatan sumbu utama (Gambar 26) berfungsi untuk
mengatur kecepatan putaran mesin sesuai hasil dari perhitungan atau
pembacaan dari tabel putaran.

8
Gambar 2.10 Tuas-Tuas Pengatur Kecepatan Sumbu Utama

10. Penjepit Pahat (Tools Post)


Penjepit pahat digunakan untuk menjepit atau memegang pahat, yang
bentuknya ada beberapa macam diantaranya seperti ditunjukkan pada
gambar 27. Jenis ini sangat praktis dan dapat menjepit pahat 4 (empat) buah
sekaligus sehingga dalam suatu pengerjaan bila memerlukan 4 (empat)
macam pahat dapat dipasang dan disetel sekaligus.

Gambar 1.11 Penjepit Pahat (Tools Post)

11. Eretan atas


Eretan atas sebagaimana gambar 28, berfungsi sebagai dudukan
penjepit pahat yang sekaligus berfungsi untuk mengatur besaran majunya
pahat pada proses pembubutan ulir, alur, tirus, champer (pingul) dan lain-
lain yang ketelitiannya bisa mencapai 0,01 mm.

9
Gambar 2.12 Eretan Atas

12. Keran pendingin


Keran pendingin digunakan untuk menyalurkan pendingin (collant)
kepada benda kerja yang sedang dibubut dengan tujuan untuk
mendinginkan pahat pada waktu penyayatan sehingga dapat menjaga pahat
tetap tajam dan panjang umurnya. Hasil bubutannyapun halus.

Gambar 2.13 Keran pendingin

13. Roda Pemutar


Roda pemutar yang terdapat pada kepala lepas digunakan untuk
menggerakkan poros kepala lepas maju ataupun mundur. Berapa panjang
yang ditempuh ketika maju atau mundur dapat diukur dengan membaca
cincin berskala (dial) yang ada pada roda pemutar tersebut. Pergerakkan ini
diperlukan ketika hendak melakukan pengeboran untuk mengetahui atau
mengukur seberapa dalam mata bor harus dimasukkan.

10
14. Transporter dan Sumbu pembawa
Transporter atau poros transporter adalah poros berulir segi empat
atau trapesium yang biasanya memiliki kisar 6 mm, digunakan untuk
membawa eretan pada waktu kerja otomatis, misalnya waktu membubut
ulir, alur dan atau pekerjaan pembubutan lainnya. Sedangkan sumbu
pembawa atau poros pembawa adalah poros yang selalu berputar untuk
membawa atau mendukung jalannya eretan.

Gambar 2.14 Transporter dan Sumbu pembawa

15. Tuas Penghubung


Tuas penghubung sebagaimana digunakan untuk menghubungkan
roda gigi yang terdapat pada eretan dengan poros transpoter sehingga eretan
akan dapat berjalan secara otomatis sepanjang alas mesin. Tuas
penghubung ini mempunyai dua kedudukan. Kedudukan di atas berarti
membalik arah gerak putaran (arah putaran berlawanan jarum jam) dan
posisi ke bawah berarti gerak putaran searah jarum jam.

16. Eretan Lintang


Eretan lintang sebagaimana ditunjukkan pada berfungsi untuk
menggerakkan pahat melintang alas mesin atau arah ke depan atau ke
belakang posisi operator yaitu dalam pemakanan benda kerja. Pada roda
eretan ini juga terdapat dial pengukur untuk mengetahui berapa panjang
langkah gerakan maju atau mundurnya pahat.

11
2.2.3 Fungsi Mesin Bubut

Fungsi utama mesin bubut konvensional adalah untuk membuat/


memproduksi benda-benda berpenampang silindris, misalnya poros lurus
(Gambar 1), poros bertingkat (step shaft) (Gambar 2), poros tirus (cone
shaft) (Gambar 3), poros beralur (groove shaft) dan poros berulir (screw
thread) (Gambar 4) dan berbagai bentuk bidang permukaan silindris lainnya
misalnya anak buah catur (raja, ratu, pion dll).

1. Membuat poros lurus

Gambar 2.15 poros lurus

2. Membuat poros bertingkat (step shaft)

Gambar 2.16 Poros bertingkat

3. Poros tirus (cone shaft)

12
Gambar 2.17 Poros tirus

4. Poros beralur (groove shaft) dan poros berulir (screw thread)

Gambar 2.18 Poros berulir

13
2.2.4 Alat Potong Pada Mesin Bubut

Yang dimaksud dengan alat potong adalah alat/pisau yang


digunakan untuk menyayat produk/benda kerja. Dalam pekerjaan
pembubutan salah satu alat potong yang sering digunakan adalah pahat
bubut. Jenis bahan pahat bubut yang banyak digunakan di industri-industri
dan bengkel-bengkel antara lain baja karbon, HSS, karbida, diamond dan
ceramik.

1. Pahat Bubut Rata Kanan

Pahat bubut rata kanan memilki sudut baji 80º dan sudut-sudut bebas
lainnya sebagaimana gambar 31, pada umumnya digunakan untuk
pembubutan rata memanjang yang pemakanannya dimulai dari kanan ke
arah kiri mendekati posisi cekam.

2. Pahat Bubut Rata Kiri

Pahat bubut rata kiri memilki sudut baji 55º dan sudut-sudut bebas
lainnya sebagaimana Gambar 32, pada umumnya digunakan untuk
pembubutan rata memanjang yang pemakanannya dimulai dari kiri ke arah
kanan mendekati posisi kepala lepas.

3. Pahat Bubut Muka


Pahat bubut muka memilki sudut baji 55º dan sudut-sudut bebas lainnya
sebagaimana pada umumnya digunakan untuk pembubutan rata permukaan
benda kerja (facing) yang pemakanannya dapat dimulai dari luar benda
kerja ke arah mendekati titik senter dan juga dapat dimulai dari titik senter
ke arah luar benda kerja tergantung arah putaran mesinnya.

4. Pahat Bubut Ulir

Pahat bubut ulir memilki sudut puncak tergantung dari jenis ulir yang
akan dibuat, sudut puncak 55° adalah untuk membuat ulir jenis whitwhort.
Sedangkan untuk pembuatan ulir jenis metrik sudut puncak pahat ulirnya
dibuat 60°.

14
5. Pahat Bubut Dalam

Tangkai pahat pada proses pembubutan juga sering menggunakan pahat


bubut dalam. Pahat jenis ini digunakan untuk membubut bagian dalam atau
memperbesar lubang yang sebelumnya telah dikerjakan dengan mata bor.
Bentuknya juga bermacam-macam dapat berupa pahat potong, pahat alur
ataupun pahat ulir, ada yang diikat pada tangkai pahat.Bentuknya ada yang
khusus sehingga tidak diperlukan tangkai pahat. Contoh pemakaian pahat
bubut dalam ketika memperbesar lubang dan membubut rata bagian dalam
Pahat.

6. Pahat Potong

Pahat potong adalah jenis pahat potong yang menggunakan tangkai


digunakan untuk memotong benda kerja.

7. Pahat Bentuk

Pahat bentuk digunakan untuk membentuk permukaan benda kerja,


bentuknya sangat banyak dandapat diasah sesuai bentuk yang dikehendaki
operatornya.

8. Bor Senter

Bor senter digunakan untuk membuat lubang senter diujung benda kerja
sebagai tempat kedudukan senter putar atau tetap yang kedalamannnya
disesuaikan dengan kebutuhan yaitu sekitar 1/3 ÷ 2/3 dari panjang bagian
yang tirus pada bor senter tersebut. Pembuatan lubang senter pada benda
kerja diperlukan apabila memilki ukuran yang relatif panjang atau untuk
mengawali pekerjaan pengeboran.

9. Bor

Bor adalah alat untuk membuat lubang. Bentuknya bulat mempunyai


alur dan ukurannya berbeda-beda . Alurnya pun bermacam macam, alur
lurus dan alur spiral. Bor alur lurus biasa digunakan untuk membuat lubang
pada logan yang lunak seperti kuningan, tembaga dan sebagainya. Bor alur
spiral biasa digunakan untuk keras seperti besi, baja dll.

15
10. Reamer

Digunakan untuk melakukan proses penghalusan setelah dilakukan


proes pengeboran pada benda kerja. Reamer yang digunakan harus sesuai
dengan tinggkat kehalusan lubang yang diminta.

11. Kartel

Kartel adalah suatu alat yang digunakan untuk membuat alur-alur kecil
pada permukaan benda kerja. Hasil pengkartelan ada yang belah ketupat,
dan ada yang lurus tergantung gigi kartelnya.

16
2.3 Metodologi

2.3.1 Tempat Praktikum

CV. Las Bubut Wahyu


JL. H. Juanda, Dusun Pelabuhan Tanjung Laut, Tanjung Laut Indah,
Bontang Selatan., Kota Bontang , Kalimantan Timur 75325.

2.3.2 Gambar Kerja (Jobsheet)

TOL: HALUS BAHAN : CS ST 37 TANGGAL : 21/11/2018 KET.


UKURAN : Ø 22 x 120 DIGAMBAR : Andi Suhartanto
SKALA : 2:1 DISETUJUI : Yani Bima, S.T., M.T

PS-TM-STTIB
MEMBUBUT POROS BERTINGKAT
DAN PENGEBORAN
PB-05 A4
Gambar 2.19 Gambar kerja (jobsheet)

17
2.3.3 Bahan
Carbon steel ST 37 ukuran Ø 22 x 120 mm

2.3.4 Peralatan

1. Mesin bubut
2. Pahat rata kanan
3. Pahat potong
4. Chuck bor dan kuncinya
5. Mata bor Ø 3 mm
6. Mata bor Ø 12 mm
7. End mill Ø 12 mm
8. Center drill
9. Vernier caliper ketelitian 0,05 mm
10. Amplas 100 cw dan 800 cw
11. Peralatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bagi operator bubut

2.3.5 Langkah kerja bagian pertama

1. posisikan breaker ke arah on.


2. periksa oli pada level glass, apabila oli dibawah batas level minimal
segera tambah oli tersebut sebelum di operasikan.
3. Periksa water coolant, lakukan penambahan apabila water coolant
dibawah batas minimal.
4. Periksa kondisi mesin apabila mengalami kerusakan laporkan kerusakan
dan lakukan perbaikan.

Gambar 2.20 Proses pemasangan benda kerja pada kepala tetap


18
5. pasang benda kerja yang ingin di bubut dan atur benda kerja
menggunakan dial hingga benda kerja siap untuk di bubut.
6. Atur RPM spindle mesin bubut sesuai dengan kecepatan yang
dibutuhkan (350 rpm).
7. Pasang pahat rata kanan pada toolpost.

Gambar 2.21 Penyetelan ketinggian pahat terhadap benda kerja


8. Atur tinggi pahat tepat di tengah benda kerja.
9. Lakukan penyetelan kecepatan pemakanan (0,25 mm/menit)
10. Tekan tuas pemutar spindel kearah bawah untuk memutar kepala tetap
kearah berlawan arah jarum jam.
11. Lakukan proses pembubutan poros bertingkat, dengan langkah berikut:

Gambar 2.22 Poros bertingkat

19
Gambar 2.22 Mengatur kemiringan toolpost
 Atur posisi toolpost dengan kemiringan 50 kearah kanan
 Dekatkan pahat hingga menyentuh tepi benda kerja (mencari titik 0
pembubutan tepi (fecing)).

Gambar 2.23 Proses ketika membubut tepi benda kerja


 Bubut tepi benda kerja hingga rata.
 Mudurkan toolpost hingga hingga dari benda kerja.
 Matikan putaran spindel dengan menarik tuas ke posisi netral dan
injak pedal rem yang terdapat di bawah mesin bubut.

20
Gambar 2.24 Pengukuran panjang poros bertingkat dengan vernier
caliper sepanjang 70 mm
 Ukur panjang poros bertingkat menggunakan jangka sorong dengan
jarak 70mm kemudian arahkan pahat pada posisi yang telah diukur
tadi.
 Tekan tuas kearah bawah hingga kepala tetap berputar dan majukan
pahat hingga membentuk garis pada benda kerja setelah itu
mundurkan pahat.
 geser pahat hingga ke ujung benda kerja.
 Majukan pahat hingga menyentuh ujung benda kerja, setelah
menyentuh benda kerja geser pahat menjauh dari benda kerja tanpa
menarik pahat.
 Posisikkan skala eretan melintang ke arah 0.
 Putar eretan melintang hingga pahat maju 1 mm.
 Lakukan proses bubut (turning) sepanjang 70 mm dengan
menggunakan mode otomatis dengan pemakanan 1mm dan lakukan
proses ini secara berulang sampai benda kerja mencapai diameter
19mm.

21
Gambar 2.25 Pembubutan silindris (turning) poros bertingkat diameter
19 mm sepanjang 70 mm
 Setelah benda kerja mencapai diameter yang di inginkan, matikan
mode otomatis dan jauhkan pahat dari benda kerja.
 matikan putaran spindel dengan menetralkan tuas dan menginjak
pedal rem.
 Lakukan pengukuran sepanjang 30 mm dan arahkan pahat ke posisi
tersebut.
 Beri tanda pada benda kerja seperti cara sebelumnya.
 Lakukan proses pembubutan (turning) pada benda kerja hingga benda
kerja mencapai diameter 12mm.

Gambar 1.26 Proses chamfering


 Lakukan proses chamfering pada tepi benda kerja dengan cara
melakukan pembubutan menggunakan pahat bagian belakang.
 Amplas benda kerja menggunakan amplas 100 cw dan 800 cw secara
bertahap hingga permukaan benda kerja terasa halus.

22
 Matikan spindel dengan cara menetralkan tuas.

Gambar 2.27 Pemasangan pahat potong pada pemegang pahat (toolpost)


 Ganti pahat menggunakan pahat potong.
 arahkan pahat pada garis pertama ( tanda jarak 70mm ).
 Putar kepala tetap dengan menekan tuas kearah bawah.
 Majukan pahat hingga memotong benda kerja sampai terputus.
 Mundurkan pahat dan geser hingga menjauh dari kepala tetap.
 Ambil benda kerja yang telah terjatuh dan ratakan bagian belakangnya
menggunakan gerinda dan amplas.

Gambar 2.28 hasil pembubutan pertama

2.3.6 Langkah kerja bagian kedua


1 pasang benda kerja pada kepala tetap dan lakukan penyetelan
menggunakan dial, setelah center lakukan pengencangan agar benda kerja
tidak lepas.
2 Pasang pahat rata kanan pada toolpost.

23
3 Pasang chuck bor pada kepala lepas.
4 Pasang center bor pada chuck bor dan kencangkan.
5 Jalankan mesin dengan menekan ke bawah tuas penggerak spindle
(putaran spindle berlawanan arah jarum jam), kemudian lakukan proses
pembubutan dan pengeboran sleeve poros bertingkat, dengan langkah
berikut:

Gambar 2.29 Sleeve poros bertingkat

 Bubut tepi benda kerja hingga rata.


 Majukan kepala lepas hingga mendekati benda kerja, lock kepala
lepas sehingga tidak dapat bergerak dari bed mesin bubut.
 Putar handle kepala lepas searah jarum jam hingga mata bor center
menyentuh benda kerja.
 Lakukan pengeboran sedalam 5mm, dan putar balik hingga mata
bor menjauh dari benda kerja.
 Ganti mata bor center dengan mata bor 12mm dan pastikan mata
bor terpasang dengan kencang.
 Ukur panjang mata bor sepanjang 35mm dan beri tanda garis, cara
ini bertujuan untuk memudahkan operator dalam proses
pengeboran sehingga pengeboran tidak melewati ukuran yang di
inginkan.
 Putar handle kepala lepas hingga menyentuh benda kerja.
 Lakukan proses pengeboran hingga mencapai batas yang telah di
tentukan, lakukan pengeboran secara perlahan agar mata bor
terhindar dari patah.

24
 Setelah sampai pada batas yang di tentukan tarik mundur mata bor
dengan memutar handle ke arah yang berlawanan.
 Ganti mata bor dengan endmil 12mm, pastikan endmill terpasang
dengan kencang.
 Beri tanda pada endmill pada jarak 35mm.
 Lakukan proses pengeboran menggunakan endmill metode ini
digunakan untuk meratakan proses pengeboran menggunakan mata
bor 12mm tadi.
 Lakukan pengukuran panjang benda kerja dengan vernier caliper
dengan panjang 40 mm.
 Jalankan mesin dengan menekan ke bawah tuas penggerak spindle
(putaran spindle berlawanan arah jarum jam) dan dekatkan pahat
ke bagian silindris kemudian tandai benda kerja dengan panjang 40
mm.
 Jauhkan pahat kemudian geser hingga mendekati ujung luar bagian
silindris benda kerja.
 Dekatkan pahat hingga menyentuh bagian silindris benda kerja
(mencari titik 0 pembubutan silindris (turning)).
 Lakukan pembubutan silindris (turning) sepanjang 40 mm dengan
menggunakan pembubutan (pemakanan) otomatis hingga diameter
benda kerja menjadi 19 mm.

Gambar 2.30 Pembubutan silindris (turning) sleeve poros bertingkat


diameter 19 mm sepanjang 40 mm
 Matikan pembubutan (pemakanan) otomastis dan jauhkan pahat
dari benda kerja.

25
 Lakukan pengamplasan sepanjang 40 mm pada bagian silindris
benda kerja hingga menjadi halus secara bertahap, mulai dari
ampals 100 cw kemudian diikuti dengan amplas 800 cw.
 Hentikan mesin dengan menarik tuas penggerak spindle kembali ke
posisi semula serta matikan mesin dengan menekan tombol
emergency switch, kemudian kendurkan rahang kepala tetap.
 Balik sisi benda kerja, kemudian lakukan penyetelan benda kerja
(setelah penyetelan selesai kencangkan rahang kepala tetap).
 Posisikan pemegang pahat (toolpost) kearah 5o kekanan, kemudian
nyalakan mesin dengan menarik tombol emergency switch dan
menekan tombol start.
 Jalankan mesin dengan menekan ke bawah tuas penggerak spindle
(putaran spindle berlawanan arah jarum jam), kemudian dekatkan
pahat hingga menyentuh tepi benda kerja (mencari titik 0
pembubutan tepi (fecing)).
 Lakukan pembubutan tepi (fecing) dengan menggunakan
pembubutan (pemakanan) otomatis hingga bagian tepi menjadi rata
dan panjang benda kerja menjadi 40 mm.

Gambar 2.31 Pembubutan tepi (fecing) sleeve poros bertingkat


 Matikan pembubutan (pemakanan) otomastis dan posisikan
pemegang pahat (toolpost) keposisi awal 0o.
 Lakukan pembubutan tirus (chamfering) untuk menghilangkan
bagian yang tajam pada tepi diameter benda kerja, kemudian
setelah pembubutan tirus (chamfering) selesai, jauhkan pahat dari
benda kerja.

26
Gambar 2.32 Pembubutan tirus (chamfering) sleeve poros bertingkat
 Hentikan mesin dengan menarik tuas penggerak spindle kembali ke
posisi semula, lalu pasang mata bor Ø 3 mm pada chuck bor.
 Jalankan mesin dengan menekan ke bawah tuas penggerak spindle
(putaran spindle berlawanan arah jarum jam), kemudian dekatkan
kepala lepas hingga mendekati benda kerja dan sentuhkan ujung
mata bor ke bagian tepi benda kerja (mencari titik 0 pengeboran
(drilling)).
 Lakukan pengeboran tembus dari bagian tepi benda kerja
menggunakan mata bor Ø 3 mm dengan memutar handle kepala
lepas kearah kanan.

Gambar 2.33 Pengeboran sleeve poros bertingkat menggunakan mata


bor Ø 3 mm
 Tarik keluar mata bor Ø 3 mm dengan memutar handle kepala lepas
kearah kiri, kemudian jauhkan kepala lepas dari benda kerja dan
lepas mata bor Ø 3 mm dari chuck bor.
 Lakukan pengamplasan bagian tepi benda kerja (termasuk hasil
pengeboran) dan bagian yang telah dilakukan pembubutan tirus

27
(chamfering) hingga menjadi halus secara bertahap, mulai dari
ampals 100 cw lalu diikutin dengan amplas 800 cw.
 Hentikan mesin dengan menarik tuas penggerak spindle kembali ke
posisi semula.
6 Setelah proses pembubutan poros bertingkat selesai, matikan mesin dengan
menekan tombol emergency switch dan lepas benda kerja dari kepala tetap
dengan mengendurkan rahang kepala tetap.
7 Lakukan pencocokan ukuran benda kerja baik poros bertingkat maupun
sleevenya sesuai gambar kerja.
8 Matikan breaker utama mesin dan pastikan mesin dalam keadaan tidak
bekerja, kemudian lakukan pembersihan mesin dari gram-gram hasil proses
kerja dan lepas peralatan yang masih menempel pada mesin (pahat bubut,
mata bor, end mill, maupun chuck mata bor).
9 Jauhkan eretan maupun kepala lepas keujung kiri mesin, kamudian lakukan
pelumasan pada eretan dan landasan mesin.
10 Bersikan peralatan kerja (vernier caliper, center drill, end mill, mata bor,
chuck mata bor, dan pahat bubut) kemudian kembalikan pada lemari
penyimpanan.

28
BAB III

PENGELASAN

3.1 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan proses


pengelasan yang baik dan benar sesuai dengan SOP dan sesuai dengan kaidah k3
serta mengajarkan mahasiswa tentang penggunaan alat bantu dalam pengelasan.

3.2 Landasan teori

3.2.1 Pengertian

Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam


dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
tanpa tekanan.
Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.
Pengelasan bimetal adalah proses pengelasan yang menyambungkan dua
macam logam yang berbeda. Pengelasan bimetal mempunyai tingkat kerumitan
yang lebih tinggi dibanding dengan pengelasan logam yang sejenis. Karena logam
yang tidak sejenis mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lainnya.
Sehingga proses pengelasan logam yang tidak sejenis membutuhkan beberapa
teknik tertentu, misalnya pemilihan logam yang akan disambung harus tepat,
pemilihan elektroda yang sesuai, pengaturan heat input yang tepat, serta pemilihan
perlakuan panas pasca pengelasan yang tepat.

3.2.2 SMAW ( sub metal arc welding )


Las busur listrik elektroda terlindung atau lebih dikenal dengan SMAW
(Shielded Metal Arc Welding) merupakan pengelasan menggunakan busur nyala
listrik sebagai panas pencair logam. Busur listrik terbentuk diantara elektroda
terlindung dan logam induk seperti ditunjukkan pada gambar 1. Karena panas dari

29
busur listrik maka logam induk dan ujung elektroda mencair dan membeku
bersama [Wiryosumarto, 2004].
Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda
mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang terjadi.
Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi
halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya menjadi besar.
Pola pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu las dari
logam. Logam mempunyai sifat mampu las yang tinggi bila pemindahan terjadi
dengan butiran yang halus. Pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar
kecilnya arus dan komposisi dari bahan fluks yang digunakan. Bahan fluks yang
digunakan untuk membungkus elektroda selama pengelasan mencair dan
membentuk terak yang menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan
dan bekerja sebagai penghalang oksidasi.

Gambar 3.1 Pengelasan SMAW

3.2.3 Peralatan pengelasan


Las SMAW terdiri dari beberapa bagian peralatan yang disusun atau dirangkai
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai suatu unit alat untuk pengelasan.
Satu unit las SMAW terdiri dari [Bintoro, 1999]:
A. Mesin pembangkit tenaga listrik/mesin las
Mesin las terdiri dari dua macam yaitu: mesin las arus bolak balik (mesin
las AC) dan mesin las arus searah (mesin las DC). Pada mesin las AC terdapat
transformator atau trafo yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan

30
tegangan, kebanyakan trafo yang digunakan pada peralatan las adalah jenis
trafo step-down, yaitu trafo yang berfungsi untuk menurunkan tegangan.
Sedangkan pada mesin las DC terdapat receifer atau penyearah arus yang
berfungsi untuk mengubah arus bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC).
B. Kabel las
Kabel las digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari sumber listrik ke
elektroda dan massa. Arus yang besar harus dapat dialirkan melalui kabel tanpa
banyak mengalami hambatan, sehingga perlu dipilih kabel yang sesuai dengan arus
yang dialirkan.
C. Elektroda
Berdasarkan selaput pelindungnya, elektroda dibedakan menjadi dua
macam, yaitu elektroda polos dan elektroda berselaput. Elektroda berselaput terdiri
dari bagian inti yang berfungsi sebagai filler metal dan zat pelindung atau fluks
yang berfungsi untuk:
1. Melindungi cairan las, busur listrik, dan benda kerja yang dilas dari udara
luar. Udara luar mengandung oksigen yang dapat mengakibatkan terjadinya
oksidasi, sehingga dapat mempengaruhi sifat mekanis dari logam yang
dilas.
2. Memungkinkan dilakukannya posisi pengelasan yang berbeda-beda.
3. Memberikan sifat-sifat khusus pada hasil pengelasan dengan cara
menambah zat-zat tertentu pada selaput elektroda dan lain sebagainya
D. Pemegang electrode
Pemegang elektroda berfungsi sebagai penjepit/pemegang ujung elektroda
yang tidak berselaput, dan juga berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari
kabel ke elektroda
E. Stang holder massa
Tang penghubung kabel massa berfungsi untuk menghubungkan kabel
massa dengan benda kerja yang akan dilas.
F. Alat bantu
Alat bantu sifatnya tidak mutlak harus ada. Fungsinya adalah sebagai
pembantu untuk mempermudah dalam pengelasan. Alat bantu yang umum
digunakan contohnya: palu terak, tang untuk memegang benda kerja yang
masih panas, sikat kawat, topeng las, dan sebagainya.

31
3.2.4 Jenis - jenis sambungan pengelasan
Ada lima jenis sambungan dasar pada pengelasan. Kelima jenis sambungan
tersebut antara lain: butt joint, lap joint, T-joint, edge joint, dan corner joint.
Berikut ilustrasi dari kelima jenis sambungan tersebut.

Gambar 3.2 Jenis Sambungan Dasar Las

 Butt joint merupakan sambungan di mana kedua benda kerja berada pada
bidang yang sama dan disambung pada ujung kedua benda kerja yang saling
berdekatan.
 Lap joint merupakan sambungan yang terdiri dari dua benda kerja yang
saling bertumpukkan.
 T-joint merupakan sambungan di mana salah satu benda kerja tegak lurus
dengan benda kerja lainnya sehingga membentuk huruf “T”.
 Edge joint merupakan sambungan di mana kedua benda kerja sejajar satu
sama lain dengan catatan salah satu ujung dari kedua benda kerja tersebut
berada pada tingkat yang sama.
 Corner joint merupakan sambungan di mana kedua benda kerja membentuk
sudut sehingga keduanya dapat disambung pada bagian pojok dari sudut
tersebut.

3.2.5 posisi pengelasan

1. Posisi Pengelasan untuk sambungan Groove.


– 1 G (Posisi Pengelasan datar).
– 2G (Posisi Pengelasan Horizontal).
– 3G (Posisi Pengelasan Vertikal).
– 4G (Posisi Pengelasan di atas kepala atau Overhead).

32
2. Posisi pengelasan untuk sambungan Fillet.
– 1F (Posisi Pengelasan datar).
– 2F (Posisi Pengelasan Horizontal).
– 3F (Posisi Pengelasan Vertikal).
– 4F (Posisi Pengelasan di atas kepala atau Overhead).
3. Posisi Pengelasan pada Pipa
– 1G (Posisi Pengelasan datar pipanya dapat diputar)
– 2G (Posisi Pengelasan Horizontal pipa dapat diputar)
– 5G (Posisi Pengelasan Vertikal namun pipa tidak dapat diputar, sehingga
tukang las yang berputar)
– 6G (Posisi Pengelasan pipanya miring sekitar 45 derajat dan statis atau
tidak dapat diputar)

Gambar 3.3 Posisi Pengelasan Pelat pada Sambungan V Posisi Pengelasan pada
sambungan T atau Fillet

33
Gambar 3.4 Posisi Pengelasan pada sambungan pipa

Gambar jenis jenis posisi pengelasan di atas dapat dilakukan untuk semua
proses pengelasan. Karena terkadang banyak orang yang salah mengerti jika posisi
pengelasan terkadang tidak dapat dilakukan untuk beberapa proses las, jika untuk
posisi pengelasan smaw itu berlaku untuk semua posisi. Kecuali proses las SAW
yang hanya digunakan untuk posisi datar saja.

3.3 Metodologi

3.3.1 Tempat Praktikum

CV. Las Bubut Wahyu


JL. H. Juanda, Dusun Pelabuhan Tanjung Laut, Tanjung Laut Indah,
Bontang Selatan., Kota Bontang , Kalimantan Timur 75325.

3.3.2 Bahan
Plat carbon steel ukuran 10*10 dengan tebal 5mm
3.3.3 Peralatan
1. Mesin las caddy 400 A
2. Stang las positif ( + ) dan negatif ( - )
3. Chipping
4. Sikat kawat
5. Electrode
6. Siku
7. Plat 300*300mm ( 2EA )
8. Gerinda 4 inch

34
3.3.4 Langkah kerja
1. Pasang power untuk menyuplai mesin las agar bisa digunakan
umumnya bertegangan 220volt
2. Hubungkan kabel las kutub positif dan kutub negatif pada mesin las
3. Pasang kabel las kutub negatif ( - ) pada benda kerja
4. Nyalakan mesin las
5. Atur ampere sesuai dengan jenis kawat yang di gunakan, dalam praktik
kali ini kami menggunakan settingan 80 ampere
6. Pasang electroda pada stang holder electode
7. Atur posisi benda kerja hingga membentuk T –Joint

Gambar 3.5 Sambungan T – Joint

8. Las pada sisi kanan dan kiri agar benda kerja tidak bergerak dengan
cara menyentuhkan electroda pada benda kerja hingga mengeluarkan
bunga api ( las intermitan )

35
9. Setelah benda kerja siap langkah selanjutnya melakukan pengelasan
pada posisi siku diantara sambungan benda kerja
10. Pengelasan di lakukan dengan 1 layer menggunakan gerakan memutar
agar hasil menyatu dengan sempurna pada benda kerja
11. Setelah selesai melakukan pengelasan bersihkan permukaan hasil
pengelasan menggunakan sikat kawat, jika terdapat spatter bersihkan
menggunakan gerinda 4 inch
12. Setelah tahapan pengelasan selesai matikan mesin las dan rapikan alat –
alat bantu dan disimpan pada tempat awal saat mengambil tersebut.

3.3.5 hasil pengelasan

Gambar 3.6 hasil pengelasan

36
Gambar 3.4 hasil pengelasan

37
BAB IV
PENUTUP

4.1 kesimpulan

Dari laporan praktikum ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
a. Selalu mengutamakan k3 dalam setiap kegiatan praktik maupun bekerja.
b. Dalam pengoprasian alat perkakas harus dengan hati – hati dan penuh
dengan ketlitian.
c. Pada prinsipnya proses pembubutan adalah mengurangi berat dan volume
benda kerja, dan proses pembubutan hanya dapat dilakukan pada benda
kerja yang berbentuk silindris.
d. Hasil bubutan yang baik akan ditandai dengan sayatan yang berbentuk
panjang-panjang.
e. Pada proses pengelasan untuk mendapatkan hasil yang baik di perlukan
latihan yang intens
f. Dalam proses pengelasan yang perlu di perhatikan adalah sudut kawat
terhadap benda kerja yaitu 45o dan ampere pengelasan tergantung dari
jenis kawat dan posisi yang digunakan.

4.2 saran

Dalam pengajuan saran-saran sebagai penulis, kami mengkususkan saran


tersebut bagi diri kami pribadi dan umumnya bagi pembaca yang menggunakan
laporan ini, yaitu :
a. Pengembangan kemampuan dan ilmu pengetahuan tidak hanya didapat dari
bangku kuliah tetapi dapat juga (bahkan lebih banyak) dari praktikum yang
dilaksanakan, sehingga mengingat masalah-masalah yang didapat dapat saja
muncul secara tiba-tiba pada saat sebelum atau sesudah melakukan suatu
pekerjaan.
b. Kekreatifan pada mahasiswa adalah suatu kemajuan dengan aktifnya seseorang
dengan respek terhadap sesuatu permasalahan sehingga akan lebih baik yang
akhirnya memberi nilai tambah baik dari pengetahuan atau pengalaman dalam
melakukan suatu pekerjaan.

38

Anda mungkin juga menyukai