Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dimasa yang serba modern ini, sangat dibutuhkan tenaga yang terampil
baik di kota ataupun di desa. Karena dengan adanya teknologi yang serba canggih
ini juga sangat membantu dan mempermudah dalam melakukan suatu pekerjaan.
Teknik membubut merupakan salah satu dasar dan merupakan
keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa teknik mesin. Pada
umumnya setiap mahasiswa teknik mesin harus dapat memahami serta menguasai
teknik-teknik dalam membubut pada mesin bubut. Di dalam praktikum mesin
bubut ini juga akan membahas tentang cara dalam proses membubut, pengenalan
mesin bubut, alat-alat yang digunakan dalam praktikum mesin bubut dan faktor-
faktor keamanan selama praktikum mesin bubut.
Dengan menguasai teknik-teknik dasar membubut, diharapkan agar setiap
mahasiswa teknik mesin mempunyai keahlian yang dapat diandalkan untuk
mengimbangi kemajuan teknologi.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum dalam pelakasanaan Teknik Manufaktur II ini,
diantaranya:
1. Memahami dan dapat mengoperasikan mesin bubut konvensional berdasarkan
teori yang diperoleh pada mata kuliah Teknik Manufaktur.
2. Dapat membuat benda kerja dengan spesifikasi terhadap pemakanan rata, tepi,
kartel, dan ulir pada mesin bubut konvensional.
3. Dapat melakukan analisis proses manufaktur dari persiapan hingga
penyelesaian.

1.3 Batasan Masalah


Dalam praktikum kali ini, ada beberapa batasan masalah, diantaranya:

1
1. Mesin yang digunakan dalam proses pembubutan yaitu mesin bubut EMCO
TU
2. Proses permesinan yang dilakukan hanya pemakanan rata, tepi, kartel, dan ulir

1.4 Sistematika Penulisan


Dalam memudahkan memahami pokok bahasan, maka penulisan laporan
ini disusun dengan sistematikan penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan praktikum, batasan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB II PEMBUATAN BENDA KERJA
Berisi tentang pengertian dan prinsip kerja mesin bubut konvensional,
bagian – bagian utama mesin bubut konvensional, macam – macam pahat mesin
bubut konvensional, macam – macam proses pembubutan, definisi dan proses
penguliran, definisi dan proses pengkartelan, definisi proses drilling dan boring,
macam – macam produk hasil permesinan, rumus – rumus proses permesinan,
material benda kerja dan pahat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Berisi tentang diagram alir, prosedur praktikum, alat dan bahan yang
digunakan.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN


Bersisi tentang gambar benda kerja, tahapan penyayatan benda kerja,
perhitungan waktu permesinan benda kerja, analisa perbedaan waktu hasil
perhitungan dan aktual pembuatan, gambar benda tugas, perhitungan waktu
permesinan, perkiraan waktu aktual pembuatan benda tugas.

BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.

2
BAB II
PEMBUATAN BENDA KERJA

2.1 Pengertian dan Prinsip Kerja Mesin Bubut Konvensional


a. Pengertian
. Mesin bubut konvensional adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan
untuk memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses
pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja
kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan
sumbu putar dari benda kerja.
Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan
translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan mengatur perbandingan kecepatan
rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam
ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar
roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.
Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan
pembuatan ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi
besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127. Roda gigi
penukar dengan jumlah 127 mempunyai kekhususan karena digunakan untuk
konversi dari ulir metrik ke ulir inci

Gambar 2.1 Mesin Bubut


(sumber : http://teknikpemesinan-smk.blogspot.com/2015/11/mesin-bubut.html)

3
b. Prinsip Kerja Mesin Bubut
Proses pembubutan adalah salah satu proses pemesinan yang mengunakan pahat
dengan satu mata potong untuk membuang material dari permukaan benda kerja yang
berputar. Pahat bergerak pada arah linier sejajar dengan sumbu putar benda kerja
seperti yang terlihat pada gambar. Dengan mekanisme kerja seperti ini, maka Proses
bubut memiliki kekhususan untuk membuat benda kerja yang berbentuk silinder.

Benda kerja di cekan dengan poros spindel dengan bantuan chuck yang
memiliki rahang pada salah satu ujungnya. Poros spindel akan memutar benda kerja
melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada poros spindel. Melalui
roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem
berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang
membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk
ulir

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Bubut Konvensional


(sumber : https://mesinnews.blogspot.com/2015/05/pengertian-mesin-bubut-
lengkap.html)

2.2 Bagian – bagian Utama Mesin Bubut Konvensional


Berikut ini akan diuraikan bagian-bagian utama mesin bubut konvensional
(biasa) yang pada umumnya dimilki oleh mesin tersebut ;

4
1. Sumbu utama (Main Spindle)
Sumbu utama atau dikenal dengan main spindle, merupakan suatu sumbu
utama mesin bubut yang berfungsi sebagai dudukan chuck (cekam), plat pembawa,
kolet, senter tetap dan lain-lain. Pada gambar disamping adalah sebuah sumbu utama
mesin bubut yang terpsang sebuah chuck atau cekam dimana didalamnya terdapat
susunan roda gigi yang dapat digeser-geser melalui handel/tuas untuk mengatur
putaran mesin sesuai kebutuhan pembubutan.

Gambar 2.3 Sumbu Utama

(sumber : https://mesinsmk.wordpress.com/2017/12/20/sistem-persumbuan-mesin-
bubut-cnc/)

2. Meja / Alas (Bed Mechine)


Alas/ meja mesin bubut digunakan sebagai tempat kedudukan kepala lepas,
eretan, penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan gaya pemakanan pada
waktu pembubutan.

Gambar 2.4 Meja / Alas (Bed Mechine)


(sumber : https://www.pakeotac.com/meja-bubut/)

5
3. Eretan (carriage)
Eretan fungsinya untuk kedudukan dan pembawa pahat pada mesin bubut.

Gambar 2.5 Eretan (carriage)


(sumber : http://kursusmesincnc.com/1000/jasa-kursus-bubut-di-Tangerang)
4. Kepala Lepas
fungsinya sebagai kedudukan chuck bor serta untuk pendukung ketika
pembubutan di antara 2 senter.

Gambar 2.6 Kepala Lepas


(sumber : https://gurupujaz.wordpress.com/2015/02/07/mengenal-mesin-bubut-dan-
bagian-bagiannya/)

5. Tuas Pengatur Kecepatan Transporter dan Sumbu Pembawa


transportir dan sumbu pembawa fungsinya untuk mengatur kecepatan putaran
transportir dan sumbu pembawa.

6
Gambar 2.7 Tuas Pengatur Kecepatan Transporter dan Sumbu Bawa
(sumber : http://achmadarifin.com/tuas-pengatur-kecepatan-mesin-bubut-cara-
menggunakannya)

6. Pelat table
Pelat tabel fungsinnya sebagai pedoman untuk mengatur tuas kecepatan
trasportir dan kecepatan putaran pada mesin bubu

Gambar 2.8 Pelat Table


(sumber : http://filosofi-mesinbubut.blogspot.com/2013/01/bagian-mesin-bubut-
konvensional-2.html)

7. Plat Tabel Kecepatan Sumbu Utama


Plat tabel kecepatan sumbu utama (E), menunjukkan angka-angka
besaran kecepatan sumbu utama yangdapat dipilih sesuai dengan pekerjaan
pembubutan.

7
Gambar 2.9 Plat Tabel Kecepatan Sumbu Utama

(sumber : http://filosofi-mesinbubut.blogspot.com/2013/01/bagian-mesin-bubut-
konvensional-2.html)

8. Penjepit Pahat (Tools Post)


Penjepit pahat fungsinya untuk kedudukan atau tempat penjepit pahat.

Gambar 2.10 Penjepit Pahat (Tools Post)


(sumber : https://gurupujaz.wordpress.com/2015/02/07/mengenal-mesin-bubut-dan-
bagian-bagiannya/)
9. Eretan Atas
Eretan atas fungsinya penggeser pahat bubut dan membuat bidang tirus

Gambar 2.11 Eretan Atas


(sumber : http://sulyhadi28.blogspot.com/2016/01/bagian-bagian-mesin-bubut-
eretan.html)

8
10. Roda Pemutar
Roda pemutar yang terdapat pada kepala lepas digunakan untuk
menggerakkan poros kepala lepas maju ataupun mundur. Berapa panjang yang
ditempuh ketika maju atau mundur dapat diukur dengan membaca cincin berskala
(dial) yang ada pada roda pemutar tersebut. Pergerakkan ini diperlukan ketika hendak
melakukan pengeboran untuk mengetahui atau mengukur seberapa dalam mata bor
harus dimasukkan.

Gambar 2.12 Roda Pemutar

(sumber : http://sulyhadi28.blogspot.com/2016/01/bagian-bagian-mesin-bubut-roda-
pemutar.html)

2.3 Macam – macam Pahat Mesin Bubut Konvensional


Pahat atau Pisau dalam mesin bubut beragam bentuk dan fungsinya yang
dapat digunakan sesuai dengan prosedur atau aturannya . Baiklah kita lihat dan baca
dengan seksama yaitu :
1. Pahat Bentuk
Pahat bentuk digunakan untuk membentuk benda kerja sesuai bentuk
permukaan yang diharapkan, salah satu contohnya adalah pahat yang ujungnya
beradius. Pahat bentuk yang lain adalah berbentuk pesegi, biasanya untuk membuat
alur pada benda silinder

9
Gambar 2.13 Pahat Bentuk
(http://ari-hasbi.blogspot.com/2013/01/macam-macam-pahat-pada-mesin-
bubut_14.html)
2. Pahat Ulir
Pahat ulir digunakan untuk membuat ulir, baik ulir tunggal maupun ganda.
Bentuk pahat ulir harus sesuai dengan bentuk ulir yang diinginkan. Untuk itu
diperlukan pengasahan pahat sesuai dengan mal ulirnya. Pahat ulir tidak mermpunyai
sudut tatal, permukaannya rata dengan ujung beradius sesuai radius kaki ulir yang
besarnya tergantung besar kisar ulirnya. Di bawah ini ilustrasi pahat ulir segitiga dan
ulir segi empat.

Gambar 2.14 Pahat Ulir


(sumber : http://ari-hasbi.blogspot.com/2013/01/macam-macam-pahat-pada-
mesin-bubut_14.html)

3. Pahat Alur
Pahat alur digunakan untuk membuat alur pada benda kerja. Macam-macam
pahat alur digunakan sesuai dengan kebutuhan membuat celah alur atau ukuran clip.

10
Gambar 2.15 Pahat Alur
(sumber : http://ari-hasbi.blogspot.com/2013/01/macam-macam-pahat-pada-
mesin-bubut_14.html)

4. Pahat Bubut Rata Kanan


Pahat rata kanan adalah pahat untuk membubut benda kerja dari arah
kanan ke kiri .

Gambar 2.16 Pahat Bubut Rata Kanan


(sumber : http://ari-hasbi.blogspot.com/2013/01/macam-macam-pahat-pada-
mesin-bubut_14.html)

5. Pahat Bubut rata Kiri


Pahat rata kiri adalah kebalikan dari pahat rata kanan yaitu untuk membubut
benda kerja dari arah kiri kekanan.

Gambar 2.17 Pahat Bubut rata Kiri

(sumber : http://ari-hasbi.blogspot.com/2013/01/macam-macam-pahat-pada-
mesin-bubut_14.html)

11
6. Pahat Bubut untuk Ulir Metris

Pahat yang digunakan pada ulir Metris

Gambar 2.18 Pahat Ulir Metris

(sumber : http://ari-hasbi.blogspot.com/2013/01/macam-macam-pahat-pada-
mesin-bubut_14.html)

2.4 Macam – macam Proses Pembubutan


Pada proses pembubutan ada beberapa macam teknik yang dapat
diterapkan. Masing-masing teknik tersebut memiliki tujuan/maksud tersendiri.
Selain itu, perbedaan teknik pembubutan juga memengaruhi geometri hasil
pengerjaan. Berikut macam-macam teknologi pembubutan.

1. Pembubutan Silindris / Pembubutan Rata / Pembubutan Diameter.


Pembubutan silindris merupakan proses dasar dari pembubutan, yaitu
mengurangi diameter menjadi diameter yang diinginkan atau proses penyayatan
di mana gerakan pahat bubut sejajar dengan sumbu benda kerja.

2. Pembubutan Muka / Face Cutting (Facing)


Pembubutan muka merupakan proses penyayatan di mana gerakan pahat
bubut tegak lurus dengan sumbu putar benda kerja (radial). Metode pembubutan
muka digunakan untuk menyayat permukaan ujung benda kerja serta mengurangi
panjang benda kerja. Ketika melakukan pembubutan kasar (roughing) gerakan
pahat dari luar ke dalam lebih disukai. Sebaliknya ketika melakukan finishing

12
gerakan pahat dari dalam ke luar lebih cocok diterapkan. Alat potong yang
digunakan adalah ISO2, ISO3, ISO4, ISO5. yang sering digunakan adalah ISO2

3. Cutting Off
Cutting off merupakan pemotongan benda kerja dengan pahat bubut. Pada
proses cutting off, pahat bubut yang digunakan memiliki ujung potong yang
miring menuju sumbu benda kerja. Oleh karena itu pahat bubut ini memiliki sudut
kurang dari 90°. Dengan bentuk ujung potong yang miring, akan diperoleh
permukaan pemotongan tanpa sisa (permukaan yang rata) pada ujung benda kerja.
cut off Cutting pada dasarnya sama dengan penguliran, akan tetapi bertujuan
untuk memotong benda kerja menjadi 2 bagian dengan alat potong mirip dengan
ISO 7.

4. Pembubutan Tirus

Pembubutan tirus merupakan penyayatan silindris yang menghasilkan


perbedaan diameter secara konstan. Metode pembubutan tirus digunakan untuk
membuat poros tirus/konis.

5. Pembubutan Ulir
Pembubutan ulir merupakan penyayatan yang menghasilkan bentuk ulir.
Pembubutan ulir terdiri dari pembubutan ulir luar dan ulir dalam. Pembubutan ulir
tergolong dalam pembubutan silindris di mana pemakanannya sama dengan pola
kisar ulir dari ulir yang akan dibuat.

6. Chamfering
Chamfering merupakan pembubutan pada sudut benda kerja menggunakan
ujung pahat. Hasil dari chamfering dikenal dengan istilah chamfer.

7. Boring
Boring merupakan pembubutan dengan gerakan pemakanan sejajar
dengan sumbu benda kerja. Menurut arah pemakanannya boring mirip dengan
pembubutan silindris. Namun perbedaaanya adalah boring dilakukan pada bagian

13
dalam benda kerja. Boring bertujuan untuk memperbesar diameter lubang pada
benda kerja. Alat potong yang digunakan adalah ISO8 dan ISO 9

8. Pengeboran (Drilling)
Pengeboran dapat juga dilakukan pada mesin bubut. Kebalikan dengan
pengeboran pada mesin bor, pengeboran dengan mesin bubut menggunakan mata
bor yang tidak berputar (yang berputar benda kerjanya).

9. Knurling
Knurling sebenarnya bukan termasuk proses penyayatan. Knurling
merupakan proses pembentukan logam yang digunakan untuk membuat pola
arsiran yang bersilangan pada permukaan benda kerja. Kartel atau knurling pada
bagian mesin berfungsi sebagai pegangan agar tidak licin, pada mesin bubut
pengkartelan dilakukan dengan roda kartel yang berukuran standar, proses ini
tidak memotong melainkan menekan /menusuk benda kerja sehingga membentuk
alur-alur kartel. bentuk profil hasil kartel pada umumnya lurus, miring atau
silang(diamond).

2.5 Definisi dan Proses Penguliran

a. Definisi

Ulir adalah profil melingkar, melilit pada suatu benda berbentuk silinder
atau bulat memanjang yang mempunyai sudut kisar dan jarak kisar ulir. Ulir
berfungsi untuk mengikat atau menyambung beberapa komponen menjadi satu
unit produk .tetapi secar umum fungsi thread atau ulir dapay dibagi yaitu:
1. sebagai pengikat
2. Sebagai penerus daya

14
Gambar 2.19 Ulir
(sumber : https://guruinsight.files.wordpress.com/2016/11/ulir.png?w=620)

b. Proses Penguliran
1. Memasang pahat ulir pada pemegang pahat.
2. Menyetting eretan atas sehingga posisi nya menyudut terhadap sumbu tegak.
lurus benda kerja dan arah pemakanan pahat ulir.
3. Memajukan pahat ulir pada diameter terluar ulir.
4. Menyetting ukuran pada eretan melintang menjadi 0 mm.
5. Menggeser pahat ulir kearah kanan keluar benda kerja, dengan jarak sekitar
10 mm dari tepi benda kerja.
6. Mengatur tuas kisar sesuai dengan tabel kisar yang ada pada mesin bubut.
7. Menggeser tuas gerakkan otomatis ulir mesin ke arah bawah untuk pembuatan
ulir
8. Menjalankan mesin hingga terbentuk garis profil ulir dengan panjang bidang
yang di ulir sesuai dengan yang diinginkan.
9. Menggeser tuas gerakan otomatis pada posisi sebelumnya agar proses
pembuatan ulir berhenti.
10. Menarik keluar pahat ulir menggunakan eretan melintang sejauh 3 mm.
11. Menggeser pahat ulir ke arah kanan sehingga pahat ulir bebas sekitar 10 mm

15
12. Memajukan kembali pahat ulir sebesar nilai sebelumnya ditambah dengan
kedalaman pemakanan berikutnya.
13. Melakukan hal yang sama seperti pada tahap nomor 7 – 12 secara berulang
sampai profil ulir dan kisar ulir terbentuk sesuai keinginan, dengan cara
mengecek profil menggunakan mal ulir.

2.6 Definisi dan Proses Pengkartelan


a. Definisi
Kartel (knurling) adalah suatu alat pada mesin bubut yang berfungsi untuk
membuat alur-alur melingkar lurus atau silang pada bidang permukaan benda
kerja bagian luar atau dalam. Tujuan pengkartelan bagian luar adalah agar
permukaan bidanng tidak licin pada saat dipegang.

Gambar 2.20 Kartel

(sumber : https://gurupujaz.wordpress.com/2015/02/06/alat-potong-pada-mesin-bubut/)

b. Proses Pengkartelan
1. Memasang pahat kartel pada pemegang pahat.
2. Menyetel pahat kartel pada pemegang pahat agar tegak lurus dengan benda
kerja.
3. Memajukan pahat kartel pada diameter luar benda kerja
4. Memastikan agar seluruh permukaan pahat kartel menempel pada permukaan
benda kerja yang akan dikartel

16
5. Menyetel ukuran pada eretan melintang menjadi 0 mm
6. Mengatur tuas pengendali kecepatan putaran sesuai perhitungan yang sudah di
tentukan
7. Memutar eretan melintang dengan kedalaman potong sekitar 0,5 mm
8. Menyalakan mesin bubut hingga spindle berputar
9. Menggeser eretan memanjang hingga terbentuk garis – garis kartel sesuai
dengan panjang permukaan yang ingin di kartel
10. Lakukan hal yang sama seperti pada langkah 7 – 9 hingga bentuk dan
diameter bagian benda kerja yang dikartel sesuai dengan yang diinginkan,
proses pengecekan menggunakan jangka sorong.

2.7 Definisi dan Proses Drilling dan Boring


a. Definisi Drilling dan Boring
Boring merupakan pembubutan dengan gerakan pemakanan sejajar
dengan sumbu benda kerja yang berfungsi untuk memperbesar lubang setelah d
drilling

Pengeboran (Drilling) dapat juga dilakukan pada mesin bubut. Kebalikan


dengan pengeboran pada mesin bor untuk membuat lubang awal tujuannya
mempermudah membuat lubang

b. Proses Drilling
1. Tandai dengan garis pada bagan benda kerja yang akan di bor dengan
menggunakan scriber dengan jarak sesuai dengan gambar kerja
2. Pada perpotongan tanda garis tersebut, buatlah titik dengan menggunakan
center punch
3. Pasang benda kerja pada tanggem dan cekam dengan kuat. Pastikan benda
kerja terpasang tegak lurus terhadap sumbu spindle bor
4. Pasang centre tap pada drill chuck untuk menetapkan pusat lubang yang akan
dibuat

17
5. Pasang NC drill pada drill chuck untuk membuat awalan lubang, NC drill
hanya boleh masuk sampai pada batas sisi potongnya karena pada spiralnya
tidak terdapat sudut bebas sehingga kalua dipaksakan NC drill akan terjepit.
6. Setelah lubang awal dibuat, mulailah pengeboran menggunakan mata bor.

c. Proses Boring
1. Lakukan penyetelan terhadap benda kerja yang akan diboring dan lakukan
penyetelan terhadap silinder yang akan di boring, senter pahat yang akan
digunakan sesuai dengan dengan nomor dan diameter dari silinder yang akan
di boring.
2. Setelah benda kerja center, lakukan penguncian sampai kuat.
3. Lakukan penyetelan mata pisau boring dengan jarak sesuai diameter
pembesaran lubang yang telah di tentukan
4. Lakukan penyetelan mata pisau boring dengan jarak sesuai diameter
pembesaran lubang yang telah di tentukan
5. Hidupkan motor penggerak dan lakukan pemakanan sampai batas ukuran
yang ditentukan, dapat dilakukan dengan gerakan otomatis atau manual.

2.8 Macam – macam Produk Hasil Permesinan


Berikut ini ada beberapa macam produk yang dapat dihasilkan dari mesin
Bubut Konvensional, diantaranya yaitu ;

1. Baut

Gambar 2.21 Baut


( sumber : https://indosupergrosir.com/product/baut-2-gram/)

18
2. Paku

Gambar 2.22 Paku


( sumber : https://indosupergrosir.com/product/baut-2-gram/)

3. Drat Tirus

Gambar 2.23 Drat Tirus


( sumber : https://indosupergrosir.com/product/dart-2-gram/)

2.9 Rumus – rumus Proses Permesinan


Adapun perhitungan – perhitungan yang digunakan selama proses
permesinan pada mesin bubut konvensional, antara lain:

a. Perhitungan frekuensi pemakanan

𝐷−𝑑
𝑖= ……….. (1)
𝑡

19
Dimana:

i = Frekuensi Pemakanan

D = Diameter Awal Sebelum Pemakanan (mm)

d = Diameter Akhir Setelah Pemakanan (mm)

t = Tebal Pemakanan (mm)

b. Perhitungan waktu permesinan

𝐿. 𝑖
𝑇 = 𝑠 . 𝑛……….(2)

Dimana :

T = Waktu Permesinan (menit)

L = Panjang Lintasan Pemakanan (mm)

s = Asutan (mm/putaran)

n = Putaran Spindle (rpm)

2.10 Material Benda Kerja dan Pahat


Ada berbagai jenis material yang biasanya digunakan untuk membuat
pahat bubut. Material alat potong yang ideal harus memiliki sifat-sifat sebagai
berikut

a. Lebih keras 30% sampai 50% daripada material benda kerja yang
dipotong.
b. Memiliki ketahanan aus yang tinggi.
c. Memiliki kekerasan panas (hot hardness) yang tinggi.
d. Tahan terhadap kejutan termal
e. Tahan terhadap tumbukan (impact).

20
f. Tidak bereaksi secara kimia dengan material benda kerja dan cairan
pendingin.

Jenis-jenis material yang umum digunakan untuk membuat pahat bubut


antara lain : baja karbon, baja kecepatan tinggi, paduan tuang, karbida, keramik,
Cubic boron nitride, dan intan.

1. Baja Karbon

Baja karbon merupakan material yang telah lama digunakan sebagai


material alat potong. Alat potong baja karbon mengandung sekitar 0,8% - 1,3%
karbon, sekitar 1% mangan, dan 0,1% - 0,4% silikon. Karena mengandung
karbon yang tinggi

Gambar 2.24 Pahat Bubut Baja Karbon

(sumber : http://machiningtool.blogspot.com/2014/09/macam-macam-alat-potong-
pembubutan.html)

2. Baja Kecepatan Tinggi (HSS)


Pahat bubut yang terbuat dari baja kecepatan tinggi atau high speed steel
(HSS) bisa dikatakan sebagai pahat pengganti pahat bubut baja karbon.
kinerja yang lebih baik daripada baja karbon. Kecepatan potong pahat bubut
HSS berkisar antara 10 - 60 m/menit.

21
Gambar 2.25 Pahat Bubut HSS

(sumber : https://www.priceza.co.id/s/harga/pahat-bubut-hss)

3. Paduan Tuang Non Ferro


Pahat bubut yang terbuat dari paduan tuang non ferro dapat bekerja
dengan baik pada pemotongan yang terputus-putus (interrupted cutting) dan
pemotongan produk-produk coran. Paduan tuang bukan besi memiliki
kemampuan melumasi yang baik, tahan korosi serta dapat mencegah pengelasan
atau penempelan material benda kerja pada bagian tepi mata pemotong. Secara
umum, alat potong dari paduan tuang dapat beroperasi pada kecepatan potong 2
kali atau lebih daripada kecepatan potong HSS.

Gambar 2.26 Paduan Tuang non Fero

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir
Adapun diagram alir dalam praktikum kali ini yaitu:

mulai
Literatur
Membaca perintah dan
melakukan perhitungan

Melakukan penyayatan awal

Melakukan penyayatan selanjutnya


hingga benda kerja jadi

Tidak
Analisa
data

Ya

Penulisan Laporan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan

(sumber: laboratorium teknik manufaktur FT.UNTIRTA)

23
Agar lebih jelasnya, maka dapat dijabarkan:

1. Mulai: Berdo’a ketika memulai praktikum dan melakukan tes pendahuluan


yang diberikan oleh asisten.
2. Membaca perintah dan melakukan perhitungan artinya prosedur praktikum
yang telah kita baca pada modul Teknik Manufaktur II akan dilakukan pada
praktek permesinan bubut konvensional, dan melakukan perhitungan pada
form work instruction yang telah diberikan asisten.
3. Melakukan penyayatan awal dengan tebal pemakanan 0,5 mm
4. Melakukan penyayatan berikutnya hingga benda kerja jadi dan terlihat
sempurna
5. Analisa data apakah sudah benar atau tidak
6. Penulisan laporan setelah melakukan praktek pada teknik manufaktur II
modul bubut konvensional
7. Memberikan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan praktikum
8. Selesai : pengumpulan laporan dan melakukan revisi jika diberikan kebijakan
tersebut oleh asisten

3.2 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur untuk menjalankan praktikum bubut konvensional
sebagai berikut:

A. Langkah Persiapan :
1. Membaca dan pahami prosedur praktikum mesin bubut konvensional
2. Menghitung waktu proses permesinan dan menghitung pembuatan proses
pembubutan
3. Menyiapkan benda kerja dan beberapa peralatan menunjang praktikum
bubut konvensional
4. Menyiapkan mesin pemotong untuk melakukan pemotong benda kerja
sesuai form work instruction

24
5. Kemudian, melakukan proses pemotongan benda kerja menggunakan
mesin pemotong

B. Langkah Pengerjaan
1. Meletakkan benda kerja yang sudah dipotong pada chuck/cekam hingga
menjepit benda kerja
2. Melakukan kalibrasi posisi pahat sebelum melakukan proses pembubutan
3. Menyalakan switch utama mesin bubut konvensional
4. Mengatur tuas pengendali sesuai form work instruction
5. Kemudian, menarik tuas pengendali untuk memutarkan spindle
6. Melakukan proses pembubutan sesuai form work instruction dan
perhitungan yang sudah dibuat
7. Memberikan coolant pada saat proses pembubutan

C. Langkah Perawatan
1. Memeriksa kelayakan setiap komponen mesin
2. Membersihkan alat dan meja praktikum setelah pengujian
3. Memeriksa kondisi sambungan kelistrikan selalu dalam kondisi baik tidak
terkena air
4. Meletakkan kembali barang yang telah digunakan pada saat praktikum

3.3 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan proses
pembubutan yaitu:

1. Benda kerja

25
Gambar 3.2 Benda Kerja

(sumber: laboratorium teknik manufaktur FT.UNTIRTA)

2. Mesin Bubut EMCO TU

Gambar 3.3 Mesin Bubut EMCO TU

(sumber: laboratorium teknik manufaktur FT.UNTIRTA)

3. Jangka Sorong

Gambar 3.4 Jangka Sorong

(sumber: laboratorium teknik manufaktur FT.UNTIRTA)

26
4. Pahat

Gambar 3.5 Pahat


(sumber: laboratorium teknik manufaktur FT.UNTIRTA)

5. Coolant

Gambar 3.6 Coolant


(sumber: laboratorium teknik manufaktur FT.UNTIRTA)

6. Kunci Chuck

Gambar 3.7 Kunci Chuck


(sumber: laboratorium teknik manufaktur FT.UNTIRTA)

27
7. Kuas

Gambar 3.8 Kuas


(sumber: laboratorium teknik manufaktur FT.UNTIRTA)

8. Wearpack

Gambar 3.9 Wearpack


(sumber: laboratorium teknik manufaktur FT.UNTIRTA)

28
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar Benda Kerja


Adapun gambar benda kerja hasil praktikum dan gambar benda kerja yang
sudah dibuat pada solidworks.

4.1.1 Benda kerja hasil praktikum

Gambar 4.1 Benda Kerja Hasil Praktikum

(sumber: laboratorium teknik manufaktur FT.UNTIRTA)

4.1.2 Benda Kerja Solidworks

Terlampir pada halaman selanjutnya

29
4.2 Tahapan Penyayatan Benda Kerja

Adapun tahapan penyayatan benda kerja yang terlampir pada halaman


selanjutnya

4.3 Perhitungan Waktu Permesinan Benda Kerja

Adapun hasil perhitungan waktu benda kerja dengan proses permesinan


pada mesin bubut konvensional, yaitu:

d. Perhitungan frekuensi pemakanan

32−23,6 14−12
-) 𝑖1 = = 16,8 -) 𝛼 = 2(1,41) = 0,71
0,5

23,6−14 14−12
-) 𝑖2 = = 19,2 -) 𝑖5 = = 10
0,5 0,2

24−22 32−24
-) 𝑖3 = = 10 -) 𝑖6 = = 16
0,2 0,5

e. Perhitungan waktu permesinan

50 . 16,8 0,71 . 1
-) 𝑇1 = 440 . = 10,60 menit -) 𝑇4 = 440 . = 0,018 menit
0,09 0,09

20 . 19,2 10 . 10
-) 𝑇2 = 440 . = 9,7 menit -) 𝑇5 = 65 . = 17,09 menit
0,09 0,09

20 . 10 13 . 16
-) 𝑇3 = 110 . = 20,2 menit -) 𝑇6 = 260 . = 9,3 menit
0,09 0,09

4.4 Analisa Perbedaan Waktu Hasil Perhitungan dan Aktual Pembuatan


Waktu hasil perhitungan tidak sesuai dengan aktual pembuatan karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Dalam menentukan pergantian kode tuas, praktikan tidak cepat dalam


pergantian tuas untuk menaikan atau menurunkan kecepatan putaran spindle,
sehingga dapat menghambat jalannya proses permesinan

30
2. Ketika melakukan pemakanan, kecepatan putaran spindle harus sesuai, jika
tidak akan menimbulkan benda kerja terpental dari kepala tetap sehingga
benda kerja terdapat cacat pada bagian yang di jepit. Benda kerja tersebut
harus di modifikasi agar tidak terlalu cacat sehingga memakan waktu pada
saat proses permesinan.
3. Pergantian pahat dengan manual dapat menghambat proses permesinan.

4.5 Gambar Benda Tugas


Gambar benda tugas terlampir pada halaman selanjutnya.

4.6 Perhitungan Waktu Permesinan

Adapun hasil perhitungan waktu benda kerja dengan proses permesinan


pada mesin bubut konvensional, yaitu:

f. Perhitungan frekuensi pemakanan


30−25 25−10
A. 𝐼1 = = 10 E. 𝐼5 = = 30
0,5 0,5
25−15 25−23
B. 𝐼2 = = 20 F. 𝐼6 = =2
0,5 0,2
25−20 15−10
C. 𝐼3 = = 10 G. 𝐼7 = = 25
0,5 0,2
15−10
D. 𝐼4 = = 10
0,5

g. Perhitungan waktu permesinan


65 . 10 25−10
A. 𝑇1 = 0,09 . = 17,19 E. 𝛼 = = 0,5 α = 26,5º
420 2 . 15
45 . 20 11 . 2
B. 𝑇2 = = 23,80 F. 𝑇6 = = 2,32
0,09 . 420 0,09 . 210
9 . 10 14 .25
C. 𝑇3 = 0,09 . = 2,38 G. 𝑇7 = 0,09 .210 = 18,50
420
16 . 10
D. 𝑇4 = 0,09 . = 4,23
420

𝑇𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 68,42 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

31
4.7 Perkiraan Waktu Aktual Pembuatan Benda Tugas
Adapun waktu aktual pembuatan benda tugas yaitu kurang lebih 1 jam 45
menit (105 menit), sedangkan di perhitungan yang sudah kami buat adalah 68,52
menit. Jadi kami sudah memperkirakan waktunya oleh beberapa faktor yang telah
menghambat proses permesinan seperti mengganti kode tuas, kecepatan spindle
yang tidak sesuai, pergantian pahat secara manual, dan lain-lain.

32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah dilakukan, terdapat kesimpulan yang dapat di
ambil, diantaranya:

1. Pengoperasian mesin bubut tidaklah mudah, adapun cara pengoperasian


berdasarkan teori yang diperoleh pada mata kuliah teknik manufaktur,
diantaranya:
a. Siapkan peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan
b. Cek kondisi atau kesiapan mesin
c. Masukkan sumber utama arus
d. Atur putaran spindel yang akan digunakan, sesuaikan dengan material
yang digunakan (ditentukan melalui perhitungan atau tabel cutting speed)
e. Pasang senter putar pada kepala lepas
f. Pasang pahat dengan ujung sayat setinggi ujung senter
g. Pasang atau cekam benda kerja
h. Dekatkan pahat pada ujung benda kerja yang akan disayat
i. Hidupkan mesin dengan tombola tau saklar pengendali dan lakukan
penyayatan
2. Pembuatan benda kerja dengan spesifikasi pemakanan rata, tepi, kartel, dan
ulir harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan cara yang telah ditentukan,
yaitu:
𝐷−𝑑
h. Frekuensi pemakanan 𝑖 =
𝑡

𝐿. 𝑖
i. Waktu permesinan 𝑇 = 𝑠 . 𝑛

Dimana:
i = Frekuensi pemakanan
D = Diameter awal sebelum pemakanan (mm)

33
d = Diameter akhir setelah pemakanan (mm)
T = Waktu Permesinan (menit)
L = panjang lintasan (mm)
s = asutan (mm/putaran)
n = putaran spindle

3. Proses manufaktur dari persiapan hingga penyelesaian, sebagai berikut:

A. Langkah Persiapan :
1. Membaca dan pahami prosedur praktikum mesin bubut konvensional
2. Menghitung waktu proses permesinan dan menghitung pembuatan proses
pembubutan
3. Menyiapkan benda kerja dan beberapa peralatan menunjang praktikum
bubut konvensional
4. Menyiapkan mesin pemotong untuk melakukan pemotong benda kerja
sesuai form work instruction
5. Kemudian, melakukan proses pemotongan benda kerja menggunakan
mesin pemotong

B. Langkah Pengerjaan
1. Meletakkan benda kerja yang sudah dipotong pada chuck/cekam hingga
menjepit benda kerja
2. Melakukan kalibrasi posisi pahat sebelum melakukan proses pembubutan
3. Menyalakan switch utama mesin bubut konvensional
4. Mengatur tuas pengendali sesuai form work instruction
5. Kemudian, menarik tuas pengendali untuk memutarkan spindle
6. Melakukan proses pembubutan sesuai form work instruction dan
perhitungan yang sudah dibuat
7. Memberikan coolant pada saat proses pembubutan

34
C. Langkah Perawatan
1. Memeriksa kelayakan setiap komponen mesin
2. Membersihkan alat dan meja praktikum setelah pengujian
3. Memeriksa kondisi sambungan kelistrikan selalu dalam kondisi baik tidak
terkena air
4. Meletakkan kembali barang yang telah digunakan pada saat praktikum

5.2 Saran

Berdasarkan dari praktikum Bubut konvensional yang sudah dilaksanakan,


maka saran untuk praktikum ke depannya adalah sebagai berikut.

a. Saran untuk Laboratorium:

Barag diperbahuria denga teknologi yang terbaik

b. Saran untuk assisten lab:

Selalu mengawasi praktikan agar bisa memberi nilai tambahan supaya


praktikan bersemangat.

35
DAFTAR PUSTAKA
[1] Afdlolludin. 2014. Mesin bubut, Mesin Sekrap, Mesin Frais. Blogspot.co.id
(diakses 01 Agustus 2014)

[2] Anonym,2011 industri09 dodi,bdg.mercubuana.ac.id/bab II mesin bubut8 maret


2011.

[3] Anonym 2012,”pengertian manufaktur “http=//rick wordpress.com /20 januari


2010.

[4] Mata kuliah proses produksi 1,universitas ponorogo padi\aun pratikum proses
produksi univesitas Muhammad ponorogo

[5] Tim penyusun, “modul praktikum bubut konvensional” praktikum teknik


manufaktur jurusan mesin FT UNTIRTA

36
LAMPIRAN

37

Anda mungkin juga menyukai