Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Teknik mesin adalah ilmu teknik mengenai aplikasi dari prinsip fisika
untuk analisis, desain, manufaktur dan pemeliharaan sebuah sistem mekanik.
Ilmu ini membutuhkan pengertian mendalam atas konsep utama dari cabang
ilmumekanika, kinematika, teknik material, termodinamika dan energi.
Adapun yang dipelajari di teknik permesinan yang salah satunya adalah Mesin
Bubut.

Mesin Bubut adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk


memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses
pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar
benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi
sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan Praktikum Kali ini adalah
1) Mengetahui Prinsip Kerja Mesin Bubut Konvensional
2) Memahami Proses penguliran
3) Memahami proses pengkartelan
4) Mengetahui penyebab ketidaksesuaian antara waktu permesinan
dengan actual

1.3. Batasan Masalah


1.3.1. Batasan pada Praktikum
1. Kecepatan pemakanan untuk bubut rata adalah 740 rpm
2. Kecepatan pemakanan untuk pembubutan alur adalah 740 rpm
3. Kecepatan pemakanan untuk kartel adalah 740 rpm
4. Kecepatan pemakanan untuk pembubutan ulir 65 rpm
5. Pitch ulir sebesar 1 mm

1
6. Kedalaman pemakanan kartel dan ulir sebesar 1 mm

1.3.2. Batasan pada Laporan


1. Terdapat tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang mesin Bubut
Konesional
2. Terdapat metodologi yang menjelaskan proses praktikum
3. Terdapat pembahasan dan perhitungan mengenai benda kerja dan
benda tugas

1.4. Sistematika Penulisan


Dalam Laporan ini sistematika penulisannya adalah

Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah dan sistematika
penulisan.

Bab II Pembuatan Benda Kerja


Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan prinsip kerja mesin bubut
konvensional, bagian utama mesin bubut, macam-macam pahat mesin bubut,
macam-macam proses pembubutan, definisi dan proses penguliran, definisi
dan proses pengkartelan, definisi dan proses drilling dan boring, macam-
macam produk mesin bubut, rumus proses permesinan pada mesin bubut dan
material benda kerja dan pahat yang diambil dari berberapa kutipan yang
berkaitan dengan penyusunan laporan praktikum.

Bab III Metodologi penelitian


Bab ini berisikan tahap tahapan yang dilakukan ketika mengerjakan sebuah
benda mulai dari Diagram alir praktikum ,Alat dan Bahan yang digunakan
dan prosedur praktikum

Bab IV Analisa dan Pembahasan


Bab ini menjelaskan analisa pada gambar benda kerja, tahapan penyayatan
benda kerja, perhitungan waktu permesinan, analisa waktu permesinan,

2
gambar benda tugas, perhitungan waktu permesinan benda tugas, perkiraan
waktu actual rekayasa benda tugas.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan praktikum
berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

3
BAB II
PEMBUATAN BENDA KERJA

2.1. Pengertian dan Prinsip Kerja Mesin Bubut Konvensional


Mesin bubut adalah salah satu jenis mesin perkakas yang digunakan untuk
proses pemotongan benda kerja yang dilakukan dengan membuat sayatan pada
benda kerja dimana pahat digerakkan secara translasi dan sejajar dengan sumbu
dari benda kerja yang berputar.
Mesin bubut merupakan mesin perkakas yang memiliki populasi terbesar
di dunia ini dibandingkan mesin perkakas lain seperti mesin freis, drill, sekrap
dan mesin perkakas lainnya.
Prinsip kerja mesin bubut yang berupa pergerakan berputar (rotasi) dari
benda kerja inilah yang menyebabkan terjadinya pemakanan oleh alat potong.
Perputaran benda kerja diperoleh dari perputaran motor utama yang
ditransmisikan sedemikian rupa dengan kecepatan putar tertentu untuk
memutar cekam. Sementara itu gerakan pahat bubut dapat dijalankan secara
manual oleh operator maupun secara otomatis mekanis oleh mesin. Perputaran
benda kerja maupun gerakan alat potong bergerak secara simultan sehingga
dihasilkan geometri benda kerja yang diinginkan. Jenis alat potong (cutting
tool) yang paling sering digunakan adalah berupa pahat bubut.

2.2. Bagian-Bagian Utama Mesin Bubut Konvensional


 Kepala Tetap
Kepala tetap atau headstock adalah merupakan bagian dari mesin
bubut yang letaknya berada disebelah kiri, dselain itu fungsinya
sebagai tempat spindle.

Gambar 2.1 Kepala Tetap

4
 kepala lepas
kepala lepas dipasang di atas meja bubut dibagian ujung kanan
berguna untuk menopang benda kerja atau untuk menahan benda kerja yang
bentuknya panjang, dan bisa dipakai untuk pemasangan mata bor, snei dan
tap

Gambar 2.2 Kepala Lepas

 Meja mesin bubut


Meja mesin bubut fungsinya yaitu untuk sebagai dudukan yang
meluncur memanjang, namun jika terjadi keausan pada meja bubut maka
akan berdampak hasil pembubutan tidak presisi

Gambar 2.3 Meja Mesin Bubut

 Penjepit pahat (tools Post )


penjepit pahat digunakan untuk menjepit pahat atau untuk
memegang pahat, dan bentuknya bermacam macam, dan gambar di bwah
ini ada penjepit pahat dengan 4 penjepit, jadi dalam satu pengerjaan kita
bisa menggunakan 4 pahat sekaligus

Gambar 2.4 Penjepit Pahat

5
 Eretan Atas
berfungsi sebagai dudukan penjepit pahat dan mengatur majunya
pahat ketika proses pembubutan ulir, pembubutan tirus, champer dan lain
lain dan memiliki ketelitian 0,01mm

Gambar 2.5 Eretan Atas

 Transporter dan Sumbu pembawa


transporter adalah poros berbentuk ulir segi empat atau atau
berbentuk ulir trapesium yang biasanya memiliki kisar antara 6 mm,
digunakan pada waktu kerja otomatis, contoh sewaktu membubut ulir, dll.

Gambar 2.6 Sumbu Pembawa

 Chuck / Penjepit
chuck berbungsi untuk menjepit suatu benda kerja dan dimana chuck
tersebut ada yang berbentuk chuck segitiga dan chuck segiempat.

a. chuck segitiga umumnya digunakan untuk menjepit benda kerja yang


berbentuk silindris

6
b. chuck segiempat biasa nya digunakan untuk menjepit benda yang
bentuknya tidak silindris chuck segiempat

Gambar 2.7 Chuck

2.3. Macam – Macam Pahat Mesin Bubut Konvensional


a. Pahat bentuk
Pahat bentuk digunakan untuk membentuk benda kerja sesuai
bentuk permukaan yang diharapkan, salah satu contohnya adalah pahat
yang ujungnya beradius. Pahat bentuk yang lain adalah berbentuk pesegi,
biasanya untuk membuat alur pada benda silinder.

Gambar 2.8 Pahat Bentuk

b. Pahat Ulir
Pahat ulir digunakan untuk membuat ulir, baik ulir tunggal maupun
ganda. Bentuk pahat ulir harus sesuai dengan bentuk ulir yang diinginkan.
Untuk itu diperlukan pengasahan pahat sesuai dengan mal ulirnya. Pahat
ulir tidak mermpunyai sudut tatal, permukaannya rata dengan ujung
beradius sesuai radius kaki ulir yang besarnya tergantung besar kisar
ulirnya. Di bawah ini ilustrasi pahat ulir segitiga dan ulir segi empat.

7
Gambar 2.9 Pahat Ulir

c. Pahat Alur
Pahat alur digunakan untuk membuat alur pada benda kerja. Macam-
macam pahat alur digunakan sesuai dengan kebutuhan membuat celah alur
atau ukuran clip.

Gambar 2.10 Pahat Alur

d. Pahat Bubut Rata Kanan


Pahat rata kanan adalah pahat untuk membubut benda kerja dari arah
kanan ke kiri .

Gambar 2.11 Pahat Bubut Rata Kanan

8
e. Pahat Bubut rata Kiri
Pahat rata kiri adalah kebalikan dari pahat rata kanan yaitu untuk
membubut benda kerja dari arah kiri kekanan.

Gambar 2.12 Pahat Rata Kiri

2.4. Macam – Macam Proses Pembubutan


Dengan menggunakan mesin bubut konvensional ini kita dapat
mengerjakan bermacam-macam pekerjaan yangberhubungan dengan logam
seperti berikut ini :
a. Membuat Bubut rata
b. Membuat Bubut bertingkat
c. Membuat Bubut membuat lubang
d. Membuat Bubut tirus dan ulir tirus
e. Membuat Bubut ulir luar dan ulir dalam
f. Membuat Bubut champer

Untuk melakukan pengerjaan pembubutan dengan mesin bubut


konvensional ini harus dilakaukan oleh para mekanik yang sudah ahli dalam
bidangnya seperti mekanik mesin, mekanik logam. Jika kita tidak ahli dalam
menggunakan mesin bubut ini makan akana mengasilkan bubutan yang tidak
rata atu tidak halus.

2.5. Definisi dan Proses Penguliran


Penguliran Adalah sebuah usaha membentuk permukaan benda menjadi
bergerigi seperti bentuk gunung dan lembah dengan sudut tertentu yang
biasanya dibentuk pada benda berbentuk silindris. Prinsip kerja ulir adalah

9
dengan memasangkan atau mengencangkan dengan ulir lain dalam hal ini
adalah ulir dalam(mur) dengan ulir luar(baut).

Dalam prosesnya pembuatan ulir, operator harus mengatur mode penguliran


otomatis dan kecepatan spindle yang sesuai dengan yang dibutuhkan dan
sebelumnya mengganti pahat dengan pahat ulir. Setelah itu menempatkan pahat
di posisi sumbu Z=0 dan mengaktifkan pergerakan pahat secara otomatis.

2.6. Definisi dan Proses Pengkartelan


Kartel (knurling) adalah suatu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi
untuk, membuat garis-garis/ gigi-gigimelingkar lurus sejajar atau silang
menyudut/ helikpada bidang permukaan benda kerja bagian luar atau dalam.
Tujuan pengkartelan bagian luar salah satunya agar permukaan bidangnya tidak
licin pada saat dipegang dengan tangan, contohnya terdapat pada batang
penarik, tangkai palu besi dan pemutar dll. Sedangkan pengkartelan bagian
dalam salah satunya bertujuan untuk memperkecil lubang yang sudah longgar
karena aus, contohnya lubang pada dudukan bearing.

Proses pengkartelan pada mesin bubut, kertel diikatkan/ dipasang pada


tool post sebagaimana terlihat pada. Sedangkan contoh hasil pengkartelannya
dapat dilihat pada Konstruksi atau bentuk pemegang/holder gigi pisau kartel
dibuat dengan mempertimbangkan berbagai aspek termasuk posisi dan kondisi
bidang yang akan dikartel, sehingga dapat dipilih sesuai kebutuhan. Beberapa
macam bentuk pemegang gigi pisau kartel buatan dari salah satu pabrikan
dapat dilihat pada.

2.7. Definisi dan Proses Drilling dan Boring


Pengeboran (Drilling)
Pengeboran dapat juga dilakukan pada mesin bubut. Kebalikan dengan
pengeboran pada mesin bor, pengeboran dengan mesin bubut menggunakan
mata bor yang tidak berputar (yang berputar benda kerjanya).

10
Gambar 2.13 Drilling

Boring
Boring merupakan pembubutan dengan gerakan pemakanan sejajar dengan
sumbu benda kerja. Menurut arah pemakanannya boring mirip dengan
pembubutan silindris. Namun perbedaaanya adalah boring dilakukan pada
bagian dalam benda kerja. Boring bertujuan untuk memperbesar diameter
lubang pada benda kerja.

Gambar 2.14 Boring

Pembubutan dalam dengan pahat dibagi menjadi dua macam ,yaitu pembubutan
dalam tembus dan pembubutan dalam tidak tembus.

2.8. Macam – Macam Produk Mesin Bubut


 Poros
Poros adalah untuk meneruskan atau memindahkan tenaga putar dari
transmisi menuju ke differential.

11
Gambar 2.15 Poros

 Baut dan Mur


Adalah 2 buah benda yang sangat penting digunakan dalam permesinan.
Benda ini dipakai sebagai pengikat atau penahan dua objek yang dijadikan
satu.

Gambar 2.16 Baut dan Mur

 Benda perminan
seperti pion catur, queen catur, pin bowling dll. Digunakan sebagai
benda eksperimen dalam uji coba atau praktikum.

Gambar 2.17 Benda Permainan

 Paku
Yang digunakan untuk perlengkapan bahan bangunan. Paku dapat
di buat di mesin bubut sesuai dengan bentuk dan kebutuhan.

12
Gambar 2.18 Paku

2.9. Rumus Proses Permesinan Pada Mesin Bubut Konvensional


 Untuk mencari waktu permesinan
I=D–d Keterangan :
0,5
D = Diameter Mayor
T=L.I d = Diameter Minor
S.n
T = Waktu Permesinan
L = Panjang pemakanan
S = Asutan (0,09)
n = rpm (1000)

 Mencari Sudut Tirus

Tan α = a
b
a
−1
α = 𝑇𝑎𝑛 a/b
α

Gambar 2.19 Sudut Tirus

2.10. Material Benda Kerja dan Pahat


Macam-macam pahat bubut dilihat dari jenis material/ bahan yang
digunakan meliputi:
1. Baja karbon
Yang termasuk dalam kelompok baja karbon adalah High Carbon
Steel (HCS) dan Carbon Tool Steels (CTS). Baja jenis ini menggandung

13
karbon yang relative tinggi (0,7% – 1,4% C) dengan prosentasi unsur lain
relatif rendah yaitu Mn, W dan Cr masing-masing 2% sehingga mampu
memiliki kekerasan permukaan yang cukup tinggi. Dengan proses
perlakuan panas pada suhutertentu, strukur bahan akan bertransformasi
menjadi martensit dengan hasil kekerasan antara 500 ÷ 1000 HV. Karena
mertensitik akan melunak pada temperature sekitar 250ºC, maka baja
karbon jenis ini hanya dapat digunakan pada kecepatan potong yang
rendah (10 m/menit) dan hanya dapat digunakan untuk memotong logam
yang lunak atau kayu.

2. Baja Kecepatan Tinggi/ High Speed Steel (HSS)


Pada sekitar tahun 1898, ditemukan jenis baja paduan tinggi dengan
unsur paduan Crome (Cr) dan Tungsten/ Wolfram dengan melalui
proses penuangan (molten metallurgy) selanjutnya dilakukan pengerolan
atau penempaan dibentuk menjadi batang segi empat atau silinder. Pada
kondisi masih bahan (raw material), baja tersebut diproses secara
pemesinan menjadi berbagai bentuk pahat bubut. Setelah proses
perlakukan panas dilaksanakan, kekerasannya akan menjadi cukup tinggi
sehingga dapat digunakan untuk kecepatan potong yang tinggi yaitu
sampai dengan tiga kali kecepatan potong pahat CTS. Baja Kecepatan
Tinggi (High Speed Steel – HSS) apabila dilihat dari komposisinya dapat
dibagai menjadi dua yaitu, Baja Kecepatan Tinggi (High Speed Steel –
HSS) Konvensional dan Baja Kecepatan Tinggi (High Speed Steel – HSS)
Spesial.

3. Paduan Cor Nonferro


Sifat-sifat paduan cor nonferro adalah diantara sifat yang dimiliki
HSS dan Karbida (Cemented Carbide), sehingga didalam
penggunaannya memiliki karakteristik tersendiri karena karbida terlalu
rapuh dan HSS mempunyai ketahanan panas (hot hardness) dan
ketahanan aus (wear resistance) yang terlalu rendah. Jenis material ini di
bentuk dengan cara dituang menjadi bentuk-bentuk yang tertentu,

14
misalnya tool bit (sisipan) yang kemudian diasah menurut geometri yang
dibutuhkan. Baja paduan nonferro terdiri dari empat macam elemen/
unsur utama diantaranya:

 Cobalt (Co):
Unsur cobalt,berfungsi sebagai pelarut bagi unsure-unsur lainnya.
 Chrom (Cr):
Unsur chrom (10% s.d 35%), berfungsi sebagai pembetuk karbida
 Tungsten/ Wolfram (W):
Unsur tungsten/ wolfram (10% s.d 25%), berfungsi sebagai
pembentuk karbida dan menaikan karbida secara menyeluruh.
 Karbon (C):
Apabila terdapat unsur karbon (1%) akan menghasilkan jenis baja
yang masih relaitif lunak, dan apabila terdapat unsur karbon (3%)
akan menghasilkan jenis yang relatif keras serta tahan aus.

4. Karbida
Jenis karbida yang “disemen” (Cemented Carbides) merupakan
bahan pahat yang dibuat dengan cara menyinter (sintering) serbuk
karbida (Nitrida, Oksida) dengan bahan pengikat yang umumnya dari
Cobalt (Co).

Ada tiga jenis utama pahat karbida sisipan, yaitu:


 Karbida Tungsten:
Karbida tungsten merupakan jenis pahat karbida untuk memotong besi
tuang.
 Karbida Tungsten Paduan:
Karbida tungsten paduan merupakan jenis karbida untuk
pememotongan baja.
 Karbida lapis:

15
Karbida lapis yang merupakan jenis karbida tungsten yang di lapis (satu
atau beberapa lapisan) karbida, nitride, atau oksida lain yang lebih
rapuh tetapi ketahanan terhadap panasnya (hot hardness) tinggi.

5. Keramik (Ceramics)
Keramik menurut definisi yang sempit adalah material paduan
metalik dan nonmetalik. Sedangkan menurut definisi yang luas adalah
semua material selain metal atau material organik, yang mencakup juga
berbagai jenis karbida, nitride, oksida, boride dan silicon serta karbon.
Keramik secara garis besar dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu:
 Keramik tradisional
 Keramik industry

6. Cubic Boron Nitride (CBN)


Cubic Boron Nitride (CBN) termasuk jenis keramik. Dibuat dengan
penekanan panas (HIP, 60 kbar, 1500ºC) sehingga bentuk grafit putih
nitride boron dengan strukrur atom heksagonal berubah menjadi struktur
kubik. Pahat sisipan CBN dapat dibuat dengan menyinter serbuk BN
tanpa atau dengan material pengikat, TiN atau Co. Ketahanan panas (Hot
hardness) CBN ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan jenis pahat
yang lain.

7. Intan
Sintered diamond merupakan hasil proses sintering serbuk intan
tiruan dengan pengikat Co (5% – 10%). Tahan panas (Hot hardness)
sangat tinggi dan tahan terhadap deformasi plastic. Sifat ini ditentukan
oleh besar butir intan serta prosentase dan komposisi material pengikat.
Karena intan pada temperature tinggi akan berubah menjadi graphit dan
mudah ter-difusi dengan atom besi, maka pahat intan tidak dapat di
gunakan untuk memotong bahan yang mengadung besi (ferros). Cocok
untuk ultra high precision & mirror finish cutting bagi benda kerja
nonferro (Al Alloys, Cu Alloys, Plastics dan Rubber).

16
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir Praktikum

Mulai
Literatur
Membaca Gambar

Perhitungan Sudut dan waktu benda

Persiapan alat dan bahan


Mengukur dan memotong bnda kerja

Meletakkan Benda kerja pada spindel

Memberi tanda-tanda pemakanan

Pembubutan

Waktu
permesinan

Pembersihan dan perapian

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir

17
3.2 Prosedur

Adapun prosedur untuk menjalankan praktikum bubut konvensional


sebagai berikut :
3.2.1 Langkah Persiapan
1. Membaca dan memahami prosedur praktikum mesin bubut
konvensional
2. Menghitung waktu proses permesinan dan menghitung
pembuatan proses pembubutan
3. Menyiapkan benda kerja dan beberapa peralatan menunjang
praktikum bubut
4. Menyiapkan mesin pemotong untuk melakukan pemotongan
benda kerja sesuai form work instruction
5. Kemudian, lakukan proses pemotongan benda kerja
menggunakan mesin pemotong

3.2.2 Langkah Pengerjaan


1. Meletakkan benda kerja yang sudah dipotong pada
chuck/cekam hingga menjepit benda kerja
2. Melakukan kalibrasi posisi pahat sebelum melakukan proses
pembubutan
3. Nyalakan switch utama mesin bubut konvensional
4. Mengatur tuas pengendali sesuai form work instruction
5. Kemudian, menarik tuas pengendali untuk memutarkan spindle
6. Melakukan proses pembubutan sesuai form work instruction
dan perhitungan yang sudah dibuat
7. Memberikan Coolant pada saat proses pembubutan

3.2.3 Langkah Perawatan


1. Memeriksa kelayakan setiap komponen mesin
2. Membersihkan alat dan meja praktikum setelah penggunaan

18
3. Memeriksa kondisi sambungan kelistrikan selalu dalam kondisi
baik tidak terkena air dan meletakkan kembali barang yang telah
digunakan pada saat praktikum

1.2 Alat dan Bahan yang Digunakan


1. Benda Kerja (Aluminium)

Gambar 3.2 Benda kerja Aluminium

2. Mesin Bubut EMCO TU

Gambar 3.3 Mesin Bubut EMCO TU

3. Mesin Pemotong

Gambar 3.4 Mesin Pemotong

19
4. Jangka Sorong

Gambar 3.5 Jangka sorong

5. Peratan Penunjang (Kunci pas, dll)

Gambar 3.6 Kunci Pas


6. Pahat

Gambar 3.7 Pahat

7. Coolant

Gambar 2.8 Coolant

20
8. Perlengkapan Safety (Wearpack, Kaca mata, dll)

Gambar 3.9 Wearpack

21
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambar Benda Kerja

Gambar 4.1 Benda Kerja

Sedangkan gambar proyeksi benda kerja ada di halaman selanjutnya.

22
4.2. Tahapan Penyayatan
Tahapan penyayatan benda kerja terdapat di halaman selanjutnya.

23
4.3. Perhitungan Waktu Permesinan
1. Mencari waktu permesinan untuk I1 dan T1

I=D–d I = 32 – 16 I = 32
T 0,5

T=L.I T = 14 . 32 T = 6,72 min


S.n 0,09 . 740

2. Untuk T2 dan I2

I = 32 – 28 I=8
0,5

T = 64 . 8 T = 7,68 min
0,09 . 740

3. Untuk T3 dan I3

I = 28 – 24 I=8
0,5

T = 13 . 8 T = 1,56 min
0,09 . 740

4. Untuk T4 dan I4

I = 28 – 16 I = 24
0,5

T = 13 . 24 T = 4,68 min
0,09 . 740

5. Untuk Knurling

I = 28 – 27 I=2
0,5

T = 13 . 2 T = 0,39 min
0,09 . 740

6. Untuk Ulir M16 x 1,5

24
I = 16 – 15 I=2
0,5

T = 14 . 2 T = 4,78 min
0,09 . 65
7. Untuk bentuk Segitiga

2
? = √5,52 + 102
2
? = √130,35
? = 11,41 6
α
Tan α = 6/20
α = Tan -1 0,3 20
α = 7o

I = 28 – 16 I = 24
0,5

T = 20 . 24 T = 7,2 min
0,09 . 740

4.4. Analisa Waktu Permesinan


Waktu Aktual dalam pengerjaan adalah 180 menit
Waktu Permesinan adalah 33,05 menit

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛𝑎𝑛


𝑇𝑟𝑎𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑑 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 100%
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙

180 − 33,05
𝑇𝑟𝑎𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑑 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 100%
180

𝑇𝑟𝑎𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑑 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 0,82%

Penyebab terjadinya ketidak sesuiana waktu permesinan dengan actual


karna didalam praktikum masih terdapat keragu-raguan dalam menggerakkan
pahat, dan masih banyak terdapat miskomunikasi antar anggota kelompok
dalam proses manufaktur.

25
4.5. Gambar Benda Tugas
Gambar Benda Kerja terdapat di halaman selanjutnya

4.6. Perhitungan Waktu Permesinan Benda Tugas


1. Mencari waktu permesinan untuk I1 dan T1

I=D–d I = 25 – 20 I = 10
T 0,5

T=L.I T = 55 . 10 T = 6,11 min


S.n 0,09 . 1000

2. Untuk T2 dan I2

I = 20 – 18 I=4
0,5

T = 38 . 4 T = 1,69 min
0,09 . 1000

3. Untuk T3 dan I3

I = 20 – 10 I = 20
0,5

T = 10 . 20 T = 2,22 min
0,09 . 1000

4. Untuk T4 dan I4

I = 18 – 14 I=8
0,5

T = 15 . 8 T = 1,33 min
0,09 . 1000

5. Untuk T5 dan I5

I = 14 – 10 I=8
0,5

T = 10 . 8 T = 0,8 min
0,09 . 1000

6. Untuk T6 dan I6

26
I = 18 – 14 I=8
0,5

T= 8.8 T = 0,71 min


0,09 . 1000
7. Untuk Knurling

I = 18 – 17 I=2
0,5

T = 15 . 2 T = 0,33 min
0,09 . 1000

8. Untuk M 10 x 1

I = 10 – 9 I=2
0,5

T = 10 . 2 T = 0,44 min
0,09 . 500

9. Untuk bentuk Segitiga

Tan α = D – d
2L
5,5
2
? = √5,52 + 102 α
2
? = √130,35
? = 11,41 10

Tan α = 5,5/10

5,5 = 25 – 14
10 2.L

L = (25 – 14) . 10
2 . 5,5

L = 10

I = 25 – 14 I = 22
0,5

T = 10 . 22 T = 2,44 min

27
0,09 . 1000

4.7. Perkiraan Waktu Aktual Rekayasa Benda Tugas


𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛𝑎𝑛
𝑇𝑟𝑎𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑑 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 100%
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 16,07


0,82% = 100%
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙

0,0082 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 16,07

0,9918 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 16,07

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 16,21 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

28
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dalam Laporan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip kerja mesin bubut yang berupa pergerakan berputar (rotasi) dari
benda kerja inilah yang menyebabkan terjadinya pemakanan oleh alat
potong. Perputaran benda kerja diperoleh dari perputaran motor utama
yang ditransmisikan sedemikian rupa dengan kecepatan putar tertentu
untuk memutar cekam. Sementara itu gerakan pahat bubut dapat
dijalankan secara manual oleh operator maupun secara otomatis
mekanis oleh mesin. Perputaran benda kerja maupun gerakan alat
potong bergerak secara simultan sehingga dihasilkan geometri benda
kerja yang diinginkan. Jenis alat potong (cutting tool) yang paling sering
digunakan adalah berupa pahat bubut.

2. Dalam prosesnya pembuatan ulir, operator harus mengatur mode


penguliran otomatis dan kecepatan spindle yang sesuai dengan yang
dibutuhkan dan sebelumnya mengganti pahat dengan pahat ulir. Setelah
itu menempatkan pahat di posisi sumbu Z=0 dan mengaktifkan
pergerakan pahat secara otomatis.

3. Proses pengkartelan pada mesin bubut, kertel diikatkan/ dipasang pada


tool post sebagaimana terlihat pada. Sedangkan contoh hasil
pengkartelannya dapat dilihat pada Konstruksi atau bentuk
pemegang/holder gigi pisau kartel dibuat dengan mempertimbangkan
berbagai aspek termasuk posisi dan kondisi bidang yang akan dikartel,
sehingga dapat dipilih sesuai kebutuhan. Beberapa macam bentuk

29
pemegang gigi pisau kartel buatan dari salah satu pabrikan dapat dilihat
pada.

4. Penyebab terjadinya ketidak sesuiana waktu permesinan dengan actual


karna didalam praktikum masih terdapat keragu-raguan dalam
menggerakkan pahat, dan masih banyak terdapat miskomunikasi antar
anggota kelompok dalam proses manufaktur.

5.2. Saran
5.2.1. Laboratorium
Agar mesinnya dapat di perbaiki lagi sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pemrograman, namun hal itu butuh support dari pihak
kampus. Lalu, ruangan laboratoriumnya agar di lebih ditata lagi supaya
pelaksanaan praktikum dapat terasa nyaman dan menyenangkan.

5.2.2. Asisten
Saran saya kepada asisten, agar lebih intensif dalam membimbing
supaya pembelajaran menjadi bagus.

30

Anda mungkin juga menyukai