Anda di halaman 1dari 23

Pengukuran Linier 1

BAB II
PENGUKURAN LINIER

2.1 Tujuan Praktikum


1. Mampu menggunakan vernier caliper dan holtest (triobore) dengan baik dan benar.
2. Mampu melaksanakan dan memahami pengukuran dengan vernier caliper dan holtest
(triobore).
3. Memahami serta mampu membaca skala pengukuran secara teori maupun aplikasi
dengan baik dan benar terutama vernier caliper dan holtest (triobore).

2.2 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Pengukuran linear langsung
2.2.1.1 Vernier Caliper
Vernier caliper adalah alat ukur linier serupa dengan mistar ukur yang mana skala linier
pada batang dengan ujung yang berfungsi sebagai sensor penahan benda ukur suatu peluncur
dengan sisi yang dibuat sejajar dengan rahang ukur tetap dinamakan sebagai rahang ukur
gerak yang bisa digeserkan pada batang ukur. Prinsip skala linier perbedaan nya ialah pada
mengukur objekaukur. Permukaan batang ukur harus relatif keras dan tahan aus dan
dirancang dengan ketelitian geometri yang tinggi. Kerataan masing-masing bidang
pembimbing dan kesejajarannya dirancang dengan toleransi bentuk yang tinggi,supaya
permukaan dua sensor akan tetap sejajar. Dengan demikian meskipun tak segaris garis ukur
dan garis dimensi diusahakan tetap sejajar untuk mengurangi efek kesalahan kosinus.
(Hastono, 2008,p.33)

2.2.1.1.1 Ketelitian Vernier Caliper.

Gambar 2.1 Vernier caliper


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya (2019)

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 2

Pada gambar diatas terbaca 39 skala utama = 20 skala nonius. Besarnya 1 skala nonius
= 1/20 x 39 skala utama = 1,95 skala utama. Maka : ketelitian dari jangka sorong tersebut
adalah = 2 – 1,95 = 0,05 mm
Atau, ketelitian jangka sorong itu adalah 1 bagian Skala utama itu, dibagi sebanyak
jumlah skala nonius = 1/20 = 0,05 mm
2.2.1.1.2 Macam-macam Vernier Caliper
• Mistar Ingsut Kedalaman

Gambar 2.2 Mistar ingsut kedalaman


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya (2019)

Berfungsi untuk mengukur kedalaman, pengukur lebar, dan posisi alur terhadap tepi
atau alur lainnya (dengan ujung berkait). (Rochim, 2006,p.277).
• Mistar Ingsut Pipa

Gambar 2.3 Mistar ingsut pipa


Sumber : Rochim (2006, p. 275)

Berfungsi untuk mengukur tebal dinding pipa dan tebal pelat yang melengkung.
(Rochim, 2006,p.275).

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 3

• Mistar Ingsut Diameter Alur Dalam

Gambar 2.4 Mistar ingsut diameter alur dalam


Sumber : Rochim (2006, p.274)

Berfungsi untuk mengukur alur di dalam silinder, diameter silinder minimum 30 mm.
(Rochim, 2006,p.274).
• Mistar Ingsut Posisi dan Lebar Alur

Gambar 2.5 Mistar ingsut prosisi dan lebar alur


Sumber : Rochim (2006, p.275)

Berfungsi untuk mengukur lebar alur dan posisi alur terhadap tepi atau alur lain.
(Rochim, 2006,p.275).
• Mistar Ingsut Jarak Center

Gambar 2.6 Mistar ingsut kedalaman


Sumber : Rochim (2006,p.274)

Berfungsi untuk mengukur jarak antara center lubang dan mengukur jarak dari center
ke tepi. (Rochim, 2006,p.274).

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 4

2.2.1.1.3 Bagian-bagian vernier caliper dan fungsi

1 5

6 4 3
8

Gambar 2.7 Bagian – bagian vernier caliper


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya (2019)

1. Rahang Dalam (Internal jaws)


Terdiri dari rahang caliper dan rahang geser atas. Bagian ini digunakan untuk
mengukur bagian dalam suatu benda kerja seperti celah pada benda atau diameter dalam
silinder.
2. Rahang Luar (External jaws)
Terdiri dari rahang caliper dan rahang geser bawah. Bagian ini digunakan untuk
mengukur bagian luar suatu benda kerja seperti tebal benda atau diameter luar poros
3. Pengukur Kedalaman (Depth measuring blade)
Digunakan untuk mengukur kedalaman suatu lubang atau celah
4. Skala Utama
Yaitu skala pengukuran yang menunjukkan angka di depan koma
5. Skala Utama (inchi)
Yaitu skala pengukuran yang menunjukkan angka di depan koma dengan satuan
inchi.
6. Skala Vernier
Yaitu skala pengukuran yang menunjukkan angka belakang koma dengan skala ukur
dengan satuan mm
7. Skala Vernier (inchi)

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 5

Yaitu skala pengukuran yang menunjukkan angka belakang koma dengan skala ukur
dengan satuan inchi
8. Penggerak Rahang
Digunakan untuk menggeser rahang geser dan skala geser sehingga menempel pada
benda kerja yang di ukur.
(Hastono, 2008,p.39)

2.2.1.1.4 Cara Pembacaan Vernier Caliper

Gambar 2.8 Cara pembacaan vernier caliper


Sumber : Rochim (2001,p.139)

Pada hasil pengukuran diatas :


1. Nilai ukur pada skala utama dinyatakan dengan garis pada skala utama sebelah kiri
terdekat dengan garis indeks (pada skala nonius).
2. Nilai ukur pada skala utama dinyatakan dengan garis angka skala nonius yang paling
dekat jaraknya dengan garis indeks (pada skala utama).
3. Lihat garis skala nonius dan skala utama yang sejajar kemudian kalikan garis skala nonius
yang sejajar tadi dengan ketelitian alat.

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 6

2.2.1.1.5 Kalibrasi Vernier Caliper


Kalibrasi vernier caliper bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan dalam pengukuran.
Sebelum digunakan alat ukur vernier caliper tersebut, pastikan vernier caliper sudah
terkalibrasi. Jika belum, maka langkah-langkah mengkalibrasi vernier caliper adalah :
a. Rapatkan kedua permukaan rahang ukur
b. Tepatkan garis nol skala nonius dengan garis nol pada batang utama jangka sorong
c. Lalu lihatlah celah antara rahang ukur, pastikan kedua rahang ukur rapat.

2.2.1.2 Micrometer
Mikrometer adalah alat ukur linier yang memiliki ketelitian lebih baik dari pada jangka
sorong atau mistar ingsut. Mikrometer memiliki bentuk yang bermacam-macam sesuai
dengan benda ukurnya. Bagian yang sangat penting dari micrometer adalah ulir utama yang
terletak di dalam micrometer itu sendiri. Dengan adanya ulir utama poros ukur dapat
bergerak dari gerakan rotasi menuju translasi yang nantinya dapat menjauhi atau mendekati
bidang ukur dari benda ukur. Ulir utama dibuat sedemikian rupa sehingga dengan memutar
satu putaran ulir utama dapat menggerakan kisaran tertentu sesuai benda ukurnya.
Secara umum, tipe dari micrometer ada tiga macam yaitu micrometer luar (outside
micrometer), micrometer dalam (inside micrometer), dan micrometer kedalaman (depth
micrometer). Meskipun micrometer ini terbagi dalam tiga jenis yang masing-masing
mempunyai bermcam-macam bentuk, akan tetapi komponen penting dan prinsip baca
skalanya pada umumnya sama.

2.2.1.2.1 Inside Micrometer


Inside Micrometer adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur dimensi dalam yang
mempunyai ketelitian yang sangat tinggi. Inside Micrometer yang tanpa sambungan dapat
langsung dipasang pada benda kerja yang akan diukur. Sambungan (rod extension) hanya
dipakai bila diperlukan. Panjang sambungan adalah bervariasi, pemakaiannya tergantung
lubang yang akan diukur.

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 7

2.2.1.2.2 Macam-macam Micrometer


a. Mikrometer Dalam Silinder (Tubular Inside Micrometer)

Gambar 2.9 Mikrometer dalam silinder


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya (2019)

Fungsi dari mikrometer dalam silinder adalah untuk mengukur diameter dalam.
Kedua ujung mikrometer berfungsi sebagai sensor. (Rochim, 2006,p.288).
b. Mikrometer Dalam (Inside Micrometer)

Gambar 2.10 Mikrometer dalam


Sumber : Rochim (2006,p.288)

Fungsi dari mikrometer dalam adalah mengukur diameter dalam. Kapasitas ukur
dapat diubah dengan mengganti batang ukur. Batang pemegang berfungsi untuk
mempermudah pengukuran diameter yang dalam letaknya. (Rochim, 2006,p.288).

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 8

c. Mikrometer Dalam Tiga Kaki (Holtest, Triobor)

Gambar 2.11 Mikrometer dalam tiga kaki


Sumber : Rochim (2006,p.288)

Fungsi dari mikrometer dalam tiga kaki adalah mengukur diameter dalam dengan
cepat dan teliti karena sensor mikrometer secara mandiri akan memposisikan sumbu
mikrometer berimpit dengan sumbu lubang atau self alignment. (Rochim, 2006,p.288).
d. Mikrometer Dalam Jenis Rahang (Inside Micrometer Caliper)

Gambar 2.12 Mikrometer dalam jenis rahang


Sumber : Rochim (2006,p.289)

Mikrometer dalam jenis rahang berfungsi untuk mengukur diameter/ukuran dalam


posisi yang sulit dimana mikrometer biasa tak bisa dipakai (Rochim, 2006,p.289).

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 9

2.2.1.2.3 Bagian-Bagian Holtest (Triobore) dan Fungsinya

6
1 4
3

5 2

Gambar 2.13 Bagian-bagian holtest (triobore)


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya (2019)

a. Bagian dan fungsi pada alat :


1. Sleeve
Adalah poros berlubang yang berulir tempat spindle dan thimble bergerak maju
mundur, di mana skala utama terdapat.
2. Thimble
Merupakan batang logam yang diputar untuk menggerakkan contact point serta
merupakan tempat skala nonius berada.
3. Contact Point
Adalah sensor yang bersentuhan langsung dengan benda ukur.
4. Ratchet Stop
Untuk menggerakkan sensor namun terdapat mekanisme yang menghentikan
gerak sensor ketika terjadi kontak dengan benda ukur.
5. Skala Nonius
Skala yang terdapat pada thimble dengan skala terendah bernilai 0,005.
6. Skala Utama
Skala yang terdapat pada sleeve merupakan skala utama daripada alat ukur dengan
satuan mm.
7. Extension
Menambah panjang dari alat ukur untuk mengukur diameter lubang yang dalam.

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 10

2.2.1.2.4 Operasi Dasar Holtest, Triobore


A. Ketelitian Holtest, Triobore

Gambar 2.14 Holtest, triobore


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya Brawijaya (2019)

 Tabung Holtest, Triobore terbagi dalam 100 bagian Skala nonius.


 2 Putaran Tabung = 1 Skala Utama.
 1 Bagian Skala Tabung = 1/200 x 1 mm = 0,005 mm
B. Kalibrasi Inside Holtest (Triobore)
Kalibrasi dengan menggunakan engkol dengan cara memutar calibration space
supaya mendapat angka nol. Misalnya range yang ada pada alat 10-15, maka 10 akan
digunakan sebagai pengganti angka nol, kalibrasi pada skala ini menggunakan ring yang
telah disediakan di dalam kotak, ring ini telah distandarkan dan digunakan sebagai alat
kalibrasi dari holtest tersebut.
C. Cara Membaca Skala

Gambar 2.15 Cara pembacaan holtest, triobore


Sumber : Dokumen Baku Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin (2019)

Pada hasil pengukuran diatas :


Skala ukur yang digunakan pada holtest menggunakan reverse graduation style.
Ketelitian dari holtest diatas adalah 0,005 mm dengan range 45-50 mm.

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 11

1. Nilai ukur pada skala tetap dinyatakan dengan garis pada skala utama yang
berhimpitan dengan skala putar (pada skala nonius).
2. Nilai ukur pada skala nonius dinyatakan dengan garis angka skala nonius yang sejajar
garis normal skala utama.
3. Jumlahkan skala utama dengan skala nonius yang terbaca.
Skala Utama : 45,00 mm
Skala Nonius : 0,22 mm +
Terbaca : 45,22 mm

2.2.2 Pengukuran Linear tak Langsung


Dengan memakai vernier caliper dan micrometer, pengukuran linier dapat dilaksanakan
secara langsung, sebab hasil penukuran dapat langsung dibaca pada skalanya. Namun tidak
semua masalah linier dapat diatasi dengan menggunakan alat ukur langsung, karena
diperlukan kecermatan yang lebih tinggi atau karena kondisi obyek ukur tidak
memungkinkan alat ukur langsung. Untuk itu diperlukan cara pengukuran tak langsung yang
dilaksanakan dengan memakai dua jenis alat ukur, yaitu alat ukur standar dan alat ukur
pembanding. (Rochim, 2006,p.293).

2.2.2.1 Blok ukur


Blok ukur adalah alat ukur standart mempunyai dua permukaan yang sangat halus rata
dan sejajar dan dua muka ini dibuat denga jarak nominal tertentu. (Rochim, 2006,p.293).
a. Sifat – sifat blok ukur :
1. Tahan aus karena kekerasan tinggi
2. Tahan korosi serupa dengan stainless steel
3. Koefisien muai yang sama dengan baja komponen mesin (12x10-6 oC-1)
4. Kestabilan dimensi yang baik
Blok ukur ini tersedia dalam suatu set yang terdiri dari bermacam macam ukuran
nominal jumlah blok dalam blok ukur bermacam macam dan menurut standart metrik jumlah
tersebut adalah 27, 33, 50, 87, 105, 112.

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 12

Tabel 2.1
Set blok ukur 112 buah dengan tebal 1 mm
Selang Jarak Antara Kebaikan Jumlah Blok
1.001 – 1.009 0.001 9
1.010 - 1.490 0.010 49
0.5 – 24.5 0.5 49
25 – 100 25 4
1.0005 - 1
Sumber : Rochim (2006,p.294)

Tabel 2.2
Set blok ukur 112 buah dengan tebal 2 mm
Selang Jarak Antara Kebaikan Jumlah Blok
2.001 – 2.009 0.001 9
2.010 - 2.490 0.010 49
0.5 – 24.5 0.5 49
25 – 100 25 4
2.0005 - 1
Sumber : Rochim (2006,p.294)

b. Pemakaian Blok Ukur


1. Pemakaian
a. Ambil beberapa blok ukur dengan ukuran yang dikehendaki letakkan diatas lap
yang bersih
b. Bersihkan vaselin yang menutipinya dengan bensin yang bersih kemudian lap
dengan lap yang halus kemudian letakkan blok ukur diatas lap yang bersih dengan
muka lap yang di samping
c. Cara menyatukan blok ukur adalah dengan meletakan salah satu blok ukur
menyilang (90°) terhadap blok ukur dengan ukuran yanglain dan ditekan yang
cukup salah satu diputar sehingga sejajar
d. Blok ukur yang tipis jangan disatukan dengan blok ukur yang tipis karena dapat
menebabkan deformasi
e. Susun blok ukur secara berurutan sehingga dicapai ukuran yang di kehendaki
f. Setelah digunakan pisahkan susunan tersebut dengan car menggeser satu persatu
jangan dipidsahkan secara kasar

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 13

g. Bersihkan blok ukur dengan lap yang halus kemudian kembalikan pada tempatnya
2. Cara Ukur
a. Contoh ukuran yang diukur 58,975
b. Mulailah angka desimal tebelakang dalam hal ini adalah 0,005 ambil
blok ukur dengan ukuran 1,005
c. Sisa ukuran 58,975-1,005=57,970
d. Perhatikan dua desimal terakhir ambil ukuran 1,47 karena ukuran
1,97 tidak tersedia
e. Sisa ukuran adalah 56,5
f. Untuk itu dapat dipilih blok ukur ukuran 0,5 dan 50mm
g. Dengan demikian diperoleh susunan sebagai berikut
1,005+1,47+9,5+50=58,975

Gambar 2.16 Blok ukur


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya (2019)

2.2.2.2 Telescopic Gauge


Telescopic Gauge merupakan salah satu dari mcam-macam alat ukur yang ada.
Telescopic gauge berfungsi untuk mengukur diameter dalam suatu benda yang memiliki
diameter yang kecil atau yang tidak dapat diukur dengan alat ukur micrometer dalam.
(Hastono, 2018,p.58).

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 14

Gambar 2.17 Telescopic gauge


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya (2019)

a. Range ukuran telescopic gauge


- Telescopic AA : 8 – 12,7 mm
- Telescopic A : 12,7 - 19 mm
- Telescopic B : 19 – 32 mm
- Telescopic C : 32 - 54 mm
- Telescopic D : 54 - 90 mm
- Telescopic E : 90 - 150 mm
b. Bagian dan fungsi pada Telescopic Gauge

Internal Spring

Anvil

Handle

Lock Screw

Gambar 2.18 Telescopic gauge


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya (2019)

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 15

1. Anvil
Bagian yang akan kontak langsung dengan benda kerja, sebagai sensor yang
menentukan diameter dari benda kerja yang diukur.
2. Internal Spring
Pegas yang berada didalam silinder pembungkus anvil, berfungsi sebagai pengatur
gerak dari anvil.
3. Handle
Sebagai pegangan yang menjadi penghubung anvil dan lock screw
4. Lock Screw
Sebagai pengunci agar hasil ukur dari anvil tidak mengalami perubahan.
c. Cara Penggunaan Telescopic Gauge
1. Pemakaian telescopic gauge harus sesuai dengan ukuran diameter lubang yang diukur.
2. Pada saat membuka pengikat/pengunci, maka tabung dan spindle ditahan oleh ibu
jari penunjuk
3. Pada waktu mulai melaksanakan pangukuran, pengunci dibuka perlahan-lahan
sehingga menyentuh benda ukur.
4. Pada saat mengeluarkan telescoping gauge benda ukur dimiringkan sedikit (5 derajat)
agar alat ukur tersebut mudah lepas, apabila alat ukur tersebut tidak dimiringkan
mengalami kerusakan pada bagian permukaan ukur spindle dan tabung.
5. Apabila saat kita membuka pengunci/pengikat tidak ditahan akan menimbulkan
bahaya yaitu spindle dan tabung akan terlempar dan dapat mengenai mata.
6. Pada waktu melakukan pengukuran, letakkan alat ukur di atas panel (kain halus).
7. Ukur hasil pengukuran telescopic menggunakan Vernier caliper
Contoh pengukuran benda kerja dengan ukuran standar 65.50 mm
1. Pilih telescopic dengan range ukuran 54-90 mm
2. Masukkan alat ke benda kerja
3. Kunci dengan locking screw, kemudia keluarkan alat
4. Ukur hasil pengukuran dengan vernier, menghasilkan nilai aktual 65.35 mm

2.2.3 Metrologi Lubang dan Poros


Metrologi lubang dan poros adalah ilmu yang mempelajari tentang toleransi dan kualitas
lubang dan poros. Karena adanya ketidak telitian saat pembuatan maka suatu alat tidak dapat
dibuat seperti persis yang diminta agar persyaratan dapat dipenuhi maka ukuran sebenarnya
harus ada pada batas ukuran yang diizinkan. (Smith, 2012)

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 16

2.2.3.1 Toleransi Lubang dan Poros


1. Penulisan Toleransi Lubang dan Poros
Toleransi adalah suatuu penyimpangan ukuran yang diperbolehkan atau diizinkan .
kadang-kadang seorang pekerja hanya mengerjakan bagian mesin yang tertentu
saja,sedangkan pekerja yang lain mengerjakan bagian lainnya.tetapi antara satu
bagian dengan bagian yang lain dari bagian yang dikerjakan harus bisa dipasang
dengan mudah. Oleh karena itu,harus ada standar ketepatan ukuran yang harus
dipenuhi dan dipakai sebagai pedoman daam mengerjakan sesuatu benda agar
bagian-bagian mesin itu dapat dipasang,bahkan ditukar dengan bagian yang lain yang
sejenis. (Hastono, 2018,p.18)
Toleransi dituliskan di gambar kerja dengan cara tertentu sesuai dengan standar yang
diikuti (ASME atau ISO). Toleransi bisa dituliskan dengan beberapa cara:
• Ditulis menggunakan ukuran dasar dan penyimpangan yang diizinkan.
• Menggunakan ukuran dasar dan simbol huruf dan angka sesuai dengan standar ISO,
misalnya : 45H7, 45h7, 30H7/g6.
Pada penulisan toleransi ada dua hal yang harus ditetapkan, yaitu:
• Posisi daerah toleransi terhadap garis nol ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran dasar.
Penyimpangan ini dinyatakan dengan simbol satu huruf (untuk beberapa hal bisa dua
huruf). Huruf kapital untuk lubang dan huruf kecil untuk poros.
• Toleransi, harganya/besarnya ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran dasar. Simbol
yang dipakai untuk menyatakan besarnya toleransi adalah suatu angka (sering disebut
angka kualitas).

2. Suaian dan Jenis Suaian


Suaian yang terjadi ada beberapa macam, tergantung daerah toleransi dari poros,
maupun lubang yang dipakai sebagai basis pemberian toleransi. Kemungkinan-
kemungkinan jenis toleransi adalah sebagai berikut.
• Suaian longgar (Clearance fits), adalah suaian yang selalu akan menghasilkan
kelonggaran. Artinya, bila dua buah komponen disatukan maka akan timbul
kelonggaran, baik sebelum maupun sesudah dipasangkan (Munadi, 1980,p.31).
• Suaian transisi (Transition fits), adalah suaian yang dapat menghasilkan kelonggaran
atau kesesakan/kerapatan (Munadi, 1980,p.31).

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 17

• Suaian sesak (Interfereance fits), adalah suaian yang akan selalu menghasilkan
kerapatan atau kesesakan (Munadi, 1980,p.31).

3. Sistem Suaian Basis Lubang dan Poros


a. Sistem Basis Lubang
Suaian dengan sistem basis lubang ini banyak dipakai. Suaian yang dikehendaki
dapat dibuat dengan jalan mengubah-ubah ukuran poros, dalam hal ini ukuran batas
terkecil dari lubang tetap sama dengan ukuran nominal. Dalam basis lubang ini akan
didapatkan keadaan suaian-suaian sebagai berikut.

Gambar 2.19 Sistem basis poros dan sistem basis lubang


Sumber : Rochim (2001,p.19)

1. Suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi untuk lubang adalah H


dan daerah toleransi poros dari a sampai h.
2. Suaian transisi: dengan pasangan daerah toleransi lubang H dan daerah-daerah
toleransi poros dari j sampai n.
3. Suaian sesak: dengan pasangan daerah toleransi lubang H dan daerah toleransi
poros dari p sampai z. Sistem basis lubang ini biasanya dipakai dalam pembuatan
bagian-bagian dari suatu mesin perkakas, motor, kereta api, pesawat terbang, dan
sebagainya.
b. Sistem Basis Poros
Dalam suaian dengan basis poros maka poros selalu dinyatakan dengan “h”.
Ukuran batas terbesar dari poros selalu sama dengan ukuran nominal. Pemilihan suaian
yang dikehendaki dapat dilakukan dengan mengubah ukuran lubang. Sistem basis
poros kurang disukai orang karena merubah ukuran lubang lebih sulit daripada
merubah ukuran poros. Dalam system basis poros juga akan didapatkan keadaan
suaian yang sama dengan suaian dalam system basis lubang dengan demikian dikenal

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 18

juga:
• Suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi h dan daerah toleransi lubang
A sampai H,
• Suaian transisi: dengan pasangan daerah toleransi h untuk poros dan daerah
toleransi lubang J sampai H,
• Suaian sesak: dengan pasangan daerah toleransi h untuk poros dan daerah untuk
lubang P sampai Z.

2.2.3.2 Cara penulisan toleransi ukuran/dimensi

Gambar 2.20 Penulisan toleransi


Sumber : Rochim (2001,p.16)

Bagi dimensi luar poros atau lubang harganya dinyatakn dengan angka yang dituliskan
diatas garis ukuran jika dilihat dengan sepintas maka A kurang memberikan informasi
dibanding dengan B dan C. Sedangkan untuk D meskipun tidak secara langsung tetapi
simbol dan huruf angka mengandung informasi yang sangat bermanfaat yaitu sifat satuan
bila komponen bertemu dengan pasangannya cara pembuatan dan metode pengukuran.
Perincian toleransi adalah sebagai berikut :
A. Ukuran maksimum dituliskan diatas ukuran minimum meski memudahkan penyetelan
mesin perkakas yang mempunyai alat kontrol terhadap dimensi produk tetapi tidak praktis
dipandang dari segi perancangan yaitu dalam hal perhitungan toleransi dan penulisan

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 19

gambar teknik.
B. Dengan menuliskan ukuran dasar beserta harga - harga penyimpangannya
penyimpangan dituliskan di daerah atas penyimpangan bawah dengan jumlah angka
desimal yang sama (kecuali untuk penyimpangan nol).
C. Serupa dengan cara 2 tetapi apabila toleransi terletak simetrik terhadap ukuran dasar maka
harga penyimpangan haruslah dituliskan sekali saja dengan didahului tanda I.
D. Cara penulisan ukuran (ukuran nominal) yang menjadi ukuran dasar bagi toleransi
dimensi yang dinyatakan dengan kode atau simbol ajaran ISO.
Dalam menentukan toleransi ukuran untuk ukuran dasar ada 2 hal yang harus
ditetapkan:
1. Posisi daerah toleransi, terhadap garis nol ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran
dasar,penyimpangan ini dinyatakan dengan simbol satu huruf. Huruf kapital besar
digunakan untuk penyimpangan lubang sedangkan huruf biasa digunakan untuk
penyimpangan poros.
2. Toleransi besarnya ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran dasar simbol yang dipakai
untuk menyatakan besarnya toleransi adalah suatu angka yang sering disebut dengan
angka kualitas. Contoh: 45 g 7 artinya suatu poros dengan ukuran dasar 45 mm posisi
daerah toleransinya (penyimpangan terhadap ukuran dasar mengikuti aturan kode huruf
dan besar toleransinya menuruti aturan kode angka 7).

2.2.3.3 Kualitas Lubang dan Poros


a. Toleransi Standar
Kualitas yang dimaksud adalah sekelompok toleransi yang dianggap mempunyai
ketelitian yang setaraf untuk ukuran dasar. Nilai kualitas ini ada 18 tingkatan mulai dari
IT 01, IT 0 IT 1 sd 16 yang menyatakan toleransi standar dapat dihitung menggunakan
suatu toleransi ,i (toleransi unit), yaitu :

3
𝑖𝑖 = 0,45 √𝐷𝐷 + 0,001 𝐷𝐷.........................................................................................(2-1)
Dimana :
i : satuan toleransi (µm)
D : diameter nominal (mm) ,p. harganya ditentukan berdasarkan harga rata-rata geometrik
dari dua harga batas pada tingkatan diameter nominal

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 20

Tabel 2.3
Tingkatan nominal s.d. 500 mm
Tingkatan utama (mm) Tingkatan perantara (mm)
di atas s.d. di atas s.d.
3 3
6
6
10
10 14
10 18
14 18
18 24
18 30
24 30
30 40
30 50
60 50
50 65
50 80
65 80
80 100
80 120
100 120
120 140
120 180 140 160
160 180
180 200
180 250 200 225
225 250
250 280
250 315
280 315
315 355
315 400
255 400
400 450
400 500
450 500
Sumber : Rochim, (2003,p.72)

Harga D merupakan rata rata geometrik dari diameter minimum Dmin dan Dmax pada
setiap tingkatan diameter yaitu :

2
D= √𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑥𝑥 𝐷𝐷 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚................................................................................................(2-2)
Keterangan :
D : rata-rata geometrik (mm)
Dmin : Diameter Minimum di satu tingkatan (mm)
Dmax : Diameter Maksimum di satu tingkatan (mm)
Selanjutnya berdasarkan satuan toleransi i besarnya toleransi standart dapat dihitung
sesuai dengan kualitasnya mulai dari 5 sampai dengan 16 dengan tabel 2.4

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 21

Tabel 2.4
Harga toleransi standar 5 sd 16
Harga
IT 5 7i
IT 6 10i
IT 7 16i
IT 8 25i
IT 9 40i
IT 10 64i
IT11 100i
IT12 160i
IT13 250i
IT 14 400i
IT15 640i
IT 16 1000i
Sumber : Munadi (1980,p.36)

Mulai dari IT 6 toleransinya dikalikan 10 untuk setiap 5 tingkat berikutnya.untuk


kualitas sd 1 harga toleransi standart langsung dihitung dengan menggunakan rumus pada
tabel 2.5

Tabel 2.5
Harga toleransi standar untuk 0 dan 1
Harga kualitas toleransi dalam mikrometer dan D dalam milimeter
IT 01 =0.3 + 0.008D
IT 0 =0.5 + 0.12D
IT 1 =0.8 + 0.020D
Sumber : Munadi (1980,p.36)

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 22

2.3 Metode Praktikum


2.3.1 Alat dan Bahan
2.3.2 Prosedur Pengujian
• Prosedur dengan Jangka Sorong (Vernier Caliper) :
1. Gunakan hand gloves.
2. Keluarkan vernier caliper dari tempatnya.
3. Periksalah kelengkapan alat ukur serta bagian bagiannya.
4. Ambil vernier caliper dengan hati hati.
5. Gerakan rahang secara bebas dengan menggerakkan kekanan dan kekiri.
6. Jika belum bisa bergerak bebas, kendurkan pengunci sampai rahang dapat bergerak
dengan lancar.
7. Ukur benda kerja dengan menggerakan rahang sampai menempel pada sisi benda
yang diukur.
8. Kencangkan pengunci rahang agar skala yang didapat tidak berubah ubah.
9. Baca nilai skala utama kemudian tambahkan nilai pada skala nonius.
10. Catat nilai yang sudah terbaca.
11. Setelah selesai pengukuran kembalikan vernier caliper ketempat semula dengan rapi.
• Prosedur dengan Holtest (Triobore) :
1. Gunakan Hand Gloves.
2. Keluarkan holtest dari tempatnya.
3. Bersihkan cairan pelumas dari alat ukur dengan kain yang telah disediakan.
4. Periksa kelengkapan alat ukur dan semua bagian alat ukur.
5. Lihatlah ketelitian dan range dari holtest.
6. Gerakan skala nonius secara bebas dengan cara memutar skala putar.
7. Lihatlah skala nonius dan skala utama harus berada pada angka nol.
8. Jika belum berada pada angka nol maka kalibrasi dengan menggunakan engkol
dengan cara memutar calibrationspace supaya mendapatkan angka nol.
9. Misalnya range yang ada pada alat 10-15 maka angka 10 akan digunakan sebagai
pengganti angka nol, kalibrasi pada skala ini menggunakan o ring yang telah
disediakan dalam kotak, ring ini telah distandartkan dan digunakan sebagai alat
kalibrasi dari holtest tersebut.
10. Jika telah benar terkalibrasi siapkan benda kerja yang akan diukur, pastikan benda
kerja yang diukur berada pada range skala dari holtest agar tidak terjadi kesalahan
pengukuran.

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05
Pengukuran Linier 23

11. Masukkan holtest secara perlahan-lahan kedalam benda kerja yang diukur, usahakan
dalam menggeser skala dengan memutar ratchetstop untuk menghindari penekanan
yang berlebihan dalam pengukuran.
12. Putarlah ratchetstop sampai berbunyi selama tiga kali.
13. Baca skala utama kemudian tambahkan dengan skala nonius.
14. Catat nilai yang sudah terbaca.
15. Setelah selesai pengukuran kembalikan holtest kedalam tempat semula dengan rapi.

2.3.3 Gambar Spesimen

Modul Praktikum Metrologi Industri Semester Genap 2018/ 2019


Kelompok 05

Anda mungkin juga menyukai