Anda di halaman 1dari 14

[Type the document title]

Elemen DasarProses Membubut

Proses Bubut(Turning)

Proses bubut merupakan proses pemesinan yang mana benda kerja dipegang oleh pencekam
dipasang dengan mengatur lengan pengatur, yang terdapat pada kepala tetap (diam), putaran poros utama
(n) dapat dipilih. Gambar1.menunjukkan mesin bubut konvensional yang sering dijumpai dalam
perbengkelan kecil.

Gambar 1.Mesin Bubut (Turning)

Harga putaran poros utama umumnya dibuat bertingkat, dengan aturan yang telah
distandarkan.Untuk mesin bubut dengan putaran motor variabel, ataupun dengan system transmisi
variabel, kecepatan putaran poros utama tidak lagi bertingkat melainkan berkesinambungan.Pahat
dipasang pada dudukan pahat dan kedalaman potong (a) diatur dengan menggeserkan peluncur silang
melalui roda pemutar (skala pada pemutar menunjukkan selisih harga diameter, dengan demikian
kedalaman gerak translasi bersama-sama dengan kereta dan gerak makannya diatur dengan lengan
pengatur pada rumah rodagigi). Gerakmakan (f) yang tersedia pada mesin bubut bermacam-macam dan
menurut tingkatan yang telah distandarkan.

Gambar 2.menunjukkan sebuah proses pembubutan dan tampak elemen-elemen dasar dari proses

bubut.

1
[Type the document title]

Gambar 2. Proses Bubut

Elemen dalam proses pembubutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Benda kerja :

do = Diameter awal; mm)

dm = Diameter akhir ; (mm)

lt = Panjang pemesinan; (mm)

Pahat :

Kr = Sudut potong utama; o

γ 0 = Sudutgeram; o

Mesin Bubut :

a = Kedalaman potong ; (mm)

a = (do - dm) / 2; (mm)

1. Kecepatan Potong :
π .d.n
Vc= 1000 ; (m/min)

Dimana, d adalah diameter rata-rata, yaitu :

2
[Type the document title]

do +dm
d= ;(mm)
2.

Kecepatan potong maksimal yang diijinkan tergantung pada :

a. Bahan benda kerja: makin tinggi kekuatan bahan, makin rendah kecepatan potong.
b. Bahan Pahat : Pahat karbida memungkinkan kecepatan yang lebih tinggi dari pada pahat HSS
c. Besarnya asutan : makin besar asutan, makin kecil kecepatan potong.
d. Dalam pemotongan: makin besar dalamnya pemotongan, makin kecil kecepatan potong.

2. Kecepatan makan :
Vf = f .n ; mm/min

3. Waktu pemotongan :

tc= ¿ ;(min)
Vf

4. Kecepatan penghasilan geram :


Z = a. Vc

Dimana penampang geram sebelum terpotong A = f. a; mm 2

Maka : Z = f.a.Vc ; cm3/min

Sudut potong utama (Kr, principle cutting edge angle) merupakan sudut antara mata potong mayor
dengan kecepatan makan Vf, besarnya sudut tersebut ditentukan oleh geometri pahat dan cara
pemasangan pahat pada mesin perkakas (orientasi pemasangannya). Untuk harga a dan f yang tetap maka
sudut ini menentukan besarnya lebar pemotongan (b, width of cut) dan tebal geram sebelum terpotong (h,
underformed chip thickness) sebagai berikut:

a
Lebar pemotongan : b= ; mm
sin kr

Tebal geram sebelum terpotong : h=f . sin kr ; mm

Sehingga penampang geram (chip) sebelum terpotong menjadi :

A = f. A = b.h ; mm2

Dimana :

3
[Type the document title]

n : putaran poros utama (benda kerja) ; (rpm)

f : gerak makan (mm/put)

a : kedalaman potong (mm).

Vc : kecepatan potong (m/min).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan proses bubut :

1. Komponen yang akan dibubut harus dirancang agar mudah di cekam pada chuck. Benda-benda
tipis berbentuk pelat sangat sukar ditempatkan pada chuck sehingga proses bubut untuk bahan
pelat agar dihindari.
2. Toleransi ukuran supaya tidak terlalu kecil sehingga masih memungkinkan dapat diproses dengan
proses bubut.
3. Sudut-sudut tajam pada komponen agar dihindari oleh karena tidak semua bentuk sudut bisa
dijangkau oleh pisau potong.
4. Ukuran material yang akan dibubut diusahakan sedekat mungkin kepada ukuran benda kerja
supaya jumlah langkah proses pembubutan bisa dikurangi.
5. Bentuk komponen yang akan dibubut harus direncanakan agar bisa menggunakan bentuk pahat
standar yang ada dipasaran.
6. Bahan benda kerja harus dipilih dimana bahan tersebut memiliki kemampuan mesin
(machinability) yang baik.

Elemen Dasar Proses Menyekrap

Proses Sekrap (Shaping/Planing)

Proses sekrap merupakan proses yang hampir sama dengan proses bubut, dalam hal ini gerak
potongnya tidak merupakan gerak rotasi melainkangeraktranslasi yang dilakukanolehpahat
(padamesinsekrap) atau oleh benda kerja (pada mesin sekrap meja). Perhatikan gambar 3.menunjukkan
arah gerak translasi dari mesin yang menyayat bendakerja yang diam.

4
[Type the document title]

Gambar 3. Mesin Sekrap (Shaping/Planing)

Dari gambar 5. dapat dilihat penggunaan mesin sekrap dengan benda kerja yang dipasang pada
meja sementara pahat dipasangkan pada pemegangnya. Kedalaman potong (a) dapat ditetapkan (dengan
cara menggeserkan pahat) melalui skala pada pemutar. Gerak makan seperti halnya pada proses bubut
dapat dipilih dan pada saat langkah balik berakhir meja atau pahat bergeser sejauh harga yang dipilih dan
pada saat langkah balik berakhir meja atau pahat bergeser sejauh harga yang dipilih tersebut. Panjang
langkah pemotongan (lt) diatur sesuai dengan panjang bendakerja (lw) ditambah dengan jarak pengawalan
(lv) dan jarak pengakhiran (ln). apabila hal ini telah ditetapkan maka perbandingan kecepatan menjadi
tertentu harganya. Dalam hal ini kecepatan mundur (tidak memotong jadi merupakan waktu yang hilang /
non produktif) harus lebih tinggi daripada kecepatan maju (memotong).Kecepatan potong rata-rata dan
kecepatan makan ditentukan oleh jumlah langkah permenit (n p) yang dapat dipilih dan diatur pada mesin
perkakas yang bersangkutan.

Elemen-elemen dasar proses sekrap dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

Benda kerja:

lw = Panjang pemotongan pada bendakerja ; mm

lv = Langkah awal ; mm

5
[Type the document title]

ln = Langkah akhir; mm

lt = Panjang pemesinan = lv + lw + ln ; mm

w = lebar pemotongan bendakerja ; mm

Pahat :

Kr = sudut potong utama ;o

γo = sudut geram ; o

Mesinsekrap :

f = Gerak makan; mm/langkah

a = Kedalaman potong; mm

np = Jumlah langkah permenit; langkah/min

Rs = Perbandingan kecepatan

Vin Kecepatan maju


=¿ = <t
Vr Kecepatan mundur

Elemen dasar mesin sekrap adalah:

np .<(1+ Rs)
1. Kecepatan potong rata-rata : V́ = ; m/min
2.1000
2. Kecepatan makan : Vf = f.np : mm/min
w
3. Waktu pemotongan : tc= ; min
Vf
4. Kecepatan penghasilan geram : z = A.V́ ; cm3/min
Dimana A= f.a = h.b ; mm2

Soal :

6
[Type the document title]

Sebuah mesin sekrap beroperasi pada 120 langkah pemotongan permenit, digunakan untuk melakukan
pemesinan sebuah bendakerja yang memiliki panjang 250 mm dan lebar 120 mm. Gerak pemakanan
sebesar 0,6 mm perlangkah dan kedalaman potong adalah 6 mm. jikaVf = 72 langkah/menit dan Vm = 90
langkah per menit, dimana vin = 5 mm dan vr = 5 mm. maka hitunglah :

a. Kecepatan potong rata-rata


b. Kecepatana makan
c. Waktu pemotongan
d. Kecepatan penghasilan geram

Elemen dasar proses menggurdi

Proses Gurdi (Drilling)

Pahat gurdi mempunyai dua mata potong dan melakukan gerak pemotongan karena diputar poros
utama mesin gurdi. Mesin gurdi yang digerakkan menggunakan tangan manusia seperti ditunjukkan pada
gambar 1.

Gambar 1. Mesin Gurdi (Drilling)

Dari gambar 1. dapat dilihat bahwa putaran yang terjadi tersebut dapat dipilih dari beberapa
tingkatan putaran yang tersedia pada mesin gurdi, atau ditetapkan sekehendak mungkin bila sistem
transmisi putaran mesin gurdi merupakan sistem berkesinambungan (stepless spindle drive). Gerak
makan dapat dipilih bila mesin gurdi mempunyai sistem gerak makan dengan tenaga motor (power

7
[Type the document title]

feeding). Untuk jenis mesin gurdi yang kecil (mesin gurdi bangku) gerak makan tersebut tidak dapat
dipastikan karena tergantung pada kekuatan tangan untuk menekan lengan poros utama. Selain itu, proses
gurdi dapat dilakukan pada mesin bubut dimana benda kerja diputar oleh pencekam poros utama dan
gerak makan dilakukan oleh pahat gurdi yang dipasang pada dudukan pahat (tool-post) atau kepala gerak
(tail-stock). Proses gurdi menggunakan mesin bubut dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada gambar
2

Gambar 2. Proses Gurdi Pada MesinBubut

Beberapa elemen proses gurdi antara lain :

Benda kerja :

lw = Panjang pemotongan pada benda kerja ; mm

Pahat :

Kr = Sudut potong utama ;o

= ½ sudut ujung (point angle)

d = Diameter gurdi; mm

Mesin gurdi :

n = Putaran poros ; rpm

Vf = Kcepatan makan; mm/min

np = Jumlah langkah permenit ; langkah/min

8
[Type the document title]

Rs = Perbandingan kecepatan

Elemen proses gurdi adalah :

1. Kecepatan potong :
π .d.n
Vc=
1000 ; ( m/min)
Vf
2. Gerak makan permata potong : fz= ; z = 2 ; mm/put
(n. z)
d
3. Kedalaman potong : a= ; mm
2
¿
4. Waktu pemotongan : tc=
Vf ;min

D
dimana :lt = lv + lw + ln ; mm
ln ≥
( 2) ; mm
tan Kr

π . d 2 Vf
5. Kecepatan penghasilan geram : Z= ; cm3/min
4 1000

Soal :

Baja lunak di lubangi dengan menggunakan mesin drill. Diameter lubang 40 mm dan kedalaman lubang
50 mm. kecepatan potong adalah 65 m/menit dan feed rate 0,25 mm/put. Jika panjang langkah awal
pemotongan 5 mm dan langkah pengakhiran 10 mm, maka hitunglah :

a. Putaran spindle yang digunakan


b. Gerak makan permata potong
c. Waktu pemotongan
d. Kecepatan penghasilan geram

Elemen dasar proses mengefrais

Proses Freis(Milling)

9
[Type the document title]

Proses pemesinan dengan proses freister terdapat dua jenis utama pahat freis(milling cutter)
adalah pahat freis selubung/mantel (slab milling cutter) dan pahat freis muka (face milling cutter). Pahat
freis termasuk pahat bermata potong jamak dengan jumlah mata potong sama dengan jumlah gigi freis
(z). sesuai dengan jenis pahat yang digunakan dikenal dua macam cara yaitu mengefreis datar ( slab
milling) dengan sumbu putaran pahat freis selubung sejajar permukaan benda kerja, dan mengefreis tegak
(face milling) dengan sumbu putaran pahat freis muka tegak lurus permukaan benda kerja. Selanjutnya
mengefreis datar dibedakan menjadi dua macam cara yaitu, mengefreis naik (up milling / conventional
milling) dan mengefreis turun (down milling).

Pada Gambar 3. ditunjukkan mesin freis (milling) berikut komponen-komponennya.

10
[Type the document title]

Gambar 4. Mesin Freis (Milling)

Dari gambar 4. dapat kita perhatikan bahwa proses turunnya pahat, akan menyebabkan benda
kerja lebih tertekan ke meja dan meja terdorong oleh pahat yang mungkin suatu saat (secara periodik)
gaya dorongnya akan melebihi gaya dorong ulir/roda gigi penggerak meja. Apabila sistem kompensasi
“keterlambatan gerak balik” (back lash compensator) tidak begitu baik maka mengefreis turun dapat
menimbulkan getaran bahkan kerusakan. Proses freis naik lebih banyak dipilih karena alasan di atas
sehingga dinamakan cara konvensional. Akan tetapi, mengefreis naik akan mempercepat keausan pahat
karena mata potong lebih banyak menggesek benda kerja yaitu pada saat mulai memotong (dimulai
dengan ketebalan serpihan nol) dan selain itu permukaan benda akan lebih kasar. Dengan semakin
baiknya konstruksi mesin maka mengefreis turun cenderung dipilih sebab lebih produktif dan lebih halus
hasilnya. Karena pemotongan dimulai dengan ketebalan serpihan yang besar maka mengefreis turun tidak
dianjurkan bila permukaan benda kerja terlalu keras. Mengefreis naik atau turun memang perlu dipilih
dengan benar dengan memperhatikan berbagai hal seperti yang disinggung di atas termasuk analisis
sistem pemotongan.

11
[Type the document title]

Pahat freis dengan diameter tertentu dipasangkan pada poros utama (spindel) mesin freis dengan
perantaraan poros pemegang (untuk pahat freis selubung) atau langsung melalui hubungan poros dan
lubang konis (untuk pahat freis muka yang mempunyai poros konis). Seperti halnya mesin bubut, putaran
poros utama dapat dipilih sesuai dengan tingkatan putaran yang tersedia pada mesin freis. Posisi sumbu
poros utama mesin freis dapat horisontal ataupun vertikal, tergantung pada jenis mesinnya. Benda kerja
yang dipasangkan pada meja dapat diatur kecepatan makannya tergantung pada harga gerak makan
pergigi yang diinginkan. Besarnya kecepatan makan antara lain dipengaruhi oleh jumlah gigi pahat freis
(z), untuk kecepatan makan yang sama maka gerak makan pergigi (f z) menjadi berlainan bila jumlah gigi
berbeda. Kedalaman potong (a) diatur dengan cara menaikkan meja melalui roda pemutar untuk
menggeserkan lutut pada tiang mesin freis.

Elemen-elemen dasar pada proses freis dapat ditentukan sebagai berikut :

Benda kerja :

lw = Panjang pemotongan pada benda kerja ; mm

w = Lebar pemotongan, mm

a = Kedalaman potong, mm

Pahatfreis:

Kr = Sudut potong utama ;o

= 90 ountuk pahat freis selubung

d= Diameter luar; mm

z = Jumlah gigi (matapotong)

Mesinfreis :

n = Putaran poros; rpm

Vf = Kcepatan makan; mm/min

12
[Type the document title]

Elemen proses freis adalah :

1. Kecepatan potong :
π .d.n
Vc=
1000 ; ( m/min)
Vf
2. Gerak makan pergigi : fz= ; ; mm/gigi
( n. z)
¿
3. Waktu pemotongan : tc=
Vf ;min

dimana :lt = lv + lw + ln ; mm

lv ≥ √ a(d−a) untuk mengefreis datar

lv ≥ 0 ; untuk mengefresi tegak

ln ≥ 0 ; untuk mengefreis datar

d
ln = ; untuk mengefreis tegak
2

Vf . a . w
4. Kecepatan penghasilan geram : Z= ; cm3/min
1000

Berbedadengan proses pemesinan yang lain, proses freis tidak menghasilkan serpihan dengantebal yang
tetap melainkan berbentuk koma. Tebal serpihan tersebut dipengaruhi gerak makan pergigi (f z) dan sudut
posisi (Φ) yang pada setiap saat berubah harganya karena perubahan posisi mata potong (gigi pahat
freis).

Soal :

Sebuah baja C 54 permukaan rata dengan ukuran panjang 250 mm dan lebar 100 mm dilakukan proses
drilling menggunakan milling horizontal.Pahat yang digunakan adalah jenis HSS dengan diameter 100
mm, lebar pemakanan yang dilakukan dalam pemesinan ini adalah 100 mm. mata pahat milling memiliki

13
[Type the document title]

8 gigi. Jika panjang pemakanan adalah (lt) 250 mm, feed rate adalah 0,13 mm/gigi, kecepatanpotong (Vc)
20 m/menit , maka hitunglah :

a. Gerak makan pergigi


b. Putaran spindle
c. Kecepatan penghasilan geram
d. Waktu pemotongan

14

Anda mungkin juga menyukai