NIM : 20050754008
PRODI : S1Teknik Mesin
PROSES MANUFAKTUR
Dasar Pengoperasian
a) Gerakan memakan benda kerja, biasanya untuk mengurangi besar diameter secara
memanjang pada sebuah benda kerja. Proses ini biasanya terjadi di mesin bubut
konvensional maupun CNC. Dan waktu proses pengerjaan, yang bergerak ialah pahatnya
dan benda kerja hanya bergerak pada porosnya (berputar), dan tool (pahat) bergerak
sesuai sumbu x dan z.
b) Gerakan memakan benda kerja, biasanya untuk mengurangi besar diameter secara
memanjang dan tool yang digunakan pada gambar b berguna untuk memotong sebuah
benda kerja. Proses ini biasanya terjadi di mesin bubut konvensional maupun CNC. Dan
waktu proses pengerjaan, yang bergerak ialah pahatnya dan benda kerja hanya bergerak
pada porosnya (berputar), dan tool (pahat) bergerak sesuai sumbu x dan z.
c) Gerakan memakan benda kerja, sama dengan sebelumnya untuk mengurangi tebal benda
kerja secara mendatar, nama tool yang digunakan ialah cutter dan digunakan pada mesin
milling. Pada proses gambar c disebut slab milling karena tool bergerak pada porosnya
dan yang bergerak sesuai sumbu x, y, dan z adalah benda kerjanya.
d) Gerakan memakan benda kerja, sama dengan sebelumnya untuk mengurangi tebal dan
bisa juga membuat kedalaman benda kerja secara vertikal, nama tool yang digunakan
ialah end mill dan digunakan pada mesin milling. Pada proses gambar d disebut end
milling karena tool bergerak pada porosnya, bisa juga diubah berapa derajat dan yang
bergerak sesuai sumbu x, y, dan z adalah benda kerjanya.
Parameter Pemotongan
Parameter pemotongan pada mesin bubut adalah, informasi berupa dasar-dasar
perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang medasari teknologi proses pemotongan/ penyayatan pada
mesin bubut diantaranya. Parameter pemotongan pada mesin bubut meliputi: kecepatan potong
(Cutting speed-Cs), kecepatan putaran mesin (Revolotion Permenit - Rpm), kecepatan pemakanan
(Feed – F) dan waktu proses pemesinannya.
1. Kecepatan potong (Cutting speed – Cs )
Kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman
menghasilkan tatal dalam satuan panjang/ waktu (meter/ menit atau feet/ menit). Pada gerak putar
seperti mesin bubut, kecepatan potongnya (Cs) adalah: Keliling lingkaran benda kerja (π.d)
dikalikan dengan putaran (n). atau:
Cs = π.d.n Meter/menit.
Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)
π : nilai konstanta = 3,14
Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada proses
pemesinan, sudah teliti/diselidiki para ahli dan sudah patenkan pada ditabelkan kecepatan potong.
Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara jenis bahan yang akan dibubut dan
jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-bahan khusus/spesial, tabel Cs-nya
dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan tersebut.
Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Pada umumnya,
bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS (High Speed Steel) dan karbida
(carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan alat potong yang bahannya karbida,
kecepatan potongnya lebih cepat jika dibandingkan dengan alat potong HSS.
Keterangan:
d: diameter benda kerja (mm)
Cs: kecepatan potong (meter/menit)
π : nilai konstanta = 3,14.
3. Kecepatan Pemakanan (Feed – F) – mm/menit
Kecepatan pemakanan atau penyayatan ditentukan dengan mempertim- bangkan beberapa
factor, diantaranya: kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-sudut sayat alat potong, bahan
alat potong, ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang akan digunakan. Kesiapan mesin ini
dapat diartikan, seberapa besar kemampuan mesin dalam mendukung tercapainya kecepatan
pemakanan yang optimal.
Disamping beberapa pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya untuk
proses pengasaran ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggikarena tidak memerlukan hasil
pemukaan yang halus (waktu pembubutan lebih cepat), dan pada proses penyelesaiannya/ finising
digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan tujuan mendapatkan kualitas permukaan hasil
penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya halus (waktu pembubutan lebih cepat).
Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin bubut ditentukan oleh seberapa besar
bergesernya pahat bubut (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa besar putaran mesinnya
(n) dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari kecepatan pemakanan (F) adalah: F = f x
n (mm/menit).
Keterangan:
f= besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)
n= putaran mesin (putaran/menit)
4. Waktu Pemesinan Bubut
Dalam membuat suatu produk atau komponen pada mesin bubut, lamanya waktu proses
pemesinannya perlu diketaui/ dihitung. Hal ini penting karena dengan mengetahui kebutuhan
waktu yang diperlukan, perencanaan dan kegiatan produksi dapat berjalan lancar. Apabila
diameter benda kerja, kecepatan potong dan kecepatan penyayatan/ penggeseran pahatnya
diketahui, waktu pembubutan dapat dihitung.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pemesinan bubut
muka (tm) dapat dihitung dengan rumus:
tm = L/F menit
L = r + ℓa = d/2+ℓa mm
F= f.n mm/menit
Keterangan:
d= diameter benda kerja
f= pemakanan dalam satu putaran (mm/putaran)
n= putaran benda kerja (Rpm)
ℓ= panjang pembubutan muka (mm)
ℓa= jarak star pahat (mm)
L= panjang total pembubutan muka (mm)
F= kecepatan pemakanan setiap (mm/menit)
Proses Permesinan
Proses permesinan adalah proses pemotongan yang dilakukan dengam cara membuang
bagian benda kerja yang tidak digunakan menjadi gram atau chips, sehingga membentuk benda
yang kita inginkan. Proses permesinan dengan pemotongan dibagi menjadi 3 kelompok dasar,
yaitu: proses pemotongan dengan mesin press, pemotongan konvesional dengan mesin perkakas,
dan proses pemotongan dengan non kovesional. Proses pemotongan secara konvesional dengan
mesin perkakas meliputi proses bubut (turning), proses frais (milling), sekrap (shaping).
Proses bubut adalah salah satu proses pemesinan yang mengunakan pahat dengan satu mata
potong untuk membuang material dari permukaan benda kerja yang berputar. Pahat bergerak pada
arah linier sejajar dengan sumbu putar benda kerja. Dengan mekanisme kerja seperti ini, maka
Proses bubut memiliki kekhususan untuk membuat benda kerja yang berbentuk silinder.
Benda kerja di cekam dengan poros spindel dengan bantuan chuck yang memiliki rahang pada
salah satu ujungnya. Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa
sehingga memutar roda gigi pada poros spindel.
Machine merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk dengan cara membuang
atau menghilangkan Sebagian materia dari benda kerjanya seperti dipotong. benda kerja yang tidak
lagi digunakan disebut gram atau chips.
Tujuan proses machining ialah untuk mendapatkan akurasi dibandingkan proses-proses yang lain
seperti proses pengecoran, pembentukan dan juga untuk memberikan bentuk bagian dalam dari
suatu objek tertentu
Proses permesinan dengan pemotongan dibagi menjadi 3 kelompok dasar, yaitu: proses
pemotongan dengan mesin press, pemotongan konvesional dengan mesin perkakas, dan proses
pemotongan dengan non kovesional. Proses pemotongan secara konvesional dengan mesin
perkakas meliputi proses bubut (turning), proses frais (milling), sekrap (shaping).
Proses Bubut (Turning)
Proses bubut adalah salah satu proses pemesinan yang mengunakan pahat dengan satu mata
potong. Dimana dalam proses ini benda kerja dicekam oleh chuck dan berputar sedangkan pahat
potong bergerak maju untuk melakukan pemotongan dan pemakanan.
Dasar Permesinan
1. Straight turning : proses pemotongan mesin bubut dengan gerakan memutar oleh benda
kerja , gerakan secara translasi oleh pahat yang diam
2. Cutting off : Mesin bubut untuk potongan dalam, dengan benda kerja bergerak, dan alat
potong bergerak radial ke dalam
3. Slab milling : Mesin bubut dengan alat potong berputar dan menyayat lapisan permukaan
benda kerja
4. End milling : Mesin bubut dengan alat potong berputar dan menyayat benda kerja yang
diam ke arah dalam. Sehingga menghsilkan kantong
Posisi Pahat
• Positif : Untuk memahat benda kerja yang tidak begitu keras , karena angle
pemotongan pada positif memiliki susut lebih kecil atau membentuk sudut lancip,
dengan gaya potong yang kecil
• Negatif : untuk memahat alat kerja yang keras seperti perkakas, karena angle
pemotongan pada negative memiliki sudut yang lebih besar (sudut tumpul) .
sehingga memiliki gaya potong yang besar
Gambar ini merupakan sistem gaya pada pemotongan Orthogonal dan dalam prakteknya dapat
didekati dengan menggunakan pahat dengan sudut kr = 90o dan sudut s = 0o dengan kecepatan
potong jauh lebih tinggi daripada kecepatan makan. Secara alami tebal geram hc selalu lebih besar
dari pada tebal calon geram h. dalam praktek akan terlihat bahwa kecepatan geram nampak lebih
lambat dari kecepatan potong. Pelambatan ini dikarenakan pemampatan geram menjadi lebih tebal.
Perhitungan kecepatan
Gaya pemotongan
Geram merupakan bagian terbuang dari hasil proses pengerjaan material (logam,plastic ). Selama
proses pembubutan berlangsung bahan dibuang akibat perputaran benda kerja sebagai suatu geram
tunggal, tergantung pada parameter kerja mesin.
Macam macam proses machining yang menghasilkan geram
1. Proses Mengefreis (Milling)
2. Proses Gurdi (Drilling)
3. Proses bubut (Turning)
4. Proses sekrap (Shapping)
5. Proses Pemotongan (Cutting)
6. Proses Gergaji (Sawing)
7. Proses Pengelasan (welding) ???????????
Mekanisme Pembentukan Geram
Didalam proses pemotongan benda kerja terdapat hasil proses pengerjaan bahan yang disebut
geram.
Teori tentang terjadinya geram dapat dilihat pada gambar. Logam yang biasanya bersifat
ulet, apabila mendapat tekanan akan timbul tegangan (stress) didaerah sekitar konsentrasi gaya
penekanan dari mata potong pahat, tegangan pada benda kerja tersebut mempunyai orientasi yang
kompleks dan pada salah satu arah akan terjadi tegangan geser (shear stess) yang maksimum.
Apabila tegangan geser itu melebihi kekuatan logam yang bersangkutan, maka akan terjadi
perubahan bentuk yang menggeser dan memutuskan logam atau benda kerja diujung pahat pada
suatu bidang geser. Bidang mempunyai lokasi tertentu yang membuat sudut terhadap vektor
kecepatan dan dinamakan sudut geser (shear angle)
1. Geram Continous
Geram kontiyu adalah geram yang umumnya ikut bersama – sama pahat yang
kemudian terpisah, tetapi geramnya sendiri ikut terus tersambung membentuk gulungan
geram yang panjang. Gulungannya sering seperti spiral atau lurus memanjang. Geram ini
terjadi pada proses permesinan bubut, milling, drilling pada mesin perkakas dengan
kecepatan potong tinggi dengan menggunakan material yang ulet.
2. Geram Discontinous
Geram tak kontiyu adalah yang bentuknya terputus – putus dimana segmen –
segmennya tidak terikat satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena distorsi pada
logam yang berdekatan dengan pahat menghasilkan crack (retak) dan terlempar dari pahat.
Geram ini didapatkan dalam proses pemesinan bahan yang rapuh seperti besi cor. Geram
tak kontiyu dapat juga terbentuk pada beberapa bahan yang ulet kalau koefisien geseknya
tinggi, tetapi geram ini pada bahan ulet menunjukkan kondisi pemotongan yang buruk.
3. Geram Continous dengan Built up edge (BUE)
Geram ini terjadi pada proses pemotongan dengan material yang ulet dan
mempunyai koefisien gesek yang tinggi. Pada saat pemotongan , geram mengalir diatas
bidang geram pahat, karena koefisien gesek yang tinggi maka terdapat geram yang
menempel pada ujung pahat yang ikut mendorong bagaian belakang geram. Karena pada
tool dan benda kerja terjadi panas yang berlebihan maka geram tersebut meleleh dan
melekan pada ujung pahat potong yang makin banyak. Geram jenis ini dapat menyababkan
benda kerja yang dipotong menjadi kasar. Biasanya karena pemakanan yang besar dengan
kecepatan potong rendah.
Berdasarkan analisis geometri dari lingkaran gaya (Merchant) dapat diturunkan rumus dasar gaya
potong (Fv) :
Gaya geser Fs dapat digantikan dengan penampang bidang geser dan tegangan geser yang terjadi
padanya yaitu:
Salah satu indikator kebagusan perencanaan proses pemesinan (machining) adalah dengan
mengetahui rasio pemampatan tebal geram h. Diusahakan h sekecil mungkin agar temperatur
pemotongan dan daya pemotongan juga kecil.
Rasio pemampatan tebal geram h merupakan karakteristik dari suatu proses pemesinan yang
dipengaruhi oleh kombinasi benda kerja, pahat dan besaran proses pemotongan. Dalam
perencanaan proses pemesinan h diusahakan sekecil mungkin, yang nilainya dipengaruhi oleh
kondisi pemotongan, material pahat dan benda kerja juga cairan pendingin
akan maksimal jika Fv/ =0, akan diperoleh:
=450 + 0/2 + /2 ………………………………………………..(2)
Dari Persamaan (2) dapat diketahui, bahwa: 1. Sudut geser ditentukan oleh sudut geram 0 .
Semakin besar sudut geram maka sudut geser akan membesar dan menyebabkan penurunan luas
, lihat Gambar 1.
Oleh sebab itu berdasarkan Persamaan (3) dan kenyataan dalam praktek maka hc>h. Jadi seolah
olah geram dimampatkan maka, perbandingan antara tebal geram dengan tebal geram sebelum
dipotong, disebut sebagai Rasio Pemampatan Tebal Geram:
Kesimpulan
Geram dengan bentuk serpihan (discontinous) akan menguntungkan, karena mempermudah
pembuangan dan tidak mengganggu gerak pahat serta tidak membahayakan operator. Berbeda
dengan geram continous yang akan ikut bergerak bersama pahat, hal ini akan mengakibatkan pahat
cepat aus selain itu karena geram telah mengalami regangan yang tinggi, geram akan lebih keras
daripada benda kerja dan juga sangat tajam serta mempunyai temperatur yang tinggi, sehingga
akan membahayakan operator. `
Cutting tool dan cutting fluids
A. Gaya Potong dan Kecepatan Potong
Gaya geser dan sudut bidang geser merupakan fungsi dari gaya gesek serpihan dengan
permukaan pahat, sedangkan gaya gesek tergantung kepada beberapa faktor, antara lain kehalusan
dan ketajaman pahat, ada tidaknya zat pendingin (coolant), material pahat, material benda kerja,
kecepatan potong dan bentuk pahat nya.
Secara umum dapat dikatakan, bila gaya gesek besar, geramnya tebal, sudut geser kecil.
Untuk mengukur besarnya gaya-gaya tersebut, digunakan dinamometer elektronik, misalnya gaya
potong tidak di ukur pada tempat
pemotongan, tetapi reaksi pemotongan nya yang di ukur. Kombinasi transduser dan platform,
digunakan untuk mengukur 3- buah gaya dan momen puntir/torsi (pada proses penggurdian).
Gaya-gaya yang bekerja pada ujung mata pahat mesin bubut, dapat di lihat pada gambar:
F
T = Gaya Tangensial
F
R = Gaya Radial
Dalam operasi permesinan, gaya terpenting adalah Gaya Tangensial sebab secara
persentase, gaya ini yang paling besar. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
• Gaya potong tidak berubah secara signifikan dengan berubahnya kecepatan potong.
• Makin besar hantaran (feed) perkakas, makin besar gaya yang diperlukan.
• Makin dalam pemotongan, makin besar gaya yang diperlukan.
• Gaya tangensial meningkat dengan membesarnya serpihan.
• Gaya longitudinal menurun, bila jari-jari ujung pahat dibuat lebih besar, atau kalau sudut
tepi pemotongan sisi diperbesar.
• Penggunaan media pendingin (coolant)
Dibawah ini dapat dilihat gambar ilustrasi dari approksimasi persentase dari distribusi
gaya-gaya potong yang terjadi pada pahat mata tunggal.
Keterangan: F L = 27 %
FT = 67 %
FR = 6 %
besar, oleh karena itu gesekan dan panas akan lebih banyak timbul akibat gaya ini, sehingga atensi
dalam hal pendinginan (coolant), harus lebih di fokuskan di daerah tersebut.
Catatan: Terlihat bahwa ke-3 gaya tersebut seolah-olah mempunyai satuan persen (%), pada hal,
ini ingin mengatakan bahwa persentase itu merupakan perbandingan gayagaya yang terjadi pada
titik pusat pemotongan suatu benda kerja logam pada suatu proses pembubutan.
Gaya pada cutting tool tergantung pada :
1. Gaya tangensial (FT) meningkat seiring dengan semakin besamya serpihan yang
dihasilkan.
2. Gaya longitudinal (FL) semakin menurun jika jari-jari ujung pahat dibuat lebih besar
atau jika sudut tepi pemotongan sisi diperbesar.
Keterangan :
Vs = kecepatan potong dalam m/menit
D = diameter pahat dalam mm
S = kecepatan putaran dalam rpm
Faktor yang mempengaruhi harga kecepatan potong :
• Kedalaman penyayatan
Berikut ini kecepatan potong standart untuk berbagai jenis logam :
B. Bentuk dan Sudut Pahat
Pahat mata tunggal dibuat dengan cara digerinda sehingga berbentuk baji, di mana sudut
yang tercakup dalam proses penggerindaan disebut sudut potong. Untuk mencegah terjadinya
penggesekan pahat perlu dibuat sudut pengaman samping antara sisi pahat dengan benda kerja
yang biasanya hanya sekitar 6 sampai 8 derajat. Sudut potong pada pahat harus tajam agar
menghasilkan
pemotongan yang baik dan tepinya harus kuat menahan gaya perkakas itu sendiri serta untuk
mengarahkan agar panas yang timbul bisa keluar.
1. Pertama kita akan menggerinda bagian depan batang HSS ini (bagian yang berwarna
kuning dari model diatas). Gunakan batu gerinda kasar. Posisikan pahat agak miring ke
kiri 10-15O. Hal ini akan membuat sudut
bebas, agar tidak semua bagian pahat bersentuhan dengan benda kerja nantinya.
Proses pengerindaan membuat pahat menjadi panas,maka kita perlu sesekali
mencelubkan ke cairan pendingin selama kurang lebih 15 detik.
2. Langkah kedua,kita akan menggerinda sisi potongnya,karena pahat yang kita buat pahat
kanan maka sisi potongnya ada di sebelah kiri(ditunjukkan warna merah pada model).
Prosedur dasarnya adalah sama kecuali bahwa kita memegang alat dengan sisi sekitar sudut
10 derajat ke roda gerinda.
3. Langkah ketiga,kita akan membuat sudut pembuangan tatal pada sisi atas,pada model
ditunjukkan warna biru. Pada langkah ini,kita harus lebih berhati-hati,jangan sampai
bagian sisi potongnya yaitu pertemuan sisi kiri dan atas, ikut tersapu batu gerinda. Jika
terjadi maka ketinggian sisi potongnya akan berkurang atau lebih rendah dari badan pahat
itu sendiri,masih bisa dipakai memang,namun mungkin akan membutuhkan plat ganjal
tambahan saat menyetel.
4. Langkah keempat atau terakhir adalah membulatkan ujung sisi potongnya. Untuk tugas
membubut yang normal, ujung sisi potong yang terlalu tajam seperti gambar diatas tidak
akan bertahan lama. Karena itu kita harus membuatnya memiliki radius kecil agar bisa
digunakan dalam pemakanan yang cukup dalam.
2. Pahat bubut rata kiri
Sudut baji rata kiri sebesar 55º, dan biasanya digunakan unutk pembubutan yang dimulai
dari kiri ke kanan mendekati kepala lepas.
Gambar 1.5. Pahat bubut rata kiri
Proses penggerindaan untuk pembuatan atau pengasahan pahat bubut rata kiri secara
analogi adalah sama hanya penggerindaan sudut bajinya saja yang berbeda, jika pada pahat bubut
rata kanan sudut baji adalah 80O maka pada pahat bubut rata kiri adalah 55O dan arah geometrinya
berlawanan dengan pahat rata kenan karena arah pemakanannya yang berlawanan.
3. Berikutnya adalah membentuk sudut ujung pahat, tahap ini tergantung pada jenis ulir
yang akan dibuat, jika akan membuat ulir whitwhort maka sudut ujungnya sebesar 55O
namun jika hendak membuat ulir metris maka sidut yang dibuat adalah sebesar 60O. Pada
tahap ini sekaligus membentuk sudut relief sisi, fungsinya agar pahat tidak terjepit di
benda kerja ketika melakukan tusukan
4. Terakhir adalah membentuk sudut rake sisi dan rake belakang dengan sudut yang sama
yaitu sebesar 15O untuk mengalirkan tatal meninggalkan benda kerja
5. Pahat bubut alur, potong, dan ulir segi empat
Pahat bubut alur dan ulir memiliki kesamaan karakter yang sangat tinggi,baik dari segi
geometri maupun pamakaiannya. Perbedaan keduanya hanya berada pada dimensi lebar ujung
pahat, jika pada pahat alur dimensi lebar ujung pahat sebesar 3mm atau menyesuaikan besarnya alur
yang akan dibuat, sedangkan pada pahat potong lebar ujung pahat maksimal hanya 2mm, hal ini
1. Membentuk lebar mata pahat hingga menjadi 3mm untuk pahat alur atau 2mm untuk pahat
potong sepanjang 15mm
2. Langkah kedua adalah membentuk sudut bebas muka sebesar 8O sudut ini yang akan
berperan ketika pahat melakukan tusukan ke benda kerja.
3. Berikutnya adalah membentuk sudut relief sisi sebesar 3O, fungsinya agar pahat tidak terjepit
di benda kerja ketika melakukan tusukan
4. Terakhir adalah membentuk sudut belakang sisi sebesar 15O terhadap ujung pahat untuk
mengalirkan tatal meninggalkan benda kerja.
Gambar 23.1 Macam-macam operasi pemotongan yang dapat dilakukan pada mesin bubut.
Perhatikan bahwa semua bagian melingkar - properti yang dikenal sebagai aksisimetri. Alat yang
digunakan, bentuknya, dan parameter pemrosesan dijelaskan di seluruh bab ini.
Karakteristik Proses Pemesinan dan Toleransi
Dimensi Khas
Gambar 23.3 Ilustrasi skema dari operasi pembubutan dasar, menunjukkan kedalaman potong, d;
pakan, f; dan kecepatan putar spindel, N dalam putaran/menit. Kecepatan potong adalah
kecepatan permukaan benda kerja di ujung pahat
gaya dorong umpan (searah umpan), dan Fr adalah gaya radial yang cenderung mendorong pahat
Gambar 23.6 Kisaran kecepatan potong dan pengumpanan yang berlaku untuk berbagai material
pahat.
Universal Machining Center
A. Pengertian
Universal machining center bisa juga disebut sebagai mesin CNC. Computer Numerical Control,
disingkat CNC, (berarti "komputer kontrol numerik") merupakan sistem otomasi mesin perkakas yang
dioperasikan oleh perintah yang diprogram secara abstak dan disimpan di media penyimpanan, hal
ini berlawanan dengan kebiasaan sebelumnya di mana mesin perkakas biasanya dikontrol dengan
putaran tangan atau otomasi sederhana menggunakan cam. Kata NC sendiri adalah singkatan dalam
bahasa Inggris dari kata Numerical Control yang artinya "kontrol numerik".
Mesin NC pertama diciptakan pertama kali pada tahun 1940-an dan 1950-an, dengan
memodifikasi mesin perkakas biasa. Dalam hal ini mesin perkakas biasa ditambahkan dengan motor
yang akan menggerakan pengontrol mengikuti titik-titik yang dimasukan kedalam sistem oleh
perekam kertas. Mesin perpaduan antara servo motor dan mekanis ini segera digantikan dengan
sistem analog dan kemudian komputer digital, menciptakan Mesin perkakas modern yang disebut
Mesin CNC (computer numerical control) yang dikemudian hari telah merevolusi proses desain. Saat
ini mesin CNC mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program CAD.
Mesin-mesin CNC dibangun untuk menjawab tantangan di dunia manufaktur modern. Dengan
mesin CNC, ketelitian suatu produk dapat dijamin hingga 1/100 mm lebih, pengerjaan produk massal
dengan hasil yang sama persis dan waktu permesinan yang cepat.
Fungsi utama mesin gerinda duduk adalah untuk mengasah mata bor, tetapi dapat juga
digunakan untuk mengasah pisau lainnya, seperti mengasah pisau dapur, golok, kampak, arit,
mata bajak, dan perkakas pisau lainnya. Selain untuk mengasah, gerinda duduk dapat juga untuk
membentuk atau membuat perkakas baru, seperti membuat pisau khusus untuk meraut bambu,
membuat suku cadang mesin jahit, membuat obeng, atau alat bantu lainnya untuk reparasi turbin
dan mesin lainnya.
4. Mesin Gerinda Lurus
Fungsi utama mesin gerinda lurus adalah untuk membuat profil atau ukiran pada suatu
permukaan benda. Biasanya Gerinda lurus memiliki batu gerinda yang kecil sehingga sangat
fleksibel pada saat melakukan pengukiran pada permukaan suatu komponen.
D. Batu Gerinda
1. Metal Working
a. Batu Gerinda Asah (Grinding Wheel)
Dari sekian banyak jenis kelengkapan untuk mesin gerinda, produk ini (batu gerinda)
merupakan produk yang paling banyak dibutuhkan dan digunakan pada proses pengerjaan
logam. Batu gerinda atau biasa disebut dengan “Grinding wheel” berfungsi untuk mengikis
permukaan logam, baik pada besi, baja, maupun stainless steel. Spesifikasi jenis batu gerinda
biasanya tertera pada label di bagian atas produk.
b. Alat Potong
• Endmill Ø14 mm
Pembelian Material Machining
(Bubut, Frais dan
Gurdi)PerakitanAkhir
Proses Bubut
Dalam proses bubut terdiri atas bubut muka, bubut rata dan
pembuatan lubang (gurdi/bubut dalam), penguliran dan bubut tirus
• Sleeve.
a. Proses bubut muka dengan panjang 152 mm menjadi 150 mm
menggunakan pahat bubut rata kanan carbide.
b. Proses bubut rata kasar dari Ø35,5 mm menjadi Ø33.5 mm sejauh
150 mm menggunakan pahat bubut rata kanan carbide.
c. Proses bubut rata halus dari Ø33.5 mm menjadi Ø31.5 mm sejauh
150 mm menggunakan pahat bubut rata kanan carbide.
d. Proses bor bertahap Ø5, Ø10 dan Ø13 dengan kedalaman 150
mm.
e. Proses bubut dalam dari Ø13 mm menjadi Ø22,5 mm dengan
kedalaman 8 mm menggunakan pahat bubut dalam carbide.
f. Proses bubut tirus dari Ø17,78 menuju Ø13 sepanjang 75 mm
menggunakan pahat bubut dalam carbide.
Proses frais
a. Frais muka sepanjang 127,2 mm dengan kedalaman 3 mm
mengggunakan endmill Ø13.
• Mur
a. Proses bubut muka dengan panjang 10 mm menjadi 8 mm
menggunakan pahat bubut rata kanan carbide.
b. Proses bubut rata dari Ø25,5 mm menjadi Ø22,5 mm sepanjang 8
mm menggunakan pahat bubut rata kanan carbide.
c. Proses bor bertahap Ø5 sampai Ø10 dengan kedalam 8mm.
d. Proses bubut ulir dalam dengan ukuran Sq13 x 3 sepanjang 8mm.