Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REVIEW

TEORI PEMESINAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH

NAMA : RAHMATTUA SITANGGANG


NIM : 5173121024
PRODI : PEND. TEKNIK MESIN
JURUSAN : TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


IDENTITAS BUKU

JUDUL : TEKNIK PEMESINAN

PENULIS : WIDARTO

UKURAN BUKU : 17,6 x 25 cm

JUMLAH HALAMAN : 258 Halaman

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas bertkat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatnya saya dapat
menyelesaikan critical book rivew ini dengan baik dan tanpa halangan.

Dengan saya kritiknya buku ini, saya berharap dapat membantu dan berguna bagi
pengguna buku ini, dan dengan di kritiknya buku TEKNIK PEMESINAN ini dapat menambah
ilmu dan wawasan para pembaca.

Demikian Critical book reviw ini saya buat dengan menggunakan kaidah-kaidah yang
derlaku dalam Critical ini, jika ada kesalahan dalam penulisan buku ini saya minta maaf karna
tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, Satu kata terakhir dari saya, saya ucapkan
terimakasih.
I. ISI BUKU
1. MENGENAL PROSES BUBUT
(TURNING)

Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagianbagian mesin


berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin Bubut. Prinsip dasarnya dapat
didefinisikan sebagai proses pemesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata :
• Dengan benda kerja yang berputar
• Dengan satu pahat bermata potong tunggal (with a single-point cutting tool)
• Dengan gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu sehingga akan
membuang permukaan luar benda kerja.
Proses bubut dibagi menadi tiga yaitu :
a. Bubut rata
b. Bubut permukaan
c. Bubut tirus

(1) Proses bubut rata, (2) bubut permukaan, dan (3) bubut tirus.
Gambar skematis Mesin Bubut dan nama bagianbagiannya.

A. Parameter yang Dapat Diatur pada Mesin Bubut

Kecepatan putar, n (speed), selalu dihubungkan dengan sumbu utama (spindel) dan benda
kerja. Kecepatan putar dinotasikan sebagai putaran per menit (rotations per minute, rpm). Akan
tetapi yang diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan potong (cutting speed atau v) atau
kecepatan benda kerja dilalui oleh pahat/keliling benda kerja. Secara sederhana kecepatan potong
dapat digambarkan sebagai keliling benda kerja dikalikan dengan kecepatan putar atau :
π dn
v=
1000

Di mana :
v = kecepatan potong (m/menit)
d = diameter benda kerja (mm)
n = putaran benda kerja (putaran/menit)

Panjang permukaan benda kerja yang dilalui pahat setiap putaran.


Gerak makan, f (feed), adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja
berputar satu kali sehingga satuan f adalah mm/putaran.

Gerak makan (f) dan kedalaman potong (a).

Kedalaman potong a (depth of cut), adalah tebal bagian benda kerja yang dibuang dari
benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadap permukaan yang belum
terpotong.
Beberapa proses pemesinan selain proses bubut pada pada Mesin Bubut dapat juga
dilakukan proses pemesinan yang lain, yaitu bubut dalam (internal turning), proses pembuatan
lubang dengan mata bor (drilling), proses memperbesar lubang (boring), pembuatan ulir (thread
cutting), dan pembuatan alur (grooving/parting-off).
B. Geometri Pahat Bubut
Geometri/bentuk pahat bubut terutama tergantung pada material benda kerja dan material
pahat.

Geometri pahat bubut HSS (Pahat diasah dengan mesin


gerinda pahat).
Geometri pahat bubut sisipan (insert).

C. Perencanaan dan Perhitungan Proses Bubut

Elemen dasar proses bubut dapat dihitung/dianalisa dengan menggunakan rumus-rumus dan Gambar
berikut :

Gambar skematis proses bubut.

Keterangan :
Benda Kerja :
do = diameter mula (mm)
dm = diameter akhir (mm)
lt = panjang pemotongan (mm)

Pahat : χr = sudut potong utama/sudut masuk

Mesin Bubut :
a = kedalaman potong (mm)
f = gerak makan (mm/putaran)
ln = putaran poros utama (putaran/menit)

1. Kecepatan potong :

πdn m
v 1000 ; menit

d = diameter rata-rata benda kerja ( (do+dm)/2 ) (mm)


n = putaran poros utama (put/menit)
π = 3,14
2. Kecepatan makan :
Vf = f . n;mm/menit
3. Waktu pemotongan
¿
Tc = vf ;menit

4. Kecepatan penghasilan beram


Z = a.v;cm3/menit

dimana : A = a.f mm2

1. Material Pahat

Penentuan material pahat didasarkan pada jenis material benda kerja dan kondisi pemotongan
(pengasaran, adanya beban kejut, penghalusan). Material pahat yang ada ialah baja karbon sampai dengan
keramik dan intan. Sifat hot hardness dari beberapa material pahat ditunjukkan pada Gambar,

(a) Kekerasan dari beberapa macam material pahat sebagai fungsi dari temperatur, (b)
jangkauan sifat material pahat.
Material pahat dari HSS (High Speed Steel) dapat dipilih jenis M atau T. Jenis M berarti
pahat HSS yang mengandung unsur Molibdenum, dan jenis T berarti pahat HSS yang
mengandung unsur Tungsten.
2. Pemilihan Mesin
Beberapa jenis Mesin Bubut manual dengan satu pahat sampai dengan Mesin Bubut CNC
dapat dipilih untuk proses pemesinan. Pemilihan Mesin Bubut yang digunakan untuk proses
pemesinan bisa juga dilakukan dengan cara memilih mesin yang ada di bengkel (workshop).
Dengan pertimbangan awal diameter maksimal benda kerja yang bisa dikerjakan oleh mesin
yang ada.
3. Pencekaman Benda Kerja
Pencekaman/ pemegangan benda kerja pada Mesin Bubut bisa digunakan beberapa cara.
Cara yang pertama adalah benda kerja tidak dicekam, tetapi menggunakan dua senter
dan pembawa. Dalam hal ini, benda kerja harus ada lubang senternya di kedua sisi benda kerja,
Cara kedua yaitu dengan menggunakan alat pencekam. Alat pencekam yang bisa
digunakan adalah :
a. Collet
b. Cekam rahang empat
c. Cekam rahang tiga
d. Face plate
4. Penentuan Langkah Kerja
Bahan benda kerja yang dipilih biasanya sudah ditentukan pada gambar kerja baik material
maupun dimensi awal benda kerja. Penyiapan (setting) mesin dilakukan dengan cara memeriksa
semua eretan mesin, putaran spindel, posisi kepala lepas, alat pencekam benda kerja,
pemegangan pahat, dan posisi kepala lepas. Usahakan posisi sumbu kerja kepala tetap (spindel)
dengan kepala lepas pada satu garis untuk pembubutan lurus, sehingga hasil pembubutan tidak
tirus. Pemasangan pahat dilakukan dengan cara menjepit pahat pada rumah pahat (tool post).
Usahakan bagian pahat yang menonjol tidak terlalu panjang, supaya tidak terjadi getaran pada
pahat ketika proses pemotongan dilakukan. Posisi ujung pahat harus pada sumbu kerja Mesin
Bubut, atau pada sumbu benda kerja yang dikerjakan. Posisi ujung pahat yang terlalu rendah
tidak direkomendasi, karena menyebabkan benda kerja terangkat, dan proses pemotongan tidak
efektif.
Pemasangan pahat.
5. Perencanaan Proses Membubut Lurus
Perencanaan proses bubut :
a. Material benda kerja : Mild Steel (ST. 37), dia. 34 mm x 75 mm
b. Material pahat : HSS atau Pahat Karbida jenis P10, pahat kanan. Dengan geometri pahat dan
kondisi pemotongan dipilih dari Tabel (Tabel yang direkomendasikan oleh produsen Mesin
Bubut) :
􀂃 α =8o, γ=14o, v = 34 m/menit (HSS)
􀂃 α =5o, γ=0o, v = 170 m/menit (Pahat karbida sisipan)
c. Mesin yang digunakan : Mesin Bubut dengan kapasitas diameter lebih dari 1 inchi.
d. Pencekam benda kerja : Cekam rahang tiga.
e. Benda kerja dikerjakan Bagian I terlebih dulu, kemudian dibalik untuk mengerjakan Bagian II
Penentuan jen is pahat, geometri pahat, v, dan f (EMCO).

f. Pemasangan pahat : Menggunakan tempat pahat tunggal (tool post) yang tersedia di mesin,
panjang ujung pahat dari tool post sekitar 10 sampai dengan 15 mm, sudut masuk χr = 93o.
g. Data untuk elemen dasar :
􀂃 untuk pahat HSS : v = 34 m/menit; f = 0,1 mm/put., a = 2 mm.
􀂃 untuk pahat karbida : v = 170 m/menit; f = 0,1 mm/put., a = 2 mm.
h. Bahan benda kerja telah disiapkan (panjang bahan sudah sesuai dengan gambar), kedua
permukaan telah dihaluskan.
i. Perhitungan elemen dasar berdasarkan rumus 2.2 – 2.5 dan gambar rencana jalannya pahat
adalah sebagai berikut (perhitungan dilakukan dengan software spreadshheet) :

6. Perencanaan Proses Membubut Tirus


Benda kerja berbentuk tirus (taper) dihasilkan pada proses bubut apabila gerakan pahat
membentuk sudut tertentu terhadap sumbu benda kerja. Cara membuat benda tirus ada beberapa
macam :
a. Dengan memiringkan eretan atas pada sudut tertentu (Gambar 6.23), gerakan pahat
(pemakanan) dilakukan secara manual (memutar handle eretan atas).
b. Pengerjaan dengan cara ini memakan waktu cukup lama, karena gerakan pahat kembali relatif
lama (ulir eretan atas kisarnya lebih kecil dari pada ulir transportir).
c. Dengan alat bantu tirus (taper attachment), pembuatan tirus dengan alat ini adalah untuk
benda yang memiliki sudut tirus relatif kecil (sudut sampai dengan ±9o).
d. Dengan menggeser kepala lepas (tail stock),

7. Perencanaan Proses Membubut Ulir

Dengan Mesin Bubut yang dikendalikan CNC proses pembubutan ulir menjadi sangat efisien
dan efektif, karena sangat memungkinkan membuat ulir dengan kisar (pitch) yang sangat
bervariasi dalam waktu relatif cepat dan hasilnya presisi.

Ulir segi tiga tersebut bisa berupa ulir tunggal atau ulir ganda. Pahat yang digunakan
untuk membuat ulir segi tiga ini adalah pahat ulir yang sudut ujung pahatnya sama dengan sudut
ulir atau setengah sudut ulir. Untuk ulir Metris sudut ulir adalah 600
Selain ulir segi tiga, pada Mesin Bubut bisa juga dibuat ulir segi empat (Gambar 6.28).
Ulir segi empat ini biasanya digunakan untuk ulir daya. Dimensi utama dari ulir segi empat pada
dasarnya sama dengan ulir segi tiga yaitu : diameter mayor, diameter minor, kisar (pitch), dan
sudut helix. Pahat yang digunakan untuk membuat ulir segi empat adalah pahat yang dibentuk
(diasah) menyesuaikan bentuk alur ulir segi empat dengan pertimbangan sudut helix ulir. Pahat
ini biasanya dibuat dari HSS atau pahat sisipan dari bahan karbida.

a. Pahat ulir
Pada proses pembuatan ulir dengan menggunakan Mesin Bubut manual pertama-tama yang
harus diperhatikan adalah sudut pahat.

Proses pembuatan ulir luar dengan pahat sisipan.

b. Langkah penyayatan ulir

Supaya dihasilkan ulir yang halus permukaannya perlu dihindari kedalaman potong yang
relatif besar. Walaupun kedalaman ulir kecil (misalnya untuk ulir M10x1,5, dalamnya ulir 0,934
mm), proses penyayatan tidak dilakukan sekali potong, biasanya dilakukan penyayatan antara 5
sampai 10 kali penyayatan ditambah sekitar 3 kali penyayatan kosong (penyayatan pada diameter
terdalam).

8. Perencanaan Proses Membubut Alur


Alur (grooving) pada benda kerja dibuat dengan tujuan untuk memberi kelonggaran ketika
memasangkan dua buah elemen mesin, membuat baut dapat bergerak penuh, dan memberi jarak
bebas pada proses gerinda terhadap suatu poros,

Bentuk alur ada tiga macam yaitu kotak, melingkar, dan V . Untuk bentuk-bentuk alur
tersebut pahat yang digunakan diasah dengan mesin gerinda disesuaikan dengan bentuk alur
yang akan dibuat.
Proses yang identik dengan pembuatan alur adalah proses pemotongan benda kerja (parting).
Proses pemotongan ini dilakukan ketika benda kerja selesai dikerjakan dengan bahan asal benda
kerja yang relatif panjang.

Beberapa petunjuk penting yang harus diperhatikan ketika melakukan pembuatan alur atau
proses pemotongan benda kerja adalah:
a. Cairan pendingin diberikan sebanyak mungkin
b. Ujung pahat diatur pada sumbu benda kerja
c. Posisi pahat atau pemegang pahat tepat 90o terhadap sumbu benda kerja
d. Panjang pemegang pahat atau pahat yang menonjol ke arah benda kerja sependek mungkin
agar pahat atau benda kerja tidak bergetar
e. Dipilih batang pahat yang terbesar
f. Kecepatan potong dikurangi (50% dari kecepatan potong bubut rata)
g. Gerak makan dikurangi (20% dari gerak makan bubut rata)
h. Untuk alur aksial, penyayatan pertama dimulai dari diameter terbesar untuk mencegah
berhentinya pembuangan beram.
9. Perencanaan Proses Membubut/Membuat Kartel
Kartel (knurling) adalah proses membuat injakan ke permukaan benda kerja berbentuk
berlian (diamond) atau garis lurus beraturan untukmemperbaiki penampilan atau memudahkan
dalam pemegangan.
Proses pembuatan kartel bentuk lurus, berlian, dan alat pahat kartel.
Pembuatan injakan kartel dimulai dengan mengidentifikasi lokasi dan panjang bagian
yang akan dikartel, kemudian mengatur mesin untuk proses kartel. Putaran spindel diatur pada
kecepatan rendah (antara 60- 80 rpm) dan gerak makan medium (sebaiknya 0,2 sampai 0,4 mm
per putaran spindel). Pahat kartel harus dipasang pada tempat pahat dengan sumbu dari
kepalanya setinggi sumbu Mesin Bubut, dan permukaannya paralel dengan permukaan benda
kerja. Harus dijaga bahwa rol pahat kartel dapat bergerak bebas dan pada kondisi pemotongan
yang bagus, kemudian pada roda pahat yang kontak dengan benda kerja harus diberi pelumas.
Agar supaya tekanan awal pada pahat kartel menjadi kecil, sebaiknya ujung benda kerja
dibuat pinggul (chamfer), dan kontak awal untuk penyetelan hanya setengah dari lebar pahat
kartel. Dengan cara demikian awal penyayatan menjadi lembut. Kemudi an pahat ditarik mundur
dan dibawa ke luar benda kerja.

Benda kerja dibuat menyudut pada ujungnya agar


tekanan pada pahat kartel menjadi kecil dan penyayatannya lembut.
Setelah semua diatur, maka spindel Mesin Bubut kemudian diputar, dan pahat kartel didekatkan
ke benda kerja menyentuh benda sekitar 2 mm, kemudian gerak makan dijalankan otomatis.
Setelah benda kerja berputar beberapa kali (misalnya 20 kali), kemudian Mesin Bubut
dihentikan.
KELEBIHAN ISI BUKU

Dalam buku ini saya menemukan banyak sekali materi-materi pembelajaran yang sangat
menyenangkan dan bermanfaat serta juga dilengkapi dengan gambar-gambar serta rumus-rumus
dengan demikian pembaca pasti juga akan sangat tertarik ntuk membaca dan mempelajari buku
ini.

KELEMAHAN ISI BUKU

Dalam pengamatan saya setelah saya membaca dan merivew buku ini tidak banyak
kekurangan yang saya temui dalam buku ini. Dalam buku ini saya menemukan banyak rumus-
rumus tapi saya tidak menemukan contoh soal dalam setiap rumusnya, hal itu dapat membuat
pembaca bingung bagaimana akan menyelesaikan soal itu.

PENUTUP

Demikianlah boku ini saya kritik, apabila ada kesalahan saya dalam mengkritik buku ini
saya minta maaf. Dan jika ada saran atau kritikan dari pembaca saya terima karna itu untuk
membangun critical ini agar lebih baik.

Demikian critical ini saya buat saya ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
Alois SCHONMETZ. (1985). Pengerjaan Logam Dengan Perkakas Tangan dan Mesin
Sederhana. Bandung: Angkasa.
Avrutin.S, tt, Fundamentals of Milling Practice, Foreign Languages Publishing House, Moscow.
B.H. Amstead, Bambang Priambodo. (1995). Teknologi Mekanik Jilid 2.
Jakarta: Erlangga
Boothroyd, Geoffrey. (1981). Fundamentals of Metal Machining and Machine Tools. Singapore:
Mc Graw-Hill Book Co.
Bridgeport, 1977, Bridgeport Textron , Health and Safety at Work Act, Instalation, Operation,
Lubrication, Maintenance, Bridgeport
Mahines Devision of Textron Limited PO Box 22 Forest Road Leicester LE5 0FJ : England.
Courtesy EDM Tech. Manual, 2007, EDM ProcessMecanism,Poco Graphite Inc.
C. van Terheijden, Harun. (1994). Alat-alat Perkakas 3. Bandung: Binacipta. Diktat Praktikum
Proses Pemesinan II (CNC TU2A dan CNC TU3A) Jurusan Pendidikan Teknik Mesin,
Universitas Negeri Yogyakarta, 2005.
EMCO, 1980, A Center Lathe, EMCO Maier+Co. Postfach 131.A-5400 Hallein: Austria.
EMCO, 1980. Maximat Super 11 Installation Manual, Instructions and Operating Manual,
Maintenance Manual, EMCO Maier+Co. Postfach 131.A-5400 Hallein: Austria.
EMCO, 1991, Teacher’s Handbook CNC TU-2A, Emco Maier
Ges.m.b.H,Hallein, Austria.
EMCO, 1991, Teacher’s Handbook CNC TU-3A, Emco Maier
Ges.m.b.H,Hallein, Austria.
EMCO, 1991, Teacher’s Handbook Compact 5 PC, Emco Maier
Ges.m.b.H,Hallein, Austria.

Anda mungkin juga menyukai