Anda di halaman 1dari 21

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Mesin Perkakas


Mesin perkakas dapat didefinisikan sebagai suatu mesin atau
peralatan yang dapat berfungsi untuk memotong atau mendeformasikan
suatu material menjadi suatu produk jadi maupun setengah jadi dalam
bentuk dan ukuran tertentu seperti yang dikendaki. Proses pemotongan
dan pembentukan ini mesin memerlukan alat bantu potong yang sering
dinamakan alat potong atau pahat potong. Kata mesin perkakas biasanya
digunakan untuk mesin atau peralatan yang pengoperasiannya tidak
menggunakan tenaga manusia secara langsung. Para ahli sejarah
teknologi berpendapat bahwa mesin perkakas sesungguhnya lahir ketika
keterlibatan manusia dihilangkan dalam proses pembentukan atau proses
pemotongan dari berbagai macam peralatan untuk menghasilkan suatu
produk tertentu.

3.1.1 Mesin Bubut


Mesin bubut adalah salah satu jenis mesin perkakas yang
digunakan untuk proses pemotongan benda kerja yang dilakukan dengan
membuat sayatan pada benda kerja dimana pahat digerakkan secara
translasi dan sejajar dengan sumbu dari benda kerja yang berputar. Mesin
bubut merupakan mesin perkakas yang memiliki populasi terbesar di
dunia ini dibandingkan mesin perkakas lain seperti mesin freis, drill,
sekrap dan mesin perkakas lainnya. seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1
sebagai berikut.
Gambar 3.1 Mesin Bubut
(mharyp,2017)

3.1.2 Prinsip Kerja Mesin Bubut


Prinsip kerja mesin bubut ialah menghilangan bagian dari benda
kerja untuk memperoleh bentuk tertentu dimana benda kerja diputar
dengan kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya proses
pemakanan oleh pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan
sumbu putar benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak
potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak makan
(feeding). seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2 sebagai berikut.

Gambar 3.2 prinsip kerja bubut


(mharyp,2017)

3.1.3 Perhitungan Mesin Bubut

yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada proses


pembubutan adalah, informasi berupa dasar – dasar perhitungan, rumus
yang mendasari teknologi proses pemotongan / penyayatan pada mesin
bubut diantaranya. Parameter pemotongan pada proses pembubutan
meliputi ; kecepatan potong, keceparan putaran mesin, kecepatan
pemakanan

a. Kecepatan pemotongan
Yang di maksud dengan kecepatan potongan (Cs) adalah
kemampus alat potong menyayat bahan dengan aman
menghasilkan tatal dalam suatu panjang/waktu (meter/menit).

Pada gerak putar seperti mesin bubut, kecepatan potong adalah :


keliling lingkaran benda kerja (π.d) dikali dengan putaran atau : CS
= π.d.n meter/menit.

Keterangan :

d: diameter benda kerja (mm)


n: putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)
π: nilai konstanta = 3,14

b. Kecepatan putaran pada mesin bubut


Yang dimaksud kecepatan putaran mesin bubut adalah,
kemampuan kecepatan putar mesin bubut untuk melakukan
pemotongan atau penyayatan dalam satuan putaran/menit. Maka
dari itu untuk mencari besarnya putaran mesin sangat dipengaruhi
oleh seberapa besar kecepatan potong dan keliling benda kerjanya.
Mengingat nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah
ditetapkan secara baku, maka komponen yang bisa diatur dalam
proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerjanya. Dengan
demikian rumus dasar untuk menghitung putaran mesin bubut
adalah:

Cs = π.d.n / 1000 (Meter/menit)


    
Karena satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit
sedangkan satuan diameter benda kerja dalam milimeter, maka
satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu dengan
mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm.
Maka rumus untuk putaran mesin menjadi;
1000.cs
n= π .D Rpm

Keterangan :

N = Putaran Mesin (RPM)


Cs = kecepatan potong = 6,71 m/ mnt
π = 3,14
D = Diameter benda kerja

c. Kecepatan pemakanan
Kecepatan pemakanan atau ingsutan ditentukan dengan
mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya: kekerasan
bahan, kedalaman penyayatan,sudut-sudut sayat alat potong,
bahan alat potong, ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang
akan digunakan. Kesiapan mesin ini dapat diartikan, seberapa
besar kemampuan mesin dalam mendukung tercapainya
kecepatan pemakanan yang optimal. Disamping beberapa
pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya
untuk proses pengasaran ditentukan pada kecepatan pemakanan
tinggi karena tidak memerlukan hasil pemukaan yang halus (waktu
pembubutan lebih cepat), dan pada proses
penyelesaiannya/finising digunakan kecepatan pemakanan rendah
dengan tujuan mendapatkan kualitas hasil penyayatan yang lebih
baik sehingga hasilnya halus (waktu.pembubutan.lebih.cepat).

Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin bubut


ditentukan oleh seberapa besar bergesernya pahat bubut  (f) dalam
satuan mm/putaran dikalikan seberapa besar putaran mesinnya
dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari kecepatan
pemakanan (F) adalah ;
F = f x n (mm/menit).
Keterangan :
F = besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/Menit)

n = putaran mesin (putaran/menit)

d. Waktu pembubutan rata


Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pemesinan bubut
adalah, seberapa besar panjang atau jarak tempuh pembubutan (L)
dalam satuan mm dan kecepatan  pemakanan (F) dalam satuan
mm/menit. Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa, panjang
total pembubutan (L) adalah panjang pembubutan rata ditambah
star awal pahat (ℓa), atau: L total= ℓa+ ℓ (mm). Untuk nilai kecepatan
pemakanan (F), dengan berpedoman pada uraian sebelumnya F=
f.n (mm/putaran).
L
tm = F menit
L = ℓa + ℓ (mm)
F = f.n (mm/menit)
Keterangan:
F = pemakanan dalam satu putaran (mm/Put)
n = putaran benda kerja (Rpm)
ℓ = panjang pembubutan rata (mm)
ℓa = Jarak star pahat (mm)
L = panjang total pembubutan rata
F = kecepatan pemakanan mm/menit

3.1.4 Bagian-bagian Mesin Bubut


Mesin bubut terdiri dari meja dan kepala tetap. Di dalam kepala
tetap terdapat roda-roda gigi transmisi penukar putaran yang akan
memutar poros spindel. Poros spindel akan menmutar benda kerja melalui
cekal.  Eretan utama akan bergerak sepanjang meja sambil membawa
eretan lintang dan eretan atas dan dudukan pahat. Sumber utama dari
semua gerakkan tersebut berasal dari motor listrik untuk memutar pulley
melalui sabuk. seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3 sebagai berikut.
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3 sebagai berikut.

Gambar 3.3 Bagian-bagian Mesin Bubut


(mharyp,2017)

3.1.5 Pekerjaan yang Dikerjaan Mesin Bubut


1. Membubut Luar

2. Membubut Dalam

3. Membubut Tirus

4. Membubut Permukaan

5. Memotong

6. Membuat Ulir

3.1.6 Pembubutan Lurus


Pembubutan lurus merupakan seperti ditunjukkan pada Gambar
3.4 proses permesinan atau penyayatan benda kerja untuk menghasilkan
bentuk silindris dengan diameter yang seragam (sama). Pembubutan
lurus biasanya digunakan untuk membuat poros lurus dan as lurus. Ada
beberapa cara untuk membubut lurus atau membuat poros lurus.
Beberapa cara tersebut antara lain:
1. Menggunakan dua buah center (sangat direkomendasikan).
2. Menggunakan satu buah cekam (chuck) dan satu buah center.
3. Menggunakan satu buah lathe dog dan satu buah center.

Gambar 3.4 Pembubutan Lurus


(younggiD,2015)
3.1.7 Pembubutan Ulir
Pembuatan ulir bisa dilakukan pada mesin bubut. Pada mesin
bubut konvensional (manual) proses pembuatan ulir kurang efisien,
karena pengulangan pemotongan harus dikendalikan secara manual,
sehingga proses hasilnya kurang presisi. Dengan mesin bubut yang
dikendalikan CNC proses pembubutan ulir menjadi sangat efisien dan
efektif, karena sangat memungkin membuat ulir dengan kisar (pitch) yang
sangat bevariasi dalam waktu relatif cepat dan hasilnya presisi. Nama-
nama bagian ulir segitiga dapat dilihat pada. Ulir segitiga tersebut bisa
berupa ulir tunggal atau ulir ganda. Pahat yang digunakan untuk membuat
ulir segtiga ini adalah pahat ulir yang sudut ujung pahatnya sama dengan
sudut ulir atau setengah sudut ulir. Untuk ulir metris sudut ulir adalah 60 o,
sedangkan ulir Whitwoth sudut ulir 55o. Identifikasi ulir biasanya ditentukan
berdasarkan diameter mayor dan kisar ulir. Misalnya ulir M5x0,8 berarti
ulir metris dengan diameter mayor 5mm dankisar (pitch) 0,8 mm. seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.5 sebagai berikut.
Gambar 3.5 Nama – nama bagian ulir
(tommyK,2016)

Selain ulir metris pada mesin bubut bisa juga dibuat ulir  Whitworth 
(sudut ulir 55o). Identifikasi ulir ini ditentukan oleh diamater mayor ulir dan
jumlah ulir tiap inchi .Misalnya untuk ulir Whitwoth 3/8” jumlah ulir tiap
inchi adalah 16 (kisarnya 0,0625”). Ulir ini biasanya digunakan untuk
membuat ulir pada pipa mencegah kebocoran fluida).

Selain ulir segi tiga, pada mesin bubut bisa juga dibuat ulir segi
empat (Gambar 2). Ulir segi empat ini biasanya digunakan untuk ulir
daya. Dimensi utama dari ulir  segi empat pada dasarnya sama dengan
ulir segi tiga yaitu diameter mayor, diameter minor, kisar  (pitch),  dan 
sudut  helix. 

Pahat  yang  digunakan  untuk  membuat  ulir  segi  empat adalah


pahat yang dibentuk (diasah) menyesuaikan bentuk alur ulir segi empat
dengan pertimbangan sudut helix ulir. Pahat ini biasanya dibuat dari HSS
atau pahat sisipan dari bahan karbida. seperti ditunjukkan pada Gambar
3.6 sebagai berikut.

Gambar 3.6 Ulir segi empat


(tommyK,2016)
3.1.8 Pahat ulir

Pada proses pembuatan ulir dengan menggunakan mesin


bubut manual  pertama tama  yang harus diperhatikan adalah sudut
pahat.  Ditunjukkanbentukpahatulir  metris  dan  alat  untuk 
mengecek  besarnya  sudut  tersebut  (60o).  Pahat  ulir  pada
gambar tersebut adalah pahat ulir luar dan pahat ulir dalam. Selain
pahat terbuat dari HSS pahat ulir yang berupa sisipan ada yang
terbuat dari bahan karbida. seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7 dan
Gambar 3.8 sebagai berikut.

Gambar 3.7 Pahat ulir metris untuk ulir luar dan ulir dalam
(tommyK,2016)

Gambar 3.8 Proses pembuatan ulir luar dengan pahat sisipan


(tommyK,2016)
Setelah  pahat  dipilih,  kemudian  dilakukan  setting  posisi pahat 
terhadap  benda kerja. Setting ini dilakukan terutama untuk mengecek
posisi ujung pahat bubut terhadap sumbu mesin bubut / sumbu benda
kerja. Setelah itu dicek posisi pahat terhadap permukaan benda kerja,
supaya diperoleh sudut ulir yang simetris terhadap sumbu yang tegak
lurus terhadap sumbu benda kerja. seperti ditunjukkan pada Gambar 3.9
sebagai berikut.

Gambar 3.9 Setting pahat bubut untuk proses pembuatan ulir luar
(tommyK,2016)

Parameter  pemesinan  untuk  proses  bubut  ulir  berbeda  dengan


bubut  rata.  Hal tersebut terjadi karena pada proses pembuatan ulir gerak
makan (f) adalah kisar (pitch) ulir tersebut, sehingga putaran spindle tidak
terlalu tinggi (secara kasar sekitar setengah dari putaran spindle untuk
proses bubut rata). Perbandingan harga kecepatan potong untuk proses
bubut rata (Stright turning) dan proses bubut ulit (threading). seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.10 sebagai berikut.
Gambar 3.10 Kecepatan potong proses bubut rata dan proses bubut ulir
untuk pahat HSS(tommyK,2016)

3.2 Teori Pengelasan

Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik


penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam
induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan
atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang
kontinu.

3.2.1 Klasifikasi cara – cara pengelasan


Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las
tekan, dan las patri dan lain lainnya. Sedangkan klasifikasi kedua
membedakan adanya kelompok kelompok seperti las listrik, las
mekanik dan seterusnya.

3.2.2 Macam macam pengelasan


1. Pengelasan cair.
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana
sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas
dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.
2. Pengelasan tekanan
Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana
sambungan dipanaskan dan kemudian di tekan hingga menjadi
satu
3. Pengelasan pematrian
Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan
diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang
mempunyai titik cair rendah,dalam hal ini logam induk tidak turut
mencair.
Cara yang banyak digunakan dalam pengelasan adalah
pemotongan dengan gas oksigen dan pemotongan dengan busur
listrik
4. Pengelasan busur listrik
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam
dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang di arahkan
kepermukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang
terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga
elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari
elektroda dan dari sebagian benda yang akan di sambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan di
sambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam
tersebut.

Gambar 3.11 las busur listrik


(eduengineering,2015)
Proses las listrik antara lain las listrik dengan elektroda
karbon tunggal dan juga las listrik dengan elektroda karbon
ganda
Pada las listrik dengan elektroda karbon, yang terjadi antara
ujung karbon elektroda dan logam atau diantara dua ujung
elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang
akan di las.

3.2.3 Alat-alat las SMAW dibedakan menjadi 3 kelompok:


1. Alat Utama Las SMAW
Alat utama las busur manual dalam pengoperasiannya harus
sesuai SOP yang berlaku, yaitu:
a. Trafo las (generator)
Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus
dipertimbangkan tentang kebutuhan maksimal (beban pekerjaan
yang akan dikenakan kepada trafo las tersebut. Apabila beban
pekerjaannya besar maka langkah pemilihannya adalah dapat
dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH, 2PH atau 1PH;
Ampere output, dipertimbangkan dari diameter elektroda yang
akan digunakan dan yang paling penting adalah duty cycle dari
trafo tersebut. Dalam hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty
cycle yang tinggi untuk ampere yang tinggi, misal duty cycle 100%
untuk arus sampai dengan 200 A. Langkah berikutnya gunakan
tang ampere untuk mengecek kesesuaian out put arus
pengelasan pada indikator dengan kenyataannya yang terlihat
pada tang ampere. Jenis trafo las juga perlu dipertimbangkan
apakah trafi AC atau DC. Hal ini terkait dengan jenis elektroda
yang akan digunakan. Jika menggunakan multi electrode, pilihlah
trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus
dilihat instalasinya, kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel
elektroda dan kondisi trafo sendiri, apakah pada tempat yang
kering atau basah.  Setelah diketahui instalasinya baik, maka
saklar utama pada kabel tenaga di on kan, selanjutnya saklar
pada trafo las di on kan. Pastikan kabel massa dan kabel
elektroda tidak dalam kondisi saling berhubungan. Atur arus
pengelasan yang dibutuhkan dan selanjutnya gunakan untuk
mengelas. Apabila proses pengelasan telah selesai, trafo las
dimatikan kembali.

b. Kabel massa dan Kabel elektroda


Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel
serabut sehingga lentur dengan ukuran disesuaikan dengan
ampere maksimum trafo las (lihat ketentuan pada tabel) kabel las.
Kabel elektroda dan kabel massa harus terkoneksi) terinstall
dengan kuat dengan trafo las agar aliran arus pengelasan sesuai
dengan ketentuan yang tertera dalam indikator ampere pada trafo
las. Penggunaan kabel elektroda dan kabel massa pada saat
pengelasan harus disiapkan dengan benar, yaitu dalam kondisi
terurai, tidak tertekuk dan saling berlilitan. Dengan kondisi
semacam ini maka aliran arus pengelasan akan maksimal. Jika
sudah tidak dipakai, trafo las dimatikan dan kabel las digulung dan
diletakkan dengan benar tidak saling berbelit agar mudah dalam
penggunaan di waktu yang lain.

c. Pemegang elektroda
Perlengkapan ini berfungsi untuk menjepit atau memegang
elektroda. Pada bagian tangkainya dilengkapi dengan elektroda
agar dapat dipegang dengan aman pada waktu bekerja. Alat ini
harus memenuhi syarat diantaranya tidak mudah panas, ringan,
dan isolator cukup aman bagi sipemakai.

 
Gambar 3.12 Pemegang elektroda
d. Penjepit massa
Bagian logam yang akan di las berfungsi sebagai kutub negatif
(masa). Alat ini dapat langsung dijepitkan pada logam yang akan
dikerjakan atau dapat juga dijepitkan pada meja kerja (masa besi).
Kontak dengan masa ini harus baik agar diperoleh hasil pekerjaan
yang baik pula. Kontak yang tidak baik akan menimbulkan panas
yang berarti penggunaan tanaga untuk menghasilkan bunga api
yang sesuai.

Gambar 3.13Penjepit massa


2. Alat Bantu Las SMAW
Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai
fungsinya dan dengan teknik yang benar pula. Di samping itu cara
penyimpanannya harulah ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak saling bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain.
Alat-alat tersebut antara lain:
a. Palu terak
Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil
pengelasan. Dalam menggunakan palu terak ini jangan sampai
membuat luka pada hasil pengelasan maupun pada base
metalnya. Karena luka bekas pukulan adalah merupakan cacat
pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek ketajamannya
dan kondisinya. Apabila sudah tumpul, maka harus ditajamkan
dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya,
tempatkan palu terak pada tempatnya secara rapi.

Gambar 3.14 Palu terak

b. Sikat baja
Sikat baja digunakan untuk membersihkan sisa terak
setelah dibersihkan menggunakan palu terak.
Gambar 3.15 Sikat baja

c. Penjepit benda kerja


Alat penjepit digunakan untuk memegang logam yang panas
setelah mengalami proses pengelasan.

Gambar 3.16 Tang penjepit

3.3 Alat Pelindung Diri (Safety)

APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk


melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD ini terdiri dari
kelengkapan wajib yang digunakan oleh pekerja sesuai dengan
bahaya dan resiko kerja yang digunakan untuk menjaga
keselamatan pekerja sekaligus orang di sekelilingnya.
Kewajiban ini tertuang dalam peraturan mentri tenaga kerja dan
transmigrasi No.Per.08/Men/VII/2010 tentang alat pelindung diri. Dan
pengusaha wajib untuk menyediakan APD sesuai dengan standar
Nasional Indonesia (SNI) bagi pekerjanya.

3.3.1 Helm Keselamatan

helm keselamatan ini berfungsi untuk melindungi diri dari


benturan, pukulan, atau kejartuhan benda tajam dan berat yang
melayang atau meluncur di udara. Helm ini juga melindungi dari
radiasi pananas, api, percikan bahan kimia ataupun suhu yang
ekstrim. Untuk nbeberapa pekerjaan dengan resiko yang relatif
lebih rendah bisa menggunakan topi ataupun penutup kepala
sebagai pelindung

Gambar 3.17 helm pelindung

3.3.2 sepatu pelindung

Sepatu pelindung ini berfungsi untuk melindungi kaki dari


benturan atau tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya
ataupun permukaan licin.
Gambar 3.18 sepatu pelindung

3.3.3 kacamata pelindung

Kacamata pelindung berfungsi untuk melindungi mata dari


partikel yang melayang di udaraataupun air, percikan benda kecil,
benda panas, ataupun uap panas. selain itu kacamata pelindung
juga berfungsi untuk menghalangi pancaran cahaya yang langsung
ke mata.

Gambar 3.19 kacamata pelindung

3.3.4 sarung tangan


Sarung tangan berfungsi untuk melindungi jari – jari tangan
dari api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia,
benturan, pukulan, tergores benda tajam ataupun infeksi dari zat
patogen seperti virus dan bakteri

Gambar 3.20 sarung tangan

3.3.5 Masker

Masker berfungsi untuk melindungi organ pernafasan


dengan cara menyaring vemaran bahan kimia, partikel debu, uap,
asap, atau gas. Sehingga udara yang di hirup masuk ke dalam
tubuh adalah udara yang bersih dan sehat.

Gambar 3.21 Masker

3.3.6 topeng las

Helm las/topeng las digunakan untuk melindungi muka dari


sinar las (sinar ultraviolet, infra red), radiasi panas las serta
percikan bunga api las. Apabila muka juru las tidak dilindungi maka
kulit muka akan terbakar dan sel-sel kulit maupun daging akan
rusak. Pada helm las tertentu didesain dilengkapi dengan masker
hidung, yang fungsinya adalah melindungi diri dari asap las dan
debu pengelasan. Asap las dan debu ini akan mengganggu
pernapasan dan dapat mengakipatkan penyakit paru-paru
(pernapasan) serta ginjal

Gambar 3.22 topeng las

3.3.7 sarung tangan las

Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari


sengatan listrik, panas lasan, dan benda-benda yang tajam.

Gambar 3.23 sarung tangan las

Anda mungkin juga menyukai