Anda di halaman 1dari 11

Teknik Pemesinan

SMK Bhina Tunas Bakti Juwana

PARAMETER PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

Parameter pemotongan pada mesin bubut adalah, informasi berupa dasar-dasar perhitungan,
rumus dan tabel-tabel yang medasari teknologi proses pemotongan/ penyayatan pada mesin
bubut diantaranya. Parameter pemotongan pada mesin bubut meliputi: kecepatan potong
(Cutting speed-Cs), kecepatan putaran mesin (Revolotion Permenit - Rpm), kecepatan
pemakanan (Feed – F) dan waktu proses pemesinannya.

1. Kecepatan potong (Cutting speed – Cs)

Kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman
menghasilkan tatal dalam satuan panjang/ waktu (meter/ menit atau feet/ menit). Pada gerak
putar seperti mesin bubut, kecepatan potongnya (Cs) adalah: Keliling lingkaran benda kerja
(π.d) dikalikan dengan putaran (n). atau:

Cs = π.d.n Meter/menit.

Keterangan:

d : diameter benda kerja (mm)

n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)

π : nilai konstanta = 3,14

Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada proses
pemesinan, sudah teliti/diselidiki para ahli dan sudah patenkan pada ditabelkan kecepatan
potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara jenis bahan yang akan
dibubut dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-bahan khusus/spesial,
tabel Cs-nya dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan tersebut.

Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Pada umumnya,
bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS (High Speed Steel) dan
karbida (carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan alat potong yang
bahannya karbida, kecepatan potongnya lebih cepat jika dibandingkan dengan alat potong
HSS.

Tabel 1. Kecepatan Potong Bahan


Teknik Pemesinan
SMK Bhina Tunas Bakti Juwana

2. Kecepatan Putaran Mesin Bubut (Revolusi Per Menit – Rpm)

Kecepatan putaran mesin bubut adalah, kemampuan kecepatan putar mesin bubut untuk
melakukan pemotongan atau penyayatan dalam satuan putaran/menit. Maka dari itu untuk
mencari besarnya putaran mesin sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kecepatan potong
dan keliling benda kerjanya.

Nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka
komponen yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerjanya.
Dengan demikian rumus dasar untuk menghitung putaran mesin bubut adalah:

Cs= π.d.n Meter/menit

n= Cs/(π .d) Rpm

Karena satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan diameter benda
kerja dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu dengan
mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm.

Maka rumus untuk putaran mesin menjadi:

Keterangan:

d: diameter benda kerja (mm)

Cs: kecepatan potong (meter/menit)

π : nilai konstanta = 3,14.

Contoh :

1. Sebuah baja lunak berdiameter (Ø) 50 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong
(Cs) 70 meter/menit. Berapakah besar putaran mesinnya ?

Jawaban :

Besar putaran mesinya adalah:


 n = (1000 x 70)/(3,14 x 50)
 n = (70000 )/157
 n = 445,86 Rpm
Teknik Pemesinan
SMK Bhina Tunas Bakti Juwana

Jadi putaran kecepatan mesinnya adalah 445,86 Rpm

2. Sebuah baja lunak berdiameter (Ø) 3 inchi, akan dibubut dengan kecepatan potong
(Cs) 50 meter/menit. Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ?

Jawaban:

Satuan inchi bila dijadikan satuan mm harus dikalikan 25,4 mm. Dengan demikian
diamter (Ø) 3 inchi = 3 x 25,4 = 76,2 mm. Maka putaran mesinnya adalah:

n = (1000 x Cs)/(π x d)

= (1000 x 50)/(3,14 x 76,2)

= (50000 )/239,2

= 209 Rpm

Jadi putaran kecepatan mesinnya adalah 209 Rpm

Hasil perhitungan di atas pada dasarnya sebagai acuan dalam menyetel putaran mesin agar
sesuai dengan putaran mesin yang tertulis pada tabel yang ditempel di mesin tersebut.
Artinya, putaran mesin aktualnya dipilih dalam tabel pada mesin yang nilainya paling dekat
dengan hasil perhitungan di atas. Untuk menentukan besaran putaran mesin bubut juga dapat
menggunakan tabel yang sudah ditentukan berdasarkan perhitungan.

3. Kecepatan Pemakanan (Feed – F) – mm/menit

Kecepatan pemakanan atau penyayatan ditentukan dengan mempertim- bangkan beberapa


factor, diantaranya: kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-sudut sayat alat potong,
bahan alat potong, ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang akan digunakan.
Kesiapan mesin ini dapat diartikan, seberapa besar kemampuan mesin dalam mendukung
tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal.

Disamping beberapa pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya untuk


proses pengasaran ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggikarena tidak memerlukan
hasil pemukaan yang halus (waktu pembubutan lebih cepat), dan pada proses
penyelesaiannya/ finising digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan tujuan
mendapatkan kualitas permukaan hasil penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya halus
(waktu pembubutan lebih cepat).

Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin bubut ditentukan oleh seberapa besar
bergesernya pahat bubut (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa besar putaran
mesinnya (n) dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari kecepatan pemakanan (F)
adalah: F = f x n (mm/menit).

Keterangan:

f = besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)


Teknik Pemesinan
SMK Bhina Tunas Bakti Juwana

n= putaran mesin (putaran/menit)

Contoh 1:

Sebuah benda kerja akan dibubut dengan putaran mesinnya (n) 600 putaran/menit dan besar
pemakanan (f) 0,2 mm/putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar kecepatan
pemakanannya ?

Jawaban:

F=fxn

F = 0,2 x 600 = 120 mm/menit.

Pengertiannya adalah, pahat bergeser sejauh 120 mm, selama satu menit.

Contoh 2:

Sebuah benda kerja berdiameter 40 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25
meter/menit dan besar pemakanan (f) 0,2 mm/putaran.

Berapa besar kecepatan pemakanannya ?

Jawaban:

n = (1000 x Cs)/(π x d)

= (1000 x 25)/(π x d)

= 199,044 Rpm

= 199,044 ≈ 199 Rpm

F=fxn

= 0,2 x 199 = 39,8 mm/menit.

Pengertiannya adalah, pahat bergeser sejauh 39,8 mm, selama satu menit.

4. Waktu Pemesinan Bubut

Dalam membuat suatu produk atau komponen pada mesin bubut, lamanya waktu proses
pemesinannya perlu diketaui/ dihitung. Hal ini penting karena dengan mengetahui kebutuhan
waktu yang diperlukan, perencanaan dan kegiatan produksi dapat berjalan lancar. Apabila
diameter benda kerja, kecepatan potong dan kecepatan penyayatan/ penggeseran pahatnya
diketahui, waktu pembubutan dapat dihitung.
Teknik Pemesinan
SMK Bhina Tunas Bakti Juwana

1. Waktu Pemesinan Bubut Rata

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pemesinan bubut adalah, seberapa besar panjang
atau jarak tempuh pembubutan (L) dalam satuan mm dan kecepatan pemakanan (F) dalam
satuan mm/menit. Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa, panjang total pembubutan (L)
adalah panjang pembubutan rata ditambah star awal pahat (ℓa), atau: L total= ℓa+ ℓ (mm).

Untuk nilai kecepatan pemakanan (F), dengan berpedoman pada uraian sebelumnya F= f.n
(mm/putaran).

Gambar 4. Panjang pembubutan rata

Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan

waktu pemesinan bubut rata (tm) dapat dihitung dengan rumus:.

Waktu pemesinan bubut rata (tm)

= (Panjang pembubutan rata (L)mm) / (Kecepatan Pemakanan (F)mm/menit) Menit

tm = L/F Menit

L = ℓa+ ℓ (mm).

F= f.n (mm/putaran).

Keterangan:

f = pemakanan dalam satau putaran (mm/put)

n = putaran benda kerja (Rpm)

ℓ = panjang pembubutan rata (mm)

la = jarak star pahat (mm)

L = panjang total pembubutan rata (mm)

F = kecepatan pemakanan mm/menit


Teknik Pemesinan
SMK Bhina Tunas Bakti Juwana

Contoh soal 1:

Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D)= 40 mm akan dibubut rata menjadi (d)= 30
mm sepanjang (ℓ)= 65, dengan jarak awal pahat (la)= 4 mm. Data-data parameter
pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Putaran mesin (n)= 400 putaran/menit, dan
pemakanan mesin dalam satu putaran (f)= 0,05 mm/putaran. Berapa waktu yang diperlukan
untuk melakukan proses pembubutan rata sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan
satu kali pemakanan/proses?.

Jawaban soal 1:

L = ℓa+ ℓ

= 65+4 = 69 mm

F = f.n

= 0,05 x 400

= 20 mm/menit

tm = L/F menit

tm = 69/20 menit = 3,45 menit

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan rata sesuai data diatas adalah selama
3,45 menit.

Contoh soal 2:

Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D)= 30mm akan dibubut rata menjadi (d)=
30mm sepanjang (ℓ)= 70, dengan jarak awal pahat (ℓa)= 4 mm. Data-data parameter
pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan potong (Cs)= 25 meter/menit, dan
pemakanan mesin dalam satu putaran (f)= 0,04 mm/putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa
waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pembubutan rata sesuai data diatas, apabila
pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses?.

Jawaban soal 2:

n = (1000 x Cs)/(π x d)

= (1000 x 25)/(3,14 x 30)

= 25000 / 94,2

= 265,393 ≈ 265 Rpm


Teknik Pemesinan
SMK Bhina Tunas Bakti Juwana

L = ℓa+ ℓ

= 70+4 = 74 mm

F = f.n

= 0,04 x 265 = 10,6 mm/menit

tm = L/F menit

tm = 74/10,6 menit = 6,981 menit

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan rata sesuai data diatas

adalah selama 6,981 menit.

2. Waktu Pemesinan Bubut Muka (Facing)

Perhitungan waktu pemesinan bubut muka pada prinsipnya sama dengan menghitung waktu
pemesinan bubut rata, perbedaannya hanya terletak pada arah pemakanan yaitu melintang.
Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa, panjang total pembubutan (L) adalah panjang
pembubutan muka ditambah posisi awal pahat (ℓa), sehingga:

L = r + ℓa = d/2 + ℓa

Untuk nilai kecepatan pemakanan (F), dengan mengacu pada uraian sebelumnya F= f.n
(mm/putaran).

Gambar 5. Panjang Langkah pembubutan muka

Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pemesinan
bubut muka (tm) dapat dihitung dengan rumus:

tm = L/F menit

L = r + ℓa = d/2+ℓa mm

F= f.n mm/menit
Teknik Pemesinan
SMK Bhina Tunas Bakti Juwana

Keterangan:

d= diameter benda kerja

f= pemakanan dalam satu putaran (mm/putaran)

n= putaran benda kerja (Rpm)

ℓ= panjang pembubutan muka (mm)

ℓa= jarak star pahat (mm)

L= panjang total pembubutan muka (mm)

F= kecepatan pemakanan setiap (mm/menit)

Contoh soal 1:

Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D)= 50 mm akan dibubut


muka dengan jarak star pahat (ℓa)= 3 mm. Data parameter pemesinannya
ditetapkan sebagai berikut: Putaran mesin (n)= 500 putaran/menit, dan pemakanan
dalam satu putaran (f)= 0,06 mm/putaran.
Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses
pembubutan muka sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali
pemakanan/proses ?.

Jawaban soal 1:

L= d/2+ℓa mm

L = 50/2+3 mm

F = f.n = 0,06 x 500= 30 mm/menit

tm = L/F menit

tm = 28/30 menit = 0,94 menit

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan muka sesuai data diatas adalah selama 0,94
menit.

Contoh soal 2:

Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D)= 60 mm akan dibubut


muka dengan jarak star pahat (ℓa)= 3 mm. Data parameter pemesinannya
ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan potong (Cs)= 35 meter/menit, dan pemakanan
Teknik Pemesinan
SMK Bhina Tunas Bakti Juwana

dalam satu putaran (f)= 0,08 mm/putaran.


Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses
pembubutan muka sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali
pemakanan/proses ?.

Jawaban soal 2:

n = (1000 x Cs)/(π x d)

= (1000 x 35)/(π x 60)

= 185,774=186 Rpm = 185,774 ≈ 186 Rpm

L = d/2+ℓa mm

= 70/2+3 mm = 38 mm

F = f.n

= 0,08 x 186

= 14,88 mm/menit

tm = L/F menit

tm = 38/14,88 menit = 2,553 menit

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan muka sesuai data diatas

adalah selama 2,553 menit.

3. Waktu Pengeboran Pada Mesin Bubut

Perhitungan waktu pengeboran pada mesin bubut, pada prinsipnya sama dengan menghitung
waktu pemesinan bubut rata dan bubut muka. Perbedaannya hanya terletak pada jarak posisi
ujung mata bornya. Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa, panjang total pengeboran (L)
adalah panjang pengeboran (ℓ) ditambah star awal mata bor (ℓa= 0,3 d), sehingga: L= ℓ +
0,3d (mm). Untuk nilai kecepatan pemakanan (F) mengacu pada uraian sebelumnya F= f.n
(mm/putaran).

Gambar 5. Panjang langkah pengeboran


Teknik Pemesinan
SMK Bhina Tunas Bakti Juwana

Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan waktu


pengeboran (tm) dapat dihitung dengan rumus:

tm = L/F menit

L= ℓ + 0,3d (mm).

F= f.n (mm/putaran)

Keterangan:

ℓ= panjang pengeboran

L= panjang total pengeboran

d= diameter mata bor

n= putaran mata bor (Rpm)

f= pemakanan (mm/putaran)

Contoh soal 1:

Sebuah benda kerja akan dilakukan pengeboran sepanjang 28 mm dengan mata bor
berdiameter 10 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Putaran
mesin (n)= 700 putaran/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f)= 0,04 mm/putaran.
Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan pengeboran pada mesin bubut sesuai data
diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses ?

Jawab soal 1 :

L = ℓ + 0,3 d

= 28 + (0,3 . 10) = 31 mm

F = f.n

= 0,04 x 700

= 28 mm/menit

tm = L/F menit

tm = 31/28 menit = 1,107 menit

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pengeboran sesuai data diatas adalah selama 1,107 menit.
Teknik Pemesinan
SMK Bhina Tunas Bakti Juwana

Contoh soal 2:

Sebuah benda kerja akan dilakukan pengeboran sepanjang 40 mm dengan mata bor
berdiameter 10mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan
potong (Cs)= 25 meter/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f)= 0,04 mm/putaran.
Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan pengeboran pada
mesin bubut sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses ?

Jawab soal 2 :

n = (1000 x Cs)/(π x d)

= (1000 x 25)/(π x 10)

= 796,178 ≈ 796 Rpm

L = ℓ + 0,3 d

= 28 + (0,3 . 10) = 31 mm

F = f.n

= 0,04 x 796

= 31,84 mm/menit

tm = L/F menit

tm = 31/31,84 menit = 0,973 menit

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pengeboran sesuai data diatas adalah selama 0,973 menit

Anda mungkin juga menyukai