Anda di halaman 1dari 6

A.

Kegiatan Belajar
a. Parameter Pemotongan
10Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik dapat menentukan:
1) Kecepatan potong (Cutting speed - Cs)
2) Kecepatan putar mesin (Rpm),
3) Kecepatan pemakanan (Feed)
4) Waktu pemesinan

11 Difinisi Parameter Pemotongan


Yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada mesin bubut adalah, informasi
berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel dalam medasari teknologi
proses pemotongan/penyayatan pada mesin bubut diantaranya: kecepatan potong
(Cs), kecepatan putaran mesin (Revolotion Per-Menit), kecepatan pemakanan
termasuk waktu proses pemesinannya.

12 Kecepatan potong (Cutting speed) – Cs


Yang dimaksud dengan kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong
menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu
(meter/menit atau feet/menit).
Pada gerak putar seperti mesin bubut, mesin frais dan mesin bor, kecepatan potong
(Cs) adalah keliling kali putaran atau Cs = π.d.n Meter/menit
Dimana:
d : diameter pisau/benda dalam satuan mm.
n : kecepatan putaran pisau/benda kerja dalam satuan putaran/menit.
π : nilai konstanta
Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum, sudah
teliti/diselidiki para ahli dan sudah ditabelkan. Sehingga dalam penggunaannya
tinggal menyesuaikan antara jenis bahan yang akan dibubut dan jenis alat potong
yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-bahan khusus/spesial, tabel Cs-nya
dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan tersebut.
Pada tabel Cs juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Yang pada umumnya,
bahan alat potong dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu HSS (High Speed Steel)
dan karbida (carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan alat potong
yang bahannya karbida, kecepatan potongnya lebih cepat jika dibandingkan dengan
alat potong HSS (Tabel 4.1)
Tabel 4.1 Kecepatan Potong Bahan

Pahat Bubut HSS Pahat Bubut Karbida


Bahan
m/men Ft/min M/men Ft/min
Baja lunak (Mild
18 – 21 60 – 70 30 – 250 100 – 800
Steel)
Besi Tuang (Cast
14 – 17 45 – 55 45 - 150 150 – 500
Iron)
Perunggu 21 – 24 70 – 80 90 – 200 300 – 700

Tembaga 45 – 90 150 – 300 150 – 450 500 – 1500

Kuningan 30 – 120 100 – 400 120 – 300 400 – 1000

Aluminium 90 - 150 300 - 500 90 - 180 300 – 600

13 Kecepatan Putaran Mesin (Revolotion Per Menit) - Rpm


Yang dimaksud kecepatan Putaran Mesin adalah, kemampuan kecepatan putaran
mesin dalam satu menit. Dalam hal ini mengingat nilai kecepatan potong untuk
setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka komponen yang bisa diatur
dalam proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerja. Dengan demikian
rumus untuk menghitung putaran adalah:
Cs = π.d.n Meter/menit
Cs
n= Rpm (2-1)
π .d
Karena satuan Cs dalam meter/menit, sedangkan satuan diameter pisau/benda
kerja dalam millimeter, maka rumus untuk putaran mesin menjadi:
1000. Cs
n= Rpm (2-2)
π .d

Contoh:
Diketahui: Baja lunak  80, akan dibubut dengan Cs = 35 m/menit. Hitung:
Kecepatan putaran mesinnya!
Jawab:
1000. Cs 1000.35
n= =
π .d 3,14.80
n = 139,33 ≈ 139 Rpm
Jadi kecepatan putaran mesinnya sebesar 139 Rpm.

Hasil perhitungan di atas pada dasarnya sebagai acuan dalam menyetel putaran
mesin agar sesuai dengan putaran mesin yang tertulis pada tabel yang ditempel di
mesin tersebut. Artinya, putaran mesin aktualnya dipilih dalam tabel pada mesin
yang nilainya paling dekat dengan hasil perhitungan di atas.
Untuk menentukan besaran putaran mesin, juga dapat menggunakan tabel,
sebagaimana dapat dilihat pada (Tabel 4.2) dibawah ini.

Tabel 4.2 Daftar tabel kecepatan putaran mesin bubut/ bor per-menit
14 Kecepatan Pemakanan (Feeding)-S

Kecepatan pemakanan/ingsutan ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa


factor diantaranya, kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-sudut sayat
alat potong, bahan alat potong, ketajaman alat potong, juga kesiapan mesin yang
akan dipakai. Kesiapan mesin ini dapat diartikan juga seberapa mampu mesin
tersebut dapat mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal.

Disamping beberapa pertimbangan diatas, kecepatan pemakanan pada umumnya


untuk proses pengasaran, ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggi. Dan pada
proses penyelesaiannya digunakan kecepatan pemakanan rendah, agar supaya
kualitas permukaan hasil penyayatannya menjadi lebih baik.

Pada mesin bubut, sudah dipasang tabel pemakanan atau lebih tepatnya disebut
besar pemakanan dalam satuan mm/putaran. Jadi, misalnya pada mesin disetel
besar pemakannya 0,02; artinya pahat akan bergeser 0,02 mm apabila benda kerja
berputar 1(satu) kali putaran. Makin pendek pergeseran pahat tiap kali putaran
benda kerja, kekasarannya makin rendah atau lebih halus. Tabel besar pemakanan
pada mesin baru berlaku jika mesin bubut tersebut dijalankan dengan cara/mode
otomatis.

Menghitung kecepatan pemakanan/ feeding= F (mm/menit)


F (mm/men) = f (mm/putaran) x n ( put/menit)
(4-3)
Dimana:
F= bergesernya pahat (mm) dalam satu putaran.
N= putaran mesin (Rpm)

Contoh :
Ditentukan n= 500 putaran/menit, f pada tabel dimesin disetel 0,2 mm/putaran.
Berapa kecepatan pemakanannya (F mm/menit)!.
Jawab:
f= 0,2 mm/putaran x 500 putaran/menit = 100 mm/menit.
Pengertiannya adalah, pahat bergeser sejauh 100 mm sepanjang satu menit.

15 Waktu Pemesinan Bubut


Dalam memproduksi suatu produk/benda kerja pada mesin bubut, lama waktu
proses pemesinannya perlu diketahui/dihitung. Hal ini penting karena dengan
mengetahui kebutuhan waktu yang diperlukan, perencanaan dan kegiatan produksi
dapat berjalan lancar. Apabila diameter benda kerja, kecepatan potong dan
kecepatan penyayatan/ penggeseran pahatnya diketahui, waktu pembubutan dapat
dihitung.

1. Waktu Pemesinan Pembubutan Rata


L
l la

L= l + la
Benda Kerja

Gambar 4.1kerja
Panjang langkah pembubutan rata.

Berdasarkan prinsip kerja mesin bubut sebagaimana diuraikan pada bab sebelumya
dan gambar diatas, untuk mencari waktu pembubutan rata dapat dihitung dengan
rumus:

panjang pembubutan (L ) mm
waktu pemesinan= menit
Feeding ( S ) mm/ me nit
(4-4)

Dimana: L= la+l dan S= s.n; maka:

(4-5)

s = pemakanan setiap putaran (mm/put)


n = putaran benda kerja (Rpm)
l = panjang benda yang dibubut (mm)
la = kebebasan muka (mm)
L = jarak tempuh pahat (mm)
S = kecepatan pemakanan setiap menit (s.n)
Contoh :
D = 40 mm la = 5 mm
d = 30 mm n = 400 putaran/menit
l = 45 mm s = 0,05 mm/put
Hitung waktu pemesinan, apabila pemakanan 1 kali jalan!.
Jawab:

Anda mungkin juga menyukai