1) Kecepatan potong
Gerakan utama pada pembubutan ialah gerakan perputaran benda kerja. Karena
kecepatan gerakan utama sama dengan kecepatan sayat maka kecepatan sayat
pada pembubutan adalah kecepatan melingkar.
Vc = . d . n
Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum sudah diselidiki
para ahli dan sudah ditabelkan. Sehingga, dalam penggunaannya tinggal
menyesuaikan antara jenis bahan yang akan dibubut dengan Vc bahan tersebut
pada tabel Vc bahan.
Untuk bahan-bahan khusus / spesial tabel Vc-nya dikeluarkan oleh pabrik pembuat
bahan tersebut.
Pada tabel Vc juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Biasanya, dikelompokkan
menjadi 2 macam bahan alat potong yakni HSS (=High Speed Steel) dan karbida
(=carbide) .
Dari tabel Vc berikut terlihat bahwa dengan alat potong berbahan karbida kecepatan
potongnya lebih cepat dibandingkan dengan alat potong HSS.
2) Kecepatan Pemakanan
Kecepatan pemakanan /ingsutan ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa
faktor seperti kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-sudut sayat alat
potong, bahan alat potong, ketajaman alat potong, juga kesiapan mesin yang akan
dipakai. Kesiapan mesin ini dapat diartikan juga seberapa mampu mesin tersebut
dapat mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal.
Disamping beberapa pertimbangan di atas, umumnya ditentukan juga kecepatan
pemakanan tinggi untuk proses pengasaran dan pada proses penyelesaiannya
digunakan kecepatan pemakanan rendah supaya kualitas permukaan hasil
penyayatannya menjadi lebih bagus.
Pada mesin bubut, sudah dipasang tabel kecepatan pemakanan atau lebih tepatnya
disebut besar pemakanan dalam satuan mm/putaran. Jadi, misalnyaa pada mesin
itu disetel besar pemakan 0,2 artinya pahat akan bergeser 0,2 mm jika benda kerja
berputar 1 kali putaran.
Makin pendek pergeseran pahat tiap kali putaran benda kerja maka kekasarannya
makin rendah atau lebih halus.
Tabel besar pemakanan pada mesin baru berlaku jika mesin bubut tersebut
dijalankan dalam mode otomatis.
Menghitung kecepatan pemakanan (=F dari kata Feeding )
F (mm/men) = F (mm/put) x n ( put/men)
Contoh :
Hasil perhitungan ditentukan n = 500 put/men F dimesin disetel pada 0,2 mm/put
Berapa kecepatan pemakanannya (F dalam mm/men)
Perhitungan :
F= 0,2 mm/put x 500 put/men = 100 mm/men
Cara penyetelan :
(1) Cari pada Tabel Kecepatan Putaran Mesin angka yang mendekati 557,6 yaitu 510 ;
lalu perhatikan gambar tuas-tuas di atas dan di bawah angka itu.
(2) Setel tuas di atas mesin yang sebelah kiri ke kiri dan yang sebelah kanan ke kanan (
caranya : tekan tuas ke bawah lalu diarahkan pemegangnya ke kiri atau ke kanan ).
(3) Setel tuas kecepatan putaran mesin yang ada di bagian depan mesin ke kanan
( Caranya : tekan tuas ke depan dan geser pemegangnya ke kanan ).
Cara penyetelan :
(1) Carilah angka 0,2 atau dalam tabel 0.20
(2) Tarikan garis ke kiri bertemu huruf C, lalu setel tuas 1 ( atas ) ke huruf C ;
(3) Tarik garis dari angka 0.20 tersebut ke atas bertemu angka 2, lalu setel tuas 2
(bawah) ke angka 2 ;
(4) Lihat kembali ke tabel dimana angka 0.20 berada. Pada kolom sebelah kiri angka
tersebut ada gambar susunan roda gigi yang harus disetel untuk menghasilkan
besar pemakanan disetel untuk menghasilkan besar pemakanan 0,2 mm/put
tersebut, yaitu 35 120 30.
(5) Bukalah kotak gigi (= gear box ) disamping mesin dan setel gigi-giginya menjadi 35
120 - 30 dengan susunan seperti tergambar apda tabel.
Penyetelan gigi-gigi dan tuas-tuas seperti diatas mesin harus dalam keadaan
berhenti.