Anda di halaman 1dari 68

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

A. Identitas

Nama Sekolah : SMK Negeri 5 Medan


Kelas/Semester : XI (sebelas) / I (satu)
Pertemuan ke : 1–2
Alokasi Waktu : 8 x 45 Menit
Standard Kompetensi : Teknik Permesinan Bubut
Kode Standark Kompetensi : (014. KK 08)
Kompetensi Dasar : 1. Mempersiapkan mesin

Indikator : 1. Perkakas dipasang dengan benar menggunakan prosedur


pengoperasian .
2. Mesin dioperasikan secara tepat sesuai pekerjaan dan
material yang diperlukan

Nilai dan Materi yang Terintegrasikan pada Nilai Karakter Budaya Bangsa :
Mandiri, Kejujuran, Disiplin, Kerja keras, Rasa ingin tahu, Komunikatif dan tanggung jawab
Nilai dan Materi yang Terintegrasikan pada Nilai Kewirausahaan :
Kreatif, Komunikasi, Rasa ingin tahu dan Kejunuran

B. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menghitung Kecepatan putaran mesin
2. Siswa dapat menghitung Kecepatan potong
3. Siswa dapat menghitung Kecepatan Pemakanan
4. Siswa dapat menghitung Menyetel kecepatan putar, potong, dan kecepatan pemakanan
pada mesin.
5. Siswa dapat menghitung Identifikasi peralatan cekam dan alat bantu pembubutan.

C. Materi Pembelajaran
1) Kecepatan Putaran Mesin
Faktor penentu untuk penghitungan kecepatan putaran mesin ialah :
a) Kecepatan Potong (Vc) bahan yang akan dibubut.
b) Diameter bahan yang akan dibubut (d)
Kecepatan putaran mesin (n) adalah kecepatan potong Bahan (Vc) dibagi dengan
keliling bahan tersebut.
Jadi,
Vc
n =
d
Standar penulisan satuan Vc untuk metrik dalam m/menit (=m/men) dan satuan
imperialnya dalam ft/min ( feet / minute)
Untuk satuan metrik :
n = Vc (m.men) .
 d (mm)

n = Vc (m/men) x 1000. put/men


 d (mm)

Catatan : Satuan put/men atau putaran/menit sering diganti dengan


RPM (= Revolution Per Minute)

Untuk satuan imperial :

Vc (ft/men)
n =
 d (inch)

Vc 12 (inch/men)
n =    3
 d (inch)

4. Vc
n = RPM
d

Contoh perhitungan :
Diketahui : Baja Lunak (Vc = 35 m / men )  20 mm akan dibubut dengan pahat
HSS
Hitung : Kecepatan Putaran mesin

Perhitungan :

Vc (m/men) x 1000. 35 . 1000.


n = =
 d (mm) 3,14 . 20

n = 557,6 put/men
Hasil perhitungan di atas pada dasarnya untuk membuat menyetel putaran mesin agar
sesuai dengan putaran mesin yang tertulis pada tabel yang ditempel di mesin tersebut.
Artinya, putaran mesin aktualnya dipilih dalam tabel pada mesin yang nilainya paling
dekat dengan hasil perhitungan di atas.

Misalnya, pada mesin tersedia putaran 500,550,600, maka dipilih yang mendekati
yaitu 550 put/men.

2) Kecepatan potong
Gerakan utama pada pembubutan ialah gerakan perputaran benda kerja. Karena
kecepatan gerakan utama sama dengan kecepatan sayat maka kecepatan sayat pada
pembubutan adalah kecepatan melingkar.

Vc =  . d . n
Dimana :
Vc = Kecepatan potong dalam m/menit
(satuan metrik) atau dalam ft/min ( satuan imperial)
d = Diameter benda kerja dalam mm (Metrik ) atau inchi ( imperial)
n = Jumlah putaran benda kerja dalam put / men atau RPM

Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum sudah diselidiki
para ahli dan sudah ditabelkan. Sehingga, dalam penggunaannya tinggal
menyesuaikan antara jenis bahan yang akan dibubut dengan Vc bahan tersebut pada
tabel Vc bahan.
Untuk bahan-bahan khusus / spesial tabel Vc-nya dikeluarkan oleh pabrik pembuat
bahan tersebut.

Pada tabel Vc juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Biasanya, dikelompokkan
menjadi 2 macam bahan alat potong yakni HSS (=High Speed Steel) dan karbida
(=carbide) .

Dari tabel Vc berikut terlihat bahwa dengan alat potong berbahan karbida kecepatan
potongnya lebih cepat dibandingkan dengan alat potong HSS.
Tabel 2.3. Kecepatan Potong Bahan
HSS Karbida
Bahan
m/men Ft/min M/men Ft/min
Baja lunak
18 – 21 60 – 70 30 – 250 100 – 800
(Mild Steel)
Besi Tuang (Cast Iron) 14 – 17 45 – 55 45 - 150 150 – 500
Perunggu 21 – 24 70 – 80 90 – 200 300 – 700
Tembaga 45 – 90 150 – 300 150 – 450 500 – 1500
Kuningan 30 – 120 100 – 400 120 – 300 400 – 1000
Aluminium 90 - 150 300 - 500 90 - 180 300 – 600

3) Kecepatan Pemakanan
Kecepatan pemakanan /ingsutan ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa
faktor seperti kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-sudut sayat alat potong,
bahan alat potong, ketajaman alat potong, juga kesiapan mesin yang akan dipakai.
Kesiapan mesin ini dapat diartikan juga seberapa mampu mesin tersebut dapat
mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal.
Disamping beberapa pertimbangan di atas, umumnya ditentukan juga kecepatan
pemakanan tinggi untuk proses pengasaran dan pada proses penyelesaiannya
digunakan kecepatan pemakanan rendah supaya kualitas permukaan hasil
penyayatannya menjadi lebih bagus.
Pada mesin bubut, sudah dipasang tabel kecepatan pemakanan atau lebih tepatnya
disebut besar pemakanan dalam satuan mm/putaran. Jadi, misalnyaa pada mesin itu
disetel besar pemakan 0,2 artinya pahat akan bergeser 0,2 mm jika benda kerja
berputar 1 kali putaran.
Makin pendek pergeseran pahat tiap kali putaran benda kerja maka kekasarannya
makin rendah atau lebih halus.
Tabel besar pemakanan pada mesin baru berlaku jika mesin bubut tersebut dijalankan
dalam mode otomatis.
Menghitung kecepatan pemakanan (=F dari kata Feeding )
F (mm/men) = F (mm/put) x n ( put/men)
Contoh :
Hasil perhitungan ditentukan n = 500 put/men F dimesin disetel pada 0,2 mm/put
Berapa kecepatan pemakanannya (F dalam mm/men)
Perhitungan :
F= 0,2 mm/put x 500 put/men = 100 mm/men

4) Menyetel kecepatan putar, potong, dan kecepatan pemakanan pada mesin.


a) Menyetel kecepatan putar.
Penyetelan tuas-tuas pengatur kecepatan putaran mesin sangat spesifik pada tiap
merek atau pun tipe mesin bubut yang akan digunakan. Contoh, pada mesin bubut
Colchester tipe Bantam akan disetel pada putan mesin (sumbu utama/spindel) hasil
perhitungan 557,6 put/men.
Cara penyetelan :
(1) Cari pada Tabel Kecepatan Putaran Mesin angka yang mendekati 557,6 yaitu
510 ; lalu perhatikan gambar tuas-tuas di atas dan di bawah angka itu.
(2) Setel tuas di atas mesin yang sebelah kiri ke kiri dan yang sebelah kanan ke
kanan ( caranya : tekan tuas ke bawah lalu diarahkan pemegangnya ke kiri atau
ke kanan ).
(3) Setel tuas kecepatan putaran mesin yang ada di bagian depan mesin ke kanan
(Caranya : tekan tuas ke depan dan geser pemegangnya ke kanan ).

Penyetelan tuas-tuas tersebut mesin dalam keadaan berhenti.


Gambar 2. Posisi tuas pengatur kecepatan putaran mesin
dan tabel putarannya

b) Menyetel kecepatan pemakanan


Menyetel kecepatan pemakanan identik dengan menyetel besarnya pemakanan
pada putaran mesin tertentu.

Gambar . Posisi tuas pengatur gigi dan tabel besarnya pemakanan

Misalnya, akan disetel besar pemakanan 0,2 mm/put


Cara penyetelan :
(1) Carilah angka 0,2 atau dalam tabel 0.20
(2) Tarikan garis ke kiri bertemu huruf C, lalu setel tuas –1 ( atas ) ke huruf C ;
(3) Tarik garis dari angka 0.20 tersebut ke atas bertemu angka 2, lalu setel tuas –
2 (bawah) ke angka 2 ;
(4) Lihat kembali ke tabel dimana angka 0.20 berada. Pada kolom sebelah kiri
angka tersebut ada gambar susunan roda gigi yang harus disetel untuk
menghasilkan besar pemakanan disetel untuk menghasilkan besar pemakanan
0,2 mm/put tersebut, yaitu 35 – 120 – 30.
(5) Bukalah kotak gigi (= gear box) disamping mesin dan setel gigi-giginya
menjadi 35 –120 - 30 dengan susunan seperti tergambar apda tabel.

Penyetelan gigi-gigi dan tuas-tuas seperti diatas mesin harus dalam keadaan
berhenti.

5) Peralatan cekam dan alat bantu pembubutan


Pada pembubutan diperlukan peralatan cekam dan peralatan bantu lainnya yang
fungsinya dapat menunjang pada proses permesinannya.

Misalnya, akan membesarkan lubang pada mesin bubut. Prosesnya, alat potong masuk
dari ujung benda kerja, maka alat cekam yang cocok dapat digunakan cekam bubut
rahang tiga.

Demikian juga, untuk mengebor, merimer, ataupun memotong benda kerja, cocok
menggunakan cekam bubut rahang tiga, Untuk proses pengulir, selain diperlukan
cekam bubut, jika bagian yang akan diulir cukup panjang atau diperkirakan akan
melinting saat diulir, perlu didukung dengan senter jalan pada ujung benda kerja
tersebut.

6) Penggunaan alat cekam, dan alat bantu pembubutan


a) Penggunaan cekam bubut
Cara pemasangan pada mesin :
(1) Lihat pada sumbu utama mesin (spindel) dengan kunci leher arahkan garis
pada pen pengunci segaris dengan garis yang ada pada rumahnya. Lakukan
hal yang sama pada pen-pen yang lainnya
(2) Ambil cekam bubut, masukkan bagian pen yang menempel dibelakang
cekam tersebut, kedalam lubang pen yang ada pada sumbu utama.
(3) Kunci pen pengunci dengan cara memutarnya hingga garis tidak lagi segaris
dengan garis yang ada pada rumahnya lalukan untuk semua pen.
Gambar 2.31. Pemasangan cekam bubut

b) Penggunaan senter putar kepala lepas


Cara pemasangan pada mesin :
(1) Ambil senter putar/senter jalan dengan ukuran ketirusan batangnya sama
dengan ketirusan lubang barrel kepala lepas ;
(2) Masukkan batang senter tersebut ke dalam lubang barrel, lalu ditekan
(3) Periksa dengan diputar bahwa ujung senter saja yang berputar sedangkan
batang senter tersebut tidak.
Gambar 2.32. Pemasangan senter putar pada kepala lepas

D. Metoda Pembelajaran
 Ceramah
 Tanya jawab
 Pengamatan
 Demonstrasi
 Tugas-tugas
E. Langkah Langkah Kegiatan
1. Kegiatan Awal
- Salam pembuka
- Mengebsen siswa
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti
- Guru menjelaskan fungsi, cara perawatan pelumasan
- Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang diterangkan
- Guru menerangkan kembali yang belum dimengerti
- Siswa mendengarkan dan menyimak materi pelajaran

3. Kegiatan Akhir
- Kesimpulan
- Evaluasi
F. Bahan /Sumber Belajar
- Lag top, Elcd
- Spidol, white board
- Modul

G. Penilaian
- Test tertulis
- Test lisan
- Tugas-tugas
- Soal esay test
Tes
1) Sebutkan dua faktor untuk menentukan kecepatan putaran mesin.
2) Diketahui suatu bahan mempunyai kecepatan potong 90 m/men, dan diameter bahan
tersebut 30 mm. Berapa kecepatan putaran mesin yang sesuai untuk membubut
bahan tersebut ?
3) Apa yang dimaksudkan dengan kecepatan potong ?
4) Jenis bahan alat potong mana yang mampu memotong dengan kecepatan potong
lebih tinggi, HSS atau karbida ?
5) Sebutkan tiga faktor untuk menentukan kecepatan pemakanan.
6) Diketahui suatu bahan Vc = 100 m/men ; besar penyayatan (F) = 0,5 mm/put.
7) Hitung kecepatan pemakanan (F) dalam mm/men, bila diameter bahan 25 mm.

e. Jawaban Tes
1) Kecepatan potong bahan (Vc) dan diameter bahan (d).
2)
Vc (m/men) x 1000.
n =  d (mm) put/men

90 . 1000 .
n = put/men
3,14 . 30

n = 955,4 put/men

3) Kecepatan potong adalah kecepatan melingkar


4) Karbida
5) Kekerasan bahan ; kedalaman penyayatan ; dan bahan alat potong.
6) F ( mm/men) = n (put/men) x F ( mm/put)
n = Vc.1000 = 100 . 1000 = 1273,9 Put/men

d 3,14 . 25

F (mm/men) = n (put/men) x F (mm/put)


= 1273,9 x 0,5
= 636,95
= 637 mm/men
Pedoman Penilaian


Skor yang
No Aspek Indikator Skor maks Ket
dicapai
1 Soal No.1 Terjawab benar 20
2 Soal No.2 Terjawab benar 40
3 Soal No.3 Terjawab benar 40
Jumlah skor maksimal 100
Jumlah skor minimal lulus 70
Jumlah skor yang dapat dicapai
lulus/ tidak
Kesimpulan
lulus

Skor perolehan

𝑠𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Skor Maksimal (100)


Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
A= 80– 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D= ‹ 60 : Kurang

Remedial dan Pengayaan


a. Bagi peserta didik yang belum memperoleh nilai KKM 70 akan mengikuti remedial
b. Bagi siswa yang memperoleh nilai 70 – 80 akan diberikan pengayaan

NB : Remedial dan pengayaan disusun dalam dokumen tersendiri.

Medan, November 2017


Diketahui Oleh,
Kepala SMK Negeri 5 Medan Guru Mata Pelajaran

Drs, Maraguna Nasution, MAP Hasudungan Siahaan


NIP. 19660902 199512 1 001 NIP. 19651117 199010 1 001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

A. Identitas

Nama Sekolah : SMK Negeri 5 Medan


Kelas/Semester : XI (sebelas) / I (satu)
Pertemuan ke : 3–6
Alokasi Waktu : 10 x 45 Menit
Standard Kompetensi : Teknik Permesinan Bubut
Kode Standark Kompetensi : (014. KK 08)
Kompetensi Dasar : 1. Mempersiapkan mesin

Indikator : 1. Menerapkan parameter pemotongan mesin bubut.


2. menggunakan parameter pemotongan mesin bubut untuk
berbagai jenis pekerjaan

Nilai dan Materi yang Terintegrasikan pada Nilai Karakter Budaya Bangsa :
Mandiri, Kejujuran, Disiplin, Kerja keras, Rasa ingin tahu, Komunikatif dan tanggung jawab
Nilai dan Materi yang Terintegrasikan pada Nilai Kewirausahaan :
Kreatif, Komunikasi, Rasa ingin tahu dan Kejunuran

B. Tujuan Pembelajaran
6. Siswa dapat menerapkan parameter pemotonga mesin bubut
7. Siswa dapat menggunakan parameter pemotongan mesin bubut untuk berbagai jenis
pekerjaan

C. Materi Pembelajaran

A. Rumus Perhitungan Mesin Bubut

Proses bubut atau turning masih banyak digunakan didalam industri dewasa ini, begitu juga
di Indonesia, berikut adalah rumus-rumus penting yang digunakan untuk menghitung berbagai
parameter permesinan dari mesin bubut
a. Definisi

n : putaran spindle (rpm)


fn : pemakanan (mm)
ap: kedalaman pemotongan (mm)
perlu diperhatikan arah dari proses pengerjaan bila memulai perhitungan, kenali dahulu
proses apa yang terjadi apakah facing, atau proses pemakanan ke arah spindle ataukah
pembuatan groove. bila perhitungan untuk groove maka lebar dari pahat/cutting tool adalah
kedalaman pemotongan. sedangkan proses perhitungan untuk taper dapat didekati dengan
metode trapesium, metode yang lebih baik tentunya dengan menghitung setiap pergerakan
cutting tool.

Kecepatan Pemotongan
dihitung dari putaran per menit terhadap diameter benda kerjanya, sering juga disebut
dengan kecepatan pada permukaan

n = putaran benda kerja (rpm)


D = Diameter benda kerja (mm)
Vc = kecepatan pemotongan (m/menit)

Kecepatan Putaran Benda Kerja (RPM)


dihitung dari jumlah putaran setiap menitnya, konstanta 1000 adalah perubahan dari mm ke
meter

Metal removal rate


dihutng dari kecepatan pemotongan, dikalikan dengan kedalaman pemotongan dan
pemakanannya,Vc = Kecepatan pemotongan (m/menit), sedangkan simbol lainya sama artinya
dengan sebelumnya.

Kebutuhan Daya (Net Power)


perhitungan daya yang dibutuhkan (Pc) dalam kilowatt sebenarnya dapat dicari secara analitis
maupun secara empiris, umumnya didapatkan dengan mengasumsikan besarnya daya adalah 80
% dari daya motor, sedangkan proses perhitungan didapatkan dari

dengan kc adalah gaya potong spesifik, Kc dihitung dengan

dengan Y0 adalah sudut chip, dan hm adalah ketebalan chip(mm) perhatikan gambar berikut,
bila menggunakan insert untuk pemotongan bubut, maka pemilihan parameter sedikit berbeda,
meskipun secara pengertian sama persis apa yang harus dihitung

b. Lama Waktu Pemotongan

dengan lm adalah panjang benda kerja yang dipotong, untuk benda berbentuk lurus tentunya
mudah bukan, namun untuk benda berbentuk tirus, panjang benda kerja dihitung dengan

Dm1 = diameter terbesar, Dm2=diameter terkecil, semua satuan dalam mm

MENGENAL PROSES BUBUT


(TURNING)
Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin
berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin bubut. Prinsip dasarnya dapat
didefinisikan sebagai proses pemesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata:

• Dengan benda kerja yang berputar


• Dengan satu pahat bermata potong tunggal (with a single-point cutting tool)
• Dengan gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu sehingga akan
membuang permukaan luar benda kerja
Proses bubut permukaan adalah proses bubut yang identik dengan proses bubut rata,
tetapi arah gerakan pemakanan tegak lurus terhadap sumbu benda kerja. Proses bubut tirus )
sebenarnya identik dengan proses bubut rata di atas, hanya jalannya pahat membentuk sudut
tertentu terhadap sumbu benda kerja. Demikian juga proses bubut kontur, dilakukan dengan cara
memvariasi kedalaman potong, sehingga menghasilkan bentuk yang diinginkan. Walaupun
proses bubut secara khusus menggunakan pahat bermata potong tunggal, tetapi proses bubut
bermata potong jamak tetap termasuk proses bubut juga, karena pada dasarnya setiap pahat
bekerja sendiri-sendiri. Selain itu proses pengaturan (setting) pahatnya tetap dilakukan satu
persatu.
A. Parameter yang Dapat Diatur pada Mesin Bubut
Tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar spindel (speed),
gerak makan (feed), dan kedalaman potong (depth of cut). Faktor yang lain seperti bahan benda
kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki pengaruh yang cukup besar, tetapi tiga parameter
di atas adalah bagian yang bisa diatur oleh operator langsung pada mesin bubut. Kecepatan
putar, n (speed), selalu dihubungkan dengan sumbu utama (spindel) dan benda kerja. Kecepatan
putar dinotasikan sebagai putaran per menit (rotations per minute, rpm). Akan tetapi yang
diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan potong (cutting speed atau v) atau kecepatan
benda kerja dilalui oleh pahat/keliling benda kerja. Secara sederhana kecepatan potong dapat
digambarkan sebagai keliling benda kerja dikalikan dengan kecepatan putar atau:

v = p.d.n /1.000

Di mana:

p = 3,14

v = kecepatan potong (m/menit)

d = diameter benda kerja (mm)

n = putaran benda kerja (putaran/menit)

Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja. Selain
kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja, faktor bahan benda kerja, dan bahan
pahat sangat menentukan harga kecepatan potong. Pada dasarnya pada waktu proses bubut
kecepatan potong ditentukan berdasarkan bahan benda kerja dan pahat. Harga kecepatan potong
sudah tertentu, misalnya untuk benda kerja mild steel dengan pahat dari HSS, kecepatan
potongnya antara 20 sampai 30 m/menit. Gerak makan, f (feed), adalah jarak yang ditempuh
oleh pahat setiap benda kerja berputar satu kali (Gambar .4), sehingga satuan f adalah
mm/putaran. Gerak makan ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja,
material pahat, bentuk pahat, dan terutama kehalusan permukaan yang diinginkan. Gerak makan
biasanya ditentukan dalam hubungannya dengan kedalaman potong (a). Gerak makan tersebut
berharga sekitar 1/3 sampai 1/20 (a), atau sesuai dengan kehalusan permukaan yang
dikehendaki. Kedalaman potong a (depth of cut), adalah tebal bagian benda kerja yang dibuang
dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadap permukaan yang belum
terpotong (lihat Gambar .4). Ketika pahat memotong sedalam a, maka diameter benda kerja akan
berkurang 2a, karena bagian permukaan benda kerja yang dipotong ada di dua sisi, akibat dari
benda kerja yang berputar.
Beberapa proses pemesinan selain proses bubut pada Gambar .1, pada mesin bubut dapat
juga dilakukan proses pemesinan yang lain, yaitu bubut dalam (internal turning), proses
pembuatan lubang dengan mata bor (drilling), proses memperbesar lubang (boring), pembuatan
ulir (thread cutting), dan pembuatan alur (grooving/partingoff).
Proses tersebut dilakukan di mesin bubut dengan bantuan/tambahan peralatan lain agar
proses pemesinan bisa dilakukan.

Kecepatan potong merupakan kecepatan tersayatnya benda kerja hingga menghasilkan


sayatan logam yang dapat berupa serbuk atau chip. Chip dapat berupa gulungan yang
membentuk lingkaran yang saling menyambung. Jika gulungan tersebut dipotong sebagian
hingga sesuai dengan keliling satu lingkaran penuh dari benda kerja yang telah tersayat maka
panjang gulungan yang dihasilkan oleh setiap sayatan pada tiap satuan waktu merupakan
kecepatan potong pahat. Dimana panjang sayatan tersebut adalah п.d (keliling lingkaran dari
benda kerja, d adalah diameter benda kerja), p adalah perioda yaitu waktu yang dibutuhkan
dalam satu kali sayatan (hubungan antara perioda dan frekwensi adalah 1/p = n, n adalah jumlah
dari sayatan setiap waktu atau jumlah dari putaran benda kerja setiap satuan waktu ) sehingga
persamaannya menjadi :

atau

Jika satuan n adalah satuan radian permenit (rpm) dan diameter benda dalam satuan mm maka
rumus diatas menjadi :
Sehingga

Kecepatan potong ditentukan oleh :

1. Bahan Benda Kerja

Bahan benda kerja berpengaruh pada harga kecepatan potong semakin keras benda kerja
semakin rendah kecepatan potongnya dan berlaku sebaliknya semakin lunak benda kerja
semakin besar kecepatan potongnya.

2. Jenis Alat Potong

Alat potong yang memiliki kekerasan yang tinggi, maka kecepatan potongnya juga akan
semakin besar demikian pula sebaliknya.
3. Besar Asutan

Besar asutan adalah besar jarak pemakanan pahat dalam arah longitudinal atau membujur,
semakin besar jarak pemakanan dalam arah membujur maka kecepatan potong akan semakin
kecil, dan semakin kecil jarak pemakanan maka semakin besar kecepatan potongnya.

4. Kedalaman Pemotongan

Kedalaman penyayatan adalah besar jarak pemakan pahat dalam arah melintang, semakin besar
jarak pemakanan pahat dalam arah melintang semakin kecil kecepatan potongnya, dan semakin
kecil jarak pemakanan pahat dalam arah melintang semakin besar kecepatan potongnya.

Contoh 1

Sebuah benda kerja yang terbuat dari baja karbon dengan diameter & 90 mm akan dibubut
sehingga diameternya menjadi & 40 mm. Berapa putaran mesin yang digunakan jika pahat
terbuat dari HSS dan diinginkan hasil pembubutan yang halus?

Diketahui :

 Diameter benda kerja, D = 90 mm


 Benda kerja dari baja karbon
 Pahat Dari karbida
 Hasil pembubutan halus
 Dari hasil pembacaan tabel kecepatan potong Cs = 70 – 90 (m/menit) diambil 90 m/menit

Ditanyakan : n (putaran mesin)

Jawab :
Contoh 2

Sebuah benda kerja memiliki diameter D = 0,75 inchi, akan dibubut dengan kecepatan potong
100 feet/menit, hitung putaran mesin yang diperlukan!

D. Metoda Pembelajaran
 Ceramah
 Tanya jawab
 Pengamatan
 Demonstrasi
 Tugas-tugas
E. Langkah Langkah Kegiatan
1. Kegiatan Awal
- Salam pembuka
- Mengebsen siswa
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti
- Guru menjelaskan fungsi, cara perawatan pelumasan
- Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang diterangkan
- Guru menerangkan kembali yang belum dimengerti
- Siswa mendengarkan dan menyimak materi pelajaran

3. Kegiatan Akhir
- Kesimpulan
- Evaluasi
F. Bahan /Sumber Belajar
- Lag top, Elcd
- Spidol, white board
- Modul

G. Penilaian
- Test tertulis
- Test lisan
- Tugas-tugas
- Soal esay test
Tes
1. Sebutkan rumus kecepatan potong ?
2. Sebutkan perhitungan analisis dayanya !
3. Sebutkan tiga Parameter Utama dalam mesin bubut !

Jawaban
1. dihitung dari putaran per menit terhadap diameter benda kerjanya, sering juga disebut
dengan kecepatan pada permukaan

n = putaran benda kerja (rpm)


D = Diameter benda kerja (mm)
Vc = kecepatan pemotongan (m/menit)

2. Kebutuhan Daya (Net Power)


perhitungan daya yang dibutuhkan (Pc) dalam kilowatt sebenarnya dapat dicari secara
analitis maupun secara empiris, umumnya didapatkan dengan mengasumsikan besarnya
daya adalah 80 % dari daya motor, sedangkan proses perhitungan didapatkan dari

dengan kc adalah gaya potong spesifik, Kc dihitung dengan

dengan Y0 adalah sudut chip, dan hm adalah ketebalan chip(mm) perhatikan gambar
berikut, bila menggunakan insert untuk pemotongan bubut, maka pemilihan parameter
sedikit berbeda, meskipun secara pengertian sama persis apa yang harus dihitung

3. Tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar spindel (speed),
gerak makan (feed), dan kedalaman potong (depth of cut). Faktor yang lain seperti bahan
benda kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki pengaruh yang cukup besar, tetapi
tiga parameter di atas adalah bagian yang bisa diatur oleh operator langsung pada mesin
bubut. Kecepatan putar, n (speed), selalu dihubungkan dengan sumbu utama (spindel)
dan benda kerja. Kecepatan putar dinotasikan sebagai putaran per menit (rotations per
minute, rpm).
Pedoman Penilaian


Skor yang
No Aspek Indikator Skor maks Ket
dicapai
1 Soal No.1 Terjawab benar 20
2 Soal No.2 Terjawab benar 40
3 Soal No.3 Terjawab benar 40
Jumlah skor maksimal 100
Jumlah skor minimal lulus 70
Jumlah skor yang dapat dicapai
lulus/ tidak
Kesimpulan
lulus

Skor perolehan

𝑠𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Skor Maksimal (100)


Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
A= 80– 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D= ‹ 60 : Kurang

Remedial dan Pengayaan


c. Bagi peserta didik yang belum memperoleh nilai KKM 70 akan mengikuti remedial
d. Bagi siswa yang memperoleh nilai 70 – 80 akan diberikan pengayaan

NB : Remedial dan pengayaan disusun dalam dokumen tersendiri.


Medan, November 2017
Diketahui Oleh,
Kepala SMK Negeri 5 Medan Guru Mata Pelajaran

Drs, Maraguna Nasution, MAP Hasudungan Siahaan


NIP. 19660902 199512 1 001 NIP. 19651117 199010 1 001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

A. Identitas

Nama Sekolah : SMK Negeri 5 Medan


Kelas/Semester : XI (sebelas) / I (satu)
Pertemuan ke : 7 – 10
Alokasi Waktu : 16 x 45 Menit
Standard Kompetensi : Teknik Permesinan Bubut
Kode Standark Kompetensi : (014. KK 08)
Kompetensi Dasar : 1. Mempersiapkan mesin

Indikator : 1. Mengidentifikasi alat potong mesin bubut.


2. Menggunakan alat potong mesin bubut untuk berbagai jenis
pekerjaan

Nilai dan Materi yang Terintegrasikan pada Nilai Karakter Budaya Bangsa :
Mandiri, Kejujuran, Disiplin, Kerja keras, Rasa ingin tahu, Komunikatif dan tanggung jawab
Nilai dan Materi yang Terintegrasikan pada Nilai Kewirausahaan :
Kreatif, Komunikasi, Rasa ingin tahu dan Kejunuran

B. Tujuan Pembelajaran
8. Siswa dapat Mengidentifikasi alat potong mesin bubut.
9. Siswa dapat Menggunakan alat potong mesin bubut untuk berbagai jenis pekerjaan

C. Materi Pembelajaran

Pada kegiatan produksi di industri manufaktur yang menggunakan fasilitas mesin


perkakas, alat potong merupakan salah satu jenis alat yang mutlak diperlukan untuk melakukan
proses produksinya. Berbagai macam dan bentuk alat potong yang digunakan sesuai dengan
hasil produk yang diinginkan. Alat potong berfungsi untuk menyayat/ memotong benda kerja
sesuai dengan tuntutan bentuk dan ukuran pada gambar kerja. Pada proses pembubutan ada
beberapa jenis alat potong yang digunakan diantaranya: senter bor/ centre drill, mata bor/ drill,
konter bor, reamer, kontersing, pahat bubut dll.
Hasil produk pada proses pemesinan bubut sangat dipengaruhi oleh kondisi dan
geometris alat potong yang digunakan, yang proses penyayatnya/ pemotongan dapat dapat
dilkukan dengan cara gerak memanjang, melintang atau menyudut tergantung pada hasil
bubutan yang diinginkan

a. Macam Alat Potong Pada Mesin Bubut


Selain pahat bubut, terdapat bebeberapa macam alat potong yang digunakan pada mesin bubut
diantaranya:

1) Bor Senter (Centre drill)

Bor senter adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi untuk
membuat lubang senter pada ujung permukaan benda kerja. Jenis bor senter ada tiga yaitu: bor
senter standar (standar centre drill), bor senter dua mata sayat (safety type centre drill) dan bor
senter mata sayat radius (radius form centre drill).
a) Bor senter standar (Standard centre drill):
Bor senter standar memiliki sudut mata sayat pengarah sebesar 60º, sehingga hasil
lubang senter yang dibuat memiliki sudut yang sama dengan sudut mata sayatnya. Bor senter
jenis ini memiliki dua ukuran, yaitu bor senter standar panjang normal dan bor senter ekstra
pendek/ panjang.

b) Bor senter mata sayat bertingkat


Bor senter mata sayat, fungsinya sama dengan senter bor standar yaitu untuk membuat
lubang senter bor yang memilki sudut pengarah senter 60º. Perbedaannya adalah apabila pada
saat membuat lubang senter bor diperlukan hasil lubang senternya bertingkat setelah bidang
tirusnya, maka dapat digunakan senter bor jenis ini.

c) Bor Senter bentuk radius/ Radius form centre drill


Bor senter bor bentuk radius (Radius form centre drill), memilki mata sayat berbentuk
radius. Sehingga sehingga hasil lubang senter yang dibuat memilki profil yang sama dengan
sudut mata sayatnya yaitu berbentuk radius. Kelebihan lubang senter bor bentuk radius ini
adalah, apabila membubut diantara dua senter yang diperlukan pergeseran kepala lepas relatif
besar, bidang lubang senter maupun senter tetap/ senter putar lebih aman karena bidang
singgung pada lubang senter relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan lubang senter bor
bentuk standar. Hasil pembuatan lubang senter bor bentuk radius dapat dilihat pada gambar.

Penggunaan senter bor pada proses pembubutan harus pasang atau diikat dengan cekam bor
(drill chuck) yang dipasang pada kepala lepas. Pemasangan senter drill dan hasilnya pada proses
pembubutan dapat dilihat pada gambar berikut.

Untuk megetahui standar ukuran diameter bodi dan diameter ujung bor senter dalam satuan mm
dapat dilihat pada tabel.
Hal lain yang penting diketahui bahwa,jenis senter bor yang sering digunakan
dilingkungan industri manufaktur maupun pendidikan adalah senter bor standar dan senter bor
bentuk radius.

2) Mata Bor (Twist Drill)

Mata bor adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi untuk membuat
lubang pada benda pejal. Dalam membuat diameter lubang bor dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, yaitu tergantung dari diameter mata bor yang digunakan.

a) Pengelompokan mata bor berdasarkan tangkai


Pengelompokan mata bor berdasarkan tangkai, dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu,
pertama: mata bor tangkai lurus yang pengikatanya menggunakan cekam bor/drill chuck, dan
kedua: mata bor tangkai tirus yang pengikatanya dimasukan pada lubang tirus kepala lepas.
Apabila pada saat digunakan ukuran tangkai tirusnya lebih kecil dari pada lubang tirus kepala
lepas, dapat ditambah dengan menggunakan sarung pengurang. Selain itu perlu diketahui bahwa,
untuk mata bor tangkai tirus pada umumnya menggunakan standar tirus morse/ morse
taper (MT) yaitu mulai dari MT 1 ÷ 6.
Pada saat penggunaan mata bor tangkai tirus yang memiliki ukuran tangkai lebih kecil dari pada
lubang tirus pada kepala lepas, maka harus menggunakan alat tambahan yang disebut sarung
pengurang (drill sleeve).

b. Pengelompokan mata bor berdasarkan spiral


Apabila dilihat spiralnya mata bor terbagi menjadi tiga yaitu, pertama: mata bor spiral
normal/ normal spiral drill digunakan untuk mengebor baja lunak, kedua: mata bor spiral
panjang/ slow spiral drilldigunakan untuk mengebor baja keras dan ketiga: mata bor spiral
pendek/ quick spiral drill digunakan untuk mengebor baja liat.

c. Bagian-bagian Mata Bor


Bagian-bagian mata bor dilihat dari bodinya dapat dilihat pada dibawah ini serta bagian-bagian
mata bor dilihat dari mata sayat dan sudut bebasnya.
3) Kontersing (Countersink)

Kontersing (Countersink) adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi
untuk membuat champer pada ujung lubang agar tidak tajam atau untuk membuat champer pada
ujung lubang untuk membenamkan kepala baut berbentuk tirus. Sesuai kebutuhan pekerjaan
dilapangan apabila dilihat dari tangkainya terbagi menjadi dua yaitu, kontersing tangkai
lurusdan kontersing tangkai tirusdan apabila dilihat dari sisi jumlah mata sayatnya kontersink
terbagi menjadi eman jenis yaitu, jumlah mata sayat satu, mata sayat dua, mata sayat tiga, mata
sayat empat, mata sayat lima dan mata sayat enam. Sedangkan apabila dilihat dari sudut mata
sayatnya, kontersing terbagi menjadi enam jenis juga yaitu, kontersing sudut mata sayat 60º, 82º,
90º, 100º dan 120º. Apabila dilihat dari tangkainya, kontersing dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu kontersing tangkai lurus dan kontersing tangkai tirus:

a) Kontersing tangkai lurus:


Kontersing tangkai lurus, pada saat digunakan untuk proses pembubutan penggikatanya
dipasang pada cekam bor/ drill chuck sebagaimana pengikatan pada proses pengeboran dengan
bor tangkai lurus.
b) Kontersing tangkai tirus:
Kontersingtangkai tirus, pada saat digunakan untuk proses pembubutan penggikatanya
dipasang pada lubang sleave kepala lepas sebagaimana pengikatan pada proses pengeboran
dengan bor tangkai tirus. Apabila tirus tangkangkainya terlalu kecil dapat ditambah dengan
sarung pengurang. Sebagaimana mata bor tangkai tirus, kontersing tangkai tirus pada umumnya
menggunakan standar tirus morse/ morse taper (MT) yaitu mulai dari MT 1 ÷ 6.

Apabila dilihat dari jumlah mata sayatnya, kontersing dapat dibagi menjadi enam jenis
yaitu: kontersing mata sayat satu, kontersing mata sayat dua, kontersing mata sayat tiga,
kontersing mata sayat empat, kontersing mata sayat lima dan kontersing mata sayat enam.
c) Kontersing mata sayat satu:
Kontersingmata sayat satu, memiliki jumlah mata sayat satu yang berfungsi untuk
menchamper ujung lubang pada benda kerja agar tidak tajam atau sebagai pengarah/
menchamper ujung lubang untuk membenamkan kepala baut berbentuk tirus dan radius. Hasil
pembubutan champer dengan kontersingmata sayat satu sudut 100º dapat dilihat pada gambar.

d) Kontersing mata sayat dua:


Kontersingmata sayat dua, memiliki jumlah mata sayat dua yang berfungsi sama dengan
kontersing mata satu yaitu untuk menchamper ujung lubang agar tidak tajam/ sebagai pengarah
atau menchamper ujung lubang untuk membenamkan kepala baut berbentuk tirus yang besar
sudutnya tergantung dari sudut kontersing yang digunakan. Kelebihan kontersink mata sayat dua
dibandingkan dengan kontersink mata satu adalah beban pada mata sayat lebih ringan sehingga
lebih tahan lama, karena beban pada mata sayatnya terbagi dua. Hasil pembubutan champer
dengan kontersing mata sayat dua sudut 90º dapat dilihat pada gambar berikut.
Hasil pembubutan champer dengan kontersing mata sayat dua
e) Kontersing mata sayat tiga:
Kontersing mata sayat tiga, memiliki jumlah mata sayat tiga yang berfungsi sama dengan
kontersing mata satu untuk menchamper ujung lubang agar tidak tajam/ sebagai pengarah atau
menchamper ujung lubang untuk membenamkan kepala baut berbentuk tirus yang besar
sudutnya tergantung dari sudut kontersing yang digunakan. Kelebihan kontersink mata sayat tiga
dibandingkan dengan kontersink mata dua adalah beban pada mata sayat lebih ringan sehingga
lebih tahan lama, karena beban pada mata sayatnya terbagi tiga.

f) Kontersing mata sayat empat:


Kontersing mata sayat empat, memiliki jumlah mata sayat empat yang berfungsi sama
dengan kontersing mata satu untuk menchamper ujung lubang agar tidak tajam/ sebagai
pengarah atau menchamper ujung lubang untuk membenamkan kepala baut berbentuk tirus yang
besar sudutnya tergantung dari sudut kontersing yang digunakan. Kelebihan kontersink mata
sayat empat dibandingkan dengan kontersink mata tiga adalah beban pada mata sayat lebih
ringan sehingga lebih tahan lama, karena beban pada mata sayatnya terbagi empat.

g) Kontersing mata sayat lima:


Kontersing mata sayat lima, memiliki jumlah mata sayat lima yang berfungsi sama
dengan kontersing mata satu untuk menchamper ujung lubang agar tidak tajam/ sebagai
pengarah atau menchamper ujung lubang untuk membenamkan kepala baut berbentuk tirus yang
besar sudutnya tergantung dari sudut kontersing yang digunakan. Kelebihan kontersink mata
sayat lima dibandingkan dengan kontersink mata empat adalah beban pada mata sayat lebih
ringan sehingga lebih tahan lama, karena beban pada mata sayatnya terbagi lima.

h) Kontersing mata sayat enam:


Kontersing mata sayat enam, memiliki jumlah mata sayat enam yang berfungsi sama
dengan kontersing mata satu untuk menchamper ujung lubang agar tidak tajam/ sebagai
pengarah atau menchamper ujung lubang untuk membenamkan kepala baut berbentuk tirus yang
besar sudutnya tergantung dari sudut kontersing yang digunakan. Kelebihan kontersink mata
sayat enam dibandingkan dengan kontersink mata lima adalah beban pada mata sayat lebih
ringan sehingga lebih tahan lama, karena beban pada mata sayatnya terbagi enam.

Dari keseluruhan jenis kontersink tersebut diatas, berdasarkan pengalaman dilapangan


yang sering digunakan adalah kontersing yang memilki mata sayat tiga dan empat dan sudut
mata sayatnya 60º atau 90º. Kontersink bertangkai lurus, pada saat digunakan penggikatanya
dipasang pada cekam bor (drill chuck) sebagaiman pada proses pengeboran dengan mata bor
tangkai lurus, dan yang bertangkai tirus pengikatannya dipasang pada lubang tirus kepala lepas
sebagaimana pada proses pengeboran menggunakan mata bor tangkai tirus. Selain itu perlu
diketahui bahwa, kontersink tangkai tirus pada umumnya menggunakan standar tirus
morse/ morse tapper (MT) yaitu mulai dari MT 1 ÷ 6 sebagaimana mata bor tangkai tirus.
4) Konterbor (Counterbor)

Konterbor (counterbor) adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi
untuk membuat lubang bertingkat. Hasil lubang bertingkat berfungsi sebagai dudukan kepala
baut L. Jenis alat ini apabila dilihat dari tangkainya terbagi menjadi dua yaitu konterbor tangkai
lurus dan konterbor tangkai tirus.
Apabila dilihat dari sisi ujung mata sayatnya, alat ini juga terbagi menjadi dua yaitu, konterbor
dengan pengarah dan konterbor tanpa pengarah.

5) Rimer Mesin (Reamer Machine)

Rimer mesin adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi untuk
memperhalus dan memperbesar lubang dengan toleransi dan suaian khusus sesuai tuntutan
pekerjaan, yang prosesnya benda kerja sebelumnyadibuat lubang terlebih dahulu. Pembuatan
lubang sebelum dirimer, untuk diameter sampai dengan 10 mm dianjurkan diameternya dibuat
lebih kecil dari diameter nominal rimer yaitu antara 0,15 ÷ 0,25 mm dan untuk lubang diameter
10 mm keatas, dianjurkan diameternya dibuat lebih kecil dari diameter nominal rimer yaitu
antara 0,25 ÷ 0,60 mm. Tujuan dilakukan pengurangan diameter sebelum dirimer adalah, agar
hasilnya lebih maksimal dan beban pada rimer tidak terlalu berat sehingga memilki umur lebih
panjang.
Apabila dilihat dari fungsinya rimer mesin terbagi menjadi tiga yaitu, reamer mesin untuk
lubang pin, reamer untuk luang lurus dan reamer untuk lubang tirus.
a) Rimer Mesin Untuk Lubang Pin
Rimer mesin untuk lubang pin apabila dilihat dari bentuk mata sayatnya terbagi menjadi
tiga yaitu, reamer pin tirus mata sayat lurus/ straight taper pin reamer, reamer pin tirus mata
sayat spiral/ spiral taper pin reamer dan reamer pin tirus mata sayat helik (helical taper pin
reamer). Rimer jenis ini berfungsi untuk membuat lubang pin tirus, yang memilki ketirusan
standar.

b) Rimer mesin untuk lubang lurus:


Rimer mesin untuk lubang lubang lurus apabila dilihat dari tangkainya terbagi menjadi dua
yaitu, reamer lurus tangkai lurus dan rimer lurus tangkai tirus. Rimer jenis ini berfungsi untuk
membuat lubang lurus yang memilki toleransi dan suaian khusus.
c) Rimer mesin untuk lubang tirus:
Rimer mesin untuk lubang tirus apabila dilihat dari fungsinya terbagi menjadi dua yaitu, rimer
tirus untuk pengasaran dan reamer tirus untuk finising. Rimer jenis ini berfungsi untuk membuat
lubang tirus standar, misalnya tirus standar morse (taper morse – MT) yaitu mulai dari MT 1 s.d
6.

Untuk mendaptkan hasil lubang sesuai toleransi dan suaian yang diinginkan, garis sumbu
rimer harus benar-benar sepusat dengan garis sumbu lubang yang akan direamer. Untuk merimer
lubang lurus yang tembus, sebaiknya kedalamannya dilebihkan kurang lebih 1/3 dari mata
sayatnya, hal ini dilakukan agar lubang benar-benar lurus. Untuk mereamer lubang tirus,
disarankan lubang yang akan direamer sebelumnya dibuat bertingkat terlebih dahulu dengan
tujuan agar rimer tidak menerima beban yang berat. Selain itu agar mendapatkan hasil yang
maksimal dan reamer yang digunakan awet, pada saat meramer harus menggunakan putaran
mesin yang sesuai dan selalu menggunakan air pendingin atau oli.
6) Kartel (Knurling)

Kartel (knurling) adalah suatu alat pada mesin bubut yang berfungsi untuk membuat
alur-alur melingkar lurus atau silang pada bidang permukaan benda kerja bagian luar atau
dalam. Tujuan pengkartelan bagian luar adalah agar permukaan bidanng tidak licin pada saat
dipegang, contohnya terdapat pada batang penarik, tangkai palu besi dan pemutar yang dipegang
dengan tangan. Untuk pengkartelan bagian dalam tujuannya adalah untuk keperluan khusus,
misalnya memperkecil lubang bearing yang sudah longgar. Bentuk/ profil hasil pengkartelan ada
tiga jenis yaitu: belah ketupat/ intan, menyudut/ silang dan lurus. Hasil pengkartelan tergantung
dari bentuk gigi pisau kartel yang digunakan.
Pada saat digunakan gigi pisau kartel dipasang pada pemegangnya (holder). Untuk
pengkartelan bentuk lurus, hanya diperlukan sebuah gigi pisau kartel bentuk lurus yang dipasang
pada dudukannya dengan posisi tetap/ rigid. Pada pengkartelan bentuk menyudut dan ketupat/
intan, diperlukan sepasang gigi pisau kartel bentuk menyudut/ silang yang dipasang pada
dudukannya. Pemegang gigi kartel menyudut/ silang, ada yang satu dudukan dan ada yang tiga
dudukan.
Konstruksi atau bentuk pemegang/ holder gigi pisau kartel dibuat sesuai profil bidang
yang akan dikartel, sehingga dapat dipilih sesuai kebutuhan. Macam-macam bentuk pemegang
gigi pisau kartel buatan dari salah satu pabrikan dapat dilihat pada gambar.

7) Pahat Bubut

Pahat bubut merupakan salahsatu alat potong yang sangat diperlukan pada
prosespembubutan, karena pahat bubut dengan berbagai jenisnya dapat membuat benda kerja
dengan berbagai bentuk sesuai tututan pekerjaan misalanya, dapat digunakan untuk membubut
permukaan/ facing, rata, bertingkat, alur, champer, tirus, memperbesar lubang, ulir dan
memotong Kemampuan/performa pahat bubut dalam melakukan pemotongan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, jenis bahan/ material yang digunakan, geometris
pahat bubut, sudut potong pahat bubut dan bagaimana apakah teknik penggunaanya sudah sesuai
petunjuk dalam katalog. Apabila beberapa faktor tersebut diatas dapat terpenuhi berdasarkan
standar yang telah ditentukan, maka pahat bubut akan maksimal kemampunannya/ performanya.
Setiap pabrik pembuat pahat bubut biasanya pada buku catalognya selalu mencantumkan
spesifikasi dan klasifikasi produk buatannya, diantaranya mencantumkan kode standar yang
digunakan misalnya dengan standar ISO 513.

D. Metoda Pembelajaran
 Ceramah
 Tanya jawab
 Pengamatan
 Demonstrasi
 Tugas-tugas
E. Langkah Langkah Kegiatan
1. Kegiatan Awal
- Salam pembuka
- Mengebsen siswa
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti
- Guru menjelaskan fungsi, cara perawatan pelumasan
- Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang diterangkan
- Guru menerangkan kembali yang belum dimengerti
- Siswa mendengarkan dan menyimak materi pelajaran
3. Kegiatan Akhir
- Kesimpulan
- Evaluasi
F. Bahan /Sumber Belajar
- Lag top, Elcd
- Spidol, white board
- Modul

G. Penilaian
- Test tertulis
- Tugas-tugas
- Soal esay test
Tes tertulis
1. Sebutkan fungsi alat potong pada mesin bubut dan apa saja alat potong yang biasa
dipergunakan dalam mesin bubut ?
2. Sebutkan ada berapa alat potong pada bor center ?
3. Sebutkan dan jelaskan pengertian dari kontersing dan bagian-bagiannya ?
4. Apa yang dimaksud dengan pengkartelan ?

Kunci jawaban
1. Alat potong berfungsi untuk menyayat/ memotong benda kerja sesuai dengan tuntutan
bentuk dan ukuran pada gambar kerja. Pada proses pembubutan ada beberapa jenis alat
potong yang digunakan diantaranya: senter bor/ centre drill, mata bor/ drill, konter
bor, reamer, kontersing, pahat bubut dll.
2. Jenis bor senter ada tiga yaitu: bor senter standar (standar centre drill), bor senter dua
mata sayat (safety type centre drill) dan bor senter mata sayat radius (radius form centre
drill).
3. Kontersing (Countersink) adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi
untuk membuat champer pada ujung lubang agar tidak tajam atau untuk
membuat champer pada ujung lubang untuk membenamkan kepala baut berbentuk tirus.
Sesuai kebutuhan pekerjaan dilapangan apabila dilihat dari tangkainya terbagi menjadi
dua yaitu, kontersing tangkai lurus dan kontersing tangkai tirusdan apabila dilihat dari
sisi jumlah mata sayatnya kontersink terbagi menjadi eman jenis yaitu, jumlah mata
sayat satu, mata sayat dua, mata sayat tiga, mata sayat empat, mata sayat lima dan mata
sayat enam. Sedangkan apabila dilihat dari sudut mata sayatnya, kontersing terbagi
menjadi enam jenis juga yaitu, kontersing sudut mata sayat 60º, 82º, 90º, 100º dan 120º.
Apabila dilihat dari tangkainya, kontersing dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
kontersing tangkai lurus dan kontersing tangkai tirus.
4. Kartel (knurling) adalah suatu alat pada mesin bubut yang berfungsi untuk membuat
alur-alur melingkar lurus atau silang pada bidang permukaan benda kerja bagian luar
atau dalam. Tujuan pengkartelan bagian luar adalah agar permukaan bidanng tidak licin
pada saat dipegang, contohnya terdapat pada batang penarik, tangkai palu besi dan
pemutar yang dipegang dengan tangan.

Pedoman Penilaian

Skor yang
No Aspek Indikator Skor maks Ket
dicapai
1 Soal No.1 Terjawab benar 20
2 Soal No.2 Terjawab benar 20
3 Soal No.3 Terjawab benar 30
4 Soal No. 4 Terjawab benar 30
Jumlah skor maksimal 100
Jumlah skor minimal lulus 70
Jumlah skor yang dapat dicapai
lulus/ tidak ∑
Kesimpulan
lulus

Skor perolehan

𝑠𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Skor Maksimal (100)


Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
A= 80– 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D= ‹ 60 : Kurang

Remedial dan Pengayaan


e. Bagi peserta didik yang belum memperoleh nilai KKM 70 akan mengikuti remedial
f. Bagi siswa yang memperoleh nilai 70 – 80 akan diberikan pengayaan

NB : Remedial dan pengayaan disusun dalam dokumen tersendiri.

Medan, November 2017


Diketahui Oleh,
Kepala SMK Negeri 5 Medan Guru Mata Pelajaran

Drs, Maraguna Nasution, MAP Hasudungan Siahaan


NIP. 19660902 199512 1 001 NIP. 19651117 199010 1 001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

A. Identitas

Nama Sekolah : SMK Negeri 5 Medan


Kelas/Semester : XI (sebelas) / I (satu)
Pertemuan ke : 11 – 14
Alokasi Waktu : 8 x 45 Menit
Standard Kompetensi : Teknik Permesinan Bubut
Kode Standark Kompetensi : (014. KK 08)
Kompetensi Dasar : 1. Mempersiapkan mesin

Indikator : 1. Menerapkan teknik permesinan bubut


2. Menggunakan teknik permesinan bubut untuk berbagai jenis
pekerjaan

Nilai dan Materi yang Terintegrasikan pada Nilai Karakter Budaya Bangsa :
Mandiri, Kejujuran, Disiplin, Kerja keras, Rasa ingin tahu, Komunikatif dan tanggung jawab
Nilai dan Materi yang Terintegrasikan pada Nilai Kewirausahaan :
Kreatif, Komunikasi, Rasa ingin tahu dan Kejunuran

B. Tujuan Pembelajaran
10. Siswa dapat menerapkan teknik permesinan bubut.
11. Siswa dapat menggunakan teknik permesinan bubut untuk berbagai jenis pekerjaan.

C. Materi Pembelajaran

Mesin Bubut

adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk memotong benda yang
diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya
dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan
secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja
disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan.
Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka
akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan
dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.
Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan pembuatan ulir. Jumlah
gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi besarnya mulai dari jumlah 15 sampai
dengan jumlah gigi maksimum 127. Roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai
kekhususan karena digunakan untuk konversi dariulir metrik ke ulir inci.
Mesin bubut tahun 1911 menunjukkan bagian-bagiannya.

Prinsip kerja mesin bubut


Mesin bubut yang menggunakan sabuk di Hagley Museum. Poros spindel akan memutar
benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada poros spindel. Melalui
roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem berulir,
putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang membawa pahat.
Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir.

Bagian-bagian mesin bubut


Mesin bubut terdiri dari meja dan kepala tetap. Di dalam kepala tetap terdapat roda-roda
gigi transmisi penukar putaran yang akan memutar poros spindel. Poros spindel akan menmutar
benda kerja melalui cekal. Eretan utama akan bergerak sepanjang meja sambil membawa eretan
lintang dan eretan atas dan dudukan pahat. Sumber utama dari semua gerakkan tersebut berasal
dari motor listrik untuk memutar pulley melalui sabuk.

JENIS-JENIS MESIN BUBUT


1. Mesin Bubut Universal
2. Mesin Bubut Khusus
3. Mesin Bubut Konvensional
4. Mesin Bubut dengan Komputer (CNC)

Jenis pengerjaan pada mesin bubut antara lain:

* membubut lurus
Pada pembuatan memanjang gerak jalan pahat sejajar dengan poros benda kerja, sedangkan
untuk pembubutan yang datar ini pada benda kerja. Dalam pembubutan yang otomatis pahat
dapat digeserkan maju dan mundur kearah melintang.
* membubut tirus
Dapat dilakukan dengan 3 cara :
1. dengan menggeser posisi kepala lepas kearah melintang
2. denganmenggeser sekian derajat eretan atas (penjepit pahat)
3. dengan memasang perkakas pembentuk
* membubut eksentris
Bila garis hati dari dua / lebih silinder dari sebuah benda kerja sejajar maka benda kerja itu di
sebut eksentris, jarak antara garis-garis hati itu disebut eksentrisitas.
* membubut alur
untuk pengerjaan membubut alur di pergunakan pahat bubut pengalur dan jenisnya ada yang
lurus, bengkok, berjenjang ke kanan / ke kiri.
* memotong benda kerja
Pemotongan benda kerja berbentuk batang pada mesin bubut digunakan sebuah pahat pengalur
dengan penyayat yang sangat ramping, sebuah benda kerja yang di jepit diantara senter-senter
tidak boleh putus karena dapat melentur dan menghimpit pahat.
* mengebor pada mesin bubut
pembuatan lubang senter pada mesin bubut ada 2 cara, yakni benda kerja yang berputar dan
senter yang berputar
* membubut dalam
Untuk membesarkan lubang yang sudah ada dapat digunakan pahat dalam, caranya tidak jauh
berbeda dengan membubut lurus. Pahatnya punya bentuk tersendiri
* membubut profil
Untuk membubut pembulatan pahatnya diasah menurut bentuk profilnya, pahat profil terutama
cocok untuk membubut profil pada produk-produk yang pendek, pada umumnya pahat bubut
tidak terlalu tebal sehingga umur pemakaiannya pendek.
* mengkartel
Adalah membuat rigi-rigi pada benda kerja dengan gigi kartel yang tersedia. Kartel dipasang
pada rumah pahat dan kedudukannya harus setinggi senter. Kerja kartel ini adalah menekan
benda kerja bukan menyayat seperti pahat bubut.
* membubut ulir sekrup
Untuk membuat ulir sekrap dengan mesin bubut digunakan pahat khusus yang berbentuk seperti
: pahat ulir, segitiga, segi empat, trapesium, bulat dan jenis khusus lainnya. Untuk memeriksa
pahat ulir,digunakan mal ulir.
Operasi pada mesin bubut ada beraneka ragam antara lain

• Pembubutan
• Pengeboran
• Pengerjaan tepi
• Penguliran
• Pembubutan tirus
• Penggurdian
• Meluaskan lubang

a.Pembubutan Silindris
Benda disangga diantara kedua pusatnya.
b.Pengerjaan Tepi (Facing)
Pengerjaan tepi adalah apabila permukaan harus dipotong pada pembubut. Benda kerja biasanya
dipegang pada plat muka atau dalam pencekam. Tetapi bisa juga pengerjaan tepi dilakukan
dengan benda kerja diantara kedua pusatnya. Karena pemotongan tegak lurus terhadap sumbu
putaran maka kereta luncur harus dikunci pada bangku pembubut untuk mencegah gerakan
aksial.

c.Pembubutan Tirus
Terdapat beberapa standar ketirusan1 dalam praktek komersial. Penggolongan berikut yang
umum digunakan :
1.Tirus Morse, banyak digunakan untuk tangkai gurdi, leher, dan pusat pembubut. Ketirusannya
adalah 0,0502 mm/mm (5,02%).
2.Tirus Brown dan Sharp, terutama digunakan dalam memfris spindel mesin : 0,0417 mm/mm
(4,166%).
3.Tirus Jarno dan Reed, digunakan oleh beberapa pabrik pembubut dan perlengkapan penggurdi
kecil. Semua sistem mempunyai ketirusan 0.05 mm/mm (5,000%),tetapi diameternya berbeda.
4.Pena tirus.
Digunakan sebagai pengunci. Ketirusannya 0,0208 mm/mm (2,083%).

d.Memotong Ulir
Biasanya pembuatan ulir dengan mesin bubut dilakukan apabila hanya sedikit ulir yang harus
dibuat atau dibuat bentuk khusus. Bentuk ulir didapatkan dengan menggerinda pahat menjadi
bentuk yang sesuai dengan menggunakan gage atau plat pola. Gage ini disebut gage senter sebab
juga bisa digunakan sebagai gage penyenter mesin bubut. Pemotong berbentuk khusus bisa juga
digunakan untuk memotong ulir.

D. Metoda Pembelajaran
 Ceramah
 Tanya jawab
 Pengamatan
 Demonstrasi
 Tugas-tugas
E. Langkah Langkah Kegiatan
1. Kegiatan Awal
- Salam pembuka
- Mengebsen siswa
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti
- Guru menjelaskan fungsi, cara perawatan pelumasan
- Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang diterangkan
- Guru menerangkan kembali yang belum dimengerti
- Siswa mendengarkan dan menyimak materi pelajaran
3. Kegiatan Akhir
- Kesimpulan
- Evaluasi
F. Bahan /Sumber Belajar
- Lag top, Elcd
- Spidol, white board
- Modul

G. Penilaian
- Test tertulis
- Test lisan
- Tugas-tugas
Tes
1. Jelaskan prinsip kerja mesin bubut ?
2. Sebutkan jenis-jenis mesin bubut !
3. Sebutkan jenis pengerjaan di mesin bubut !

Jawaban
1. Mesin bubut yang menggunakan sabuk di Hagley Museum. Poros spindel akan memutar
benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada poros spindel.
Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh
klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang
membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir.
2. Jenis-jenis mesin bubut
a. Mesin Bubut Universal
b. Mesin Bubut Khusus
c. Mesin Bubut konvensional
d. Mesin Bubut dengan computer (CNC)
3. Jenis pengerjaan pada mesin bubut
a. membubut lurus
Pada pembuatan memanjang gerak jalan pahat sejajar dengan poros benda kerja,
sedangkan untuk pembubutan yang datar ini pada benda kerja. Dalam
pembubutan yang otomatis pahat dapat digeserkan maju dan mundur kearah
melintang.
b. membubut tirus
Dapat dilakukan dengan 3 cara :
- dengan menggeser posisi kepala lepas kearah melintang
- denganmenggeser sekian derajat eretan atas (penjepit pahat)
- dengan memasang perkakas pembentuk
c. membubut eksentris.
Bila garis hati dari dua / lebih silinder dari sebuah benda kerja sejajar maka benda
kerja itu di sebut eksentris, jarak antara garis-garis hati itu disebut eksentrisitas.
d. membubut alur
untuk pengerjaan membubut alur di pergunakan pahat bubut pengalur dan
jenisnya ada yang lurus, bengkok, berjenjang ke kanan / ke kiri.
e. memotong benda kerja
Pemotongan benda kerja berbentuk batang pada mesin bubut digunakan sebuah
pahat pengalur dengan penyayat yang sangat ramping, sebuah benda kerja yang di
jepit diantara senter-senter tidak boleh putus karena dapat melentur dan
menghimpit pahat.
f. mengebor pada mesin bubut
pembuatan lubang senter pada mesin bubut ada 2 cara, yakni benda kerja yang
berputar dan senter yang berputar

Pedoman Penilaian


Skor yang
No Aspek Indikator Skor maks Ket
dicapai
1 Soal No.1 Terjawab benar 20
2 Soal No.2 Terjawab benar 40
3 Soal No.3 Terjawab benar 40
Jumlah skor maksimal 100
Jumlah skor minimal lulus 70
Jumlah skor yang dapat dicapai
lulus/ tidak
Kesimpulan
lulus

Skor perolehan

𝑠𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Skor Maksimal (100)


Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
A= 80– 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D= ‹ 60 : Kurang

Remedial dan Pengayaan


g. Bagi peserta didik yang belum memperoleh nilai KKM 70 akan mengikuti remedial
h. Bagi siswa yang memperoleh nilai 70 – 80 akan diberikan pengayaan

NB : Remedial dan pengayaan disusun dalam dokumen tersendiri.


Medan, November 2017
Diketahui Oleh,
Kepala SMK Negeri 5 Medan Guru Mata Pelajaran

Drs, Maraguna Nasution, MAP Hasudungan Siahaan


NIP. 19660902 199512 1 001 NIP. 19651117 199010 1 001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

A. Identitas

Nama Sekolah : SMK Negeri 5 Medan


Kelas/Semester : XI (sebelas) / I (satu)
Pertemuan ke : 15 – 16
Alokasi Waktu : 20 Menit
Standard Kompetensi : Melakukan pekerjaan Penguliran
Kode Standark Kompetensi : (014. KK 08)
Kompetensi Dasar : 1.Menjelaskan Teknik Penguliran
Indikator : 1. Menjelaskan tentang macam-macam Ulir
2. Menjelaskan Penggunaan Tap dan Sney untuk membuat ulir

Nilai dan Materi yang Terintegrasikan pada Nilai Karakter Budaya Bangsa :
Mandiri, Kejujuran, Disiplin, Kerja keras, Rasa ingin tahu, Komunikatif dan tanggung jawab
Nilai dan Materi yang Terintegrasikan pada Nilai Kewirausahaan :
Kreatif, Komunikasi, Rasa ingin tahu dan Kejunuran

B. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat memahami tentang macam-macam ulir.
2. Siswa dapat memahami menggunakan alat dalam proses pembuatan ulir.
3. Siswa dapat melaksanakan pembuatan ulir secara benar.

C. Materi Pembelajaran

A. Pengetahuan Dasar tentang Ulir/Drat

Ulir/drat secara umum digunakan untuk mengikatkan atau mengencangkan beberapa bagian
benda. Namun selain itu ulir juga bisa digunakan untuk menggerakkan. Jumlah, jenis dan ukuran
drat sangat beragam,namun kali ini kita tidak akan membahas mereka semua di sini sehingga
informasi berikut hanya dasarnya saja.

1. Jenis Threads/Drat/Ulir
Hampir semua baut dan mur pengikat memiliki drat yang berbentuk segitiga,namun begitu
masih ada bentuk yang lainnya.

Drat segi empat atau trapesium digunakan pada bagian-bagian yang bergerak dan memiliki
akurasi tinggi,seperti poros mesin bubut. Disamping itu masih ada lagi bentuk-bentuk
penampang drat yang lain yang akan kita bahas pada kesempatan berikutnya.

Dalam hal standar ukuran drat/ulir, ada ulir metrik (M),ulir witworth(W/BSW) ulir paralel untuk
pipa (PF), ulir tirus untuk pipa (PT), dan ulir terpadu (UNC, UNF). banyak digunakan di Jepang
dan banyak negara di seluruh dunia.

Ukuran Metrik adalah standar internasional,yang digunakan hampir diseluruh dunia,dan


Withworth (BSW) banyak dipakai di USA,Inggris atau Eropa.

2. Istilah yang Digunakan Dalam Ulir

Gambar 1 menunjukkan gambar Ulir. Salah satu istilah yang paling penting yang digunakan
adalah diameter luar. Dalam kasus ulir metrik, baut dinamai sesuai dengan diameter luarnya
misalnya baut dengan 5 mm diameter luar dikenal sebagai baut M5.

"Pitch" dari penampangnya adalah fitur lain yang penting dari ulir. Pitch atau kisar didefinisikan
sebagai interval (jarak) antara sisi ulir satu dan sebelahnya. Mur & baut harus memiliki pitch
yang sama serta diameter yang sama jika mereka akan digunakan bersama-sama.

Gbr1. istilah dalam ukuran ulir


Gbr2. tap dan snei

B. Penggunaan Tap dan Sney untuk membuat Ulir

1. Proses Pembuatan Drat dengan Alat Tangan

Ketika kita membuat drat cowok(=drat luar,biar gampang aja) dengan alat tangan, kita akan
menggunakan alat yang disebut snei atu “die”. Ketika kita membuat drat cewek, kita
menggunakan alat yang disebut “tap”/hand tap.

Jika kita tidak memiliki alat yang sesuai ukurannya dengan dr at yang kita inginkan, kita juga
bisa membuat drat dengan menggunakan mesin bubut,akan kita bahas nanti.

Ketika kita membuat ulir dengan menggunakan tap atau snei, perhatikan akan hal berikut.
(1) Mulai dengan posisi alat tegak lurus terhadap benda kerja

(2) putar alat kira kira seperempat putaran lalu balik,untuk membuang tatal

(3) Selalu gunakan minyak pelumas

2. Membuat Ulir Dalam Menggunakan Tap

Dalam satu ukuran Tap/hand tap terdiri atas 3 buah.Yang nomor satu memiliki ketirusan
paling runcing agar bisa digunakan mengawali pekerjaan dengan mudah.Yang nomer dua
keitrusannya lebih sedikit,dan yang nomer tiga atau disebut "buttoming tap" bentuknya paling
sempurna,untuk finishing terutama pada lubang buntu.

Gbr3. satu set tap

Ketika kita mengebor lubang untuk membuat drat/ulir di dalamnya,perlu diperhatikan


agar lubang yang kita buat ada dalam ukuran standar yang diijinkan,agar hasilnya sempurna.
Bewrikut adalah tabel beberapa ukuran ulir dan diameter lubang bor yang disarankan.

Gbr4. tabel ukuran lubang ulir metrik dan pipa


Gbr5. tap dan penggunaannya

3. Membuat Ulir Luar dengan Snei/Die

Prinsip membuat ulir luar sama dengan ketika kita membuat ulir dalam dengan tap. Yang
penting disini adalah pembuangan tatalnya. Snei tidakseperti tap yang memiliki 3 ukuran
berbeda,namun biasanya memiliki celah yang bisa disetel untuk menyesuaikan besarnya
pemakanan. Dalam mempersiapkan diameterbenda yang akan didrat dengan snei,pastikan
memberikan toleransi minimal 0,01. Misalnya kita akan membuat drat M6 maka diameter asnya
adalah 5,9
Gbr6. snei dan pegangan

Untuk hasil yang lebih lurus dan mempermudah pekerjaan,menyenei bisa juga dilakukan
di mesin bubut. Catok benda kerja dan pastikan lurus. Setel snei dan beri sedikit pemakanan ke
benda kerja lalu tekan dengan chuck bor yang terpasang di kepala lepas. Lanjutkan seperti
biasa,kendurkan dorongan chuck bor ketika membuang tatal dari snei,begitu seterusnya sampai
selesai. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah.

Gbr7. Menyenei di Mesin Bubut


C. Proses Membubut Ulir

Proses pembuatan ulir bisa dilakukan pada mesin bubut. Pada mesin bubut
konvensional (manual) proses pembuatan ulir kurang efisien, karena pengulangan
pemotongan harus dikendalikan secara manual, sehingga proses pembubutan lama dan hasilnya
kurang presisi. Dengan mesin bubut yang dikendalikan CNC proses pembubutan ulir
menjadi sangat efisien dan efektif, karena sangat memungkin membuat ulir dengan kisar (pitch)
yang sangat bevariasi dalam waktu relatif cepat dan hasilnya presisi. Nama- nama bagian ulir
segi tiga dapat dilihat pada Gambar 5.
Ulir segi tiga tersebut bisa berupa ulir tunggal atau ulir ganda. Pahat yang digunakan
untuk membuat ulir segi tiga ini adalah pahat ulir yang sudut ujung pahatnya sama
dengan sudut ulir atau setengah sudut ulir. Untuk ulir metris sudut ulir adalah 60o,
sedangkan ulir Whitwoth sudut ulir 55o. Identifikasi ulir biasanya ditentukan berdasarkan
diameter mayor dan kisar ulir. Misalnya ulir M5x0,8 berarti ulir metris dengan diameter
mayor 5 mm dan kisar (pitch) 0,8 mm.
Gambar 1. Nama – nama bagian ulir
Selain ulir metris pada mesin bubut bisa juga dibuat ulir Whitworth (sudut ulir 55o).
Identifikasi ulir ini ditentukan oleh diamater mayor ulir dan jumlah ulir tiap inchi .Misalnya
untuk ulir Whitwoth 3/8” jumlah ulir tiap inchi adalah 16 (kisarnya 0,0625”). Ulir ini biasanya
digunakan untuk membuat ulir pada pipa mencegah kebocoran fluida).
Selain ulir segi tiga, pada mesin bubut bisa juga dibuat ulir segi empat (Gambar 2). Ulir
segi empat ini biasanya digunakan untuk ulir daya. Dimensi utama dari ulir segi empat pada
dasarnya sama dengan ulir segi tiga yaitu : diameter mayor, diameter minor, kisar (pitch), dan
sudut helix. Pahat yang digunakan untuk membuat ulir segi empat adalah pahat yang
dibentuk (diasah) menyesuaikan bentuk alur ulir segi empat dengan pertimbangan sudut helix
ulir. Pahat ini biasanya dibuat dari HSS atau pahat sisipan dari bahan karbida.

Gambar 2. Ulir segi empat


 Pahat ulir

Pada proses pembuatan ulir dengan menggunakan mesin bubut manual pertamatama yang
harus diperhatikan adalah sudut pahat. Gambar 3 ditunjukkan bentuk pahat ulir metris dan
alat untuk mengecek besarnya sudut tersebut (60o). Pahat ulir pada gambar tersebut adalah
pahat ulir luar dan pahat ulir dalam. Selain pahat terbuat dari HSS pahat ulir yang berupa sisipan
ada yang terbuat dari bahan karbida ( Gambar 4).
Gambar 3. Pahat ulir metris untuk ulir luar dan ulir dalam.

Gambar 4. Proses pembuatan ulir luar dengan pahat sisipan.

Setelah pahat dipilih, kemudian dilakukan setting posisi pahat terhadap benda
kerja. Setting ini dilakukan terutama untuk mengecek posisi ujung pahat bubut terhadap sumbu
mesin bubut/ sumbu benda kerja. Setelah itu dicek posisi pahat terhadap permukaan
benda kerja , supaya diperoleh sudut ulir yang simetris terhadap sumbu yang tegak lurus
terhadap sumbu benda kerja (Gambar 5).
Gambar 5. Setting pahat bubut untuk proses pembuatan ulir luar

Parameter pemesinan untuk proses bubut ulir berbeda dengan bubut rata. Hal
tersebut terjadi karena pada proses pembuatan ulir gerak makan (f) adalah kisar (pitch) ulir
tersebut, sehingga putaran spindel tidak terlalu tinggi (secara kasar sekitar setengah dari
putaran spindel untuk proses bubut rata). Perbandingan harga kecepatan potong untuk
proses bubut rata (Stright turning) dan proses bubut ulit (threading) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kecepatan potong proses bubut rata dan proses bubut ulir untuk pahat HSS

 Langkah penyayatan ulir

Supaya dihasilkan ulir yang halus permukaannya perlu dihindari kedalaman potong
yang relatif besar. Walaupun kedalaman ulir kecil (misalnya untuk ulir M10x1,5 ,
dalamnya ulir 0,934 mm) proses penyayatan tidak dilakukan sekali potong, biasanya dilakukan
penyayatan antara 5 sampai 10 kali penyayatan ditambah sekitar 3 kali penyayatan kosong
(penyayatan pada diameter terdalam). Hal tersebut karena pahat ulir melakukan penyayatan
berbentuk V. Agar diperoleh hasil yang presisi dengan proses yang tidak membahayakan
operator mesin, maka sebaiknya pahat hanya menyayat pada satu sisi saja (sisi potong pahat
sebelah kiri untuk ulir kanan, atau sisi potong pahat sebelah kanan untuk ulir kiri). Proses
tersebut dilakukan dengan cara memiringkan eretan atas dengan sudut 29o. (Gambar 6) untuk
ulir metris. Sedang untuk ulir Acme dan ulir cacing dengan sudut 29o, eretan atas dimiringkan
14,5o.

Gambar 6. Eretan atas diatur menyudut terhadap sumbu tegak lurus benda kerja dan arah
pemakanan pahat bubut

Proses penambahan kedalaman potong (dept of cut) dilakukan oleh eretan atas .
Proses bubut ulir dilakukan dengan cara :
 Memajukan pahat pada diameter luar ulir.
 Setting ukuran pada eretan atas menjadi 0 mm.
 Tarik pahat ke luar benda kerja, sehingga pahat di luar benda kerja dengan jarak
bebas sekitar 10 mm.
 Atur handel kisar menurut tabel kisar yang ada di mesin bubut, geser handel gerakan
eretan bawah untuk pembuatan ulir.
 Masukkan pahat dengan kedalaman potong sekitar 0,1 mm.
 Jalankan mesin sampai panjang ulir yang dibuat terdapat goresan pahat, kemudian
hentikan mesin dan tarik pahat keluar.
 Periksa kisar ulir yang dibuat (Gambar 7) dengan menggunakan kaliber ulir (screw pitch
gage). Apabila sudah sesuai maka proses pembuatan ulir dilanjutkan. Kalau kisar belum
sesuai periksa posisi handel pilihan kisar pada mesin bubut.

Gambar 7. Pengecekan kisar ulir dengan kaliber ulir


 Gerakkan pahat mundur dengan cara memutar spindel arah kebalikan, hentikan
setelah posisi pahat di depan benda kerja (Gerakan seperti gerakan pahat untuk membuat
poros lurus).
 Majukan pahat untuk kedalaman potong berikutnya dengan memajukan eretan atas.
 Langkah dilanjutkan seperti no 7) sampai kedalam ulir maksimal tercapai.
 Pada kedalaman ulir maksimal proses penyayatan perlu dilakukan berulang-ulang agar
beram yang tersisa terpotong semuanya.
 Setelah selesai proses pembuatan ulir, hasil yang diperoleh dicek ukuranya
(Diameter mayor, kisar, diameter minor, sudut).

D. Metoda/Model Pembelajaran (PAIKEM)


 Ceramah
 Tanya jawab

E. Langkah Langkah Kegiatan

Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu


Pendahuluan a. Berdoa 5 menit
b. Mengecek kehadiran
siswa
c. Menanyakan kabar
siswa – dengan fokus
pada mereka yang
tidak datang dan/atau
yang pada pertemuan
sebelumnya tidak
datang (contoh nilai
yang ditanamkan:
peduli, empati

Inti - Guru menjelaskan


pengertian ulir,
jenis-jenis ulir, dan
pembuatan ulir.
- Guru mengadakan
tanya jawab tentang
materi yang
diterangkan
10 menit
- Guru menerangkan
kembali yang belum
dimengerti
- Siswa
mendengarkan dan
menyimak materi
pelajaran

Penutup a. Guru memberikan


kesimpulan tentang
materi
5 menit
pembelajaran
b. Memberi
kesempatan kepada
siswa untuk
menanyakan materi
pembelajaran yang
kurang jelas
c. Guru
menginformasikan
kepada peserta
didik bahwa
pertemuan
berikutnya
d. Mengadakan test
lisan
e. Memberikan tugas
untuk dikerjakan
dirumah
(contoh nilai yang
ditanamkan:
antisipatif).
f. Berdoa (contoh
nilai yang ditanamkan:
taqwa).
g. Ke luar kelas
dengan tertib pada
waktunya (contoh
nilai yang
ditanamkan:
tertib, disiplin).

F. Bahan /Sumber Belajar


- Lagptop, LCD
- Spidol, white board
- Buku Menggunakan Mesin Bubut (kompleks) oleh Eka Yogaswwara, H.Rad Supardan,
Wahyu M. Sueb
G. Penilaian
- Test tertulis

I. Evaluasi

A. Tes
1. Sebutkan kegunaan dari Ulir ?
2. Sebeutkan macam-macam jenis Ulir ?
3. Sebutkan alat yang dapat digunakan membuat drat dengan tangan dan cara penggunaannya.

B. Jawaban Tes

1. Ulir/drat secara umum digunakan untuk mengikatkan atau mengencangkan beberapa bagian
benda.
2. Dalam hal standar ukuran drat/ulir, ada ulir metrik (M),ulir witworth(W/BSW) ulir paralel untuk
pipa (PF), ulir tirus untuk pipa (PT), dan ulir terpadu (UNC, UNF).
3. Ada 2 macam yaitu :
a. Dengan Tap
Ketika kita mengebor lubang untuk membuat drat/ulir di dalamnya,perlu
diperhatikan agar lubang yang kita buat ada dalam ukuran standar yang
diijinkan,agar hasilnya sempurna. Bewrikut adalah tabel beberapa ukuran ulir dan
diameter lubang bor yang disarankan.
b. Dengan Snei
Untuk hasil yang lebih lurus dan mempermudah pekerjaan,menyenei bisa juga
dilakukan di mesin bubut. Catok benda kerja dan pastikan lurus. Setel snei dan beri
sedikit pemakanan ke benda kerja lalu tekan dengan chuck bor yang terpasang di
kepala lepas. Lanjutkan seperti biasa,kendurkan dorongan chuck bor ketika
membuang tatal dari snei,begitu seterusnya sampai selesai. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar di bawah.
Pedoman Penilaian

Skor yang
No Aspek Indikator Skor maks Ket
dicapai
1 Soal No.1 Benar 30
2 Soal No.2 Benar 30
3 Soal No.3 Benar 40

Jumlah skor maksimal 100


Jumlah skor minimal lulus 70
Jumlah skor yang dapat dicapai
lulus/ tidak
Kesimpulan
lulus

∑ Skor perolehan

𝑠𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Skor Maksimal (100)

Keterangan Skor :

Masing-masing kolom diisi dengan kriteria


A= 80– 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D= ‹ 60 : Kurang

Remedial dan Pengayaan


i. Bagi peserta didik yang belum memperoleh nilai KKM 70 akan mengikuti remedial
j. Bagi siswa yang memperoleh nilai 70 – 80 akan diberikan pengayaan

NB : Remedial dan pengayaan disusun dalam dokumen tersendiri.


Medan, November 2017
Diketahui Oleh,
Kepala SMK Negeri 5 Medan Guru Mata Pelajaran

Drs, Maraguna Nasution, MAP Hasudungan Siahaan


NIP. 19660902 199512 1 001 NIP. 19651117 199010 1 001

Anda mungkin juga menyukai