PENDAHULUAN
Salah satu tahap penting dalam proses manufaktur adalah proses permesinan, di
mana material yang tidak diperlukan dihilangkan dan bahan mentah atau benda kerja
diubah menjadi bentuk dan dimensi yang diinginkan. Proses ini melibatkan penggunaan
mesin seperti mesin bubut, frais, bor, dan lainnya untuk menghilangkan material yang
tidak diperlukan, menghasilkan permukaan yang presisi, dan mencapai toleransi yang
diinginkan. Dengan fokus pada efisiensi, kualitas, dan akurasi, proses ini mendukung
produksi berbagai produk, mulai dari komponen kecil hingga struktur besar. Ini juga
sangat penting dalam industri manufaktur seperti mobil, kedirgantaraan, kesehatan, dan
banyak lainnya.
Proses dengan menguji mesin bubut merupakan langkah esensial dalam industri
manufaktur untuk memeriksa dan mengukur kualitas dan keakuratan komponen yang
dihasilkan oleh mesin bubut. Dalam proses ini, benda kerja yang telah dibubut akan
diperiksa menggunakan berbagai alat pengukur seperti mikrometer, jangka sorong, atau
alat ukur lainnya, dengan tujuan untuk memastikan bahwa dimensi, geometri, kehalusan
permukaan, dan toleransi sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Pengujian mesin
bubut penting untuk memastikan bahwa produk akhir memenuhi standar kualitas dan
keakuratan yang ditetapkan, dan juga untuk mengidentifikasi potensi masalah dalam
proses produksi yang memerlukan penyesuaian atau perbaikan.
1.2 Tujuan Pratikum
Proses bubut merupakan suatu proses pembuatan benda kerja dengan cara
memutar benda kerja yang terpasang pada chuck pada spindel yang berputar dan
kemudian benda kerja tersebut disentuhkan kepada pahat yang terpasang pada tool post.
Pahat juga melakukan gerakan secara transalasi sejajar denga sumbu putar dan benda
kerja[3].
Dalam setiap proses bubut, terdapat tiga parameter utama yang perlu
diperhatikan, yaitu kecepatan putar spindel (speed), gerakan makan (feed), dan
kedalaman potong (depth of cut). Meskipun faktor lain seperti bahan benda kerja dan
jenis pahat juga memiliki pengaruh yang signifikan, tiga parameter tersebut dapat diatur
langsung oleh operator pada mesin bubut[3].
Kecepatan putaran poros utama (speed) selalu terkait dengan spindel (sumbu
utama) dan benda kerja pada proses bubut. Kecepatan putaran poros utama diukur
dalam putaran per menit (revolutions per minute, rpm), yang mencerminkan seberapa
cepat spindel berputar. Namun, dalam proses bubut yang lebih penting adalah kecepatan
potong (Cutting speed atau V) atau seberapa cepat pahat melewati benda kerja atau
keliling benda kerja. Secara sederhana, kecepatan potong dapat dihitung sebagai hasil
dari mengalikan keliling benda kerja dengan kecepatan putar spindle[3].
Gerak makan (feed) yang disimbolkan dengan f, mengacu pada jarak yang
ditempuh oleh pahat setiap kali benda kerja berputar satu putaran penuh. Oleh karena
itu, satuan gerak makan adalah milimeter per putaran [3]. Nilai gerak makan ditetapkan
berdasarkan kekuatan mesin, jenis material benda kerja, material pahat, bentuk pahat,
dan terutama tingkat kehalusan permukaan yang diinginkan [1]. Biasanya, nilai gerak
makan ditentukan dengan mempertimbangkan kedalaman potong a. Besarnya gerak
makan ini biasanya berkisar antara 1/3 hingga 1/20 dari nilai kedalaman potong a, atau
disesuaikan dengan tingkat kehalusan permukaan yang diharapkan.
Kedalaman potong yang disebut dengan a (depth of cut), merujuk pada ketebalan
bagian benda kerja yang dihilangkan atau jarak antara permukaan yang dipotong dengan
permukaan yang belum terpotong dan diatur dengan menggeserkan peluncur silang
melalui roda pemutar[1]. Ketika pahat memotong sampai kedalaman a, diameter benda
kerja akan berkurang sebesar 2a. Hal ini terjadi karena bagian permukaan benda kerja
yang dipotong terdapat di dua sisi akibat benda kerja yang berputar.
Pembubutan alur adalah proses pembubutan benda kerja dengan tujuan membuat
alur pada bidang permukaan (luar dan dalam) atau pada bagian depannya sesuai tuntutan
pekerjaan[4].
Pemotongan pada mesin bubut adalah, proses pemotongan benda kerja yang
dilakukan menggunakan mesin bubut[4]. Proses pemotongan pada mesin bubut, pada
umumnya dilakukan apabila ingin menyelesaikan atau mendekatkan ukuran panjang dari
benda kerja hasil proses sebelumnya karena benda kerja tidak memungkinkan untuk
dicekam pada posisi sebalikannya atau tidak dapat dipotong dengan proses lain.
Pembubutan diameter dalam atau juga disebut pembubutan dalam adalah proses
memperbesar diameter lubang sebuah benda kerja pada mesin bubut yang sebelumnya
dilakukan proses pengeboran[4]. Jadi pembubutan dalam hanya bersifat perluasan lubang
atau membentuk bagian dalam benda kerja.
Geometri pahat bubut terutama tergantung pada material benda kerja dan
material pahat. Untuk pahat bubut dengan mata potong tunggal, sudut-sudut yang paling
penting adalah sudut beram (rake angle), sudut bebas (clearance angle), dan sudut sisi
potong (cutting edge angle)[3]. Sudut-sudut ini pada mata potong yang terbuat dari bahan
High-Speed Steel (HSS) diasah menggunakan mesin gerinda pahat. Namun, jika pahat
tersebut adalah pahat sisipan yang dipasang pada tempat pahatnya, sudut-sudut ini akan
disesuaikan dengan desain dan konfigurasi pahat sisipan tersebut.
π ×d×n
Vc=
1000 ; mm/ menit ...(1)
Keterangan:
𝑉𝑐 = kecepatan potong ; mm/ menit
𝑑 = diameter ; mm
𝜋 = Perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya
𝑛 = Putaran poros utama (benda kerja) ; r / mm
Keterangan:
𝑉𝑓 = Kecepatan makan (feeding speed) ; mm/ menit
f = Gerak makan ; mm/ rev
n = Putaran poros utama (benda kerja) ; r/ mm
Keterangan:
𝑡𝑐 = Waktu pemotongan (depth of cut);
𝑙𝑡 = panjang pemesinan; mm
𝑉𝑓 = Kecepatan makan; mm/menit
Keterangan:
𝑍 = Kecepatan penghasilan geram ; cm3/ min
𝐴 = Luas penampang geram sebelum dipotong ; mm2
𝑉𝑐 = kecepatan potong ; mm/ menit
𝑎 = kedalaman potong ; mm
5. Kedalaman potong (cutting time):
a=dm−2 ; mm ...(6)
Keterangan:
𝑎 = kedalaman potong; mm
𝑑𝑜 = Diameter awal ; mm
𝑑𝑚 = Diameter akhir ; mm
BAB III
METODOLOGI
3.1 Flowchart
Alat dan bahan adalah komponen penting dalam praktikum. Praktikum yang
dilaksanakan membutuhkan alat dan bahan agar praktikum dapat berjalan. Pada sub bab
ini akan dibahas mengenai alat dan bahan beserta fungsinya.
3.2.1 Alat
Alat utama yang digunakan adalah mesin bubut. Selain alat utama, juga diperlukan alat
pendukung lainnya seperti alat ukur seperti stopwatch, jangka sorong, dan penggaris.
1. Mesin Bubut
Mesin perkakas yang digunakan dalam praktikum proses bubut adalah mesin bubut.
Mesin bubut bekerja dengan prinsip mengurangi material dari benda kerja berbentuk silindris.
Pengurangan material terjadi karena adanya gerak relatif antara benda kerja yang bergerak rotasi
dan pahat yang bergerak translasi. Gerak makan dilakukan oleh mata pahat dan gerak potong
dilakukan oleh benda kerja.
2. Stopwatch
3. Jangka Sorong
Jangka sorong pada praktikum ini digunakan untuk mengukur diameter benda kerja
sebelum dan sesudah proses pembubutan, baik proses facing maupun turning.
4. Penggaris
Penggaris pada praktikum ini digunakan untuk mengukur kepanjangan benda kerja.
Gambar 3. 4 Penggaris
5. Kunci Chuck
Kunci chuck digunakan untuk mengatur pencekaman pada chuck ketika chuck akan
menggenggam maupun melepas benda kerja.
6. Kunci L Hexagonal
7. Correction Tape
8. Kuas
Kuas pada praktikum digunakan untuk mengaplikasikan cutting fluid secara manual
ketika dilakukan proses pembubutan.
Gambar 3. 8 Kuas
9. Kunci Toolpost
10. Pahat
Pahat yang digunakan pada praktikum adalah mahat dengan saatu mata pahat. Pahat ini
berbahan dasar carbide. Pahat dalam praktikun berfungsi untuk melakukan pemotongan baik
dalam proses turning dan facing.
3.2.2 Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam praktikum ini adalah benda kerja yang berbahan
alumunium. Bahan lainnya yang diperlukan adalah cutting fluid.
1. Benda Kerja
Benda kerja adalah benda yang akan digunakan sebagai bahan praktikum. Benda kerja
ini nantinya akan dibentuk dengan proses bubut (facing dan turning). Benda kerja ini pada
awalnya memiliki ukuran Panjang 110 mm dan diameter 25,4 mm.
2. Cutting Fluid
3. Solar
Gambar 3. 11 Solar
4. Oli
Oli digunakan pada mesin bubut setelah dibersihkan dengan solar. Oli digunakan pada
mesin bubut sebagai pelumas dan untuk menghindari korosi pada mesin
Gambar 3. 12 Oli
Pengambilan data kali ini, dilakukan praktikum pengerjaan proses mesin bubut
untuk menghasilkan hasil bubutan dengan dimensi dan kualitas yang diinginkan. Proses
ini melibatkan pengaturan parameter mesin, termasuk jumlah putaran spindel (n) dan
besar makan (f), serta perhitungan kecepatan spindel, kecepatan potong, kecepatan
makan mesin bubut, dan geram (Z).
1. Pengaturan (n) dilakukan sesuai dengan jenis bubut apa yang dilakukan.
2. Besar Makan (f) diatur berdasarkan jenis bahan, alat potong, dan kecepatan
potong yang diinginkan.
3. Kedalaman potong (a) diatur sesuai dengan keinginan perancang sesuai dengan
kemampuan pahat.
4. Perhitungan kecepatan penghasil Geram (Z).
3.2.2 Urutan Pengerjaan
A. Facing
a. Letakkan pahat pada tool past
b. Masukkan benda kerja ke dalam chuck(cekam)
c. Atur gerak makan dan putaran spindel yang akan digunakan
d. Kalibrasi untuk pengatur gerakan kiri kana di titik 0
e. Atur gerakan kiri kanan sesuai kedalaman potong
f. Hidupkan mesin
g. Matikan mesin ketika pahat sudah sampai di tengah benda kerja
h. Ulangi hingga mendapatkan ukuran yang dibutuhkan
B. Turning
a. Letakkan pahat pada tool post
b. Masukkan benda kerja ke dalam chuck(cekam)
c. Atur gerak makan dan putaran spindel yang akan digunakan
d. Kalibrasi untuk pengatur gerakan melintang di titik 0
e. Tentukan panjang proses yang akan dilakukan
f. Hidupkan mesin
g. Matikan mesin ketika proses turning sudah sama panjang dengan panjang
proses yang ingin dilakukan
h. Ulangi hingga mendapatkan ukuran yang dibutuhkan
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan
1. Facing Kiri
a. Kecepatan Potong
Vc = π .d.n ∕ 1000
Vc = (3,14) ( 25,4 mm ) (510 rpm ) ∕ 1000
Vc = 40,6755 m/min
b. Kecepatan Makan
Vf = f.n
Vf = (0,1018 mm/rev ) (510 rpm )
Vf =51,918 mm/min
c. Kedalaman Potong
a = 0,5 mm
d. Waktu Pemotongan
tc = lt / Vf
tc = 12,7 mm / 51,918 mm/min
tc = 0,2446 min
e. Kecepatan Geram
Z = f.a.Vc
Z = ( 0,1018 mm/rev ) ( 0,5 mm )( 40,6755 mm/min )
Z = 2,0703 cm3/min
2. Finishing
a. Kecepatan Potong
Vc = π .d.n ∕ 1000
Vc = (3,14) ( 25,4 mm ) (585 rpm ) ∕ 1000
Vc =46,65726 m/min
b. Kecepatan Makan
Vf = f.n
Vf = (0,0327 mm/rev ) (585 rpm )
Vf = 19,1295 mm/min
c. Kedalaman Potong
a = 0,2 mm
d. Waktu Pemotongan
lt
tc =
Vf
12,7 mm
tc =
19,1295 mm/min
tc = 0,74603 min
e. Kecepatan Geram
Z = f.a.Vc
Z = ( 0,0327 mm/rev )( 0,2 mm ) ( 46,65726 mm/min )
Z = 0,3051cm3/min
1. Turning Kiri
a. Kecepatan Potong
Vc = π .d.n ∕ 1000
Vc = (3,14) (25,1 mm ) (385 rpm ) ∕ 1000
Vc =30,3434 m/min
b. Kecepatan Makan
Vf = f.n
Vf = (0,2276 mm/rev ) (385 rpm )
Vf = 87,626 mm/min
c. Kedalaman Potong
a = (do – dm)/2
a = (25,4 mm – 24,8 mm )/2
a = 0,3 mm
d. Waktu Pemotongan
tc = lt / Vf
tc = 50 mm / 87,626 mm/min
tc = 0,5706 min
e. Kecepatan Geram
Z = f.a.Vc
Z = ( 0,2276 mm/rev )( 0,3 mm )( 87,626 mm/min )
Z = 2,0719 cm3/min
2. Finishing
a. Kecepatan Potong
Vc = π .d.n ∕ 1000
Vc =(3,14) ( 24,1 mm ) (510 rpm ) ∕ 1000
Vc =38,5937 m/min
b. Kecepatan Makan
Vf = f.n
Vf = (0,0696 mm/rev ) (510 rpm )
Vf =35,496 mm/min
c. Kedalaman Potong
a = (do – dm)/2
a = (24,2 mm – 24 mm)/2
a = 0,1 mm
d. Waktu Pemotongan
tc = lt / Vf
tc = 50 mm / 35,496 mm/min
tc = 1,4086 min
e. Kecepatan Geram
Z = f.a.Vc
Z = ( 0,0696 mm/rev )( 0,1 mm ) ( 38,5937 mm/min )
Z = 0,2686 cm3/min
1. Facing Kanan
a. Kecepatan Potong
Vc = π .d.n ∕ 1000
Vc = (3,14) ( 25,4 mm ) (510 rpm ) ∕ 1000
Vc = 40,6755 m/min
b. Kecepatan Makan
Vf = f.n
Vf = (0,1018 mm/rev ) (510 rpm )
Vf =51,918 mm/min
c. Kedalaman Potong
a = 0,5 mm
d. Waktu Pemotongan
tc = lt / Vf
tc = 12,7 mm / 51,918 mm/min
tc = 0,2446 min
e. Kecepatan Geram
Z = f.a.Vc
Z = ( 0,1018 mm/rev ) ( 0,5 mm )( 40,6755 mm/min )
Z = 2,0703 cm3/min
2. Finishing
a. Kecepatan Potong
Vc = π .d.n ∕ 1000
Vc = (3,14) ( 25,4 mm ) (585 rpm ) ∕ 1000
Vc =46,65726 m/min
b. Kecepatan Makan
Vf = f.n
Vf = (0,0327 mm/rev ) (585 rpm )
Vf = 19,1295 mm/min
c. Kedalaman Potong
a = 0,2 mm
d. Waktu Pemotongan
lt
tc =
Vf
12,7 mm
tc =
19,1295 mm/min
tc = 0,74603 min
e Kecepatan Geram
Z = f.a.Vc
Z = ( 0,0327 mm/rev )( 0,2 mm ) ( 46,65726 mm/min )
Z = 0,3051cm3/min
1. Turning Kanan
a. Kecepatan Potong
Vc = π .d.n∕1000
Vc = (3,14) ( 25,1 mm ) (385 rpm ) ∕ 1000
Vc =30,3434 m/min
b. Kecepatan Makan
Vf = f.n
Vf = (0,2276 mm/rev ) (385 rpm )
Vf =87,626 mm/min
c. Kedalaman Potong
a = (do – dm)/2
a = ( 25,4 mm – 24,8 mm )/2
a = 0,3 mm
d. Waktu Pemotongan
tc = lt / Vf
tc = 50 mm / 87,626 mm/min
tc = 0,5706 min
e Kecepatan Geram
Z = f.a.Vc
Z = ( 385 rpm ) ( 0,3 mm ) ( 30,3434 mm/min )
Z = 2,0719 cm3/min
2. Finishing
a. Kecepatan Potong
Vc = π .d.n∕1000
Vc =(3,14) ( 12,2 mm ) (510 rpm ) ∕ 1000
Vc =19,5371 m/min
b. Kecepatan Makan
Vf = f.n
Vf = (0,096) (510)
Vf = 35,496 mm/min
c. Kedalaman Potong
a = (do – dm)/2
a = (12,4 mm – 12 mm)/2
a = 0,2 mm
d. Waktu Pemotongan
tc = lt / Vf
tc = 26 mm / 35,496 mm/min
tc = 0,7324 min
e. Kecepatan Geram
Z = f.a.Vc
Z = ( 0,0696 mm/rev ) ( 0,2 mm )( 19,5371 mm/min )
Z = 0,2719 cm3/min
a) Facing Kanan
b) Facing Kiri
c) Turning Kiri
d) Turning Kanan
e) Threading
Gambar 4.11 Sebelum Proses Threading
4.3 Analisa
Selama proses facing kiri, terdapat sebelas langkah pengerjaan, terdiri dari
sembilan langkah proses facing dengan kedalaman potong (a) 0,5 mm dan dua langkah
proses finishing dengan kedalaman potong (a) 0,3 dan 0,2 mm. Nilai gerak makan (f)
pada proses facing dan finishing berubah dari 0,16 menjadi 0,10 selama praktikum.
Selanjutnya, untuk sembilan proses facing dan dua langkah finishing, kita mengambil
nilai 510 untuk putaran spindle (n), masing-masing. Hasil praktikum menunjukkan
sedikit perbedaan antara total waktu pemotongan (tc) teori dan praktikum total waktu
pemotongan (tc) teori adalah 3,5293 menit, sedangkan total waktu pemotongan (tc)
praktikum adalah 3,4997 menit.
Ada sejumlah variabel yang dapat menyebabkan perbedaan ini terjadi. Nilai n,
yang merupakan jumlah putaran per menit, yang dimasukkan ke dalam mesin bubut
selama praktikum, mungkin lebih kecil atau tidak sama dengan nilai n yang dihitung
secara teori. Selain itu, faktor-faktor seperti kualitas alat potong, kecepatan pemakanan,
atau variabel lainnya dapat memengaruhi jumlah waktu yang diperlukan untuk
memesinkan secara berbeda di dunia nyata dan dunia teori. Selain itu, kecepatan
pengukuran waktu dengan stopwatch dapat memengaruhi perbedaan waktu (tc). Hasil
akhir dapat dipengaruhi oleh komponen manusia seperti keterlambatan dalam memulai
atau menghentikan pengukuran waktu. Oleh karena itu, praktikan harus lebih berhati-
hati dalam menghitung berapa lama mereka menghabiskan praktikum untuk
menghindari perbedaan antara teori dan praktikum dan untuk mendapatkan hasil yang
tepat.
Selama proses facing kanan, terdapat sebelas langkah pengerjaan, terdiri dari
sembilan langkah proses facing dengan kedalaman potong (a) 0,5 mm dan dua langkah
proses finishing dengan kedalaman potong (a) 0,3 dan 0,2 mm. Nilai gerak makan (f)
untuk proses facing dan finishing berubah dari 0,16 menjadi 0,1 selama praktikum. Lalu
pada parameter berikutnya yaitu putaran spindle (n) kita mengambil nilai 510 untuk
sembilan proses facing dan n sebesar 585 untuk dua langkah finishing.
Pendekatan putar kanan memiliki panjang awal 100 mm dan diameter sekitar
25,4 mm. Selama proses putar kanan, kita akan melakukan putar "kecil" (mengurangi
diameter dari 25,4 mm menjadi 24 mm) dan putar "besar" (mengurangi diameter dari
24 mm menjadi 12 mm).
• Proses turning “kecil”
Proses turning "kecil" kanan ini melibatkan potongan dengan panjang sekitar
50 mm dan kedalaman total 1,4 mm. Ada tiga langkah pengerjaan dalam proses ini,
dengan dua langkah dalam tahap putar dan satu langkah dalam tahap finishing.
Parameter mesin yang diatur, seperti kecepatan putar (n) sebesar 385 langkah putar dan
510 langkah finishing, laju makan (f) sebesar 0,2276 langkah putar dan 0,0696 langkah
finishing, dan kedalaman potong (a) sebesar 0,3 untuk dua langkah putar dan 0,1 untuk
satu langkah finishing, memengaruhi perbandingan waktu pemesinan antara nilai teori
dan praktik. Namun, terjadi kesalahan pada langkah akhir proses. Dalam praktik kami,
kedalaman potong 0,1 mm dimasukkan ke dalam mesin bubut sebesar 0,15, yang
menyebabkan perbedaan diameter di sisi kiri. Ketika Anda meraba permukaan benda,
ini dapat dirasakan dengan jelas.
• Proses turning “besar”
Pada proses ini terdapat 13 langkah, terdiri dari 11 langkah proses pemotongan
dan 2 langkah proses finishing. Dalam langkah ke-11 proses pemotongan, kami
memasukkan nilai meter seperti kedalaman potong (a) 0,5 mm, gerak makan (f)
0,2276, dan putaran spindle (n) 385 rpm. Dalam langkah ke-2 proses finishing, kami
memasukkan nilai meter seperti kedalaman potong (a) 0,3 mm dan 0,2 mm, dan gerak
makan (f) sebesar 0,2276. Selanjutnya, terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara
total waktu pemotongan (tc) praktikum dan teori; total waktu pemotongan (tc)
praktikum adalah 6,625666667 menit, sedangkan total waktu pemotongan (tc) teori
adalah 7,278648467 menit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran pada laporan praktikum proses bubut kali
ini.
5.1 Kesimpulan
[1] Taufiq, R. (1993). Teori dan Teknologi Proses Pemesinan. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
[2] Sato, G. T., & Hartanto, N. S. (1992). Mengganmbar Mesin Menurut Standar
ISO. Jakarta: PT. Pradaya Paramita.