Anda di halaman 1dari 11

MAKALA

PROSES PEMESINAN BUBUT

Disusun Oleh

Fendi Kurniawan

1421900008

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA


2022
BAB I

PROSES PEMESINAN

1.1 Pendahuluan

Proses pemesinan merupakan proses lanjutan dalam pembentukan benda kerja atau
mungkin juga merupakan proses akhir setelah pembentukan logam menjadi bahan baku
berupa besi tempa atau baja paduan atau dibentuk melalui proses pengecoran yang
dipersiapkan dengan bentuk yang mendekati kepada bentuk benda yang sebenarnya.

Baja atau besi tempa sebagai bahan produk yang akan dibentuk melalui proses
pemesinan biasanya memiliki bentuk profil berupa bentuk dan ukuran yang telah
distandarkan misalnya, bentuk bulat “O”, segi empat, segi enam “L”, “I” “H” dan lainlain.

Proses pemesinan dengan menggunakan prinsip pemotongan logam dibagi dalam tiga
kelompok dasar, yaitu : proses pemotongan dengan mesin pres, proses pemotongan
konvensional dengan mesin perkakas, dan proses pemotongan non konvensional . Proses
pemotongan dengan menggunakan mesin pres meliputi pengguntingan (shearing),
pengepresan (pressing) dan penarikan (drawing, elongating). Proses pemotongan
konvensional dengan mesin perkakas meliputi proses bubut (turning), proses frais (milling),
sekrap (shaping). Proses pemotongan logam ini biasanya dinamakan proses pemesinan, yang
dilakukan dengan cara membuang bagian benda kerja yang tidak digunakan menjadi beram
(chips) sehingga terbentuk benda kerja. Dari semua prinsip pemotongan di atas pada buku ini
akan dibahas tentang proses pemesinan dengan menggunakan mesin perkakas. Proses
pemesinan adalah proses yang paling banyak dilakukan untuk menghasilkan suatu produk
jadi yang berbahan baku logam. Diperkirakan sekitar 60% sampai 80% dari seluruh proses
pembuatan suatu mesin yang komplit dilakukan dengan proses pemesinan.
BAB II

ISI

2.1 Jenis Jenis Proses Pemesinan

Proses permesinan adalah proses pemotongan atau pembuangan sebagaian bahan


dengan maksud untuk membentuk produk yang diinginkan. Proses pemesinan yang biasa
dilakukan di industri manufaktur adalah proses penyekrapan (shaping), proses penggurdian
(drilling), proses pembubutan ( tur ning), proses penyayatan/frais (milling), proses gergaji
(sawing), proses broaching, dan proses gerinda (grinding).

Proses pemesinan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Proses pemotongan (cutting), yaitu proses pemesinan dengan menggunakan pisau


pemotongan dengan bentuk geometri tertentu.
2. Proses abrasi (abrasive process), sepeti proses gerinda.
3. Proses pemesinan non traditional yaitu yang dilakukan secara elektrik.

Proses pemesinan seperti proses bubut, pengeboran, frais atau pemesinan baut pada
dasarnya merupakan suatu proses pembuangan sebagian bahan benda kerja dimana pada
proses pemotongannya akan dihasilkan geram (chip) yang merupakan bagian benda kerja
yang akan dibuang. Pahat potong bergerak sepanjang benda kerja dengan kecepatan V dan
kedalaman pemotongan Doc. Pergerakan pahat ini mengakibatkan timbulnya geram (chip)
yang terbentuk akibat proses pergeseran (shearing) secara kontinu pada bidang geser

2.2 Paparan Terkait Proses Pemesinan

Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin


berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin Bubut. Bentuk dasarnya
dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata :

 Dengan benda kerja yang berputar


 Dengan satu pahat bermata potong tunggal
 Dengan gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu
sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja

Proses bubut permukaan/surface turning adalah proses bubut yang identik


dengan proses bubut rata, tetapi arah gerakan pemakanan tegak lurus terhadap sumbu
benda kerja. Proses bubut tirus/taper turning sebenarnya identik dengan proses bubut
rata di atas, hanya jalannya pahat membentuk sudut tertentu terhadap sumbu benda
kerja. Dari proses-proses gerakan pembubutan diatas, secara umum mesin bubut
dapat melakukan beberapa proses permesinan, yaitu bubut dalam (internal turning), 5
proses pembuatan lubang dengan mata bor (drilling), proses memperbesar lubang
(boring), pembuatan ulir (thread cutting), dan pembuatan alur
(grooving/partingoff). Proses tersebut dilakukan di Mesin Bubut dengan
bantuan/tambahan peralatan lain agar proses pemesinan bisa dilakukan
Demikian juga proses bubut kontur, dilakukan dengan cara memvariasi
kedalaman potong sehingga menghasilkan bentuk yang diinginkan. Walaupun proses
bubut secara khusus menggunakan pahat bermata potong tunggal, tetapi proses bubut
bermata potong jamak tetap termasuk proses bubut juga, karena pada dasarnya setiap
pahat bekerja sendiri-sendiri. Selain itu proses pengaturannya (seting) pahatnya tetap
dilakukan satu persatu

2.3 Parameter Pada Proses Bubut


Tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar spindel
(speed), gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut). Faktor yang lain seperti
bahan benda kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki pengaruh yang cukup besar,
tetapi tiga parameter di atas adalah bagian yang bisa diatur oleh operator langsung pada
mesin bubut.

1. Kecepatan putar n (speed) selalu dihubungkan dengan spindel (sumbu utama) dan
benda kerja. Karena kecepatan putar diekspresikan sebagai putaran per menit
(revolutions per minute, rpm), hal ini menggambarkan kecepatan putarannya. Akan
tetapi yang diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan potong (Cutting speed
atau V) atau kecepatan benda kerja dilalui oleh pahat/ keliling benda kerja. Secara
sederhana kecepatan potong dapat digambarkan sebagai keliling benda kerja dikalikan
dengan kecepatan putar atau.
πdn
V=
1000
Dimana: V = kecepatan potong; m/menit
d = diameter benda kerja; mm
n = putaran benda kerja; rpm

Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diamater benda kerja. Selain
kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja faktor bahan benda kerja dan
bahan pahat sangat menentukan harga kecepatan potong. Pada dasarnya pada waktu
proses bubut kecepatan potong ditentukan berdasarkan bahan benda kerja dan pahat.
Harga kecepatan potong sudah tertentu, misalnya untuk benda kerja Mild Steel
dengan pahat dari HSS, kecepatan potongnya antara 20 sampai 30 m/menit.

2. Gerak makan f (feed), adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja
berputar satu kali, sehingga satuan f adalah mm/putaran. Gerak makan ditentukan
berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja, material pahat, bentuk pahat, dan
terutama kehalusan permukaan yang diinginkan. Gerak makan biasanya ditentukan
dalam hubungannya dengan kedalaman potong a. Gerak makan tersebut berharga
sekitar 1/3 sampai 1/20 a, atau sesuai dengan kehaluasan permukaan yang
dikehendaki.

3. Kedalaman potong a (depth of cut), adalah adalah tebal bagian benda kerja yang
dibuang dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadap
permukaan yang belum terpotong. Ketika pahat memotong sedalam a , maka diameter
benda kerja akan berkurung 2a, karena bagian permukaan benda kerja yang dipotong
ada di dua sisi, akibat dari benda kerja yang berputar. Beberapa proses pemesinan
selain proses bubut dapat dilakukan juga di mesin bubut proses pemesinan yang lain,
yaitu bubut dalam (internal turning), proses pembuatan lubang dengan mata bor
(drilling), proses memperbesar lubang (boring), pembuatan ulir (thread cutting), dan
pembuatan alur (grooving/ parting-off). Proses tersebut dilakukan di mesin bubut
dengan bantuan peralatan bantu agar proses pemesinan bisa dilakukan.

2.4 Kualitas Produk Pada Proses Pemesinan

Tuntutan terhadap kualitas produk yang baik dari proses pemesinan sangat dibutuhkan
di dunia industri. Salah satu kualitas produk adalah masalah kekasaran permukaan hasil
pengerjaan. Kekasaran permukaan benda kerja tergantung pada parameter pemotongan. Jenis
pendingin, kecepatan pemotongan dan ketebalan penyayatan merupakan parameter yang
berpengaruh terhadap kekasaran permukaan. Untuk memenuni nilai kekasaran yang
memenuhi spesifikasi maka ada banyak faktor yang harus dipenuhi.

Pada proses penyayatan benda kerja akan terjadi peningkatan suhu akibat gesekan
antara mata pisau dan benda kerja. Suhu benda kerja dan pisau akan mempengaruhi sifat
material dan pahat yang dipakai. Kecepatan potong adalah suatu harga yang diperlukan
dalam menentukan kecepatan pada saat proses penyayatan atau pemotongan benda kerja.
Harga kecepatan potong ditentukan oleh jenis alat potong dan jenis benda kerja yang
dipotong. Adanya bekas bidang penyayatan yang besar akan mengakibatkan terjadinya
perbedaan nilai kekasaran.

Dalam proses penyayatan menggunakan mesin turning, temperatur dikontrol dengan


pendingin yang dipancarkan dari samping pahat. Aliran pendingin tersebut mengenai pisau,
benda kerja dan bidang benda kerja dan pisau yang bergesekan sehingga temperatur dapat
dijaga. Temperatur yang dihasilkan tergantung dari debit aliran media pendingin, campuran
media pendingin dan jenis media pendingin yang digunakan.Pada proses pemesinan agar
mendapatkan temperatur pengerjaan yang rendah maka harus menggunakan pendingin yang
berkualitas baik, yang tentu saja harganya cukup mahal. Hal ini akan mempengaruhi nilai
ekonomi produk yang dihasilkan. Permasalahan dalam penelitian ini adalahBagaimana
pengaruh kecepatan, dan Ketebalan penyayatan serta komposisi campuran pendingin
terhadap kekasaran permukaan benda kerja baja ST 40 pada proses frais. Sedangkan tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecepatan, dan Ketebalan penyayatan
serta komposisi campuran pendingin terhadap kekasaran permukaan benda kerja baja ST 40
pada proses frais.

Dari hasil pengujian terdapat pengaruh kecepatan potong terhadap nilai kekasaran
permukaan, dimana semakin tinggi kecepatan potong yang digunakan maka nilai kekasaran
akan semakin kecil atau semakin halus. Terdapat pengaruh tebal penyayatan terhadap nilai
kekasaran permukaan, dimana semakin besar tebal penyayatan yang digunakan maka nilai
kekasaran akan semakin besar atau semakin kasar.Nilai kekasaran yang paling rendah adalah
1,38 µm di dapat pada kondisi kecepatan potong 200 m/menit, ketebalan penyayatan 0,2 mm
dan komposisi campuran pendingin 1:20.Nilai kekasaran yang paling tinggi adalah 2,79 µm
di dapat pada kondisi kecepatan potong 156 m/menit, ketebalan penyayatan 0,4 mm dan
komposisi campuran pendingin 1:40.Nilai kekasaran yang dapat dicapai pada penelitian ini
termasuk kedalam kategori nilai kekasaran permukaan yang ada pada standar yaitu antara
N5-N10 dengan nilai 0,4 µm sampai dengan 12,5 µm.

2.5 Contoh Produk Dengan Proses Pemesinan

Berikut merupakan contoh produk yang akan di kerjakan dengan proses pemesinan
bubut

2.6 Perhitungan Waktu Proses Pemesinan

Langkah pertama yang kita lakukan untuk melakukan proses pemesinan yaitu
mengetahui diameter awal benda kerja (D o ) dan diameter setelah kita melakukan proses
pemesianan ¿) serta panjang benda kerja (L). Untuk selanjutnya kita harus menentukan untuk
kedalaman potong (a), gerak makan (f), dan putaran spindle (n) dari mesin perkakas kita.

Bisa kita asumsikan diameter awal benda kerja yaitu 450mm dan setelah dilakukan
proses pemesinan menjadi 400mm dengan Panjang total benda kerja adalah 600mm. Serta
kita asumsikan juga untuk spesifikasi mesin yang melakukan proses pemotorngan 5 kali jalan
dan memiliki kedalaman potong 0,5 mm. Untuk gerak makan (f) dari mesin sendiri 0,02
mm/putaran serta putaran mesin bubut 640 rpm.
Untuk langkah pertama untuk menentukan lamanya waktu proses pemesinan kita
menghitung terlebih dahulu kecepatan potong (v) dengan rumus :

πdn
v=
1000

3,14 . 425 .640


v=
1000

v=854 , 08 m/menit

Setelah kita temukan untuk kecepatan potong yaitu 85,4 m/menit. selanjutnya kita
menghitung kecepatan makannya, dengan rumus :

v f =f . n

v f =0,02. 640

v f =12,8 mm / menit

Setelah kita hitung untuk kecepatan potong dan kecepatan makan nya, baru kita bisa
mengestimasi lamanya proses permesinan terhadap benda kerja yang akan di kerjakan dengan
cara menggunaka rumus :

tc= ¿
vf

600
tc=
12,8

tc=46,87 menit

Karena mesin yang digunakan melakukan 5 kali jalan jadi kita kalikan 5 sehingga kita dapat
kan 46,87 menit x 5 = 234,4 menit
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Waktu pengerjaan proses pemesinan sangat dipengaruhi oleh gerak makan mesin dan
putaran spindle. Apabila gerak makan yang kita berikan terhadap benda kerja kecil, maka kita
akan mendapatkan hasil permukaan benda kerja yang sangat halus namun akan berpengaruh
besar terhadap lamanya waktu pengerjaan. Begitu sebaliknya apabila kita berikan gerak
makan yang besar, maka pekerjaan proses pemesinan akan cepat selesai namun permukaan
benda kerja yang kita dapat akan kasar.

Putaran spindle juga sangat berpengaruh terhadap lamanya waktu pengerjaan karena
bila kita beri rpm yang kecil maka akan lama proses pemesinan itu berlangsung. Apabila kita
beri rpm yang tinggi bisa dipastikan suhu benda kerja akan meningkat dan bisa berakibat self
welding yang menyebabkan permukaan benda kerja tidak rata.
DAFTAR PUSTAKA

Kencanawati, P.K. 2017. Module Bahan Ajar Proses Pemesinan : Universitas Udayana
Denpasar.

Kusairi, A.S., Syarief, A., Bambang, S.D. Pengaruh Campuran Pendingin, Kecepatan dan
Tebal Penyayatan Pada Proses Frais Terhadap Kekasaran Permukaan Benda Kerja Baja ST
40 : Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai