Dosen Pengampu:
MOH. MUHYIDIN AGUS WIBOWO, S.T, M.T.
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
2023
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH:
Mengetahui,
Dosen Pengampu
Puji syukur ke hadirat Allah swt. karena atas petunjuk, taufik, cahaya ilmu
dan rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “Teori Proses Pemesisan”, dapat
terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Proses Manufaktur pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, Salawat dan salam semoga terlimpah kepada
Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan kepada seluruh umat Islam.
Selesainya makalah ini tidak lain dari usaha penulis dan juga doa dari orang
tua, serta dukungan dari Bapak Moh. Muhyidin Agus Wibowo, S.T, M.T. Penulis
berharap makalah ini dapat membantu menambah wawasan para pembaca tentang
Teori Proses Pemesinan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih jauh dari kata
sempurna. Karena itu, penulis meminta maaf dan juga mengucapkan terima kasih
apabila ada dari pembaca yang memberikan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi kesempurna-an makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB 1 ..................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
KESIMPULAN ..................................................................................................... 20
3.1.Kesimpulan .................................................................................................. 20
3.2.Saran ............................................................................................................ 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada proses bubut ada beberapa parameter yang harus diperhatikan seperti
kecepatan pemakanan, kecepatan pemotongan, kedalaman pemotongan dan juga
geometri pahat. Semua parameter tersebut sangat berpengaruh pada hasil akhir
produk seperti kekasaran permukaan maupun geometri dari suatu produk. Kualitas
hasil pembubutan dihasilkan dengan mengatur kombinasi setting parameter diatas.
Apabila semakin besar kedalaman pemotongan (depth of cut) maka luas penampang
geram yang terbentuk akan semakin besar sehingga gaya pemotongan pun
meningkat. Seiring meningkatnya gaya pemotongan maka deformasi yang
terbentuk semakin besar sehingga mempengaruhi kekasaran permukaan benda
kerja.
3
1.2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan lingkup proses pemesinan!
2. Jelaskan klasifikasi proses pemesinan!
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu lingkung proses pemesinan
2. Untuk mengetahui tentang klasifisaksi proses pemesinan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Pahat yang bergerak relatif terhadap benda kerja akan menghasilkan
geram dan sementara itu permukaan benda kerja secara bertahap akan
terbentuk menjadi komponen yang dikehendaki.
No. Jenis Mesin Gerak Potong Gerak Makan Jumlah Mata Pahat
1 Mesin Bubut Benda Kerja Pahat (Translasi) Tunggal
(Rotasi)
2 Mesin Freis Pahat (Rotasi) Benda Jamak
Kerja (Translasi)
3 Mesin Sekrap Pahat (Translasi) Benda Kerja Tunggal
(Translasi)
Sekrap Meja Benda Kerja Pahat Tunggal
6
(Translasi) (Translasi)
Dalam hal ini proses tersebut dikelompokkan dalam dua garis besar
proses yaitu:
7
yang bersangkutan dapat dipasangkan peralatan tambahan
(attachments) yang khusus.
8
2.1.3. Proses Bubut (Turning)
Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihitung dengan menggunakan
rumus yang dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar 1. Kondisi
pemotongan ditentukan sebagai berikut:
Benda keras:
9
Pahat:
Mesin bubut:
Pada gambar 1 diperlihatkan sudut potong utama (kr, principal cutting edge
angle) yaitu merupakan sudut antara mata potong mayor dengan kecepatan makan
vf. Untuk harga a dan f yang tetap maka sudut ini menentukan besarnya lebar
pemotongan (b, width of cut) dan tebal geram sebelum terpotong (h, undeformed
chip thickness) sebagai berikut:
Lebar pemotongan:
10
Gambar 2 pemotongan orthgogonal dan miring
Gaya Pemotongan
Suatu analisis mekanisme pembentukan geram yang dikemukakan oleh
Merchant pada gambar 3, berdasarkan teorinya atas model pemotongan sistem
tegak (orthogonal system). Sistem pemotongan tegak merupakanpenyederhanaan
dari sistem pemotongan miring (oblique system) dimana gaya dan
komponennya hanya dianalisa pada suatu bidang. Karena sistem gaya dipandang
hanya pada satu bidang (bukan ruang), maka gaya total dapat dipecahkan menjadi
dua komponen gaya yang saling tegak lurus. Tergantung dari cara pemisahan
11
komponen, dalam hal ini dapat dikemukakan tiga cara yaitu :
2. Gaya total (F) dapat diketahui arah dan besarnya dengan cara
membuat dinamometer (alat ukur gaya, dimana pahat dipasang
padanya dan alat tersebut dipasang pada mesin perkakas) yang
mengukur dua komponen gaya :
Fv : gaya potong, searah dengan kecepatan potong
Ff : gaya makan, searah dengan kecepatan makan.
3. Gaya total (F) yang bereaksi pada bidang geram (Aϒ, face, bidang
pada pahat dimana geram mengalir) dipecah menjadi dua
komponen untuk menentukan koefisien gesek darigeram terhadap
pahat :
Fϒ =gaya gesek pada bidang geram.
Fϒn = gaya normal pada bidang geram.
12
gambar 3 Lingkaran Gaya Pemotongan (Lingkaran Merchat)
Geometri Pahat
13
2. Sudut potong bantu
a. Permukaan diproduksi,
Keterangan:
14
menurunkan gaya pemotongan. Tetapi sudut geram tidak boleh terlalu besar
guna menjaga kekuatan pahat sertamemperlancar proses perambatanpanas.
Perambatan panas yang terhambat akan menaikkan temperatur pahat
sehingga umur pahat akan turun.
4. Radium Pojok
Kekasaran Permukaan
Permukaan
Adalah suatu batas yang memisahkan benda padat dengan sekitarnya. Istilah
yang berkaitan dengan permukaan yaitu profil. Profil atau bentuk adalah garis hasil
pemotongan secara normal atau serong dari suatu penampang permukaan (Munadi,
1988). Bentuk dari suatu permukaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu permukaan
yang kasar (roughness) dan permukaan yang bergelombang (waviness).
Permukaan yang kasar berbentuk gelombang pendek yang tidak teratur dan terjadi
karena getaran pisau (pahat) potong atau proposi yang kurang tepat dari pemakanan
(feed) pisau potong dalam proses pembuatannya. Sedangkan permukaan yang
bergelombang mempunyai bentuk gelombang yang lebih panjang dan tidak teratur
yang dapat terjadi karena beberapa faktor misalnya posisi senter yang tidak tepat,
adanya gerakan tidak lurus (non linier) dari memakanan (feed), getaran mesin,
15
tidak imbangnya (balance) batu gerinda, perlakuan panas (heat treatmen) yang
kurang 25 baikn dan sebagainya. Dari kekerasan (roughness) dan gelombang
(wanivess) inilah kemudian timbul kesalahan bentuk (Munadi, 1988).
16
Gambar 6 Profil suatu permukaan. (Sumber: Munadi, 1988)
Profil Terukur (Measured Profile) Profil terukur adalah profil dari suatu
permukaan yang diperoleh melalui proses pengukuran.
Profil Dasar (Root Profile) Profil dasar adalah profil referensi yang
digeserkan kebawah hingga tepat pada titik paling rendah pada profil
terukur.
Profil Tengah (Centre Profile) Profil tengan adalah profil yang berada
ditengah-tengah degan posisi sedemikian rupa sehingga jumlah luas bagian
atas profil tengah sampai pada profil terukur sama dengan jumlah luas
bagian bawah profil tengah sampai pada profil terukur.
17
Kekasaran Rata-rata Kuadratis (Root Mean Square Height), Rg Besarnya
harga kekasaran rata-rata kuadratis ini adalah jarak kuadrat rata-rata dari
harga profil terukur sampai dengan profil tengah.
Seperti halnya toleransi ukuran (lubang dan poros), harga kekasaran rata-
rata aritmetis Ra juga mempunyai harga toleransi kekasaran. Dengan demikian
masing-masing harga kekasaran mempunyai kelas kekasaran yaitu dari N1
sampai N12. Besarnya toleransi untuk Ra biasanya diambil antara 50% ke atas
dan 25% ke bawah (Munadi, 1988).
18
Penunjukan Konfigurasi Permukaan
19
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
20
1. Untuk membubut benda kerja pilihlah mesin bubut yang masih presisi, agar
proses pembuatan benda kerja lebih efisien waktu. Tidak terbuang untuk
setting benda dan perlengkapannya.
2. Dalam melakukan proses bubut, elemen dasar harus sesuai perhitungan.
3. Perhatikan kekerasan pada benda kerja sesuai dengan kebutuhan pengguna
alat tersebut.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
23
1