Anda di halaman 1dari 15

ISLAM DAN IPTEK

Oleh Kelompok 10 :

Putri Indriani 23022000002

Yasinta Nur Aini 23022000011

Sri Ayu Melinda 23022000029

Yesa Dwi Anggraini 23022000034

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNI
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penyusun dapat menyusun
makalah yang berjudul “ISLAM DAN IPTEK” untuk memenuhi mata kuliah
"Pendidikan Agama Islam" ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini telah dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak dalam
membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dwi Dian Wigati, S.Pd, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Agama Islam, yang telah membimbing penyusun dalam penyusunan
makalah ini.

2. Rekan - rekan kelas 1AB program studi S1 Manajemen.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karena itu penyusun berharap pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang bersifat membangun. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penyusun harapkan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Malang, 19 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Tujuan ...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan........................................................................2

2.2 Hubungan Antara Islam dan IPTEK..............................................................3

2.3 Hakikat dan Fungsi Ilmu Pengetahuan dalam Islam.....................................4

2.4 Kandungan Ayat – Ayat Al – Qur’an Mengenai IPTEK.............................. 6

2.5 Perkembangan IPTEK dalam Islam.............................................................. 7

2.6 Penerapan IPTEK dalam Islam..................................................................... 8

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 10

3.1 Kesimpulan..................................................................................................10

3.2 Saran............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat seiring
perkembangan zaman. Perkembangan ini membawa berbagai dampak bagi
kehidupan manusia. Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu
pengetahuan. Karena, selain ditentukan oleh nilai-nilai peribadatan kepada
Allah, martabat manusia juga ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya. Al-
Qur’an tidak hanya mengatur urusan masalah ubudiyah saja, tetapi juga
memuat ayat-ayat yang berhubungan dengan IPTEK.

Makalah ini akan membahas tentang Islam dan IPTEK.Bagaimanakah


hubungan IPTEK dengan Islam? Bagaimana kandungan ayat – ayat Al –
Qur’an mengenai perkembangan IPTEK? Pertanyaan inilah yang
melatarbelakangi penyusunan makalah.

1.2 Tujuan Masalah


1. Mengetahui definisi ilmu dan pengetahuan

2. Untuk mengetahui hubungan antara Islam dan IPTEK

3. Untuk mengetahui hakikat ilmu dan fungsi pengetahuan dalam Islam

4. Kandungan Ayat – Ayat Al – Qur’ an mengenai IPTEK

5. Untuk mengetahui perkembangan Islam dalam IPTEK

6. Untuk mengetahui penerapan Islam dalam IPTEK

7. Peran Pendidikan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan


Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui panca
indra, intuisi, dan firasat. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasikan, disistematisasi, dan diinterpretasi, sehingga menghasilkan
kebenaran objektif dan dapat diuji kebenarannya.

Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu fardhu ‘ain dan
fardhu kifayah. Yang masuk golongan ilmu fardhu ‘ain adalah Al-Quran,
hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan cabang-cabangnya. Sedangkan yang
masuk ilmu fardhu kifayah adalah kedokteran, matematika, psikologi, dan
cabang sains lainnya.

Menurut pengertian Barat, ilmu merupakan hasil riset yang dilakukan


oleh manusia, berupa konsep, teori, dan penjelasan. Mereka menganggap
bahwa ilmu adalah murni ciptaan manusia, tanpa adanya campur tangan Allah.
Sedangkan menurut al-Qur’an, ilmu adalah rangkaian keterangan teratur dari
Allah.

Teknologi merupakan hasil dari ilmu pengetahuan. Orang Barat


menganggap bahwa teknologi merupakan objek yang terlahir atas kebudayaan
perilaku manusia. Menurut al-Qur’an, teknologi tercipta karena adanya
kesadaran untuk menciptakannya, bukan sebagai ambisi tiap individu.

Dalam pemikiran Islam, ilmu bersumber dari wahyu dan akal. Ilmu yang
bersumber dari wahyu Allah, bersifat abadi dan kebenarannya mutlak.
Sedangkan ilmu yang bersumber dari akal manusia bersifat perolehan dan
kebenarannya nisbi (relatif). Pengembangan IPTEK dilakukan hanya untuk
menemukan bagaimana proses sunatullah terjadi di alam semesta, bukan
menciptakan hukum baru diluar sunatullah.

2
2.2 Hubungan Antara Islam dengan IPTEK
Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek: (a)
berseberangan atau bertentangan, (b) bertentangan tapi dapat hidup
berdampingan secara damai, (c) tidak bertentangan satu sama lain, (d) saling
mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.

Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak.
Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan
seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan
kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni
ajaran agama akan cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dikembangkan oleh manusia.

Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan


pertama. Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama
makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama
masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya
dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang
berbeda. Kebenaran agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu
pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi, akan
diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda.
Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan
penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena keduanya berada pada
wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun komunal, pengembangan
yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola hubungan
seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk
memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat.

Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini,
kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu
pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama

3
tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek
sama sekali. Dalam masyarakat di mana pola hubungan seperti ini terjadi,
penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan
pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk mendalami dan menghayati
ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler.
Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan agama dan
negara/masyarakat, maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu,
persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa aneh
kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara
komunal pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-
apa.

Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif.


Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan
antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang
tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud:
ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak
mendukung ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi
ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama
mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya.

Pola hubungan antara agama dan iptek di Indonesia saat ini baru pada
taraf tidak saling mengganggu. Pengembangan iptek dan pengembangan
kehidupan beragama diusahakan agar tidak saling tabrak pagar masing-masing.
Pengembangan agama diharapkan tidak menghambat pengembangan iptek
sedang pengembangan iptek diharapkan tidak mengganggu pengembangan
kehidupan beragama. Konflik yang timbul antara keduanya diselesaikan
dengan kebijaksanaan.

2.3 Hakikat Ilmu Dan Fungsi Pengetahuan Dalam Islam

Islam sebagai agama yang sangat menghormati ilmu pengetahuan, tidak


diragukan lagi. Banyak argumen yang dapat dirujuk, di samping ada ayat-ayat
al-Qur`an dan hadits Nabi saw. yang mengangkat derajat orang berilmu, juga

4
di dalam al-Qur`an mengandung banyak rasionalisasi, bahkan menempati
bagian terbesar. Hal ini diakui Meksim Rodorson (seorang penulis Marxis)
ketika menelaah Q.S. Ali Imrân/3: 190-191 dan Q.S. Al-Baqarah/2: 164.
Menurutnya, dalam al-Qur`an kata ‘aqala (mengandung pengertian
menghubungkan sebagian pikiran dengan sebagian yang lain dengan
mengajukan bukti-bukti yang nyata sebagai argumentasi yang harus dipahami
secara rasional) disebut berulang kali, tidak kurang dari lima puluh kali dan
sebanyak tiga belas kali berupa bentuk pertanyaan sebagai protes yang
mengarah pada kajian ilmiyah, seperti “Apakah kamu tidak berakal?".
Seandainya meneliti kata-kata lainnya: nazhara (menganalisa), tafakkara
(memikirkan), faqiha (memahami), ‘alima (mengerti, menyadari), burhan
(bukti, argumentasi), lubb (intelektual, cerdas, berakal) dan lain-lain, niscaya
akan menemukan banyak sekali nilai-nilai ilmiyah yang terdapat dalam al-
Qur`an.
Maka dapat dikatakan bahwa ilmu itu membutuhkan pembuktian (dalil,
hujjah atau argumen) sebagai hasil dari sebuah pencarian, dan al-Qur`an
mengisyaratkan mengenai hal ini. Karena itu, ada beberapa definisi al-‘ilmu
yang disodorkan para ulama sebagaimana dikemukakan Syarief ‘Ali bin
Muhammad al-Jarjani, yaitu: “keyakinan yang pasti sesuai dengan kenyataan”,
“sampainya gambaran sesuatu terhadap akal”, “hilangnya keraguan setelah
diketahui”, “hilangnya kebodohan”, “merasa cukup setelah tahu”. Dikatakan
pula “sebagai sifat yang mendalam yang dapat mengetahui perkara yang
universal dan farsial” atau “sampainya jiwa kepada sesuatu makna yang
diketahui”. Adapula yang memberikan definisi dengan “ilmu adalah istilah
untuk menyebutkan terjadinya kesinambungan yang khusus antara subjek
yang berpikir dan objek yang dipikirkan”. Juga (pengertian yang lebih
ringkas) “mengetahui sifat persifat”. Disebut Ilmu al-Yaqin, adalah
pengetahuan yang berdasarkan dalil dengan gambaran berupa perkara yang
meyakinkan.

5
2.4 Kandungan Ayat – Ayat Al – Qur’ an mengenai IPTEK

Sebagian orang yang rendah pengetahuan keislamannya beranggapan


bahwa al-Qur’an adalah sekedar kumpulan cerita kuno yang tidak mempunyai
manfaat bagi kehidupan modern, apalagi jika dihubungkan dengan kemajuan
IPTEK saat ini. Al-Qur’an menurut mereka cukuplah dibaca untuk sekedar
mendapatkan pahala bacaannya, tidak untuk digali kandungan ilmu
didalamnya.

Anggapan diatas merupakan indikasi bahwa orang tersebut tidak mau


berusaha untuk membuka al-Qur’an dan menganalisis kandungan ilmu
didalamnya. Anggapan tersebut amatlah keliru. Bukti-bukti di bawah ini
menunjukkan yang sebaliknya :

1. Surat Al-Mulk Ayat 19

)١٩( ‫َأَو َلۡم َيَر ۡو ْا ِإَلى ٱلَّطۡي ِر َفۡو َقُهۡم َص ٰٓـَّفٰـ ٍ۬ت َو َيۡق ِبۡض َنۚ‌ َم ا ُيۡم ِس ُك ُهَّن ِإاَّل ٱلَّر ۡح َم ٰـ ۚ‌ُن ِإَّنُه ۥ ِبُك ِّل َش ۡى ِۭء َبِص يٌر‬

Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang


mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada
yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya
Dia Maha Melihat segala sesuatu

2. Surat Ar-Rahman ayat 33

‫َيٰـ َم ۡع َش َر ٱۡل ِج ِّن َو ٱِإۡل نِس ِإِن ٱۡس َتَطۡع ُتۡم َأن َتنُف ُذ وْا ِم ۡن َأۡق َط اِر ٱلَّسَم ٰـ َو ٲِت َو ٱَأۡلۡر ِض َفٱنُف ُذ وۚ‌ْا اَل َتنُف ُذ وَن ِإاَّل‬
)٣٣( ‫ِبُس ۡل َطٰـ ٍ۬ن‬

Artinya: Hai jama´ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan

3. Surat Al-Alaq Ayat 1-5

( ‫) ٱَّل ِذ ى َع َّلَم ِب ٱۡل َقَلِم‬٣( ‫) ٱۡق َر ۡأ َو َر ُّبَك ٱَأۡلۡك َر ُم‬٢( ‫) َخ َلَق ٱِإۡل نَس ٰـَن ِم ۡن َع َلٍق‬١( ‫ٱۡق َر ۡأ ِبٱۡس ِم َر ِّبَك ٱَّلِذ ى َخ َلَق‬
)٥( ‫) َع َّلَم ٱِإۡل نَس ٰـَن َم ا َلۡم َيۡع َلۡم‬٤

6
Artinya:Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan 2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 3. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 4. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak dike-
tahuinya

4. Surah Al-isra Ayat 36

‫ٰۤل‬
‫َو اَل َتْقُف َم ا َلْيَس َلَك ِبٖه ِع ْلٌم ۗ ِاَّن الَّسْمَع َو اْلَبَصَر َو اْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُاو ِٕىَك َك اَن َع ْنُه َم ْسُٔـْو ًل‬

Artinya: Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui.


Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan
diminta pertanggungjawabannya.

5. Sejarah menunjukkan bahwa pada masa kaum muslimin mempelajari dan


melaksanakan ajaran agamanya dengan benar, maka mereka memimpin
dunia dengan pakar-pakar yang menguasai ilmunya masing-masing, se-
hingga Barat pu belajar dari mereka. Dan, disaat kaum muslimin mening-
galkan ajaran agamanya, mulai tergiur dengan kenikmatan duniawi, lalu
berpaling ke Barat, Allah SWT merendahkan dan menghina mereka.
Sesungguhnya Rasulullah telah memperingatkan hal ini. Dalam hadisnya
disebutkan: “Kelak akan datang suatu masa dimana kalian akan menjadi
makanan diatas piring yang dihadapi oleh orang-orang yang kelaparan.
Para sahabat bertanya : Apakah karena jumlah kita sedikit ya Rasulullah?
Jawab Nabi Muhammad saw : Bahkan jumlah kalian sangat banyak.
Tetapi kalian terkena penyakit “wahn”! Tanya para sahabat : Apa itu
“wahn” ya Rasulullah? Jawab Nabi Muhammad saw : Kalian cinta dunia
dan takut mati.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)

2.5 Perkembangan IPTEK dalam Islam

Dalam Islam pun diajarkan untuk menuntuk ilmu yang


mengindikasikan bahwaselama ilmu tersebut bermanfaat bagi umat -
nya (dalam konteks positif) maka diwajibkan bagi umatnya untuk

7
mempelajarinya, hal ini juga sebagai wujud syukur akan Allah atas
kemampuan akal dan kemampuan berfikir yang diberikan. Selain itu,
Agama Islam juga mewajibkan bagi umatnya untuk mengamalkan
ilmu yang mereka peroleh untuk kebaikan didunia, yang di realisas -
ikan dalam bentuk teknologi serta pengajaran akan ilmu tersebut.
Dalam pemikiran islam ada dua sumber ilmu yaitu akal dan
wahyu. Oleh karena itu ilmu dalam pemikiran islam terbagi menjadi
ilmu bersifat abadi dan ilmu bersifat perolehan. Dalam pandangan
islam, antara agama, ilmu pengetahuan dan teknologi terdapat
hubungan yang harmonis yang disebut Dinul Islam yang memiliki 3
unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak
Ini gambaran bahwa antara iman, ilmu, dan amal merupakan satu
kesatuan yang utuh . iman di identikkan dengan dengan akar pohon
yang menopang tegaknya ajaran islam. Ilmu bagaikan batang pohon
yang mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan.
Sedangkan amal ibarat buah dari pohon yang di identikkan dengan
teknologidan seni. Iptek yang dikembangakan di atas nilai-nilai iman
dan ilmu akan menghasilkan amal shalih, bukan kerusakan alam.

2.6 Penerapan Islam dalam IPTEK

Teknologi hanyalah suatu keterampilan, hasil dari ilmu pengetahuan


berkenaan dengan teknik, serba mesin itu. Teknologi tidak berarti bila manu-
sia dibelakang teknologi itu tidak berfungsi, tidak berperan dan mati. Sebelum
teknologi dihidupkan, wajib lebih dahulu menghidupkan dhamir manusia yang
akan mempergunakan perangkat teknologi, agar hasil yang diperoleh berman-
faat untuk kehidupan manusia. Jangan sebaliknya merusak kehidupan itu
sendiri.

Pemilik ilmu pengetahuan dan pengguna teknologi mestinya mampu men-


cipta dan menampilkan produk teknologi ditengah kehidupan dunia menyelu-

8
ruh (global) tanpa merusak harkat manusia melalui produk hasil ciptaan
teknologi tersebut.

Di sini sebenarnya arti penerapan Iptek dari sudut pandang agama Islam.
Iptek menjadi musuh kemanusian bila hasilnya menghancurkan harkat (dera-
jat) manusia. Iptek juga sangat penting teramat berguna dalam meningkatkan
taraf hidup manusia. Karena itu perlu ada saringan pengguna iptek itu.
Saringannya adalah agama, akal budi, dan di Minangkabau adalah adat
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rahasia kemajuan peradaban Islam adalah karena Islam tidak mengenal
pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu
dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam,
sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.
Secara implisit, bangsa Indonesia menghendaki agar agama dapat berperan
sebagai jiwa, penggerak, dan pengendali ataupun sebagai landasan spiritual,
moral, dan etik bagi pembangunan nasional, termasuk pembangunan bidang iptek
tentunya. Dalam kaitannya dengan pengembangan iptek nasional, agama
diharapkan dapat menjiwai, menggerakkan, dan mengendalikan pengembangan
iptek nasional tersebut.

Pola hubungan antara agama dan iptek di Indonesia saat ini baru pada taraf
tidak saling mengganggu. Pengembangan iptek dan pengembangan kehidupan
beragama diusahakan agar tidak saling tabrak pagar masing-masing.
Pengembangan agama diharapkan tidak menghambat pengembangan iptek sedang
pengembangan iptek diharapkan tidak mengganggu pengembangan kehidupan
beragama. Konflik yang timbul antara keduanya diselesaikan dengan
kebijaksanaan.

Dalam perspektif Islam, antara iman, ilmu, amal, dan iptek tidak bisa
dipisahkan. Disana terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang
terintegrasi kedalam suatu sistem yang disebut Dinul Islam. Tauhid sebagai kunci
pokok Islam, tidak mengakui adanya pemisahan antara iman dan sains. Segala
sesuatu yang ada di alam merupakan bukti kehadiran Allah. Pengetahuan tentang
alam adalah suatu bentuk amal shaleh yang dapat mendekatkan diri manusia
kepada Allah.

10
3.2 Saran
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan tak akan bernilai ibadah
dan tak akan menghasilkan manfaat bagi manusia dan lingkungan. Sebaliknya,
pengembangan IPTEK yang didasari etika Islam akan memberikan orientasi dan
arah yang jelas, serta mampu mengoptimalkan manfaat IPTEK dan meminimalisir
dampak negatif IPTEK bagi manusia dan alam. Orang yang melandaskan ilmunya
dengan keimanan, pengembangan dan pemanfaatan IPTEK tidaklah ditujukan
sebagai tuntutan hidup semata, tetapi juga merupakan refleksi dari ibadah kepada
Allah. Ia menjadi sarana peningkatan rasa syukur dan ketakwaan kepada Allah.
Oleh karena itu, kita harus sebisa mungkin menyeimbangkan antara iptek dan
agama.

11
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2013. Teknik Merawat Auto Mobil Lengkap. Bandung: Yrama Widya.

http://andiweb3.wordpress.com/2012/03/15/gangguan-pada-sistem-kemudi/

http://www.oto.co.id/infootomotif/Tips_detail.asp?
ContentID=2005071109093409030063

http://www.slideshare.net/deripermana104/melakukan-perbaikan-system-kemudi

http://espass1600.blogspot.com/2012/03/tips-tips-perawatan-mobil.html

http://66tech.wordpress.com/2011/04/21/perbaikan-sistem-kemudi/

12

Anda mungkin juga menyukai