Oleh Kelompok 10 :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penyusun dapat menyusun
makalah yang berjudul “ISLAM DAN IPTEK” untuk memenuhi mata kuliah
"Pendidikan Agama Islam" ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini telah dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak dalam
membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dwi Dian Wigati, S.Pd, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Agama Islam, yang telah membimbing penyusun dalam penyusunan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
3.1 Kesimpulan..................................................................................................10
3.2 Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu fardhu ‘ain dan
fardhu kifayah. Yang masuk golongan ilmu fardhu ‘ain adalah Al-Quran,
hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan cabang-cabangnya. Sedangkan yang
masuk ilmu fardhu kifayah adalah kedokteran, matematika, psikologi, dan
cabang sains lainnya.
Dalam pemikiran Islam, ilmu bersumber dari wahyu dan akal. Ilmu yang
bersumber dari wahyu Allah, bersifat abadi dan kebenarannya mutlak.
Sedangkan ilmu yang bersumber dari akal manusia bersifat perolehan dan
kebenarannya nisbi (relatif). Pengembangan IPTEK dilakukan hanya untuk
menemukan bagaimana proses sunatullah terjadi di alam semesta, bukan
menciptakan hukum baru diluar sunatullah.
2
2.2 Hubungan Antara Islam dengan IPTEK
Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek: (a)
berseberangan atau bertentangan, (b) bertentangan tapi dapat hidup
berdampingan secara damai, (c) tidak bertentangan satu sama lain, (d) saling
mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak.
Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan
seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan
kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni
ajaran agama akan cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dikembangkan oleh manusia.
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini,
kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu
pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama
3
tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek
sama sekali. Dalam masyarakat di mana pola hubungan seperti ini terjadi,
penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan
pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk mendalami dan menghayati
ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler.
Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan agama dan
negara/masyarakat, maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu,
persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa aneh
kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara
komunal pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-
apa.
Pola hubungan antara agama dan iptek di Indonesia saat ini baru pada
taraf tidak saling mengganggu. Pengembangan iptek dan pengembangan
kehidupan beragama diusahakan agar tidak saling tabrak pagar masing-masing.
Pengembangan agama diharapkan tidak menghambat pengembangan iptek
sedang pengembangan iptek diharapkan tidak mengganggu pengembangan
kehidupan beragama. Konflik yang timbul antara keduanya diselesaikan
dengan kebijaksanaan.
4
di dalam al-Qur`an mengandung banyak rasionalisasi, bahkan menempati
bagian terbesar. Hal ini diakui Meksim Rodorson (seorang penulis Marxis)
ketika menelaah Q.S. Ali Imrân/3: 190-191 dan Q.S. Al-Baqarah/2: 164.
Menurutnya, dalam al-Qur`an kata ‘aqala (mengandung pengertian
menghubungkan sebagian pikiran dengan sebagian yang lain dengan
mengajukan bukti-bukti yang nyata sebagai argumentasi yang harus dipahami
secara rasional) disebut berulang kali, tidak kurang dari lima puluh kali dan
sebanyak tiga belas kali berupa bentuk pertanyaan sebagai protes yang
mengarah pada kajian ilmiyah, seperti “Apakah kamu tidak berakal?".
Seandainya meneliti kata-kata lainnya: nazhara (menganalisa), tafakkara
(memikirkan), faqiha (memahami), ‘alima (mengerti, menyadari), burhan
(bukti, argumentasi), lubb (intelektual, cerdas, berakal) dan lain-lain, niscaya
akan menemukan banyak sekali nilai-nilai ilmiyah yang terdapat dalam al-
Qur`an.
Maka dapat dikatakan bahwa ilmu itu membutuhkan pembuktian (dalil,
hujjah atau argumen) sebagai hasil dari sebuah pencarian, dan al-Qur`an
mengisyaratkan mengenai hal ini. Karena itu, ada beberapa definisi al-‘ilmu
yang disodorkan para ulama sebagaimana dikemukakan Syarief ‘Ali bin
Muhammad al-Jarjani, yaitu: “keyakinan yang pasti sesuai dengan kenyataan”,
“sampainya gambaran sesuatu terhadap akal”, “hilangnya keraguan setelah
diketahui”, “hilangnya kebodohan”, “merasa cukup setelah tahu”. Dikatakan
pula “sebagai sifat yang mendalam yang dapat mengetahui perkara yang
universal dan farsial” atau “sampainya jiwa kepada sesuatu makna yang
diketahui”. Adapula yang memberikan definisi dengan “ilmu adalah istilah
untuk menyebutkan terjadinya kesinambungan yang khusus antara subjek
yang berpikir dan objek yang dipikirkan”. Juga (pengertian yang lebih
ringkas) “mengetahui sifat persifat”. Disebut Ilmu al-Yaqin, adalah
pengetahuan yang berdasarkan dalil dengan gambaran berupa perkara yang
meyakinkan.
5
2.4 Kandungan Ayat – Ayat Al – Qur’ an mengenai IPTEK
)١٩( َأَو َلۡم َيَر ۡو ْا ِإَلى ٱلَّطۡي ِر َفۡو َقُهۡم َص ٰٓـَّفٰـ ٍ۬ت َو َيۡق ِبۡض َنۚ َم ا ُيۡم ِس ُك ُهَّن ِإاَّل ٱلَّر ۡح َم ٰـ ُۚن ِإَّنُه ۥ ِبُك ِّل َش ۡى ِۭء َبِص يٌر
َيٰـ َم ۡع َش َر ٱۡل ِج ِّن َو ٱِإۡل نِس ِإِن ٱۡس َتَطۡع ُتۡم َأن َتنُف ُذ وْا ِم ۡن َأۡق َط اِر ٱلَّسَم ٰـ َو ٲِت َو ٱَأۡلۡر ِض َفٱنُف ُذ وْۚا اَل َتنُف ُذ وَن ِإاَّل
)٣٣( ِبُس ۡل َطٰـ ٍ۬ن
Artinya: Hai jama´ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan
( ) ٱَّل ِذ ى َع َّلَم ِب ٱۡل َقَلِم٣( ) ٱۡق َر ۡأ َو َر ُّبَك ٱَأۡلۡك َر ُم٢( ) َخ َلَق ٱِإۡل نَس ٰـَن ِم ۡن َع َلٍق١( ٱۡق َر ۡأ ِبٱۡس ِم َر ِّبَك ٱَّلِذ ى َخ َلَق
)٥( ) َع َّلَم ٱِإۡل نَس ٰـَن َم ا َلۡم َيۡع َلۡم٤
6
Artinya:Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan 2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 3. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 4. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak dike-
tahuinya
ٰۤل
َو اَل َتْقُف َم ا َلْيَس َلَك ِبٖه ِع ْلٌم ۗ ِاَّن الَّسْمَع َو اْلَبَصَر َو اْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُاو ِٕىَك َك اَن َع ْنُه َم ْسُٔـْو ًل
7
mempelajarinya, hal ini juga sebagai wujud syukur akan Allah atas
kemampuan akal dan kemampuan berfikir yang diberikan. Selain itu,
Agama Islam juga mewajibkan bagi umatnya untuk mengamalkan
ilmu yang mereka peroleh untuk kebaikan didunia, yang di realisas -
ikan dalam bentuk teknologi serta pengajaran akan ilmu tersebut.
Dalam pemikiran islam ada dua sumber ilmu yaitu akal dan
wahyu. Oleh karena itu ilmu dalam pemikiran islam terbagi menjadi
ilmu bersifat abadi dan ilmu bersifat perolehan. Dalam pandangan
islam, antara agama, ilmu pengetahuan dan teknologi terdapat
hubungan yang harmonis yang disebut Dinul Islam yang memiliki 3
unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak
Ini gambaran bahwa antara iman, ilmu, dan amal merupakan satu
kesatuan yang utuh . iman di identikkan dengan dengan akar pohon
yang menopang tegaknya ajaran islam. Ilmu bagaikan batang pohon
yang mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan.
Sedangkan amal ibarat buah dari pohon yang di identikkan dengan
teknologidan seni. Iptek yang dikembangakan di atas nilai-nilai iman
dan ilmu akan menghasilkan amal shalih, bukan kerusakan alam.
8
ruh (global) tanpa merusak harkat manusia melalui produk hasil ciptaan
teknologi tersebut.
Di sini sebenarnya arti penerapan Iptek dari sudut pandang agama Islam.
Iptek menjadi musuh kemanusian bila hasilnya menghancurkan harkat (dera-
jat) manusia. Iptek juga sangat penting teramat berguna dalam meningkatkan
taraf hidup manusia. Karena itu perlu ada saringan pengguna iptek itu.
Saringannya adalah agama, akal budi, dan di Minangkabau adalah adat
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rahasia kemajuan peradaban Islam adalah karena Islam tidak mengenal
pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu
dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam,
sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.
Secara implisit, bangsa Indonesia menghendaki agar agama dapat berperan
sebagai jiwa, penggerak, dan pengendali ataupun sebagai landasan spiritual,
moral, dan etik bagi pembangunan nasional, termasuk pembangunan bidang iptek
tentunya. Dalam kaitannya dengan pengembangan iptek nasional, agama
diharapkan dapat menjiwai, menggerakkan, dan mengendalikan pengembangan
iptek nasional tersebut.
Pola hubungan antara agama dan iptek di Indonesia saat ini baru pada taraf
tidak saling mengganggu. Pengembangan iptek dan pengembangan kehidupan
beragama diusahakan agar tidak saling tabrak pagar masing-masing.
Pengembangan agama diharapkan tidak menghambat pengembangan iptek sedang
pengembangan iptek diharapkan tidak mengganggu pengembangan kehidupan
beragama. Konflik yang timbul antara keduanya diselesaikan dengan
kebijaksanaan.
Dalam perspektif Islam, antara iman, ilmu, amal, dan iptek tidak bisa
dipisahkan. Disana terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang
terintegrasi kedalam suatu sistem yang disebut Dinul Islam. Tauhid sebagai kunci
pokok Islam, tidak mengakui adanya pemisahan antara iman dan sains. Segala
sesuatu yang ada di alam merupakan bukti kehadiran Allah. Pengetahuan tentang
alam adalah suatu bentuk amal shaleh yang dapat mendekatkan diri manusia
kepada Allah.
10
3.2 Saran
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan tak akan bernilai ibadah
dan tak akan menghasilkan manfaat bagi manusia dan lingkungan. Sebaliknya,
pengembangan IPTEK yang didasari etika Islam akan memberikan orientasi dan
arah yang jelas, serta mampu mengoptimalkan manfaat IPTEK dan meminimalisir
dampak negatif IPTEK bagi manusia dan alam. Orang yang melandaskan ilmunya
dengan keimanan, pengembangan dan pemanfaatan IPTEK tidaklah ditujukan
sebagai tuntutan hidup semata, tetapi juga merupakan refleksi dari ibadah kepada
Allah. Ia menjadi sarana peningkatan rasa syukur dan ketakwaan kepada Allah.
Oleh karena itu, kita harus sebisa mungkin menyeimbangkan antara iptek dan
agama.
11
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2013. Teknik Merawat Auto Mobil Lengkap. Bandung: Yrama Widya.
http://andiweb3.wordpress.com/2012/03/15/gangguan-pada-sistem-kemudi/
http://www.oto.co.id/infootomotif/Tips_detail.asp?
ContentID=2005071109093409030063
http://www.slideshare.net/deripermana104/melakukan-perbaikan-system-kemudi
http://espass1600.blogspot.com/2012/03/tips-tips-perawatan-mobil.html
http://66tech.wordpress.com/2011/04/21/perbaikan-sistem-kemudi/
12