Anda di halaman 1dari 20

AGAMA, SAINS

DAN DISTINGSI KEILMUANYA

MAKALAH
Dipresentasikan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Studi Integrasi Islam dan Sains Pada Prodi Magister
Akhwalu Syakhsiyah
Universitas Islam Negeri Datokarama Palu

Oleh :
Andi Ridwan
Nim : 02210721008

Dibimbing oleh Dosen:


Dr. H. Saude, M.Pd
Dr. H. Lukman S. Thahir, M.Ag

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS PASCASARJANA
UIN DATOKARAMA PALU
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

ِ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ مٰ ِن الر‬


‫َّحيم‬

Alhamdulillah Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang masih

memberikan nafas kehidupan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah

Mata Kuliah Studi Integrasi Islam dan Sains dengan Judul “Agama, Sains dan

Distingsi Keilmuanya“ dengan tepat waktu. Tidak lupa Sholawat dan Salam selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan Inspirator terbesar

dalam segala keteladanannya.

Penulis menyadari terselesaikanya Makalah ini, tidak lain adalah petunjuk

dan pertolongan dari Allah SWT yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis

mampu menyelesaikannya dengan baik. Selanjutnya juga penulis menyadari bahwa

penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan oleh kita

semua, Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang

Konstruktif sangat penulis harapkan dari teman – teman dan terutama dari Dosen

Pengampu Mata Kuliah Studi Integrasi Islam dan Sains, dan demi peningkatkan

pembuatan makalah pada tugas yang Mata Kuliah yang lain pada waktu mendatang.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3

BAB II. PEMBAHASAN

1. Apa itu Agama..? 5


2. Apa Itu Sains..? 5
3. Apa Perbedaan Antara Agama dan Sains..? 9

BAB. III PENUTUP

A. Kesimpulan 13
B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurangnya pengetahuan tentang apa yang belum kita ketahui mendorong kita

untuk memiliki rasa ingin memahami sesuatu untuk diketahui. Seperti apa,

darimana, ataupun maksud dari suatu hal, Banyak yang beranggapan bahwa agama

harus dipisahkan dari sains (ilmu pengetahuan), padahal antar keduanya tidak saling

bertentangan. Klaim tersebut juga didukung oleh beberapa keyakinan teologi yang

mengajukan gagasan bahwa telah terjadi kontradiksi antara sains dan agama. Tentu

gagasan ini sangat merugikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun

agama.

Sebaliknya, menurut Ayatullah Syahid Murtadha Muthahhari dalam

bukunya Tafsir Holistik yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia,

bahwa Allah Swt mengajarkan semua nama (realitas) kepada Nabi Adam A.S, dan

kemudian menyuruh para malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam. Iblis

mendapatkan kutukan karena tak mau sujud kepada khalifah Allah (Adam a.s) yang

mengetahui realitas. Di sini Allah Swt sangat menghargai dan menjunjung tinggi

ilmu pengetahuan.

Konsep pemisahan agama dengan sains ini telah membagi sejarah budaya

Eropa selama 1500 tahun yang baru lalu menjadi dua periode, yaitu “era agama”

dan “era ilmu pengetahuan” dan telah menempatkan ilmu pengetahuan dan agama

saling bertentangan satu sama lain. Sebaliknya, sejarah budaya Islam dibagi

1
menjadi “periode kemajuan ilmu pengetahuan dan agama,” dan “periode ketika

ilmu pengetahuan dan agama mengalami kemunduran.”

Kaum muslim hendaknya menjauhkan diri dari konsepsi yang salah ini, sebuah

konsepsi yang membuat ilmu pengetahuan, agama dan ras manusia mengalami

kerugian yang tak dapat ditutup. Kaum muslim juga jangan secara membabi-buta

menganggap kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan agama sebagai fakta yang

tak terbantahkan.

Seperti diketahui, setiap agama tentunya didasarkan pada pola pikir tertentu

dan konsepsi khusus tentang alam semesta. Tak syak lagi, banyak konsepsi dan

interpretasi tentang dunia, meskipun boleh jadi menjadi dasar dari agama, tidak

dapat diterima karena tidak sesuai dengan prinsip rasional dan prinsip ilmu

pengetahuan. Karena itu, pertanyaannya adalah apakah ada konsepsi tentang dunia

dan interpretasi tentang kehidupan yang rasional dan sekaligus sesuai dengan

infrastruktur sebuah agama yang sangat tepat pada tempatnya.1

Jika ternyata konsepsi seperti itu memang ada, maka tak ada alasan kenapa

manusia sampai dianggap untuk selamanya ditakdirkan mengalami nasib buruk

akibat kebodohan atau kedurhakaan. Bagaimana Hubungan antara Agama dan ilmu

pengetahuan (Sains) dapat dibahas Dari makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Agama ?

2. Apa itu Sains ?

1
https://safinah-online.com/2022/03/12/hubungan-sains-dan-agama/

2
3. Apa Perbedaan Antara Agama dan Sains..?

C. Tujuan dan Keguanaan

Adapun Tujuan dan kegunaan Penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dengan jelas Pengertian mendasar tentang apa itu Agama.

2. Mengetahui dengan jelas Pengertian mendasar tentang apa itu Sains.

3. Mengetahui dengan Jelas Perbedaan maupun Hubungan antara Agama dan

Sains

4. Makalah ini digunakan sebagai syarat dalam memenuhi salah satu Tugas

Mata Kuliah Studi Integrasi Islam dan Sains, di UIN Dato Karamah Palu.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Apa itu Agama ?

Agama adalah sistem keyakinan atau kepercayaan manusia terhadap sesuatu

zat yang dianggap Tuhan. Keyakinan terhadap suatu zat yang dianggap Tuhan itu

diperoleh manusia berdasarkan yang bersumber dari pengetahuan diri seperti yang

dialami oleh Nabi Ibrahim, misalnya ketika daya nalarnya mencoba menelusuri

alam ciptan Tuhan, sehingga pada akhirnya menemukan zat Allah sebagai Tuhan

yang layak disembah karena maha pencipta alam semesta.

Pengetahuan seseorang juga bisa diperoleh berdasarkan input yang datang

dari luar, mungkin informasi dari orang tua, guru, atau dari tokoh yang memiliki

otoritas ilmu pengetahuan. Secara sederhana, dapat dimengerti asal ada orang

percaya kepada Zat Tuhan, berarti dia sudah beragama. Siapapun Tuhannya itu

adalah hak setiap orang sesuai latar belakang pengetahuannya masing-masing.12

Selanjutnya agama juga didefinisikan sebagai sistem kepercayaan, yang di

dalamnya meliputi aspek-aspek hukum, moral dan budaya. Agama sebagai bentuk

keyakinan manusia terhadap suatu yang bersifat adikodrati (supernatural) dan

seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang

luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan secara individu maupun dalam

hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu agama juga memberi

dampak kehidupan sehari-hari. Dengan demikian secara psikologi, agama dapat

berfungsi sebagai motif intrinsik (dalam diri) dan motif ekstrinsik (luar diri) motif

1
Abdulah Ali, Agama dalam perspektif Sosiologi Antropologi, STAIN Cirebon: 2005.

4
yang didorong keyakinan agama dinilai memiliki kekuatan yang mengagumkan

dan sulit ditandingi oleh keyakinan nonagama baik doktrin maupun ideologi. Lain

lagi halnya mengenai defenisi agama menurut sosiologi adalah definisi yang

empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative

(menilai). Sosiologi angkat tangan mengenai hakikat agama, baiknya atau

buruknya agama atau agama–agama yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini

sosiologi hanya sanggup memberikan definisi deskriptif (menggambarkan apa

adanya) yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-

pemeluknya

Berdasarkan hasil studi para ahli sosiologi menyatakan bahwa agama adalah

suatu pandangan hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan individual ataupun

kelompok. Keduanya mempunyai hubungan saling mempengaruhi dan saling

bergantung dengan semua factor yang ikut membentuk struktur social di

masyarakat manapun.23

Menurut salah satu sosiolog ternama Emile Durkheim menyatakan bahwa

adalah suatu “sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan yang

berkaitan dengan hal-hal yang kudus kepercayaan-kepercayaan dan praktek praktek

yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal.” Dari definisi ini ada

dua unsur yang penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat disebut agama, yaitu

“sifat kudus” dari agama dan “praktek-praktek ritual” dari agama. Agama tidak

harus melibatkan adanya konsep mengenai suatu mahluk supranatural,

tetapi agama tidak dapat melepaskan kedua unsur di atas, karena ia akan menjadi

2
Dr.Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009. hlm.15
5
bukan agama lagi, ketika salah satu unsur tersebut terlepas. Di sini terlihat bahwa

sesuatu dapat disebut agama bukan dilihat dari substansi isinya tetapi dari

bentuknya, yang melibatkan dua ciri tersebut. Sedangkan menurut pendapat Hendro

Puspito, agama adalah suatu jenis sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya

yang berproses pada kekuatan- kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan

didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas

umumya. Dalam kamus sosiologi, pengertian agama ada 3 macam yaitu :

a) Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual.

b) Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai

tujuan tersendiri.

Secara garis besar ruang lingkup agama mencakup :

a) Hubungan manusia dengan tuhannya

Hubungan dengan tuhan disebut ibadah. Ibadah bertujuan untuk

mendekatkan diri manusia kepada tuhannya.

b) Hubungan manusia dengan manusia

Hubungan manusia dengan manusia Agama memiliki konsep-konsep dasar

mengenai kekeluargaan dan kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut

memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran agama mengenai hubungan

manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan.

Sebagai contoh setiap ajaran agama mengajarkan tolong-menolong

terhadap sesama manusia.

c) Hubungan manusia dengan tuhannya makhluk

6
Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya. Di setiap

ajaran agama diajarkan bahwa manusia selalu menjaga keharmonisan

antara makluk hidup dengan lingkungan sekitar supaya manusia dapat

melanjutkan kehidupannya.

Dalam hal fungsi, agama itu berperan dalam mengatasi persoalan persoalan

yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahakan secara empiris oleh

individu individu dalam masyarakat karena adanya keterbatasan kemampuan dan

ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya

sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya.

Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan

masyarakat, karena agama memberikan sebuah sistem nilai yang memiliki derivasi

pada norma-norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan pembenaran

dalam mengatur pola perilaku manusia, baik di level individu dan

masyarakat. Agama menjadi sebuah pedoman hidup singkatnya. Dalam

memandang nilai, dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama,

nilai agama dilihat dari sudut intelektual yang menjadikan nilai agama sebagai

norma atau prinsip. Kedua, nilai agama dirasakan di sudut pandang emosional yang

menyebabkan adanya sebuah dorongan rasa dalam diri yang disebut mistisme.

Dalam proses interaksi sosial masyarakat yang berkesinambungan mengikuti dan

menjalankan norma-norma tertentu termasuk norma-norma agama, pergaulan

sosial atau interaksi sosial berjalan lancar, yang terjadi antara individu dengan

individu lainnya, juga dengan kelompok sosial adalah dengan mempedomani

norma-norma yang ada, selain norma agama juga ada norma- norma sosial. Secara

7
sosiologis salah satu tugas individu dalam masyarakat adalah bagaimana ia bisa

mentaati norma-norma dan bagaimana ia menyesuaikan diri dengan lingkungan

masyarakatnya. Proses Interaksi sosial masyarakat antar individu dengan kelompok

begitu juga sebaliknya, dalam kenyataannya memang tidak semua dapat mentaati

norma sosial masyarakat, bagi mereka yang tidak bisa mentaati norma dikatakan

sebgai pelanggar norma atau orang yang menyimpang.

2. Apa itu Sains ?

Kata “sains” dalam bahasa Indonesia diadaptasi dari kata

Inggris “science” yang sebenarnya bersumber dari bahasa Latin “scientia” yang

berarti mengetahui atau pengetahuan, (to know, knowledge) atau dikenal dalam

bahasa Latin juga ”scire” bermakna belajar (to learn). Istilah ini identik dengan

istilah Arab, ‘alima,’ilm dalam tradisi Islam masih dibedakan dengan

istilah idrāk (persepsi) yang bertumpu pada pencerapan inderawi

dan ‘irfān (pengenalan).34

Berdasarkan “Webster New Collegiate Dictionary”, definisi dari sains adalah

pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau

pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam

yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains

dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang

dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan

3
Muhammad Muslih, Falsafah Sains, dari Isu Integrasi Keilmuan Menuju Lahirnya
Sains Teistik, (Yogyakarta: LESFI, 2017), 27.

8
menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam45. maka secara ringkas sains

merupakan ilmu/pengetahuan yang dapat menjelaskan sebuah gejala/fenomena

alam, sehingga berguna bagi kehidupan manusia.

Sains memang merupakan hal yang sangat penting, apalagi di zaman modern

ini, yang sangat menjunjung tinggi nilai rasionalitas (terutama negara Barat),

sehingga segala sesuatu harus disesuaikan dengan logika. Tapi, kita sebagai kaum

Muslimin harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam, meskipun pada

kenyataannya kita juga harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Sebenarnya, bila kita amati, antara ajaran Islam dengan sains tidak ada

pertentangan, bahkan Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu. Salah satu

dasar (dalil) yang populer adalah hadits Rasulullah SAW,

َ ْ‫ طَلَبُ ْال ِعلْ ِم فَ ِريــ‬: ‫صل َّى هللا تــ َ َعالَى َعلَيــْ ِه َو َسلـ َّ َم‬
‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُمســـلِ ٍم َو ُمسْـــلِ َم ٍة‬ َ ِ‫قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬

Artinya : Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi
setiap orang Islam laki-laki dan perempuan.5

Dalam hadits tersebut memang jelas disebutkan bahwa hukum mencari ilmu

adalah fardhu ain (harus dilakukan per individu). Tapi, banyak pendapat yang

muncul dalam menentukan ilmu mana yang dimaksud dalam hadits tersebut. Para

ahli ilmu kalam memandang bahwa belajar teologi merupakan sebuah kewajiban,

sementara para fuqaha’ berpikir bahwa ilmu fiqih dicantumkan dalam al-Qur’an.

Sedangkan menurut Imam Ghazali, ilmu yang wajib dicari menurut agama adalah

terbatas pada pelaksanaan kewajiban syari’at Islam yang harus diketahui dengan

4
http://sains4kidz.wordpress.com/2022/03/12/definisi-sains
5
Al-Imam al-Syaikh Ibrahim bin Ismail, Ta’lim al-Muta’allim, Pustaka al-
Alawiyah, Semarang, tth, hal.4

9
pasti. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai peternak binatang, haruslah

mengetahui hukum-hukum tentag zakat.6

Sedangkan menurut pendapat Shadr al-Din Syirazi. Menurutnya ada

beberapa poin yang dapat diambil dari hadits tersebut:

a. Kata “ilm” (pengetahuan atau sains), memiliki beberapa makna yang

bervariasi. Kata “ilm” dalam hadits ini bermaksud untuk menetapkan

bahwa pada tingkat ilmu apapun seseorang harus berjuang untuk

mengembangkan lebih jauh. Nabi bermaksud bahwa mencari ilmu itu

wajib bagi setiap Muslim, baik itu para ilmuwan maupun orang-orang

yang bodoh, para pemula mupun para sarjana terdidik. Apapun tingkat

ilmu yang dapat dicapainya, ia seperti anak kecil yang beranjak dewasa,

sehingga ia harus mempelajari hal-hal yang sebelumnya tak wajib

baginya.

b. Hadits ini menyiratkan arti bahwa seorang Muslim tidak akan pernah

keluar dari tanggung jawabnya untuk mencari ilmu.

c. Tidak ada lapangan pengetahuan atau sains yang tercela atau jelek

dirinya sendiri, karena ilmu laksana cahaya, dengan demikian selalu

dibutuhkan. Alasan mengapa beberapa ilmu dianggap tercela adalah

karena akibat-akibat tercela yang dihasilkannya.7

Dari pendapat-pendapat diatas, dapat kita lihat bahwa Agama Islam juga
mencakup tentang sains yang notabennya adalah ilmu yang berguna bagi
kehidupan (dunia) manusia.

6
Dr. Mahdi Ghulsyani, Filsafat-Sains Menurut Al-Qur’an (Diterjemahkan oleh Agus
Efendi dari Buku The Holy Quran and the Science of Nature), Penerbit Mizan, Bandung, 2001,
hal.40.
7
Ibid hal. 43
10
3. Perbedaan Agama dan Sains ?

Perbedaan dan Hubungan antara Agama dan Sains dapat dibahas dari dua

sudut pandang. Sudut pandang yang pertama adalah kita lihat apakah ada sebuah

agama yang konsepsinya melahirkan keimanan dan sekaligus rasional, atau semua

gagasan yang ilmiah itu bertentangan dengan agama, tidak memberikan harapan

dan tidak melahirkan optimisme. Sudut pandang kedua yang menjadi landasan

dalam membahas perbedaan dan hubungan antara agama dan Sains adalah

pertanyaan tentang bagaimana keduanya ini berpengaruh pada manusia, Apakah

Sains membawa kita ke satu hal, dan agama membawa kita kepada sesuatu yang

bertentangan dengan satu hal itu? Apakah Sains mau membentuk (karakter) kita

dengan satu cara dan agama dengan cara lain? Atau apakah agama dan Sains saling

mengisi, ikut berperan dalam menciptakan keharmonisan kita semua? mari kita

lihat sumbangan Sains untuk kita dan sumbangan agama untuk kita

Adapun perbedaan maupun hubungan antar Agama dan Sains penulis

merangkum diataranya adalah sebagai berikut :

a. Eksistensi Tuhan adalah salah satu konsep utama dalam agama. Di sisi

lain, tidak ada bukti keberadaan Tuhan menurut ilmu pengetahuan.

b. Menurut agama, Tuhan menciptakan dunia. Namun, menurut sains, dunia

muncul sebagai hasil dari Big Bang.

c. Namun, beberapa keyakinan agama telah dibuktikan kebenarannya oleh

sains kemudian seperti Teori Big Bang.

11
d. Agama telah membuka jalan bagi berbagai budaya dan adat istiadat

sedangkan sains telah membuka jalan bagi penemuan dan penemuan.8

e. Sumber kebenaran sains itu berasal dari manusia itu sendiri dalam arti

pikiran, pengalaman, dan intuisinya. Sedangkan sumber kebenaran agama

adalah dari Allah, karena itu bersifat vertikal transdental.

f. Pendekatan kebenaran sains dengan jalan riset pengalaman dan percobaan

sebagai tolok ukurnya. Sedangkan pendekatan kebenaran agama dengan

berpaling kepada wahyu Allah yang dikodifikasikan dalam kitab suci.

g. Sifat kebenaran sains adalah positif (sampai saat ini) dan nisbi (relatif).

Sedangkan sifat kebenaran agama adalah mutlak (absolut), karena

bersumber dari Dzat Yang Maha Benar yaitu Allah.

h. Tujuan sains hanyalah bersifat teoritis dan umumnya pengalamannya

untuk tujuan ekonomi praktis atau untuk kenikmatan jasmani manusia.

Sedangkan tujuan agama adalah kedamaian, keridhoan, keselamatan

dalam islam istilahnya “salam” seperti ucapan Allah pada ahli surga di

akhirat.9

i. Sains memberikan kepada kita cahaya dan kekuatan. Agama memberi kita

cinta, harapan dan kehangatan. Sains membantu menciptakan peralatan

dan mempercepat laju kemajuan. Agama menetapkan maksud upaya

manusia dan sekaligus mengarahkan upaya tersebut.

8
https://id.strephonsays.com/2022/03/12/science-and-vs-religion-2045
9
https://athikacandra.wordpress.com/2022/03/12/perbedaan-dan-persamaan-agama-dan-
sains/

12
j. Sains membawa revolusi lahiriah (material). Agama membawa revolusi

batiniah (spiritual). Sains menjadikan dunia ini dunia manusia. Agama

menjadikan kehidupan sebagai kehidupan manusia. Sains melatih

temperamen (watak) manusia. Agama membuat manusia mengalami

pembaruan. Sains dan agama sama-sama memberikan kekuatan kepada

manusia. Namun, kekuatan yang diberikan oleh agama adalah

berkesinambungan, sedangkan kekuatan yang diberikan oleh ilmu

pengetahuan terputus-putus.

k. Sains itu indah, begitu pula agama. Sains memperindah akal dan pikiran.

Agama memperindah jiwa dan perasaan. Sains dan agama sama-sama

membuat manusia merasa nyaman. Sains melindungi manusia terhadap

penyakit, banjir, gempa bumi dan badai. Agama melindungi manusia

terhadap keresahan, kesepian, rasa tidak aman dan pikiran picik. Sains

mengharmoniskan dunia dengan manusia, agama menyelaraskan manusia

dengan dirinya.10

10
https://safinah-online.com/2022/03/12/hubungan-sains-dan-agama/

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Agama adalah sistem keyakinan atau kepercayaan manusia terhadap

sesuatu zat yang dianggap Tuhan, Agama sebagai bentuk keyakinan

manusia terhadap suatu yang bersifat adikodrati (supernatural) dan seakan

menyertai manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang luas

2. Berdasarkan “Webster New Collegiate Dictionary”, definisi dari sains

adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan

pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum

dari hukum-hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan

melalui metode ilmiah. Sains memang merupakan hal yang sangat

penting, apalagi di zaman modern ini, yang sangat menjunjung tinggi nilai

rasionalitas (terutama negara Barat), sehingga segala sesuatu harus

disesuaikan dengan logika. Tapi, kita sebagai kaum Muslimin harus selalu

menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam, meskipun pada kenyataannya

kita juga harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

3. Sains itu indah, begitu pula agama. Sains memperindah akal dan pikiran.

Agama memperindah jiwa dan perasaan. Sains dan agama sama-sama

membuat manusia merasa nyaman. Sains melindungi manusia terhadap

14
penyakit, banjir, gempa bumi dan badai. Agama melindungi manusia

terhadap keresahan, kesepian, rasa tidak aman dan pikiran picik. Sains

mengharmoniskan dunia dengan manusia, agama menyelaraskan manusia

dengan dirinya.

B. Saran

Demikian pembahasan pada makalah ini mengenai Apa itu Agama, apa itu

Sains, serta Perbedaan Agama dan Sains, besar harapan kami Makalah ini dapat

bermanfaat untuk kalangan banyak, karena keterbatasan pengetahuan dan referensi,

penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan

kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi

lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdulah Ali, Agama dalam perspektif Sosiologi Antropologi, STAIN


Cirebon: 2005

Dr. Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung : Remaja Rosdakarya,


2009. hlm.15

Dr. Mahdi Ghulsyani, Filsafat-Sains Menurut Al-Qur’an (Diterjemahkan


oleh Agus Efendi dari Buku The Holy Quran and the Science of Nature), Penerbit
Mizan, Bandung, 2001, hal.40.

Al-Imam al-Syaikh Ibrahim bin Ismail, Ta’lim al-Muta’allim, Pustaka al-


Alawiyah, Semarang, tth, hal.4.

Muhammad Muslih, Falsafah Sains, dari Isu Integrasi Keilmuan Menuju


Lahirnya Sains Teistik, (Yogyakarta: LESFI, 2017), 27.

16

Anda mungkin juga menyukai