Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MATA KULIAH TEOLOGI ISLAM

DOSEN PEMBIMBING

Ahmad Rizki Nst, M.Pd

DISUSUN OLEH

Amar Khadafi

Rifqi Alwanul Akmal

Kiki Iranda

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI

ILMU KOMPUTER

2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-
Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada
mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan
dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.

Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa
memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik
lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan
atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh
penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah
ini bermanfaat bagi semua pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
A. Teologi ........................................................................................................................................ 2
B. Teologi Islam .............................................................................................................................. 3
C. Ruang Lingkup Studi Teologi Islam ........................................................................................... 4
D. Sumber-sumber Pembahasan Teologi Islam ............................................................................... 5
E. Pandangan Teologi Terhadap Pendidikan Islam ......................................................................... 6
F. Sejarah Kemunculan Persoalan-Persoalan Teologi/Kalam dalam Islam .................................... 8
G. Makna Teologi Pendidikan ..................................................................................................... 9
H. Paradigma Pendidikan Berbasis Teologi .............................................................................. 11
BAB III ................................................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalani kehidupan suatu hal yang kita mantapkan adalah
aqidah/kayakinan kepada allah SWT. Seolah aktifitas sehari-hari tak ada gunanya jika
tidak di dasari dengan keimanan yang kuat. Dalam kajian ini kita telah mengenal
Teologi Islam yang membahas tentang pemikiran dan kepercayaan tentang ketuhanan.
Teologi Islam ini sudah sepantasnya kita ketahui agar dalam menjalani kehidupan ini
kita mengetahaui dan menjadi idealnya orang Islam. Dalam kehidupan sehari-hari kita
banyak menjumpai perbedaan-perbedaan pemikiran dan aqidah yang mengiringi, dan
kita harus pandai dalam memilih dan memilahnya dengan berlandaskan Al-qur’an dan
Al-hadist. Sang Revolusioner umat islam mengingatkan oleh Rasulullah bahwa “
umatku akan berpecah menjadi tujuh pulu tiga dan hanya satu yang benar.”

Pemikiran yang berbeda merupakan penyebab saling menyalahkannya antara


lain yang kita ketahui adalah: Ahlussunnah Wal Jama’ah, Mu’tazilah Qodariyah dll.
Yang semuanya memiliki pendapat masing-masing tentang tauhid/keyakinan atau
tentang hal ketuhanan. Dan kita sebagai orang yang memegang agama Allah harus
mengetahui manakah pemikiran yang benar dal yang salah, dalam memandangnya
kita harus berpegang teguh pada Al-qur’an dan Al-hadist. Hal ini merupakan hal
penting yang harus di pelajari agar apa yang menjadi keyakinan kita tentang Allah
tidak salah, dan seaandainya apabila keyakinan kita salah tentang-Nya maka kita bisa
saja kita di anggap orang keluar agama Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa teologi ?
2. Apa teologi Islam ?
3. Apa sumber teologi islam ?
4. Pandangan Teologi Terhadap Pendidikan Islam ?
5. Manfaat teologi islam ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teologi
Dalam kamus Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwardamita arti kata teologi
pengetahuan tentang Tuhan, dasar-dasar kepercayaan kepada Tuhan dan agama
berdasarkan pada kitab-kitab Suci. Selanjutnya dalam kamus filsafat di sebutkan
teologi secara sederhana yaitu suatu studi engenai pertayaan tentang Tuhan dan
hubungannya dengan dunia realitas. Dalam pengertian yang lebih luas, teologi
merupkan salah satu cabang dari filsafat atau bidang khusus inquiri filosofi tentnag
Tuhan.
Kata teologi berasal dari kata theos yang artinya Tuhan dan logos yang
artinya: ilmu atau pengetahuan. Jadi teologi adalah pengetahuan tentang
Tuhan(Donder,2006:4). Menurut Maulana dkk,mengemukakan bahwa teologi secara
arfiah berarti teori atau study tentang Tuhan. Dalam praktek, istilah ini dipakai untuk
kumpulan doktrin (ajaran) dari kelompok keagamaan tertentu atau pemikiran
individu. Teologi atau dalam bahasa sansekertanya Brahmawidya atau Brahma Tattwa
Jnana adalah ilmu tentang Tuhan.
Pada Abad Pertengahan, teologi merupakan subyek utama di sekolah-sekolah
universitas dan biasa disebut sebagai “The Queen of the Sciences”. Dalam hal ini ilmu
filsafat merupakan dasar yang membantu pemikiran dalam teologi.
Pengerian teologi menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut:
 Menurut William L. Resse, Teologi berasal dari bahasa Inggris yaitu
theology adalah Pemikiran tentang ketuhanan.
 Menurut William Ockham, Teologi adalah Disiplin ilmu yang
membicarakan kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu
pengetahuan.
 Di dalam The New Oxford Illustrated Dictionary (1978:1736) pengertian
teologi dinyatakan sebagai berikut: Science ofreligion, study of God or
gods, esp. of attributes and relations with man etc.; yang berarti ilmu
agama, studi tentang Tuhan Yang Maha Esa atau Para Dewa, teristimewa
tentang atribut-Nya dan hubungannya dengan manusia, dan sebagainya.

2
 Adian dalam Jurnal Perempuan Untuk Pencerahan dan Kesetaraan
(2001:52) menyatakan teologi adalah pengetahuan Yang Illahi.
Pada mulanya teologi merupakan istilah yang digunakan oleh para pemikir
Kristen untuk menunjukkan suatu disiplin ilmu yang membahas hal Tuhan dan
Ketuhanan. Terminologi teologi telah menjadi disiplin ilmu yang diakui oleh para
pakar atau ilmuwan dan secara aksiologis atau manfaat dalam penerapannya telah
meluas ke seluruh dunia. Disiplin ilmu teolgi menjadi demikian sangat berarti, karena
kebeadaannya telah memenuhi tiga persyaratan sebagai sebuah ilmu pengetahuan,
yakni: (1) syarat ontologis atau objeknya jelas, (2) syarat epistemologis (procedure),
dan (3) syarat aksiologis (makna atau manfaat). Karena keabsahan dan keakuratan
dari disiplin ilmu teologi tersebut, maka epistemologi teologi telah menjadi pola,
patokan, rujukan dalam berteologi dari semua agama tanpa menyadari bahwa
terminologi teologi setiap agama tidak persis sama.

B. Teologi Islam
Teologi secara etimologi berasal dari bahsa yunani yaitu theologia yang terdiri
dari kata “Theos” artinya “Tuhan” dan “Logos” yang berarti “Ilmu”. Jadi teologi
berarti “ilmu tentang Tuhan”. Teologi adalah ilmu yang membicarakan tentang Tuhan
dan pertaliannya dengan manusia, baik berdasarkan kebenaran wahyu ataupun
berdasarkan penyelidikan akal murni. Kata teologi yang bergandengan dengan islam
merupakan ilmu yang membahas tentang fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan
hubungan-hubungan antara Tuhan dan Manusia. Islam dalam bahasan teologi Islam,
adalah agama yang menuntut sikap ketundukan dengan penyerahan dan sikap pasrah,
disertai sifat batin yang tulus, sehingga intisari yang terkandung dalam Islam ada
duayaitu; pertama berserah diri, menudukkan diri atau taat sepenuh hati; kedua masuk
dalam al-Salam, yakni selamat sejahterah, damai hubungan yang harmonis.
Berdasar pada rumusan pengertian tentang “teologi” dan “Islam”, maka
“Teologi Islam” adalah ilmu yang secara sistematis membicarakan tentang persoalan
ketuhanan dan alam semesta menurut perspetif Islam yang harus diimani, dan hal-hal
lain yang terkait dengan ajaran Islam yang harus diamalkan, guna mendapatkan
keselamatan hidup (dunia dan akhirat). Teologi Islam berbicara tentang persoalan
ketuhanan, maka dapat pula dipahami bahwa ia identik dengan Ilmu kalam terutama
dalam dua aspek.

3
 Pertama, berbicara tentang kepercayaan terhadap Tuhan dalam segala seginya,
termasuk soal wujud-Nya, keesaannya, dan sifat-sifat-Nya.
 Kedua, bertalian dengan alam semesta, yang berarti termasuk di dalamnya,
persoalan terjadinya alam, keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, serta selainnya.
Ilmu yang membicarakan mengenai aspek-aspek yang disebutkan ini, disebut
Teologi, dan karena pembicaraannya dalam perspektif Islam, maka disebutlah
ia sebagai “Teologi Islam”.
Menurut Abdurrazak, Teologi islam adalah ilmu yang membahas aspek
ketuhanan dan segala sesuatu yang terkait dengan-Nya secara rasional. Sedangkan
menurut Muhammad Abduh : “ tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud
Allah, tentang sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan
kepada-Nya, sifat-sifat yang sma sekali wajib di lenyapkan dari pada-Nya; juga
membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan keyakinan mereka, meyakinkan
apa yang ada pada diri mereka, apa yang boleh di hubungkan kepada diri mereka dan
apa yang terlarang menghubungkanya kepada diri mereka”. Kalau melihat definisi
pertama dapat di pahami bahwa Muhammad Abduh lebih menekankan pada Ilmu
Tauhid/Teologi yaitu pembahasan tentang Allah dengan segala sifat-Nya, Rasul dan
segala sifat-Nya, sedang yang kedua menekankan pada metode pembahsan, yaitu
dengan menggunakan dalil-dali yang meyakinkan.

C. Ruang Lingkup Studi Teologi Islam


Aspek pokok dalam kajian ilmu Teologi Islam adalah keyakinan akan
eksistensi Allah yang maha sempurna, maha kuasa dan memiliki sifat-sifat
kesempurnaan lainnya. Karena itu pula ruang lingkup pembahasan yang pokok
adalah:
1. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT atau yang sering disebut dengan
istilah Mabda. Dalam bagian ini termasuk Tuhan dan hubungannya dengan alam
semesta dan manusia.
2. Hal yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara antara manusia dan
Allah atau disebut pula wasilah meliputi: Malaikat, Nabi/Rosul, dan kitab-kitab
suci.
3. Hal-hal yang berhubungan dengan sam’iyyat (sesuatu yang diperoleh melalui
lewat sumber yang meyakinkan, yakni Al-Quran dan Hadits, misalnya tentang

4
alam kubur, azab kubur, bangkit di padang mahsyar, alam akhirat, arsh, lauhil
mahfud, dll).
Didalam sejarah perkembangannya, Teologi islam pada mulanya berkembang
dari: pertama, sebagai metodologi teologi. Sebagai sebuah metodologi teologi
merupakan suatu cara untuk memahami doktrin agama melalui pendekatan wahyu dan
pemikiran rasionalnya. Kedua, menjadi ilmu teologi. Sebagai sebuah ilmu, teologi
merupakan ilmu yang membahas masalah ketuhanan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan-Nya. Dan ketiga, menjadi teologi aksiologi. Sebagai sebuah
aksiologi teologi, merupakan upaya memahami doktrin agama secara mendalam
untuk mengadvokasi berbagai permasalahan ketimpangan sosial.

D. Sumber-sumber Pembahasan Teologi Islam


Adapun sumber pembahasan yang digunakan untuk membangun Ilmu Teologi
Islam menggunakan beberapa sumber, yaitu:
1. Sumber yang ideal
Yang dimaksud dengan sumber ideal adalah Qur’an dan Hadits yang
didalamnya dapat memuat data yang berkaitan dengan objek kajian dalam Ilmu
Tauhid. Misalnya, telah dimaklumi dalam ajaran agama, bahwa semua amal
sholeh yang dilakukan oleh ketulusan hanya akan diterima oleh Allah SWT
apabila didasari dengan akidah islam yang benar. Karena penyimpangan dari
akidah yang benar berarti penyimpangan dari keimanan yang murni dari Allah.
Dan penyimpangan dari keimanan berarti kekufuran kepada Allah SWT.
Sedangkan Allah tidak akan menerima amal baik yang dilakukan oleh orang kafir,
berapapun banyaknya amal yang dia kerjakan. Dalam hal ini Allah SWT
berfirman: “Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lau dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” (QS. Al-
Baqoroh : 217)
2. Sumber Historik
Sumber historis adalah perkembangan pemikiran yang berkaitan dengan objek
kajian ilmu tauhid, baik yang terdapat dalam kalangan internal umat islam
maupun pemikiran eksternal yang masuk kedalam rumah tangga islam. Sebab,
setelah Rosulullah saw wafat, islam menjadi tersebar, dan ini memungkinkan
umat islam berkenalan dengan ajaran-ajaran, atau pemikiran-pemikiran dari luar

5
islam, misalnya dari Persia dan Yunani. Sumber historik akan menentukan fakta;
dan oleh karena fakta diketahui melalui dokumen-dokumen: metode akan
menentukan keotentikan dan bentuk asli (kritik teks) dari dokumen-dokumen
tersebut.
Pemikiran yang berkembang dalam kalangan internal umat islam, antara lain:
1. Pelaku dosa besar. Masalah yang muncul, apakah masih ddihukumi sebagai
mukmin atau tidak.
2. Al-Quran wahyu Allah. Apakah ia makhluk atau bukan, atau dengan kata lain,
apakah Al-Quran itu qadim atau hudus (baru).
3. Melihat Tuhan Allah. Apakah itu di dunia atau di akhirat, atau di akhirat saja,
dan apakah dengan mata kepala ataukah dengan hati saja.
4. Sifat-sifat Tuhan. Apakah Tuhan memiliki sifat-sifat zati dan sifat af’al
(menurut konsepsi al-sanusi,sifat-sifat ma’nawiyah), ataukah Dia tidak layak
diberi sifat-sifat tersebut.
5. Kepemimpinan setelah Rosulullah wafat, apakah ia harus dipegang oleh suku
Qurays saja , atau apakah nabi Muhammad saw meninggalkan wasiat bagi
seseorang dari ahlul bait untuk memimpin umatnya ataukah tidak atau bahwa
pemimpin itu harus dipilih berdasar musyawaroh, atau menurut keputusan
ahlul hall wal aqdi.
6. Takwil terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Apakah diperbolehkan mengadakan
takwil atau tidak. Misalnya:
Janganlah kamu sembah disamping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang
lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap
sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Al-Qashas : 88).

E. Pandangan Teologi Terhadap Pendidikan Islam


Berdasarkan batasan tersebut terlihat bahwa teologi adalah ilmu yang pada
intinya berhubungan dengan masalah ketuhanan. Hal ini tidaklah salah, karena secara
harfiah teologi berasal dari kata teo yang berarti Tuhan dan logi yang berarti ilmu.
Namun dalam perkembangan selanjutnya ilmu Kalam/Teologi juga berbicara
tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan keimanan serta akibat-akibatnya,
seperti masalah iman, kufr, musyrik, murtad; masalah kehidupan akhirat dengan
berbagai kenikmatan atau penderitaannya; hal-hal yang membawa pada semakin tebal

6
dan tipisnya iman; hal-hal yang berkaitan dengan Kalamullah yakni al-Qur’an; status
orang-orang yang tidak beriman dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan ruang
lingkup pembahasan ilmu ini, maka Kalam terkadang di namai pula ilmu Tauhid, ilmu
Usuluddin, ilmu ‘Aqaid, dan ilmu ketuhanan. Dinamai ilmu Tauhid, karena ilmu ini
mengajak orang agar meyakini dan mempercayai hanya pada satu Tuhan, yaitu Allah
SWT. Selanjutnya dinamai ilmu Usuluddin, karena ilmu ini membahas pokok-pokok
keagamaan, yaitu keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan; dinamai pula ilmu
‘Aqaid, karena dengan ilmu ini seseorang diharapkan agar meyakini dalam hatinya
secara mendalam dan mengikatkan dirinya hanya pada Allah sebagai Tuhan.
Abu Hanifah menyebut nama ilmu Kalam ini dengan Fiqh al-Akbar. Menurut
persepsinya, hukum Islam yang dikenal dengan istilah Fiqh terbagi atas dua bagian.
Pertama, Fiqh al-Akbar, membahas keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu
tauhid. Kedua, Fiqh al-Ashghar, membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah
muamalah, bukan pokok-pokok agama, tetapi hanya cabang saja.
Ilmu ini dinamakan juga dengan ilmu Kalam, sedangkan ulama-ulama yang
mengakatannya dinamakan Mutakallimin, atau ulama Kalam.

Adapun sebabnya dinamakan ilmu Tauhid dengan ilmu Kalam adalah:

1. Karena problema-problema yang diperselisihkan para Ulama-ulama Islam dalam


ilmu ini, menyebabkan umat Islam terpecah dalam beberapa golongan, ialah
masalah Kalam Allah yang kita bacakan (al-Qur’an), apakah dia makhluk
(diciptakan), ataukah qadim (bukan diciptakan). Materi-materi ilmu ini adalah
merupakan teori-teori Kalam, tidak ada diantaranya yang diwujudkan ke dalam
kenyataan atau diamalkan dengan anggota.
2. Ilmu ini di dalamnya menerangkan cara atau jalan menetapkan dalil untuk pokok-
pokok aqidah serupa dengan ilmu mantiq. Karenanya dinamakan ilmu ini dengan
nama yang sama maknanya dengan mantiq yaitu Kalam.
3. Ulama-ulama mutaakhkhirin membahas dalam ilmu ini masalah-masalah yang
tidak dibahas oleh Ulama Salaf, seperti pentakwilan ayat-ayat mutasyabihat,
pembahasan tentang pengertian qada, tentang Kalam dan lain-lain, oleh kerena itu
maka ilmu ini dinamakan dengan ilmu Kalam. Dan istilah ilmu Kalam baru
terkenal di masa Bani Abbasiyah sesudah terjadi banyak perdebatan, pertukaran
pikiran dan bercampur masalah-masalah tauhid dengan problema-problema

7
filsafat, seperti mengatakan maddah (materi), susunan tubuh, hukum-hukum
jauhar (zat), sifat dan lain-lain.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Kalam/Teologi ialah


ilmu yang secara khusus membahas tentang masalah ketuhanan serta berbagai masalah
yang berkaitan dengannya berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan. Dengan demikian,
seseorang yang mempelajarinya dapat mengetahui bagaimana cara-cara untuk memiliki
keimanan dan bagaimana pula cara menjaga keimanan tersebut agar tidak hilang atau
rusak.

F. Sejarah Kemunculan Persoalan-Persoalan Teologi/Kalam dalam Islam


Pada zaman Rasulullah, tauhid sebagai ilmu belum dikenal orang, sekalipun
para ulama sependapat bahwa tauhid adalah dasar utama dan pertama dalam ajaran
Islam. Karena ketauhidan zaman Nabi ditanamkan oleh beliau melalui sikap dan
tingkah laku bertauhid dan bila muncul suatu masalah dapat ditanyakan langsung
kepada Nabi sendiri.
Tauhid sebagai ilmu baru dikenal jauh sesudah wafatnya Rasulullah. Istilah
ilmu tauhid baru disebut-sebut orang pada abad ke 3 H. atau tepatnya pada zaman
Khalifah al-Makmun dan sebelumnya permasalahan yang berhubungan dengan
ketauhidan ini termasuk bagian dari al-Fiqhu Fiddin sebagai imbangan dari al-Fiqhu
Fil Ilmi. Kehadiran Tauhid sebagai ilmu merupakan hasil dari pengkajian para ulama
dari apa yang tersurat dan tersirat dalam al-Qur’an dan al-Hadis dan orang
yangdianggab pemula dalam menyusun Ilmu Tauhid adalah Abu Hasan Ali al-Asy’ari
(260-324 H/873- 935 M).
Agak janggal kalau dikatakan bahwa dalam Islam, sebagai agama, persoalan
yang mula-mula timbul adalah dalam bidang politik bukan dalam bidang teologi.
Tetapi persoalan politik ini segera meningkat memjadi persoalan teologi. Supaya
masalah ini jelas terlebih dahulu kita lihat sejarah, tegasnya dalam pase
perkembangannya

Persoalan ini telah menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam yaitu:

1. Aliran Khawarij, mengatakan bahwa orang berdosa besar adalah kafir, dalam arti
telah keluar dari Islam, atau tegasnya murtad dan oleh karena itu wajib dibunuh.

8
2. Aliran Murji’ah, menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar masih tetap
mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, hal itu terserah
kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya.
3. Aliran Mu’tazilah, yang tidak menerima kedua pendapat di atas. Bagi mereka, orang
yang berdosa besar bukan kafir, tetapi bukan pula mukmin. Mereka mengambil
posisi antara mukmin dan kafir, yang dalam bahasa Arabnya terkenal dengan istilah
al-manzilah baina manzilatain (posisi diantara dua posisi).

G. Makna Teologi Pendidikan


Kajian-kajian mengenai pendidikan Islam sekurang-kurangnya ditopang oleh
ilmu pendidikan Islam, filsafat pendidikan Islam, dan yang terakhir adalah teologi
pendidikan. Pengalaman penulis, ilmu pendidikan Islam dan filsafat pendidikan Islam
sudah menjadi kajian yang populer bagi mahasiswa tingkat S1 dan S2. Sedangkan
teologi pendidikan dijadikan salah satu mata kuliah khas di tingkat S3, khususnya
pada program studi Pendidikan Islam dan tergantung pada kekhasan perguruan tinggi
untuk mengembangkan kurikulumnya. Terkadang ambiguitas konsep yang dituturkan
pada beberapa referensi mengenai Ilmu Pendidikan Islam (selanjutnya disebut : IPI)
dan Filsafat Pendidikan Islam (selanjutnya disebut : FPI) terjadi dalam alur pemikiran
referensi-referensi tersebut. Kajian IPI terkadang ditemukan dalam beberapa buku
mengenai FPI. Juga kajian mengenai FPI sering ditemukan pula dalam content IPI.
Imbasnya, terdapat sebuah kesan bahwa IPI dan FPI itu content- nya sama.
Hal ini mengindikasikan adanya sebuah kesalahan, sekurang-kurangnya
ambivalensi dan ambiguitas dalam pemetaan konsep yang lebih cermat. Untuk
mengurangi ambiguitas paradigmatik IPI dan FPI ini, penegasan akan paradigma
keduanya merupakan sesuatu yang penting. Mengenai hal ini, Ahmad Tafsir berupaya
untuk melerai kerancuan pemahaman paradigma diantara keduanya.
Jika sebuah konsepsi pendidikan menempati posisi item empiris, logis,
berdasarkan metode ilmiah, maka itu adalah konsepsi pendidikan dalam konstelasi
ilmu. Sedangkan jika konsepsi pendidikan itu berada pada ruang abtrak, logis, dan
melalui jalur logika, maka konsepsi pendidikan itu berada pada ruang filsafat. Istilah
teologi sering dijumpai dalam wacana-wacana keagamaan. Dulu istilah ini lebih
identik mengarah pada ilmu keyakinan, ilmu tauhid, dan ilmu akidah. Karena, teologi
ini pada sebuah pemahaman dan corak pemikiran tertentu berisi mengenai content
ilmu-ilmu tersebut.

9
Ada pula, sebagian kelompok yang mengarahkan pengertian teologi ini pada
ilmu kalam.Pemaparan mengenai istilah teologi atau kalam ini menurut penulis
penting untuk diajukan untuk menegaskan apakah teologi pendidikan itu berhubungan
dengan ilmu kalam yang mempunyai content pembahasan aliran-aliran kalam atau
mutakallimin seperti yang dituangkan dalam referensi-referensi daras, atau teologi
pendidikan itu mencoba melepaskan diri dari carut marut pertikaian aliran kalam
tersebut ? Secara bahasa, kata kalam berarti pembicaraan, yakni pembicaraan yang
bernalar dengan menggunakan logika. Oleh karenanya, Supiana berpendapat bahwa
ciri utama kalam adalah logika atau rasionalitas. Kata kalam sendiri mulanya
dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata logos (bahasa Yunani) yang berarti
pembicaraan. Turunan dari kata ini, muncullah istilah logika dan logis (dalam bahasa
Arab dikenal dengan istilah manthiq); ilmu logika, khususnya logika formal (
sillogisme ), biasa disebut sebagai manthiq. Musthafa Abd al-Raziq menegaskan
bahwa ilmu kalam terkadang disebut dengan istilah ilm ushul al-din, ilm tauhid, fiqh
al-akbar, dan teologi islam. Istilah teologi Islam diambil dari bahasa Inggris, theology.
Reese mendefinisikannya dengan discourse of reason concerning God (wacana atau
pemikiran tentang Tuhan). Dengan mengutip perkataan Ockham, Reese lebih jauh
mengatakan : ”Theology to be discipline resting on revealed truth and independent of
both philosophy and science (teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang
kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan). Selain pendapat
Reese, Gove berpendapat bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan,
perbuatan, dan pengalaman keagamaan secara rasional. Teologi secara sederhana
menurut Komaruddin Hidayat adalah ilmu atau penalaran kritis ( logos ) tentang
Tuhan (teos). Teologi menurutnya muncul dari tradisi dan semangat beragama,
sehingga didalamnya terkandung semangat iman dan pembenaran wahyu Tuhan.
Teologi selalu dibedakan dari filsafat ketuhanan yang memberikan kebebasan pada
nalar dalam membahas persoalan Tuhan tanpa harus terikat dengan wahyu. Namun,
dalam tradisi Islam, sebebas apa pun nalar berpikir, tetap ada penghormatan pada
wibawa wahyu. Oleh sebab itu, tradisi filsafat Islam masih berdekatan dengan tradisi
teologi. Yang membedakannya adalah dari segi metodologi. Filsafat lebih
mengandalkan metode burhani (demonstratif) sedangkan teologi lebih bersifat jadali
(dialektis). Yang pertama berangkat mencari kebenaran dengan membangun premis
dan analisis secara kritis-radikal setapak demi setapak. Adapun yang kedua berangkat

10
dari berbagai statement ayat atau wahyu yang kemudian saling dihadapkan dalam
kerangka analisis untuk menangkan pesan Tuhan.
Pemahaman mengenai teologi pendidikan, pada sebuah buku menghendaki
memasukkan konsepsi pendidikan dan atau menurunkan konsepi pendidikan pada dan
dari aliran-aliran mutakallimin. Konsepi pendidikan yang diturunkan cenderung
disesuaikan dengan pemahaman Mu’tazilah, qadariyyah, jabbariyyah, dan yang
lainnya, misalnya. Pemahaman seperti ini akan mengabaikan sebuah frame besar
teologi, atau hanya mengarah pada tema-tema kalam yang saling diperdebatkan lalu
diderivasikan menjadi sebuah konsepsi pendidikan. Eksposisi Komaruddin Hidayat
lebih mudah, lebih cocok, jika diterapkan untuk mengungkapkan pemahaman teologi
pendidikan. Teologi pendidikan secara sederhana bukan berarti konsepsi pendidikan
yang diturunkan dari konsepsi pemikiran kalam. Teologi pendidikan merupakan
kajian konsepsi pendidikan yang di-derivasi-kan dari penalaran kritis mengenai Tuhan
(teos) yang meliputi eksistensi dan ”atribut” ketuhanannya. Dan penalaran kritis
mengenai Tuhan ini tidak dapat dipisahkan dari memahami pesan-pesan Tuhan,
termasuk di dalamnya pernyataan-pernyataan wahyu Tuhan. Konten pembahasan
pada teologi pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kajian mengenai pesan wahyu
atau ayat juga interpretasinya.
Pendidikan merupakan sebuah upaya mengembangkan manusia ke arah
kesempurnaan. Pendidikan merupakan upaya mengembangkan segala potensi
manusia yang telah diberikan oleh-Nya menuju pada sesuatu yang diharapkan oleh-
Nya. Pendidikan merupakan sebuah proses transformasi fithrah manusia yang asalnya
baik, suci, mengantarkannya menjadi suci kembali, sesuai dengan kehendak-Nya
sehingga iaditerima di sisi-Nya (radhiyat mardhiyat). Maka, kajian teologi pendidikan
tidak serta merta berhubungan dengan Tuhan, akan tetapi mengkaji pula tentang
manusia yang sudah diciptakan dan diberikan berbagai potensi oleh Allah. Oleh
karenanya, kajiannya tidak apriori melepaskan diri dari pembahasan mengenai sisi
kemanusiaan manusia.
H. Paradigma Pendidikan Berbasis Teologi
Pendidikan Islam kata Abudin Nata, merupakan salah satu kajian yang
mendapat perhatian banyak dari para ilmuwan. Hal ini karena di samping peranannya
yang strategis dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, pendidikan Islam
pun mendapat berbagai macam sorotan terutama dalam berbagai masalah yang
kompleks yang memerlukan penanganan segera. Salah satu masalah serius yang

11
“hinggap” dalam konsep pendidikan adalah orientasi pendidikan yang cenderung
rasionalis. Barat memegang kunci peran pendidikan rasional ini. Akhirnya, konsep
pendidikan semacam ini akan menyudutkan manusia pada satu aspek, yaitu aspek
akal. Aspek emosi, aspek spiritual, bahkan aspek “agama” tidak tersentuh. Akhirnya
akan menghasilkan manusia yang rapuh dan resah. Dalam kata lain, Ahmad Tafsir
menyatakan bahwa proses pendidikan harus meliputi aspek jasmani, rohani, dan
kalbu. Tafsir menegaskan bahwa masalah yang lebih besar dalam pendidikan bukan
dalam pemenuhan akan tuntutan lapangan kerja (sebagai perpanjangan dari skill),
melainkan belum bisa menciptakan manusia yang berakhlak mulia. Menurutnya,
bangsa-bangsa yang dimusnahkan oleh Tuhan bukan karena tidak menguasai iptek
atau kurang pandai, tetapi karena akhlaknya buruk. Wacana diatas memberikan image
pada kita akan kesalahan pendidikan yang terjadi sekarang ini. Kesalahan tersebut
diakibatkan paradigma dalam memahami dan yang menjadi landasan pendidikan.
Paradigma tersebut adalah paradigma manusia; paradigma yang dibuat ukurannya
oleh akal manusia yang relatif. Di sela-sela itu, pendidikan Islam menjadi paradigma
alternatif.

Paradigma pendidikan dalam Islam tidak hanya dilandaskan pada pandangan


homocentris manusia yang rasionalis, melainkan ditopang pula oleh paradigma
ilahiyah; paradigma yang didasari oleh agama dan penafsiran terhadap sumber-
sumbernya. Perbedaan paradigma tersebut akan mempengaruhi pada pandangan
tentang prinsip-prinsipnya. Kalau pendidikan Barat mengacu pada paradigma dan
prinsip-prinsip yang ditopang oleh akal, sehingga relatif kebenarannya. Sedangkan
pendidikan Islam ditopang oleh sumber-sumber wahyu dari Tuhan ( al-Quran) dan
turunannya yaitu Sunnah. Al-Quran itu absolute kebenarannya karena ia berasal dari
Tuhan dan bukankah Tuhan akantetap menjaga kebenarannya. Sebagaimana
dijelaskan di muka, permasalahan pendidikan yang tak kunjung usia, carut marutnya
pendidikan, dipengaruhi oleh paradigma yang tidak jelas. Jika dikaikan dengan
pendidikan Islam, tak dipungkiri pada awalnya ada sebagian orang yang menyusun
teori pendidikan islam itu menggunakan teori-teori pendidikan Barat lalu
menyelipkan dasar-dasar ajaran (al-Quran dan Sunnah) pada teori-teori tersebut
kemudian membuat untuk merelevankannya. Penyatuan teori semacam ini
mengakibatkan adanya kesimpangsiuran konsepsi pendidikan. Namun setelah itu,
upaya penggalian konsepsi-konsepsi pendidikan yang bersumber pada ajarannya

12
dilakukan. Selain itu, yang menjadi penyebab carut marut dan kelemahan pendidikan
Islam, Syed Naquib al-Attas mengemukakan : ”Yang menjadi penyebab mundurnya
muslimin dan degenerasi adalah kelalaian dalam merumuskan dan mengembangkan
rencana pendidikan yang sistemtis berdasarkan prinsip-prinsip Islam, dan melalaikan
pelaksanaan suatu sistem pendidikan yang terpadu. Berhubungan dengan teologi
pendidikan sebagai fokus bahasan pada tulisan ini, posisinya cukup penting dalam
kerangka pengembangan konsepsi pendidikan Islam dan secara hipotetik dijadikan
sebagai sebuah paradigma pendidikan.

Konsepsi Tuhan dalam Islam memiliki peranan penting dalam merumuskan


sebuah konsepsi pendidikan Islam. Pemahaman Tuhan dalam Islam yang disenyalir
dalam pesan Tuhan juga atribut yang mengitarinya merupakan sebuah dasar bagi
pengembangan konsepsi pendidikan Islam. Nuansa pemikiran teologis semacam ini
menghendaki adanya sebuah pola pikir integral-reflektif, tidak sebatas memahami
simbol-simbol ketuhanan dalam pesan-Nya. Lebih dari itu, pemahaman dialektis dan
filosofis sangat menguatkan argumentasi konsepsi ketuhanan yang diderivasikan pada
konsepsi pendidikan Islam. Paradigma pendidikan berbasis teologis ini tidak semata-
mata dipancari oleh pemahaman mengenai teologi ketuhanan. Untuk membangun
sebuah paradigma pendidikan yang teologis, konsepsi mengenai manusia turut
mewarnai konstruksi paradigma pendidikan.

Malah konstelasi yang lain; konsepsi pengaturan alam semesta (kosmologi)


mendukung terciptanya bangunan paradigma yang kokoh. Hal ini didasarkan pada
sebuah asumsi sederhana, Tuhan adalah eksistensi tertinggi, Sang Pencipta, Sang
Penguasa, Yang Maha Benar, menciptakan manusia dalam keadaan fithrah,
memberikan potensi pada manusia untuk menjadi pelaku sejarah di alam ini.
Pendidikan dilakukan oleh manusia dan untuk manusia itu sendiri. Pendidikan
mengupayakan sebuah proses perjalanan manusia dari yang asalnya suci kembali pada
kesucian sejalan dengan perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya. Manusia
sebagai pelaku sejarah dan wakil Tuhan di muka bumi bertugas memelihara alam ini
sesuai dengan kehendak-Nya demi kebaikan manusia itu.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teologi pendidikan dianggap penting bagi pengembangan konsepsi dan
pengembangan teori pendidikan Islam. Teologi pendidikan ini memberikan landasan
kokoh bagi konstruksi teoritik pendidikan Islam. Pemahaman mengenai teologi ini bukan
didasarkan pada asosiasi teologi yang berhubungan dengan permasalahan ilmu kalam.
Teologi pendidikan ini secara hipotetik berhubungan dengan penalaran kritis mengenai
konsepsi Tuhan dengan segala ”atribut”-nya yang tidak terlepas dari bingkai wahyu dan
pesan Tuhan. Sebagai sesuatu yang membumi, konsepsi teologi pendidikan tidak
tercerabut dari dimensi insaniah manusia dan kosmologi, sebab pendidikan sebagai
sebuah proses koheren dengan perjalanan sejarah manusia menuju dan kembali pada-Nya.
Konsepsi paradigmatik ini penting untuk dikembangkan untuk menguatkan dan
mengajegkan bangunan teori pendidikan Islam yang sudah ada

14
DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin. 2001. Teori-Teori Pendidikan Islam. Bandung : Fakultas Tarbiyah IAIN SGD.

Loren Bagus. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Semarang : Pustaka Pelajar.

Reese. 2003. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia.

https://www.academia.edu/21691919/URGENSI_NILAI_TEOLOGI_DALAM_PENDIDIK
AN_ISLAM

https://pengertianmenurutparaahli.org/pengertian-teologi/

15

Anda mungkin juga menyukai