Anda di halaman 1dari 24

PENDEKATAN STUDI ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Studi Islam

Dosen pengampu : Bapak Enan Kusnandar, M.Pd

Disusun Oleh :

Ani Suarni (0106.2001.037)


Nadia Pratanti Sunardi (0106.2001.026)

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas membuat makalah yang berjudul “Pendekatan Studi
Islam” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk
memenuhi tugas.
Dalam kesempatan ini, penulis menghanturkan terima kasih yang dalam kepada
semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi
terwujudnya makalah. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk
mewujudkan kesempurnaan tugas makalah ini penulis sangat menghargai.
Penulis berharap bahwa ini bisa bermanfaat, dan masih jauh dari kata sempurna
ataupun berkualitas yang begitu sempurna nya, dengan adanya makalah ataupun tugas
ini mendorong kami agar menjadi lebih bertekad dan kuat dalam menanamkan iman
yang kokoh. Demikian yang dapat kami sampaikan, dan mengucapkan segala hormat
kepada pihak dosen mata kuliah ini, dan juga rekan rekan sekalian yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Purwakarta, 23 November 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ I


DAFTAR ISI ........................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pendekatan Studi Islam ................................................................................ 3
B. Pendekatan Sosiologis .................................................................................. 4
C. Pendekatan Antropologi ............................................................................... 5
D. Pendekatan Gender ....................................................................................... 5
E. Pendekatan Sejarah ...................................................................................... 6
F. Pendekatan Semantik ................................................................................... 8
G. Pendekatan Filosofis .................................................................................... 9
H. Pendekatan Integratif ................................................................................... 10
I. Pendekatan Hermeneutika ............................................................................ 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 14
A. Kesimpulan .................................................................................................. 14
B. Kritik dan Saran ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi Islam sudah terjadi sejak Islam itu sendiri datang di bumi di mana studi
Islam itu sendiri di lakukan. Sudah barang tentu awalnya dengan cara yang sangat
sederhana, sesuai dengan perkembangan jumlah dan tingkat intelektualitas
penduduk yang mengikuti agama Islam. Maka cara melakukan studi Islam juga
mengalami perkembangan.
Penelitian agama tidak cukup hanya bertumpu pada konsep agama (normatif)
atau hanya menggunakan model-model ilmu sosial, melainkan keduanya saling
menopang. Peneliti yang sama sekali tidak mengerti agama yang di teliti akan
mengalami kesulitan karena realitas harus di pahami berdasarkan konsep agama
yang di pahami. Berangkat dari permasalahan tersebut, pendekatan-pendekatan
metodologis dalam studi atau kajian tentang agama terus menerus mendapat
perhatian cukup besar dari para intelektual agama
Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti
sekedar di sampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukan
cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah. Melihat kenyataan
semacam ini, maka di perlukan rekontruksi pemikiran keagamaan. Khususnya
berkaitan dengan pendekatan-pendekatan Sosiologis, Antropologi, Gender, Sejarah,
Semantik, Filosofis, Integratif, dan Hermeneutika.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pendekatan Studi Islam?
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Sosiologis?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Antropologi?
4. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Gender?
5. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Sejarah?
6. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Semantik?
7. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Filosofis?
8. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Integratif?
9. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Hermeneutika?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pendekatan Studi Islam.
2. Untuk mengetahui tentang pendekatan Sosiologis.
3. Untuk mengetahui tentang pendekatan Antropologi.
4. Untuk mengetahui tentang pendekatan Gender.
5. Untuk mengetahui tentang pendekatan Sejarah.
6. Untuk mengetahui tentang pendekatan Semantik.
7. Untuk mengetahui tentang pendekatan Filosofis.
8. Untuk mengetahui tentang pendekatan Integratif.
9. Untuk mengetahui tentang pendekatan Hermeneutika.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam.
2. Bagi penulis diharapkan dapat mendatangkan manfaat dan menambah wawasan
serta pengetahuan yang lebih luas.
3. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat sebagai
tambahan informasi serta reverensi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Studi Islam


Sebelum memperhatikan pengertian dari Pendekatan secara utuh, perlu
memperhatikan arti kata dari pendekatan itu sendiri. Pendekatan Secara etimologi
pendekatan adalah derivasi kata dekat, artinya tidak jauh, setelah mendapat awalan
pe dan akhiran an maka artinya (a) proses, perbuatan, cara mendekati (b) usaha
dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang
diteliti atau metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah
penelitian.1Pendekatan dari sudut terminologi adalah cara pandang atau paradigma
yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam
memahami agama. Dari keterangan di atas, dapat kita pahami bahwa pendekatan
merupakan sudut pandang objek kajian yang akan digunakan dalam mengkaji apa
saja yang akan ditelitinya dengan metode ilmiah.
Kehadiran agama merupakan solusi dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi manusia. Agama tidak hanya sekedar lambang kesalehan atau berhenti
sekedar konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam
memecahkan masalah. Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab
manakala pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan
teologis normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan
pendekatan lain yang secara operasional konseptual dapat memberikan jawaban
terhadap masalah yang timbul. Agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai
paradigma.2

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: DPKRI 1998.
2
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

3
B. Pendekatan Sosiologis
Sebelum membahas pendekatan sosiologis ada pengetahuan dasar sosiologis
yang penting diketahui sebagai berikut. Dalam sosiologi ada pranata social, pranata
adalah sistem norma atau aturan-aturan mengenai aktivitas masyarakat. Sementara
social secara sederhana adalah masyarakat. Maka pranata social adalah himpunan
kaedah-kaedah atau aturan-aturan yang dipahami, dihargai, dan ditaati oleh warga
masyarakat dan bertujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat.3
Pelapisan social adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam tatanan
atau urutan secara bertingkat atau hierarkis, seperti tinggi-rendah, bangsawan-rakyat
biasa dll. Munculnya pelapisan social adalah karena adanya sesuatu yang dihargai
oleh masyarakat, yakni harta benda, ilmu pengetahuan, kekuasaan, keturunan
keluarga terhormat, kesolehan dalam agama dsb.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi
mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta
berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta kepercayaan, keyakinan yang
memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama dalam tiap persekutuan hidup
manusia.4
Maksud pendekatan ilmu sosial ini adalah implementasi ajaran Islam oleh
manusia dalam kehidupannya, pendekatan ini mencoba memahami keagamaan
seseorang pada suatu masyarakat. Fenomena-fenomena keislaman yang bersifat
lahir diteliti dengan menggunakan ilmu sosial seperti sosiologi, antrapologi dan lain
sebagainya. Artinya Pendekatan sosial ini menjelaskan seperti apa perilaku
keagamaan seseorang di dalam masyarakat apakah perilakunya singkron dengan
ajaran agamanya atau tidak. Pendekatan ilmu sosial ini digunakan untuk memahami
pluralism individu dalam suatu masyarakat.5
Suatu ilmu yang menggambarkan keadaan masyarakat lengkap dengan struktur,
lapisan, serta berbagai gejala sosial yang berkaitan. Dengan ilmu ini suatu fenomena
sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadi hubungan,
3
Riswandi. Ilmu Sosial Dasar dalam Tanya Jawab. Jakarta:Ghalia Indonesia.1992. hlm 32
4
Ibid.Hlm 38-39.
5
Taufik Abdullah dan Rush Karim, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta : Tiara Wacana, 1991. Hlm. 63

4
mobilitas sosial, serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses
tersebut. Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama dapat dipahami
karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya
perhatian agama terhadap masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum agama
memahami ilmu-ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya.
Sebagai tambahan dalam kaitanya dengan agama (Islam) sebagai gejala social,
sebagaimana ditulis pada bab sebelumnya, pada dasarnya bertumpu pada konsep
sosiologi agama. Awalnya sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik
antara agama dan masyarakat. Belakangan, sosiologi agama mempelajari bagaimana
agama mempengaruhi masyarakat, dan boleh jadi sebaliknya, bagaimana
masyarakat mempengaruhi konsep agama.6 Maka dalam kajian sosiologi ini, agama
dapat berposisi sebagai independent variable maupun dependent variable. Sebagai
dependent variable berarti agama dipengaruhi factor/unsur lain. Sementara sebagai
independent variable berarti Islam mempengaruhi factor unsur lain.
Contoh Islam sebagai dependent variable adalah bagaimana budaya masyarakat
Yogyakarta mempengaruhi resepsi perkawinan Islam (Muslim Yogyakarta).
Contoh Islam sebagai Independent variable adalah bagaimana Islam
mempengaruhi tingkah laku muslim Yogyakarta.

C. Pendekatan Antropologi
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah
satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama tampak
akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya
menjelaskan dan memberikan jawaban. Dengan kata lain, cara-cara yang digunakan
dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk
memahami agama lain.7
Sejalan dengan pendekatan tersebut, dalam berbagai penelitian antropologi
agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan
6
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam teori dan praktik. Yogyakarta : pustaka Belajar 1998 Hlm 15-16
7
Dawam Rahardjo, “Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena Keagamaan”dalam M.Taufik Abdullah dan Rusli
Karim, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990, hlm 19

5
kondisi ekonomi dan politik. Melalui pendekatan antropologis, kita melihat bahwa
agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu
masyarakat. Dalam hubungan ini, jika ingin mengubah pandangan dan sikap etos
kerja seseorang, maka yang perlu diubah adalah pandangan agamanya.
Cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu
masalah digunakan pula untuk memenuhi agama. Dalam kaitan ini, antropolpgi
lebih mengutamakan pengamatan langsung bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini
muncul kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif
sebagaimana yang dipergunakan dalam pengamatan sosiologis. Pendekatan induktif
dan grounded, yakni turun kelapangan tanpa berpijak pada teori-teori formal yang
sangat abstrak sebagaimana yang dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih
ekonomi yang mempergunakan model-model matemati, banyak juga memberi
sumbangan kepada penelitian historis.

D. Pendekatan Gender
Sebagaimana layaknya teori social lainya, seperti analisis kelas, analisis kultural,
dan analisis diskursus, analisis gender adalah alat analisis untuk memahami realitas
social. Sebagai teori tugas utama analisis gender adalah memberi makna, konsepsi,
asumsi, ideologi dan praktik hubungan baru antara kaum laki-laki dan perempuan,
serta implikasinya terhadap kehidupan social yang lebih luas (social, ekonomi,
politik, kultural), yang tidak dilihat oleh teori ataupun analisis social lainya. Karena
itu, keberadaan analisis gender adalah untuk menambah serta melengkapi analisis
social yang telah ada, bukan menggantikanya.8

Oleh Oakley (1972), dalam karyanya Gender, Sex and Sosiety, seperti dikiutip
Mansour, mendefinisikan gender dengan perbedaan antara laki-laki dan perempuan
berdasar kontruksi social bukan berdasar biologi dan bukan kodrat Tuhan.sedang
sex adalah perbedaan berdasarkan sex (biologi) karena kodrat Tuhan. Karena itu,
gender bisa berubah dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain, bahkan
dari satu kelas ke kelas lain. Sementara biologi (sex) tetap sama. Dengan sendirinya,
kalau perbedaan sex berarti kodrati, karena nya perbedaanya permanen. Sementara
8
Mansour Fakir, Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Belajar. 1986Hlm xii-xiii

6
gender tidak kodrati karenanya tidak permanen. Dengan ungkapan yang berbeda,
caplan (1987) dalam bukunya The Cultural Contruction of Sexsuality menyebut,
perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan sekedar biologi, namun secara
social dan kultural.9

Terbentuknya beberapa gender disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya,


dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikontruksi secara social dan kultural,
melalui ajaran keagamaan maupun Negara. Melalui proses panjang tersebut
akhirnya dianggap kodrat. 10

Dalam pendekatan gender terdapat pendekatan feminis, diantaranya yang


terpenting ada 4 yaitu :

1. Feminisme liberal
Adalah teori yang beranggapan bahwa latar belakang dan
ketidakmampuan kaum wanita bersaing dengan laki-laki adalah karena
kelemahan kaum wanita itu sendiri, yaitu akibat dari kebodohan dan
irrasional yang berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional. Maka akar
kebebasan (freedom) dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan
antara hidup privat dan public.11
2. Feminisme radikal
Yaitu teori yang berpendapat bahwa akar penindasan laki-laki terhadap
perempuan adalah jenis kelamin itu sendiri (biologi) dan ideology
patriarkinya. Dengan ungkapan lain, penindasan terhadap wanita terjadi
karena dominasi laki-laki terhadap perempuan dan adanya kepercayaan di
masyarakat bahwa laki-laki memang lebih mampu daripada perempuan.12
3. Feminisme marxisme
Adalah aliran yang berpendapat bahwa penyebab penindasan adalah
bagian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi, dan penindasan
merupakan kelanjutan sistem eksploitasi yang bersifat struktur. Karena itu,

9
Ibid. hlm 71-72
10
Ibid hlm 9
11
Ibid hlm 81 dan 144
12
Ibid hlm 84-85

7
mereka berpendapat, petriarki atau kaum laki-laki bukan sebagai
permasalahan seperti yang dipegang kelompok radikal, tetapi sistem
kapitalis. Maka penyelesaianya adalah harus bersifat structural, yaitu dengan
melakukan perubahan struktur kelas. Perubahan struktur kelas inilah yang
mereka sebut sebagai proses revolusi.
Perubahan struktur masih belum cukup Karena perempuan masih
dirugikan dengan tanggung jawab domestic. Jalan keluarnya adalah urusan
rumah tangga ditransformasikan menjadi urusan social, dan urusan menjaga,
mendidik dan membesarkan anak menjadi urusan public. Dengan perspektif
ini diyakini emansipasi perempuan terjadi hanya jika perempuan terlibat
dalam produksi dan berhenti mengurus rumah tangga.13
4. Feminisme social
Menurut teori ini sumber dari ketidakadilan adalah karena penilaian
dan anggapan terhadap perbedaan biologi laki-laki dan perempuan
(kontruksi social). Maka yang diperangi feminisme social adalah kontruksi
visi dan ideology masyarakat serta struktur dan sistem yang dibangun atas
bias gender. 14
5. Feminisme Islam
Menurut teori ini Islam memberikan kesejajaran antara laki-laki dan
perempuan dalam melakukan karya (‘amal). Unsur yang membedakan
seorang dari orang lain adalah kualitas diri (taqwa), bukan jenis kelamin,
bukan warna kulit, bukan etnis, bukan bangsa dan yang lain-lain.

E. Pendekatan Sejarah.
Sejarah berasal dari bahasa Arab Syajarotun yang berarti pohon. Kata ini
berkembang kemudian menjadi akar, keturunan, asalusul, riwayat dan sisilah.
Dalam bahasa Inggris, kata sejarah dikenal dengan sebutan history, yang berasal
dari bahasa yunani istoria yang berarti ilmu. Namun menurut kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Sejarah mempunyi arti; 1. asal-usul (keturunan) silsilah; 2.

13
Ibid. hlm 88-89
14
Ibid. hlm 92-93

8
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; riwayat; tambo:
cerita; 3. pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yg benar-benar
terjadi di masa lampau; ilmu sejarah.
Dari beberapa arti di atas, Sejarah merupakan kejadian yang terjadi pada masa
lampau, baik yang berkaitan dengan sosial, pendidikan, dan apapun yang benar-
benar telah terjadi. Dari hal inilah pendekatan sejarah dalam studi islam dapat
diartikan sebuah sudut pandang objek kajian yang akan diteliti secara ilmiah dengan
berdasar sejarahnya. Tentunya sejarah yang diangkat ke permukaan adalah sejarah
terkait kajian islam yang menjadi objeknya. Dalam menyatakan teori pendekatan
sejarah dalam meneliti harus benar-benar kukuh agar tidak terjadi munculnya teori
pendekatan lainnya. Sebab munculnya pendekatan sendiri dalam sebuah rencana
kajian studi islam menjadikan pengkrucutan sebuah cara memandang objek kajian
tersebut. Sehingga ketika terdapat teori-teori lain akan mengembalikan kajian
tersebut bersifat umum.
Pendekatan sejarah dalam studi Islam tentunya memiliki banyak fungsi, namun
Nugroho Notosusanto hanya menyebutkan empat fungsi sejarah yang dominan,
seperti halnya.15
1. Fungsi rekreatif
Sejarah sebagai pendidikan keindahan, sebagai pesona perlawatan.
Hanya pada fungsi rekreatif ini menekankan pada upaya untuk
menumbuhkan rasa senang untuk belajar dan menulis sejarah. Kalau yang
dipelajari berkait dengan sejarah naratif dan isi kisahnya mengandung hal-
hal yang terkait dengan keindahan, dengan romantisme, maka akan
melahirkan kesenangan astetis. Tanpa beranjak dari tempat duduk, seseorang
yang mempelajari sejarah dapat menikmati bagaimana kondisi saat itu. Jadi,
seolah-olah seseorang tadi sedang berekreasi ke suasana yang lalu.
2. Fungsi inspiratif.
Fungsi ini terkait dengan suatu proses untuk memperkuat identitas dan
mempertinggi dedikasi sebagai suatu bangsa. Dengan menghayati berbagai
peristiwa dan kisah-kisah kepahlawanan, memperhatikan karyakarya besar

15
Abdul Hakim, Atang, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. hlm 32

9
dari para tokoh, akan memberikan kebanggaan dan makna yang begitu
dalam bagi generasi muda. Karena itu, dengan mempelajari sejarah akan
dapat mengembangkan inspirasi, imajinasi dan kreativitas generasi yang
hidup sekarang dalam rangka hidup berbangsa dan bernegara. Fungsi
inspirasi juga dapat dikaitkan dengan sejarah sebagai pendidikan moral.
Sebab setelah belajar sejarah, seseorang dapat mengembangkan inspirasi dan
berdasarkan keyakinannya dapat menerima atau menolak pelajaran yang
terkandung dalam peristiwa sejarah yang dimaksud. Kaitannya dengan
fungsi inspiratif, C.P. Hill juga menambahkan bahwa belajar sejarah dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap perjuangan dan pemikiran serta
karya-karya tokoh pendahulu.
Pendekatan sejarah sangat diperlukan dalam memahami agama karana agama itu
sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi
kemasyarakatan. Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki
keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini
seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks histori atau sejarahnya.
Seseorang yang ingin memahami Al-Quran secara benar misalnya, yang
bersangkutan harus memahami sejarah turunnya Al-Quran atau kejadian-kejadian
yang mengiringi turunnya Al-Quran yang selanjutnya disebut dengan ilmu asbab al-
nuzul yang pada intinya berisi tentang sejarah turunnya ayat-ayat Al-Quran. Dengan
ilmu ini seseorang akan dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu
ayat yang berkenaan dengan hokum tertentu, dan ditujukan untuk memelihara
syari’at dari kekeliruan memahaminya.16

16
Muslich Shabir.Pengantar Studi Islam. Karya Abadi Jaya: 2015. Semarang. Hlm 39-40

10
3. Fungsi instruktif.
Yaitu sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini
sejarah dapat berperan dalam upaya penyampaian pengetahuan dan
keterampilan kepada subjek belajar. Fungsi ini sebenarnya banyak dijumpai,
tetapi nampaknya kurang dirasakan, atau kurang disadari, karena umumnya
terintegrasi dengan bahan pelajaran teknis yang bersangkutan.
4. Fungsi Edukatif.
Maksudnya adalah bahwa sejarah dapat dijadikan pelajaran dalam
kehidupan keseharian bagi setiap manusia. Sejarah juga mengajarkan tentang
contoh yang sudah terjadi agar seseorang menjadi arif, sebagai petunjuk
dalam berperilaku. Pendekatan kesejarahan sangat dibutuhkan dalam studi
Islam, karena Islam datang kepada seluruh manusia dalam situasi yang
berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatannya masing-masing.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki
keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari
sini, maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks
historisnya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang
memahaminya. Seseorang yang ingin memahami Al-quran secara benar
misalnya, yang bersangkutan harus mempelajari sejarah turunnya alquran
yang selanjutnya disebut asbab al-Nuzul (ilmu tentang sebab-sebab turunnya
ayat Al-quran) yang pada intinya berisi sejarah turunnya ayat alquran.
Dengan ilmu asbabun nuzul ini seseorang akan dapat mengetahui hikmah
yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu
dan ditujukan untuk memelihara syariat dari kekeliruan memahaminya.

F. Pendekatan Semantik.
Maksud pendekatan semantik adalah kajian yang menekankan pada aspek
bahasa. Maka Studi Islam dengan menenkankan pendekatan semantik sama artinya
dengan studi tentang Islam dengan menekankan pada unsur bahasa, yang dalam
bahasa Arab sering di sebut lughawai. Pendekatan ini sudah demikian popular

11
dalam kajian tafsir dan fiqih. Dalam penelitian hukum Islam dengan pendekatan
semantik ada 2 pendekatan yang umum di gunakan, yakni : 1. Sisi bahasa dan 2. Sisi
illat dan hikmah (analogi hikmah). Tetapi di samping kedua teori ini di gunakan
pula teori penyelesaian terhadap 2 dalil atau nash yang kelihatanya bertentangan,
yang terkenal dengan ta’arul al –adillah. Maka yang di maksud semantik adalah sisi
yang antara cakupan bahasanya demikian luas, antara lain dari sisi : 1. Struktur /
gramatikal, 2. Tunjukanya/Dalalah dan 3 dari segi maknawi. Arkoun malah
menekankan seluk-beluk dan pergeseran arti kata dalam Studi Islam dengan
pendekatan semantik. Adanya penekanan terhadap seluk-beluk dan perkembangan
atau pergeseran kata dan makna dapat di pahami, sebab terbukti kata yang sama di
pahami oleh orang dengan maksud yang berbeda. Penyebabnya boleh jadi : 1.
Karena perbedaan generasi, 2. Perbedaan tempat hidup, 3. Perbedaan konteks.
Semantik di anggap salah satu ilmu yang sangat penting karena dengan ilmu ini
akan dapat di pahami pesan-pesan Allah SWT lewat Al-Qur’an sebagai sumber
ajaran. Pendekatan semantik ini juga yang banyak di gunakan oleh ilmuan klasik.
Bahkan mereka terkesan menekankan kajian dengan pendekatan semantik ini,
sebaliknya kurang memberikan perhatian terhadap konteks seperti : konteks waktu,
konteks tempat, konteks keilmuan seperti sosiologi, antropologi, histori dan lainya.
Munculnya konsep ‘amm dan khass, muhkam dan mutashabih, mutlaq dan
muqqayad, qat’I dan dhanni, dan sejenisnya, adalah hasil kajian dengan semantik.17

G. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis adalah melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan
filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu dengan
menggunakan metode analisis spektulatif. Pada dasarnya filsafat adalah berpikiran
untuk memecahkan masalah atau pertanyaan dan menjawab suatu persoalan, namun
demikian tidak semua berpikir untuk memecahkan dan menjawab suatu
permasalahan dapat disebut filsafat. Dimaksud filsafat disini adalah berpikir secara

17
Nasution, Khoiruddin. Op.Cit. Hlm 241

12
sistematis, radikal dan universal. Di samping itu, filsafat mempunyai bidang (objek
yang dipikirkan) sendiri, yaitu bidang atau permasalahan yang bersifat filosofis
yakni bidang yang terletak di antara dunia ketuhanan yang ghaib dengan dunia ilmu
pengetahuan yang nyata. Dengan demikian filsafat yang menjembatani kesenjangan
antara masalah-masalah yang bersifat keagamaan semata-mata dengan masalah yang
bersifat ilmiah.
Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal
pikiran sudah dapat dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis dalam
memahami ajaran agamanya. Namun demikian pendekatan seperti ini masih belum
diterima secara merata terutama oleh kaum tradisionalis formalistis yang cenderung
memahami agama terbatas pada ketepatan melaksanakan aturan-aturan formalistis
dari pengalaman agama.18
Pendekatan filosofis biasanya mencoba menjawab pertanyaan esensial “apakah
agama itu?” pendekatan filosofis kemudian menjawabnya dengan dua cara. Pertama,
penyelidikan mendalam seputar makna agama, dan apakah agama itu benar atau
tidak. Kedua, pemeriksaan menyangkut makna agama bagi kehidupan manusia.
Dalam sejarah pemikiran islam, para filosof adalah kelompok yang paling hati-hati
dalam membedakan antara aspek tekstual dan intelektual. Mereka sama sekali tidak
anti pada aspek tektual, tapi lebih memusatkan perhatian mereka pada aspek
intelektual; aspek yang menuntut manusia untuk memikirkan sendiri kebenaran
sesuatu, bukan menukil atau mengutipnya saja.19

H. Pendekatan Integratif
Pendekaatan integratif adalah kajian yang menggunakan cara pandang dan atau
cara analisis yang menyatu dan terpadu, analisis integratif dapat di kelompokan
menjadi dua. Pertama, integratif antara seluruh nash yang terkait dengan masalah
yang sedang di kupas atau di bahas. Kedua, integratif antara nash dengan ilmu lain
yang terkait dengan masalah yang sedang di bahas.20
18
Nata, Abuddin. Op. cit. hlm. 42-46
19
Muslich Shabir.Op.Cit. Hlm 35
20
Khoiruddin Nasution. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta : Academia + Tazzafa. 2012.hlm 221

13
Ini identik dengan pendekatan interdisipliner. Secara singkat, pendekatan integratif
antar nash sama dengan pendekatan atau salah satu model dalam tafsir yang di sebut
model tafsir maudu’I (tafsir tematik).
Beberapa kajian integratif dalam sebuah pendekatan Studi Islam dapat
terintegrasi dalam hal :
1. Integratif di maksud adalah memadukan ilmu agama dan umum dalam
kurikulum yang dilaksanakan di sekolah.
2. Integratif model yang di populerkan pada masa BJ Habibie berkuasa. Yaitu
memadukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (imtek) dan Imtak (Iman dan
Takwa). Realisasinya, memberikan nilai Agama Islam berdasaran Al – Qur’an
dan Hadist pada setiap ilmu atau mata pelajaran IPS Sejarah. Untuk membantah
dan mematahkan teori Darwin, guru tidak cukup hanya mengatakan, manusia
berasal dari nabi Adam dan adanya missing link. Tetapi harus mampu
menjelaskan Al – Qur’an dan Hadist.
3. Contoh lainya, mata pelajaran fisika, geografi, biologi dan seterusnya.
Semestinya dalam kurikulum tersebut harus di cantumkan bagaimana Tuhan
berfirman di dalam kitabNya yang ia turunkan, baik injil maupun Al – Qur’an
sebagai penyempurna kitab – kitab yang sebelumnya.

I. Pendekatan Hermeneutika
Secara etimologis, hermeneutika berasal dari istilah Yunani kata benda
hermeneia, yang berarti ’’interprestasi’’ dari kata kerja hermaneuin yang berarti
menafsirkan.21
Pendekatan Hermeneutika dapat digunakan dalam studi Islam. Peta Hermeneutik
menurut Palmer adalah :22
1. Sebagai teori penafsiran kitab suci (oleh J.C Danhauer)

21
Jamali sahrodi, metodologi Studi Islam .Bandung : CV Pustaka Setia . 2008. Hlm 106
22
Richarkd E. Palmer, ‘’Hermeneutics Interpretation Theory’’, dalam Schleiermacher, Dilethey heideggerand
Gadamer (Eanston : Northwestern University Press. 1069) dikutip Khoerudin Nasution.Pengantar Studi Islam. Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada. 2016

14
2. Sebagai Metode filologi, yang hanya menekankan pada kosakata atau
gramatikal
3. Sebagai ilmu pemahaman linguistik, sebagai kritik pada metode filologi, dan
menawarkan perpaduan gramatikal dan psikologi (oleh Schleiermacher)
4. Sebagai fondasi metodologi ilmu-ilmu kemanusiaan (oleh Wilhem Dilthey)
5. Sebagai fenomena dassein dan pemahaman eksistensial,
6. Sebagai sistem penafsiran

Menurut Josef Bleicherr, peta Hermeneutik ada 3 (tiga) sebagai berikut : 23

1. Sebagai Metodologi
2. Sebagai Filsafat/ filosofis dan
3. Sebagai Kritik

Sebagai metodologi, dan ini yang menjadi kajian dalam bahasan ini,
Hermeneutika dapat bersifat subjektif dan objektif.

Hermeneutika subjektif, yang dikembangkan Martin Heideger dan Gadamer, dan


disebut Verstchen, bahwa sebagai pembaca teks, kita tidak mempunyai akses
langsung kepada penulis disebabkan adanya perbedaan waktu, ruang dan tradisi.
Maka yang ingin di temukan disini adalah pengungkapan Dassein dalam segi
temporalitas dan historisnya. Sementara Hermeneutik aliran objektifitas
menegaskan, bahwa interprestasi berarti memahami teks sebagaimana yang
dipahami pengarang.

Sedangkan hermeneutik aliran objektivitas dikembangkan oleh tokoh-tokoh


klasik, khususnya Friederick Schleiermacher (1768-1834) dan Wilhelm Dilthey
(1833-1911).

Ada juga ilmuan yang mengelompokan interprestasi atau hermeneutika menjadi

1. Interprestasi/hermeneutika gramatika Bahasa

23
Josef Bleicherr, contemporary Hermeneutic as a Method, Philosophy and Critique (London : Routledge and Paul
Keagen. 1980). Hlm 15 dikutip oleh Khoerudin Nasution.Pengantar Studi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
2016

15
2. Interprestasi/hermeneutika psiko-historis-sosiologis (ekstralinguistik). Ini
sama pula dengan apa yang disebut Hermeneutika kritis (critical
hermeneutics), disebut juga kritik ideologi (oleh /ala Habermas). Di sini
menekankan pada faktor-faktor ekstralinguistik sebagai masalah yang harus
dipecahkan hermeneutika.
3. Interprestasi/hermeneutika spirit (ideal moral), yakni untuk menemukan
konsep dasar/umum/prinsip atau makna universal teks.
4. Interprestasi/ hermeneutika kontekstual, yakni jawaban terhadap kasus baru
berdasarkan nilai ideal-moral.

Fazlurrahman masuk pada henrmeneutika


1. Interprestasi/ hermeneutika spirit (ideal-moral) -> untuk menemukan konsep
dasar/umum/prinsip atau makna universal teks
2. Interprestasi/hermeneutika kontekstual -> jawaban terhadap kasus baru
berdasarkan nilai ideal-moral

Syahrur ada pada hermeneutika :

1. Linguistik semantik dengan analisis paradigma-sintagmantik. Maksud


analisis paradigmatik adalah analisis Bahasa dengan cara membandingkan
makna kata dengan kata-kata lain yang memiliki kemiripan makna atau
justru mempunyai makna bertentangan. Muncul 2 kelompok besar dalam
teori ini : 1. Mereka yang mengaku ada kesamaan kata (sinonim), 2. Ilmuan
yang tidak mengakui adanya kesamaan kata, dan Syahrur termasuk pada
kelompok kedua ini. Menurut Syahrur setiap kata memiliki makna khusus
yang tidak terkandung oleh kata lain. Sebaliknya, satu kata mungkin
memiliki makna lebih dari satu. Maka untuk menentukan makna potensial
mana yang secara rasional tepat untuk sebuah kata adalah konteks tekstual
dimana kata dimaksud digunakan. Disinilah pentingnya penggunaan
‘analisis sintagmatik’. Dengan demikian, analisis sintagmatik adalah analisis
yang berkaitan dengan koneks tekstual. Menurut teori ini, makna kata
dipengaruhi oleh hubungan linear dengan kata-kata lain yang turut

16
membangun sebuah kalimat. Seperti kata walad (awlad), ibn (abna’) dan
dhakar(dhukur) untuk anak laki-laki. Demikian pula kata al-mar’ah, al-nisa’
dan al-untsa’ mempunyai makna berbeda.
2. Dengan analisis ini otomatis dibutuhkan pendekatan interkoneksitas, yang
oleh Syahrur pendekatan ini di dasarkan pada suruhan untuk membaca Al-
Qur’an dengan tartil. Metode tartil adalah juga menjadi ciri inti dari
hermeneutik Syahrur. Sebelumnya pendekatan ini sudah dirumuskan ulama
tafsir dengan sebutan tafsir tematik (maudu’i).

Pendekatan hermeneutik bagi F.A. Wolf, memberikan interprestasi gramatikal


(aspek kebahasaan), historis (tempat dan waktu), retorik (semangat kejiwaan, latar
belakang, tujuan, dan makna filosofis yang terkandung dalam suatu ide).24

24
Khoerudin Nasution.Pengantar Studi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2016. Hlm 244 - 246

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Studi Islam merupakan sudut pandang objek kajian yang akan di gunakan
dalam mengkaji apa saja yang akan di telitinya dengan metode ilmiah.
2. Studi Islam dengan menggunakan pendekatan sosiologis berangkat dari
pemahaman agama sebagai gejala sosial. Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-
ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba
mengerti sifat dan maksud hidup bersama.
Kajian sosiologis agama mencakup bagaimana agama sebagai system nilai
mempengaruhi tingkah laku masyarakat.
3. Pendekatan Antropologi dalam memahami agama dapat di artikan sebagai
salah – satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek
keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui
pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah – masalah
yang di hadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabanya. Dengan kata lain bahwa cara – cara yang di gunakan dalam di
siplin ilmu Antropolgi dalam melihat suatu masalah di gunakan pula untuk
memahami agama.
4. Analisis gender adalah alat analisis untuk memahami relitas sosial. teori
tugas utama analisis gender adalah memberi makna, konsepsi, asumsi,
ideologi dan praktek hubungan baru antara kaum laki – laki dan perempuan,
serta implikasinnya terhadap kehidupan sosial yang lebih luas (sosial,
politik, ekonomi, kultural), yang tidak di lihat oleh teori ataupun analisis
sosial lainya. karena itu, keberadaan analisis gender adalah untuk menambah
atau melengkapi analisis sosial yang telah ada, bukan menggantikanya.
Islam memberikan kesejajaran antara laki – laki dan perempuan dalam
melakukan karya (‘amal). Unsur yang membedakan seseorang dari orang

18
lain adalah kualitas diri (taqwa), buan jenis kelamin, bukan warna kulit,
bukan etnis, bukan bangsa dan yang lain – lain
5. Sejarah merupakan kejadian yang terjadi pada masa lampau, baik yang
berkaitan dengan sosial, pendidikan, dan apapun yang benar-benar telah
terjadi. Dari hal inilah pendekatan sejarah dalam studi islam dapat diartikan
sebuah sudut pandang objek kajian yang akan diteliti secara ilmiah dengan
berdasar sejarahnya. Tentunya sejarah yang diangkat ke permukaan adalah
sejarah terkait kajian islam yang menjadi objeknya.
6. Studi Islam dengan pendekatan semantik adalah studi tentang Islam dengan
menekankan pada unsur bahasa, yang dalam bahasa Arab sering di sebut
lughawai. pendekatan ini popular pada kajian tafsir dan fiqih. Dalam
penelitian hukum Islam dengan pendekatan semantik ada 2 pendekatan yang
umum di gunakan, yakni : 1. Sisi bahasa dan 2. Sisi illat dan hikmah (analogi
hikmah). Semantik adalah sisi yang antara cakupan bahasanya demikian
luas, antara lain dari sisi : 1. Struktur / gramatikal, 2. Tunjukanya / Dalalah
dan 3 dari segi maknawi. konsep ‘amm dan khass, muhkam dan mutashabih,
mutlaq dan muqqayad, qat’I dan dhanni, dan sejenisnya, adalah hasil kajian
dengan semantik.
7. Pendekatan filosofis adalah melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan
filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu
dengan menggunakan metode analisis spektulatif. Dimaksud filsafat disini
adalah berpikir secara sistematis, radikal dan universal.
8. Pendekaatan integratif adalah kajian yang menggunakan cara pandang dan
atau cara analisis yang menyatu dan terpadu, analisis integratif dapat di
kelompokan menjadi dua. Pertama, integratif antara seluruh nash yang
terkait dengan masalah yang sedang di kupas atau di bahas. Kedua,
integratif antara nash dengan ilmu lain yang terkait dengan masalah yang
sedang di bahas. Pendekatan integratif antar nash sama dengan pendekatan
atau salah satu model dalam tafsir yang di sebut model tafsir maudu’I (tafsir
tematik).

19
B. Saran dan Kritrik
Dalam menyusun makalah pastilah makalah Pengantar Studi Islam ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu bagi para mahasiswa, pembaca dan khususnya
kepada dosen pembimbing Pengantar Studi Islam, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran.

20
DAFTAR PUSTAKA

- Abdul Hakim, Atang, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000
- Dawam Rahardjo, “Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena Keagamaan”dalam
M.Taufik Abdullah dan Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1990
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
Jakarta: DPKRI 1998
- Jamali sahrodi, metodologi Studi Islam .Bandung : CV Pustaka Setia . 2008
- Mansour Fakir, analisis Gander dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta, 2008.
- M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam teori dan praktik. Yogyakarta
:Pustaka Belajar. 1998.
- Muslich Shabir.Pengantar Studi Islam. Karya Abadi Jaya: 2015. Semarang.
- Nasution, Khoiruddin. Pengantar Studi Islam, cet 1. Jakarta: Rajawali pers. 2016
- Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
- Riswandi. Ilmu Sosial Dasar dan Tanya Jawab. Jakarta : Ghalia Indonesia. 1992
- Taufik Abdullah dan Rush Karim, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta :
Tiara Wacana, 1991

21

Anda mungkin juga menyukai