Dosen Pengampu:
Oleh :
Kelompok 8
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang implikasi
nilai nilai ibadah dalam kehidupan sehari hari. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan
maksimal, untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan segala kekurangan
dalam makalah ini kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan
banyak terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi hadis kontemporer telah menjadi fokus perhatian di kalangan para peneliti,dan
akademisi Muslim dalam beberapa dekade terakhir. Hadis, sebagai sumber hukum kedua
terpenting dalam agama Islam setelah Al-Qur'an, memiliki peran sentral dalam memahami
ajaran Islam dan menggali pemahaman tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW. Namun,
dengan kompleksitas dan tantangan dalam menguji keaslian dan kredibilitas hadis, model
studi hadis kontemporer menjadi sangat penting untuk memastikan keabsahan dan relevansi
hadis dalam konteks zaman sekarang.
Namun, meskipun adanya perkembangan yang signifikan dalam model studi hadis
kontemporer, tetap ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah
kecenderungan penyelewengan atau penyalahgunaan hadis untuk tujuan politik, ideologis,
atau ekstremis. Oleh karena itu, penting bagi para peneliti dan sarjana hadis kontemporer
untuk mempertimbangkan etika dan tanggung jawab akademik dalam memahami,
menginterpretasi, dan menyebarkan hadis.Makalah ini bertujuan untuk memberikan tinjauan
menyeluruh tentang model studi hadis kontemporer, termasuk pendekatan, metodologi.
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar para mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami
pendekatan matan dalam studi Hadits. Selain itu mahasiswa dan mahasiswi dapat lebih
memahami salah satu materi dari mata kuliah pengantar studi islam yaitu Model Studi Hadits
Kontemporer.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Hadits menurut bahasa berarti al-jadîd (sesuatu yang baru), lawan kata dari al-qadîm
(sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti al-khabar (yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Hadits kemudian didefinisikan sebagai ucapan,
perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah SAW. Hadits, dilihat dari sudut kuantitas, atau
jumlah rawi, diklasifikasikan dengan Hadits mutawâtir dan hadits âhâd.
Studi hadis kontemporer merupakan sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan
penelitian hadis dari sisi sanad maupun matan yang berujung pada pengembangan metodologi
penelitian hadis yang lebih baik. Studi hadis kontemporer tidak hanya difokuskan pada penelitian
hadis dari sisi sanad maupun matan, tetapi juga mencakup aspek-aspek lain seperti sejarah,
sosial, dan budaya.
Nabi Muhammad adalah simbol dari sifat kemanusiaan yang sempurna. Mengkaji tentang
Nabi, tidak akan lepas dari sejarah. Hal ini sulit dihindari, karena terjadi kesenjangan zaman
yang begitu panjang antara Nabi dengan kita. Di sinilah peran sejarah sangat urgent, yang akan
memberikan data atau bukti historis yang bisa diinterpretasikan lebih jauh tentang perjalanan
hidup Nabi. Sebagai sosok yang populer, pribadi Nabi memiliki low tradition dan high tradition.
Yang masuk kategori high tradition adalah ia sebagai uswah hasanah. Earle H. Waugh, termasuk
orang yang ragu dengan pendekatan sejarah dalam mengungkap tentang perjalanan hidup Nabi.
Ia tidak percaya dengan pendapat bahwa cerita sejarah kehidupan Nabi bisa membantu kita
memahami Nabi Muhammad.
Bahkan, dengan pendekatan sejarah ini, kita hanya mendapat sedikit cerita tentang
kelahirannya, sebelum ia menjadi manusia berpengaruh. Karena keraguannya terhadap
pendekatan sejarah untuk mengungkap Nabi, ia menggunakan teori model dalam
menginterpretasikan Nabi Muhammad yang kharismatik (uswah hasanah). Konsep model ini
pertama kali digunakan oleh seorang ahli matematika Eugenio Betromi dan Felix Cline untuk
membantu menjelaskan geometri non Euclidean kemudian diadopsi oleh ahli logika matematika,
seperti Gottlob Frege dan Bertrand Russell. Dari sini model dimanfaatkan dalam bahasa pertama
kali oleh F. Hockett pada tahun 1954.
Istilah model menurut bahasa bisa diartikan contoh, teladan. Dengan demikian apabila
merujuk pada sub kajian ini berarti kita akan mengkaji keteladanan Nabi dalam perjalanan
hidupnya, sebagaimana diungkap oleh Ibnu Ishaq dalam karyanya al-Sirah al-Nabawiyyah.
Sirah, menurut Wansbrough mempunyai peranan yang besar dalam Islam karena merupakan
kesaksian yang bercerita tentang salvation history versi Islam.
Dengan teori model, menurut Ramsey akan dapat memahami misteri yang ada di hadapan
seseorang. Ramsey menambahkan bahwa teori model tidak hanya menyajikan gagasan-gagasan
tentang realitas, tetapi juga muatan kognitif nya. Teori model tidak hanya merupakan persepsi
imajiner yang membawa data yang tak terduga. Tetapi juga pandangan-pandangan tentang
hakikat sesuatu yang sekalipun tampak kontradiktif dengan apa yang biasanya diyakini benar dan
menyatakan sesuatu yang bermakna tentang realitas dari mana mereka muncul.
Menurut Ewert Cousins, teori model berfungsi pada dua tingkatan: pertama, berkaitan dengan
pengalaman keagamaan dalam mencari apa yang disebut model-model keagamaan (experiental
models). Model pengalaman adalah struktur-struktur atau bentuk-bentuk pengalaman keagamaan
(general pattern), esoterism. Istilah pengalaman mengimplikasikan unsur subyektif, theistic,
sedangkan istilah model mengimplikasikan varietas dalam pengalaman keagamaan.
Tingkatan kedua, metode memperhatikan ekspresi (expressive models), seperti Kredo Kristen
dan sistem teologi. Ekspresi- ekspresi semacam itu diidentifikasikan sebagai model-model
ekspresi (expressive models) yang mengambil seluruh bentuk yang digunakan oleh orang
beragama dalam menyatakan pengalaman keagamaan dirinya (particular unique), exoterism.
Istilah ekspresi mengimplikasikan unsur objektif, scientific.
Karya Ibnu Ishaq, menurut Waugh, dipandang sebagai kemajuan di antara karya-karya masa
awal dan narasi-narasi oral yang tercatat dalam literatur kenabian yang dikenal dengan sebutan
maghâzî sîrah. Sîrah adalah cara paling awal untuk menjelaskan sejarah Islam pada abad pertama
dan pertengahan abad kedua. Dalam Sîrah, Ibnu Ishaq memaparkan setting Nabi, di mana
Quraysy mempunyai tradisi untuk mengelola kekuasaan secara terus-menerus. Ketika Tuhan
mengutus Muhammad, ia mempertimbangkan lagi tradisi itu. Ia berpendapat bahwa kekuasaan
mereka didasarkan atas kontinuitas tradisi agama leluhur.Mereka adalah pengikut Tuhan, Tuhan
berperang untuk mereka dan merintangi serangan musuh-musuh mereka. Mereka mencari agama
sejati dengan menyembah batu.
Selama kehidupan Nabi, terjadi antagonisme antara Ansar dengan kelompok Qurays yang
masuk Islam pada masa- masa akhir. Konflik ini, kata Waugh, dipecahkan oleh Nabi dalam
sebuah pertemuan yang secara khusus membahas ketidakpuasan di kalangan Ansar, ketika Nabi
memberikan hadiah pada Quraisy dan Baduwi.
Karena konfrontasi ini Nabi bersabda: "Sebenarnya kamu mempunyai aku, sementara
mereka semua memiliki makanan dan sekutu. Apakah kamu bingung karena suatu yang baik
dalam kehidupan ini, di mana saya menang atas mereka sehingga mereka menjadi muslim,
sementara aku mempercayai kamu karena keislamanmu? Apakah kamu tidak puas bahwa orang-
orang yang akan menarik sekutu dan kawanan, sementara kamu mengingatkan kembali dirimu
tentang Rasul Allah? Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, saya akan
menjadi salah seorang Ansar, jika semua orang berjalan dengan suatu cara, dan Anshor dengan
cara lain, saya akan mengambil jalan Ansar." Setelah mendengar penjelasan dari Nabi tersebut,
kaum Ansar menangis sambil berkata: "Kami puas dengan Rasulullah sebagai sekutu dan bagian
kami."
Perkembangan studi hadis kontemporer selalu mengalami perkembangan dan
pengembangan yang dinamis dalam setiap fase sejarahnya, sesuai dengan tuntunan dan tantangan
zaman. Oleh karena itu, studi hadis kontemporer sangat penting untuk dilakukan agar hadis-hadis
yang ada dapat diaplikasikan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
PENUTUP
Dari berbagai penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa studi hadis kontemporer
merupakan sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan penelitian hadis dari sisi sanad maupun
matan yang berujung pada pengembangan metodologi penelitian hadis yang lebih baik. Dalam
melakukan penelitian Hadits ditemukan dua model tipologi yang kontradiktif, yaitu pemikiran
tradisionalis dan pemikiran modernis. Dua model tipologi diatas merupakan problem
epistemologis, karena dalam praktiknya setiap kali ia melakukan studi dengan obyek apapun ia
selalu dibayangi oleh dua wajah tipologi keagamaan dengan karakteristik yang berbeda.
Karakteristik dari pemikiran kelompok pertama adalah tekstualis, literalis, formalis dan normatif-
doktriner. Sementara karakteristik pemikiran kelompok kedua adalah pluralis, humanis, liberalis
dan kadang sekularis.
REFERENSI
http://rahmarachem.blogspot.com/2015/11/model-studi-hadits-kontemporer.html
https://bincangsyariah.com/kolom/cara-memahami-hadis-metode-menyelesaikan-hadis-
hadis-yang-kontradiktif/#:~:text=Lebih%20jelasnya%20terdapat%20empat
%20metode,Tarjih%2C%20dan%20al%2DTawaquf
https://www.researchgate.net/publication/
320874943_PERKEMBANGAN_STUDI_HADITS_KONTEMPORER
https://rahmarachem.blogspot.com/2015/11/model-studi-hadits-kontemporer.html?m=1