Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU HADIST

MAKALAH
Diajukan pada Mata Kuliah Ulumul Hadis
Pada Program Pendidikan Agama Islam (PAI)
Sekolah tinggi Agama Islam La Tansa Mashiro Rangkasbitung

Oleh
Nama : Yulia
Semester : 3 (Tiga)
NPM/NIRM : 21211035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI


AGAMA ISLAM (STAI)
LA TANSA MASHIRO RANGKASBITUNG
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan jurnal ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam Semoga tetap
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang kita nantikan syafaatnya di akhirat.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah atas simpanan nikmat sehatnya baik itu
berupa syarat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul "Sejarah Perkembangan Ilmu Hadist".
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi penulisan
maupun bahasa yang digunakan. Untuk itu penulis mohon maaf dan penulis mengharapkan
saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun. Semoga sebuah makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, dan penulis pada khususnya.

Rangkasbitung, 19 November 2022

Penyusun
Abstrak
Hadis atau Sunnah sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an jika dilihat dari segi
periwayatan berbeda dengan al-Qu’an, dimana yang kedua setiap kali ayat ayatnya turun,
Rasulullah saw. langsung memerintahkan penulis wahyu untuk menulisnya, sementara untuk
hadis Nabi Saw tidak demikian halnya. Periwayatan hadis Nabi Saw dengan demikian lebih
banyak berlangsung secara lisan dibandingkan dengan tulisan, akibat dari ada larangan
Rasulullah saw. secara umum kepada para sahabat untuk menulis hadis hingga Khalifah ‘Umar
bin ‘Abd al-‘Azīz (salah seorang Khalifah Bani Umayyah) memandang perlunya penulisan dan
pembukuan hadis-hadis Nabi Saw dengan mempertimbangkan berbagai faktor, berupa: adanya
kekhawatiran akan lenyapnya hadis, munculnya hadis palsu akibat pertentangan politik dan
mazhab, berpencarnya para sahabat di beberapa kota, serta banyaknya dianta sahabat yang
meninggal dunia dalam peperangan. Hasil dari upaya pembukuan hadis itu telah melahirkan
kitab-kitab hadis standar sebagai rujukan dalam hal pengamalan Sunnah Nabi Saw dalam
kehidupan kaum muslimin, serta untuk kepentingan penelitian dan pengkajian.
Kata Kunci: Sejarah, Perkembangan dan Hadis
A. PENDAHULUAN
Al-Qur'an merupakan firman Allah yang berisi tentang segala aspek persoalan kehidupan
sesama manusia, alam, alat untuk berinteraksi dengan pencipta-Nya yang merupakan persoalan
mendasar dalam setiap kehidupan manusia. 1 Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam yang
memiliki sebuah pesan yang mengandung nilai-nilai pendidikan.2
Sedangkan hadis bermakna seluruh sikap, perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW
dalam menerapkan ajaran Islam serta mengembangkan kehidupan umat manusia yang benar-
benar membawa kepada kehormatan bagi semua alam, termasuk manusia dalam
mengaktualisasikan diri dan kehidupannya secara utuh dan bertanggung jawab bagi keselamatan
dalam kehidupannya. Kedudukan Sunnah dalam kehidupan dan pemikiran Islam sangat penting
karena di samping memperkuat dan memperjelas berbagai persoalan dalam Alquran juga banyak
memberikan dasar pemikiran yang lebih konkret mengenai penerapan berbagai aktivitas yang
meski dikembangkan dalam kerangka hidup dan kehidupan umat manusia.
Sebelum berbicara tentang pengertian dan perkembangan ilmu hadits terlebih dahulu
akan dijelaskan secara singkat, kapan ya mau habis muncul. Ilmu Hadis muncul sejak zaman
masa Rasulullah SAW dan perhatian para sahabat terhadap hadis atau sunnah sangat besar.
Kondisi hadits pada masa perkembangan sebelum pengodifikasian dan filterisasi pernah
mengalami kesimpangsiuran di tengah jalan, sekalipun hanya minoritas saja. Oleh karena itu,
para ulama bangkit mengadakan diri saat hadis-hadis yang beredar dan meletakkan dasar kaidah-
kaidah atau peraturan-peraturan yang ketat bagi seorang yang meriwayatkan hadis yang nanti
ilmu ini disebut ilmu hadits. Meskipun jurnal ini tidak bisa membuat hal yang berkaitan dengan

1 Muh. Harus Zubaidillah, "Epistemological Views of islamic Education Philosophy as a Islamic Education Basis," Al-
Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan 12, no. 1(2018):h.3.
2 Muh. Haris Zubaidillah, "Nilai-nilai Pendidikan Adversity Quotient pada Cerita Nabi Musa dalam Al-Qur'an," Al-

Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan 11, no.24 (2017):h.22.


pengantar dan sejarah perkembangan mode secara menyeluruh tapi paling tidak jurnal ini cukup
mampu untuk memperkenalkan kita bagaimana sejarah perkembangan ilmu hadits.
Berdasarkan permasalahan di atas dalam jurnal ini kami berusaha mencoba menjelaskan
pengertian ilmu Hadis dan bagaimana sejarah perkembangan ilmu hadits.

Dalam jurnal ini penulis akan membahas tentang pengertian ilmu hadits, dan sejarah
perkembangan ilmu hadits.

Tujuan penelitian ini adalah :


1. Untuk mengetahui pengertian ilmu hadits
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu hadits
3. Untuk Mengetahui Munculnya Sejarah Ilmu Hadits

Manfaat penelitian :
Manfaat yang bisa di ambil dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui arti dari ilmu
hadits,sejarah perkembangan ilmu hadits,da munculnya sejarah ilmu hadits

B. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Jelas bahwa pengertian
ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu
yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada
penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya pembangunan pandangan mereka yang diteliti
yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Definisi ini lebih melihat
perspektif emik dalam penelitian yaitu memandang sesuatu upaya membangunan pandangan
subjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik,
Terakhir, menurut Jane Richie penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia
sosial , dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan
tentang manusia yang diteliti. Kembali pada definisi di sini dikemukakan tentang peranan
penting dari apa yang seharusnya diteliti yaitu konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang
manusia yang diteliti.
Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah disintesiskan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian biasanya perilaku, resepsi, motivasi ,tindakan dll., Secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Kesimpulan tersebut sebagian telah memberikan gambaran tentang adanya kekhasan
penelitian kualitatif.

C. TEORI DAN PEMBAHASAN


A. Pengertian Hadits
Kata hadis secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yakni Al hadits, bentuk
pluralnya adalah Al hadits yang memiliki beberapa makna, diantaranya adalah sesuatu yang baru
atau sesuatu yang sebelumnya pernah tidak ada. 3 Selain itu kata Al hadits adalah antonim dari
kata Al qadim (sesuatu yang tidak pernah tidak ada) 4 manna al-qattan di dalam bukunya mabahis
fi ulumil hadits menjelaskan bahwa kata Al-hadis secara etimologi, selain dapat diartikan sebagai
sesuatu yang wujudnya baru juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang diceritakan dan-di nuqil-
kan.
Secara terminologi, definisi hadits beragam sesuai dengan latar belakang keilmuan ulama
yang memberikan definisi. Seperti ulama hadis yang tentu akan berbeda definisi yang diberikan
tentang hadis dengan para ulama Ushul fiqih atau dengan ulama-ulama yang lain.

B. Sejarah Perkembangan Hadits


Sebelum hadits tercatat dan terbukukan seperti yang dapat ditemui saat ini tentu hadits
telah melewati sekian banyak fase mulai dari fase di mana pertama kali disabdakan oleh nabi
Muhammad SAW. Atau dicontohkan lewat perbuatannya sampai pada fase di mana hadis mulai
ditulis lalu dibukukan dan menjadi objek pembahasan sebagai sebuah rujukan utama dalam
kajian tentang sumber utama ajaran Islam setelah Al-Qur’an.
Sehubungan dengan hal ini, untuk memudahkan dalam mengenali dan memahami sejarah
pertumbuhan dan perkembangan hadis dari masa ke, akan dipetakan penjelasan tentang sejarah
hadis dalam bentuk beberapa fase atau periode sebagai berikut:
1. Hadist pada masa Rasulullah Saw
Muhammad Saw. Telah membersamai umat Islam pada masanya sebagai nabi dan rasul
dari Allah swt. Selama kurang lebih 23 tahun, yang di mana pada masa itu Al-Qur’an diturunkan
secara berangsur-angsur. Pada masa ini pula hadis-hadis banyak diriwayatkan dari Rasulullah
Saw. Sebagai penjelas terhadap ayat-ayat Al-Qur’an atau bahkan sebagai tambahan dari apa
yang termuat di dalam Al-Qur’an,dan inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa hadis juga
dinobatkan sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an.5
Kebersamaan Rasulullah dengan para sahabat di masanya, tidaklah terbatas pada majelis-
majelis ilmu, tetapi kapan dan di mana saja yang memungkinkan mereka untuk bertemu dan
berkumpul, dan di dalam perkumpulan itu selalu ada kemungkinan terjadi periwayatan hadits
dari Rasulullah kepada para sahabat.Oleh karena itu, hadits diterima oleh para sahabat Nabi tidak
hanya di dalam majelis ilmu, akan tetapi di mana saja dan kapan saja.
2. Hadis pada masa sahabat
Yang dimaksud dengan sahabat Nabi adalah mereka yang pernah bertemu dengan Nabi,
dan wafat dalam keadaan beriman. 6
Sebagaimana hadis di masa Nabi, hadits di masa sahabat juga belum terbukukan secara
resmi, sehingga periwayatan hadis masa sahabat dan masih sangat bergantung pada kekuatan
hafalan para sahabat Nabi, tapi bukan berarti tidak ada kegiatan penulisan hadits sama sekali di
masa ini. Pada masa pemerintahan Khalifah abu bakar dan Umar, hadis sangat diperhatikan
periwayatannya sehingga sahabat hanya akan meriwayatkan hadis sesuai kebutuhan. Bahkan

3 Abu al-Husain, Ahmad Ibnu Faris ibn Zakariya, mu'jam muqayis al -lugah,jilid ll (Bairut:Dar al-fikr,1399 H./1979
M)h.36
4 Muhammad Ibn Mukrim Ibn Mazhur Al- Afriqi, Lisan al-Arab,jilid ll (Bairut:Dar Shadir ,1414 H),h.131.
5 Manna Al - qattan, mabahis fi ulumil hadits (Kairo: maktabah wahbah,1992,h 7 .
6 Al-sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliky,Al Qawa'id al-Asasiyyah fi'Ilm mushtalah al-hadist Qawa'id al-Asasiyyah

fi'Ilm mushtalah al-hadist (t.t,1423 H.),h.47-48


pada masa ini, ada kebijakan untuk meminimalisirkan periwayatan hadits (taqlil al-riwayah)
sebab kehati-hatian para sahabat dalam menjaga kemurnian hadits Nabi, dan mereka khawatir
jika mereka terlalu bebas dan gampang dalam meriwayatkan hadis maka lebih memungkinkan
terjadinya kesalahan dalam periwayatan dan memungkinkan terjadinya pemalsuan atas nama
Nabi atau bahkan perubahan-perubahan dalam isi hadis.7
Sehubungan dengan hal ini, Ibn Qutaibah berkata bahwa Umar sangat tidak suka kepada
orang yang terlalu banyak meriwayatkan hadis atau kepada orang yang meriwayatkan hadis
tentang hukum (atas sesuatu) sedangkan dia tidak memiliki syahid atau orang lain yang juga
pernah mendengar hadis tersebut dari Nabi. Dan Umar senantiasa memerintahkan untuk
meminimalisirkan periwayatan hadits dari para sahabat dengan tujuan agar mereka tidak
memudahkan dalam urusan periwayatan hadis sehingga nantinya akan memanfaatkan oleh
orang-orang munafik untuk melakukan pemalsuan-pemalsuan dalam hadis Nabi. 8
Beberapa sahabat Nabi yang terkenal dalam ta'lil Al riwayah adalah, Abu bakar, Zubair,
Ubaidah dan 'Abbas ibn 'Abd Al Muttalib bahkan di antara para sahabat, ada dari mereka yang
hampir tidak meriwayatkan satupun hadits, seperti Sa'id bin Zaid bin Amr bin Nufail yang tak
lain adalah salah satu dari 10 sahabat nabi yang telah dijanjikan surga.

3. Hadits Pada Masa Tabi'in


Yang dimaksud dengan tabiin adalah mereka yang berjumpa dengan sahabat Nabi
beriman kepada Nabi Saw dan wafat dalam keadaan beriman. 9 Era tabi’in ditandai dengan
berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin di mana pada sahabat ini telah banyak wafat para sahabat
besar, (kibar al-shahaabah) dan para tabi’in kemudian bertemu dan menerima hadis dari para
sahabat kecil (shigar Al- shahabah)
Periwayatan hadis pada masa tabiin tidaklah berbeda jauh dengan periwayatan hadits
pada masa sahabat, di mana periwayatan hadis sangat berhati-hati dan menghindari untuk
memperbanyak periwayatan hadis (di luar kebutuhan) sehingga mereka benar-benar dapat
memahami dan mentadaburi hadis-hadis yang mereka telah terima dan riwayatkan. 10 Walau
begitu, pada masa ini, penyebaran hadis lebih besar daripada massa sahabat dikarenakan
kebutuhan akan menjelaskan penjelasan hadis juga meningkat dalam pertambahan dan
meluasnya penyebaran Islam, selain itu alasan lainnya adalah karena pada masa ini, Al-Qu’ran
telah sempurna dikodifikasi dalam satu mushaf sehingga para tabiin (bersama para sahabat kecil)
memfokuskan perhatiannya kepada hadis. 11
Beberapa tabiin yang terkenal dalam periwayatan hadis adalah Al fuqoha Al sab'ah,
mereka adalah para ulama besar dari kalangan tabiin yakni, Sa'id bin al-musayyab, Al-Qasin bin
Muhammad, urwah bin Al- Zubair, Harijah bin Zaid, Abu Salamah bin Abdullah bin'Utbah dan
Sulaiman bin yasar. Akan tetapi Ibn Al- Mubarak berpendapat bahwa Salim bin Abdullah adalah
salah satunya dan bukan Abu Salamah, sedangkan Abu Al zinad menganggap bahwa Abu bakar
bin abd-rahman Al -Rahman adalah salah satu dari tujuh ulama besar di kalangan tabiin dan
bukan Salim bin Abdullah ataupun Abu Salamah.

7 Muhammad Ajjaj Al-Khatib Al-sunnah Qabla Al-Tadwin(Kairo: Maktabah wahbah,1988),h.92.


8 Muhammad Ajjaj Al-Khatib Al-sunnah Qabla Al-Tadwin(Kairo: Maktabah wahbah,1988),h.92.
9 Al-sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliky, Al Qawa'id al-Asasiyyah fi'Ilm mushtalah al-hadist (t.t,1423 H.),h.56
10 Muhammad Ajjaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadist 'ulumul wa mushtalahuhu,h.58
11 M.Syuhudi Ismail, pengantar ilmu hadits,h.99.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Al-hadis secara etimologi, selain dapat diartikan sebagai sesuatu yang wujudnya baru
juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang diceritakan dan-di nuqil-kan. Secara terminologi,
definisi hadits beragam sesuai dengan latar belakang keilmuan ulama yang memberikan definisi.
Pada dasarnya, penulisan ilmu hadis baru dimulai sejak abad ke 2 Hijriyah. Sejarah
perkembangan dari masa Nabi Muhammad telah ada dasar-dasar ilmu hadis serta pada masa
Nabi masih hidup penulisan hadis dilarang keras oleh Nabi, karena khawatir akan bercampur
dengan Al-Quran dengan hadis. Pada masa sahabat para sahabat sangat berhati-hati dalam
meriwayatkan hadis karena konsentrasi mereka kepada Alquran yang baru dikodifikasi pada
masa Abu Bakar tahap awal dan masa Utsman tahap kedua, pada masa sahabat ilmu hadis timbul
secara lisan atau secara eksplisit. Pada masa Tabi’in (abad ke-4 H) telah timbul secara tertulis,
tetapi belum terpisah dengan ilmu lain. Pada masa Tabi’ Tabi’in, imu hadis telah timbul secara
terpisah dari ilmu-ilmu lain, tetapi belum menyatu. Sedangkan, pada masa setelah Tabi’ Tabi’in
ilmu hadis berdiri sendiri sebagai ilmu hadis.

IMPLIKASI
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa idealnya hadis sebagai sumber ajaran Islam dijadikan
sebagai pedoman dalam memandang kemampuan setiap peserta didik yang pada putranya
dianugerahi kecerdasan ganda atau multiple intelligence sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai dalam kenyataannya guru belum secara maksimal menggunakan hadis pedoman
mengajar dalam memandang setiap kecerdasan peserta didik yang berbeda-beda permasalahan
penelitian ini adalah bagaimana perspektif hadis tentang multivel intelijens dan bagaimana
implikasinya terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam dari pernyataan ini bertujuan untuk
mengetahui perspektif hadits tentang multivel intelijen implikasinya terhadap pembelajaran
pendidikan agama Islam penentuan ini merupakan penelitian liberary research.
E. DAFTAR PUSTAKA
Zubaidillah, Muh. Haris. Epistemological Views of Islamic Education Philosophy as a Islamic
Education Basis. Al-Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan 12, 2018.
No 1:3
Zubaidillah,Muh.Haris.Nilai-nilai Pendidikan Adversity Quetient Pada Cerita Nabi Musa Dalam
Al-Qur'an.Al-Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan 11,2017. No.24:
22
Al-Husain,abu. Ahmad Ibnu Faris Ibn Zakariya.Mu'jam Muqayis Al-Lugah. Jilid II Bairut: Dar
Shadir,1414H: 131
Al-Qattan, Manna. Mabahis fi Ulumil Hadits. Kairo: Maktabah Wahbah, 1992: 7
al-Maliky, Al-sayyid Muhammad bin Alawi. Al-Qawa'id al-Asasiyyah fi'Ilm Mushtalah Al-
Hadits Qawa'id al-Asasiyyah fi'Ilm Mushtalah Al-Hadits,t.t,1423H: 47-48
Al-Khatib, Muhammad Ajjaj. Al-Sunnah Qabla Al-Tadwin. Kairo: Maktabah Wahbah, 1988: 92
al-Maliky, Al-sayyid Muhammad bin Alawi. Al-Qawa'id al-Asasiyyah fi'Ilm Mushtalah Al-
Hadits Qawa'id al-Asasiyyah fi'Ilm Mushtalah Al-Hadits,t.t,1423H: 47-48
Al-Khatib, Muhammad Ajjaj. Ushul Al-Hadist 'ulumul wa Mushtalahuhu: 58
Ismail, M.Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadits: 99

Anda mungkin juga menyukai